Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS INDEKS COMMON SIZE, MVA DAN EVA

MANAJEMEN KEUANGAN (C3) – EMA 232A

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.

KELOMPOK 1

NAMA KELOMPOK :

Anak Agung Putu Galih Widari 2007531004 (01)


Ni Luh Putu Wulan Apriyani 2007531009 (02)
Ni Wayan Angellin 2007531012 (03)

UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
S1 AKUNTANSI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

Ketika melakukan penanaman modal, seorang investor tentunya akan menganalisis


sebuah perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang nantinya akan menguntungkan
untuk investor. Hal ini membuat sebuah perusahaan melakukan penyusunan kinerja keuangan
dengan menggunakan alat ukur kinerja yang sesuai. Mengukur kinerja keuangan merupakan
hal yang penting dikarenakan perusahaan akan memperlihatkan seberapa besar perusahaan
dapat menghasilkan pendapatan dan pendapatan yang tinggi sangat mempengaruhi harga
saham. Analisis indeks/ trend salah satu metode analisis laporan keuangan untuk mengetahui
kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah naik, turun, atau
tetap. Serta ada juga Analisis Common Size yang dimana analisis ini akan merubah angka-
angka yang ada dalam neraca dan laporan laba rugi menjadi presentase berdasarkan dasar
tertentu. Untuk angka-angka yang ada dalam neraca, common basenya adalah total aktiva.
Selain itu terdapat pemikiran baru terhadap perhitungan laba suatu industri sehingga
tercipta suatu pendekatan dengan menggunakan cara terbaru sebagai pengukuran hasil kerja
suatu industri yang memperhatikan tujuan para investor yang dimana merupakan indikator
tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi, pengukuran tersebut dinamakan metode
Economic Value added (EVA) dan Market Value added (MVA) yang dianggap memiliki
korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham diperusahaan.
Suatu perusahaan dinyatakan berhasil apabila perusahaan tersebut dapat memberikan
nilai yang positif untuk investor. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dari itu kita harus
memahami terlebih dahulu bagaimana cara mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial
perusahaan dengan menggunakan konsep Market Value added (MVA) dan Economic Value
Added (EVA). Apabila Economic Value Added dan Market Value Added memiliki nilai
positif, maka hal tersebut dikarenakan perusahaan dapat memberikan taraf pengembalian
modal yang lebih tinggi dari biaya modal dengan cara meningkatkan nilai saham suatu
perusahaan. Dan sebaliknya apabila, Economic Value Added dan Market Value Added
memiliki nilai negatif, maka kondisi tersebut memperlihatkan pengembalian pada suatu
perusahaan mengalami penurunan. Maka dari itu, penting bagi kita dalam mempelajari EVA,
MVA, serta analisis Indeks dan Common Size. Berikut ini akan membahas materi
A. Analisis Indeks dan Common Size
B. MVA dan EVA

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Indeks dan Common Size
Analisis indeks/ trend adalah salah satu metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah
naik, turun, atau tetap bisa dilihat dari 3 periode atau lebih. Untuk melihat trend
digunakan angka indeks 100, angka ini adalah tahun dasar. Tahun dasar adalah tahun
yang dianggap representative.
Cara penyusunan laporan dengan indeks yaitu, pertama Menentukan tahun dasar,
kedua Menentukan angka indeks 100, pada tahun dasar, ketiga pos-pos dari periode
laporan yang dianalisis dibandingkan dengan pos-pos yang sama dengan laporan
keuangan tahun dasar, keempat dalam menghitung rasio trend pada umumnya neraca dan
laporan laba rugi beberapa periode tidak seumuanya dihitung karena sifatnya
membandingkan.
Analisis common size adalah analisis ini merubah angka-angka yang ada dalam
neraca dan laporan laba rugi menjadi presentase berdasarkan dasar tertentu. Untuk
angka-angka yang ada dalam neraca, common basenya adalah total aktiva. Dengan kata
lain total aktiva dipergunakan sebagai 100% untuk angka dalam laporan laba rugi,
penjualan neto dipergunakan sebagai 100%.
Penyajian dalam common size akan mempermudah pembaca laporan keuangan
memerhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca. Laporankeuangan dalam
persentase perkomponen (Common-size statement) menyatakan masing-masing posnya
dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya, cara penyusunan laporan keuangan ini
disebut teknik analisis common size dan termasuk metode analisis vertikal.
Berikut ini contoh laporan keuangan dengan persentase kecenderungan/ trend.

