Analisis common-size adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat
perbandingan antara suatu elemen (laporan keuangan) tertentu sebagai komponen dari elemen
yang lain pada laporan keuangan yang sama.
ANALISIS COMMON-SIZE
Informasi hasil analisis bermanfaat untuk menilai tepat tidaknya kebijakan (operasi,
investasi, dan pendanaa) yang diambil oleh perusahaan di masa lalu, serta kemungkinan
pengaruhnya terhadap posisi dan kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
Persentase per komponen setiap elemen laporan keuangan dapat dihitung dengan rumus sbb:
1. Elemen2 Aktiva = Elemen ybs / Total Aktiva
Laporan dengan prosentase per komponen menunjukan prosentase dari total aktiva
yang telah diinvestasikan dalam masing-masing jenis aktiva. Dengan mempelajari laporan
dengan prosentase ini dan memperbandingkan dengan rata-rata industri sebagai keseluruhan
dari perusahaan yang sejenis, akan dapat diketahui apakah investasi kita dalam suatu aktiva
melebihi batas-batas yang umum berlaku (over investment) atau justru masih terlalu kecil
(under investment), dengan demikian untuk periode berikutnya kita dapat mengambil
kebijaksanaan - kebijaksanaan yang perlu, agar investasi kita dalam suatu aktiva tidak terlalu
kecil ataupun terlalu besar.
Laporan dengan cara ini juga menunjukan distribusi daripada hutang dan modal, jadi
menunjukan sumber-sumber darimana dana yang diinvestasikan pada aktiva tersebut. Study
tentang ini akan menunjukan sumber mana yang merupakan sumber pokok pembelanjaan
perusahaan., juga akan menunjukan seberapa jauh perusahaan menggunakan kemampuannya
untuk memperoleh kredit dari pihak luar, karena dari itu juga dapat diduga / diketahui berapa
besarnya margin of safety yang dimiliki oleh para kreditur.
Prosentase per komponen yang terdapat pada neraca akan merupakan prosentase per
komponen terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke
tahunnya akan menunjukan trend daripada hubungan (trend of relationship), dan tidak
menunjukan ada tidaknya perubahan secara absolut. Perubahan ini dapat dilihat kalau
dikembalikan pada data absolutnya. Jadi perubahan dari tahun ke tahun tidak menunjukan
secara pasti adanya perubahan dalam data absolut.
Laporan dalam prosentase per komponen dalam hubungannya dengan laporan rugi-
laba, menunjukan jumlah atau prosentase dari penjualan netto atau net sales yang diserap tiap
- tiap individu biaya dan prosentase yang masih tersedia untuk income. Oleh karena itu
Common Size percentage analysis banyak digunakan oleh perusahaan dalam hubungannya
dengan income statement, karena adanya hubungan yang erat antara penjualan, harga pokok
dan biaya operasi, sedang untuk neraca tidak banyak digunakan.
Dalam laporan prosentase per komponen (Common Size statement) semua komponen
atau pos dihitung prosentasenya dari jumlah totalnya, tetapi untuk lebih meningkatkan atau
menaikan mutu atau kwalitas data maka masing-masing pos atau komponen tersebut tidak
hanya prosentase dari jumlah totalnya tetapi juga dihitung prosentase dari masing-masing
komponen terhadap sub totalnya, misalnya komponen aktiva lancar dihubungkan atau
ditentukan prosentasenya terhadap jumlah aktiva lancar, komponen hutang lancar terhadap
jumlah hutang lancar dan sebagainya.
PT. Ulung
Neraca
Per 31 desember 2001, dengan perbandingan th 2000 ( ribuan rupiah )
Modal Sendiri
Modal saham 400.000 400.000 34,5 35,9
Laba di tahan 179.880 183.200 15,5 16,4
Total modal sendiri 579.880 583.200 50 52,3
Total hutang dan modal
sendiri 1.159.050 1.115.700 100 100
Common Size ( % )
Dari total aktiva yang di miliki PT. Ulung, proporsi aktiva lancarnya 34,8 % dan aktiva
tetapnya 65,2 %. Dari aktiva lancar yang dimiliki, komponen persediaan merupakan yang
terbesar, yaitu : 18,9 %, terus berturut turut piutang, investasi pada surat surat berharga,
biaya yang dibayar di muka, dan terakhir komponen kas. Begitu juga dalam komponen aktiva
tetap, komponen mesin dan peralatan merupakan yang terbesar