2
PT. PRADNYANA NERACA PERBANDINGAN DENGAN PERSEN KECENDERUNGAN PER 31
DESEMBER 2008-2012
% Kecenderungan th dasar 2008
Pos-Pos Desember 31 (Rp. 000.000) = 100%
2008 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
Aktiva Lancar
Kas 6 3 1,5 2,5 1 50 25 42 17
Piutang Dagang 48 50 65 82 95 104 135 171 198
Persediaan 90 92,5 105 117,5 145 103 117 131 161
Persekot Biaya 5 7,5 10 12,5 15 150 200 250 300
Jumlah Aktiva Lancar 149 153 181,5 214,5 256 103 122 144 172
Tanah 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 100 100 100 100
Bangunan 71 78 73,5 54,5 50,5 110 104 77 71
Aktiva Tetap Lainnya 32,5 35,5 31,5 45 45 109 91 138 138
Cadangan Peny. Aktiva Tetap (9) (11) (11) (12) (13) (117) (122) (133) (144)
Jumlah Aktiva 251 263,5 283 309,5 346 105 113 123 138
Hutang dan Modal
Hutang Dagang 44 57 83,5 105 138 130 190 239 314
Hutang Wesel 5 7,5 17,5 35 50 150 350 700 1000
Gutang Gaji 20 24 40,5 30 36,5 120 203 150 183
Jumlah Hutang Lancar 69 88,5 141,5 170 224,5 128 205 246 325
Hutang jk. Panjang 5 5 5 5 5 100 100 100 100
Jumlah Hutang 74 93,4 146,5 175 229 126 198 236 310
Modal Saham 25 25 25 25 25 100 100 100 100
Laba Ditahan 152 145 111,5 91,5 91,5 95 73 72 60
177 170 136,5 116,5 116,5 96 77 76 66
Jumlah Hutang dan Modal 251 263,5 283 346 346 105 113 123 138

PT. PRADNYANA NERACA PERBANDINGAN DENGAN PERSEN KECENDERUNGAN PER 31


DESEMBER 2008-2012
% Kecenderungan th dasar 2008
Pos-Pos Desember 31 (Rp. 000.000) = 100%
2008 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012
Penjualan Neto 524 474,5 350 449 547,5 91 67 86 104
Harga Pokok Penjualan 406 375,5 283 319 368 92 70 79 91
Laba Kotor 118 99 67 130 179,5 84 57 110 152
Biaya Penjualan 59,5 52 20 63,5 100,5 87 34 107 169
Biaya Administrasi 30 20 11 34 53,5 67 37 113 178
Biaya Operasi 89,5 72 31 97,5 154 80 35 109 172
Laba Operasi 28,5 27 36 32,5 25,5 95 126 114 89
Biaya Lain-Lain (Bunga) 1,5 2 2,5 5,5 7,5 133 167 367 500
Laba Bersih Sebelum Pajak 27 25 33,5 27 18 93 124 100 67
Pajak 8 8 10 8 5 93 124 100 67
Laba Bersih Setelah Pajak 19 18 23 19 13 93 124 100 67

3
Analisis dan Interprestasi
Aspek likuiditas, Aktiva lancar dari tahun 2008 sampai dengan 2012 mengalami
kenaikan masing-masing 3%, 22%, 44%, dan 72%. Kenaikan utang lancar pada periode
yang sama adalah 28%, 105%, 146%, dan 225%. Dari kenaikan persentase
kecenderungan dapat kita lihat bahwa kenaikan utang lancar jauh lebih besar daripada
kenaikan aktiva lancar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa trend likuiditas
cenderung menurun.
Aspek solvabilitas, jumlah utang dari tahun 2008 sampai 2012 naik masing-
masing 26%, 98%, 136% dan 210%. Sementara penurunan modal sendiri pada periode
yang sama masing-masing 4%, 23%, 24%, dan 34%. Hal ini menunjukan bahwa ada
kecenderungan perubahan semakin besar dibelanjai dana pinjaman. Dari angka tersebut,
dapat disimpulkan bahwa trend solvabilitas perusahaan cenderung menurun.
Aspek privitabilitas/ rentabilitas, trend laba dari tahun ke tahun menunjukan
penurunan. Laba operasi tahun 2009 turrun 5%, tahun 2010 naik 26%, tahun 2011, naik
14% dan tahun 2012 turun 11%. Sementara jumlah aktiva dari tahun 2008 sampai tahun
2012 naik masing masing, 5%, 13%, 23%, dan 38%. Dari trend angka tersebut dapat
disimpulkan bahwa kecenderungan rentabilitas perusahaan semakin menurun.
Aspek aktivitas usaha, ternd penjualan neto dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2001 turun masing-masing 9%, 33%, 14%, dan tahun 2012 naik 4%. Kalau dibandingkan
dengan trend piutang dagang yang naik dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
masing-masing 4%,35%, 71%, dan 98%, maka dapat disimpulkan bahwa penagihan
pekerja kurang efektif. Seharusnya apabila trend penjualan turun, maka trend piutang
dagang selayaknya turun. Kemudian kalua dibandingkan antara trend penjualan dengan
trend persediaan menunjukan bahwa trend persediaan tahun 2009 naik 3%, tahun 2010
naik 17%, tahun 2011 naik 31% dan tahun 2012 naik 61%. Apabila keadaannya normal,
maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan bagian pembelian atau bagian pemasaran
atau bagian produksi bekerja kurang efisien. Jadi, kalua yang menumpuk bahan baku
berarti bagian pembelian yang kurang beres, dan apabila yang menumpuk barang jadi/
dalam proses, maka kemungkinan bagian pemasaran atau bagian produksi yang bekerja
kurang cermat.

4
B. Analisis EVA dan MVA
 Market Value Added (MVA)
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham
yang dilakukan dengan memaksimalkan selisih antara market value of equity dan jumlah
yang ditanamkan investor kedalam perusahaan. Selisih tersebut disebut sebagai Market
Value Added (MVA). MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja
manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan oleh kinerja
manajerial sepanjang umur perusahaan yang di-present value-kan (Mirza & Imbuh,1999)
MVA diperoleh dengan melalui selisih antara nilai pasar ekuity dengan modal
ekuitas yang disetor pemegang saham. Nilai pasar ekuitas diperoleh dengan mengalikan
jumlah saham beredar dengan harga saham,sedangkan modal ekuitas yang disetor
pemegang saham sama dengan total ekuitas perusahaan atau nilai buku ekuitas.
Berdasarkan hal tersebut maka formula MVA dapat ditulis sebagai berikut :

MVA = Nilai Pasar Ekuity – Modal Ekuitas yang Disetor Pemegang


Saham
= (Jumlah Saham Beredar) ( Harga Saham) – Total Nilai Ekuitas

Contoh :
PT Wisatawan memiliki market value of equity Rp 150 juta dan nilai modal yang disetor
adalah Rp 10 juta. Maka MVA PT Wisatawan adalah: Rp 150 juta – Rp 10 juta = Rp 140
Juta
Contoh lain perhitungan MVA adalah sebagai berikut :

PT WISTAWAN MARKET VALUE ADDED


(MVA) (Rp. 000.000)
2011 2012
Perhitungan MVA
Harga per Lembar Saham 23 26
Jumlah Saham Beredar 50 50
Market Value of Equity 1.150 1.300
Book Value of Equity 896 840
MVA
254 460
(Market Value-Book Value)

MVA PT Wisatawan tahun 2011 adalah Rp 254 juta dan tahun 2012 adalah Rp 460 juta, Hal
tersebut menunjukan bahwa dampak tindakan manajerial sejak perusahaan berdiri meningkat
pada tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar Rp 254 juta dan Rp 460 juta.

5
 Economic Value Added (EVA)
MVA mengukur dampak tindakan manajerial sejak perusahaan berdiri, sementara
Economic Value Added (EVA) menitik beratkan pada efektivitas manajerial tertentu.
Economic Value Added (EVA) adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan
perusahaan sebagai akibat dari efektifitas atau strategi manajemen. Prinsip EVA memberikan
sistem pengukuran yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung
dengan nilai pasar sebuah perusahaan. EVA dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT)-Biaya Modal Setelah Pajak
Yang Diperlukan Untuk Mendukung Operasi

= EBIT (1-Pajak Perusahaan) – (Biaya Operasi) (Biaya Modal Setelah


Pajak)
Modal operasi atau Operating capital merupakan penjumlahan dari hutang,saham
preferen dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan aset operasi bersih atau net
operating asset, yaitu modal kerja operasi bersih atau net operating working capital
ditambah investasi pabrik dan peralatan bersih. EVA mampu menghitung laba ekonomi
yang sebenarnya atau true economic profit suatu perusahaan pada tahun tertentu dan sangat
berbeda jika dibandingkan laba akuntansi. EVA mencerminkan residual income yang tersisa
setelah semua biaya modal,termasuk modal saham,telah dikurangkan, Sedangkan laba
akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya modal.
EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tabah yang diberikan
perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu manajer yang menitikberatkan pada
EVA dapat diartikan telah beroperasi pada cara-cara yang konsisten untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Perlu dicatat bahwa EVA juga diterapkan
pada timgkat divisi atau subsidiary perusahaan. Dengan demikian EVA merupakan salah
satu criteria yang lebih baik dalam pemilihan penilaian kebijakan manajerial dan
kompensasi.
 Keunggulan Economic Value Added (EVA)
Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai
tambah,tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajeen melakukan satu dari tiga
hal berikut ini (Stewart 1991) :
1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal,berarti manajemen
dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang
optimal.

6
2) Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatkan return lebih besar
dari pada biaya modal yang ada.
3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
 Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki kelemahan yaitu
EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Padahal
nilai perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu
perusahaan mempunyai nilai EVA pada periode tertentu positif tetapi nilai perusahaan
tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negative.
Selain EVA sebagai ukuran kinerja juga mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
1) Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak strategi
yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.
2) Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek,sehigga manajemen cenderung
enggan berinvestasi jangka panjang karena bisa mengakibatkan penurunan nilai EVA
dalam periode yang bersangkutan.
3) EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan kinerje
keuangan.
4) Tidak cocok diterapkan pada industry tertentu. Misalkan perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi seperti pada sektor teknologi mungkin tidak tepat untuk
penggunaan EVA. (Diereks dan Patel 1997)
5) Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi.
6) Memerlukan tambahan biaya. Wood (2002) mengatakan bahwa penggunaan EVA
mungkin akan meningkatkan auditing fees dan bisa menimbulkan potential litigation
costs.
Contoh perhitungan EVA adalah sebagai berikut:

PT WISTAWAN MARKET VALUE ADDED (MVA) (Rp. 000.000)

2011 2012
Perhitungan EVA
EBIT 283 263
Pajak (t) 40% 40%
NOPAT=EBIT(1-t) 169,80 157,80
Total Investor Supplied Operating Working Capital 1.800 1.455
Biaya Modal Setelah Pajak 11% 10,8%
Biaya Modal (Rp) 198 157,10
EVA=NOPAT-Biaya Modal (28,20) 0,70

7
EVA tahun 2012 positif yaitu Rp 0,70 juta sedangkan tahun 2011 negatif Rp 28,20
juta. NOPAT mengalami penurunan namun EVA mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
karena penurunan NOPAT 8% lebih kecil dari pada tingkat penurunan rupiah biaya modal
26% sehingga penurunan biaya modal tersebut akan mengakibatkan EVA meningkat.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Analisis indeks/ trend merupakan salah satu metode analisis laporan keuangan untuk
mengetahui kecenderungan atau tendensi keadaan keuangan suatu perusahaan apakah naik,
turun, atau tetap. Serta ada juga Analisis Common Size yang dimana analisis ini akan
merubah angka-angka yang ada dalam neraca dan laporan laba rugi menjadi presentase
berdasarkan dasar tertentu. Untuk angka-angka yang ada dalam neraca, common basenya
adalah total aktiva.
Market Value added (MVA) dan Economic Value Added (EVA) merupakan
indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi yang dianggap memiliki
korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham diperusahaan. MVA digunakan untuk
mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial perusahaan sejak perusahaan didirikan yang
diperoleh melalui selisih antara nilai pasar equity dengan modal ekuitas yang distorkan
kepada pemegang saham. Sedangkan EVA merupakan nilai tambah ekonomis yang
dihasilkan perusahaan dari aktifitas manajemen yang diperoleh melalui selisih laba bersih
operasi setelah pajak dengan biaya modal setelah pajak. Namun, EVA sendiri memiliki
beberapa kelemahan yakni salah satunya adalah tidak mampu dalam memprediksi dampak
dari strategi yang diterapkan untuk masa depan perusahaan. Selain kelemahan, tentunya EVA
sendiri memiliki beberapa keunggulan. Salah satunya yang dikemukakan oleh Stewart (1991)
yakni, manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapakan
keuntungan yang optimal.

9
DAFTAR PUSTAKA

 Wiagustini, Ni Luh Putu, 2014, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Udayana Press,


Denpasar.

 Gulo, Ermawati. 2011. Analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) sebagai Alat Pengukur Kinerja Keuangan. media.neliti.com. diakses
pada di Denpasar, 22 September 2021

 Agus Sartono, 2014, Manajemen Keuangan Teori dan aplikasi, Edisi keempat, BPFE,
Yogyakarta

 Andika. 2016. Analisis Economic Value Added dan Market Value Added Sebagai
Alat Pengukur Kinerja Perusahaan Serta Pengaruh Terhadap Harga Saha.
lib.unnes.ac.id. diakses di pada Denpasar, 22 September 2021

10

Anda mungkin juga menyukai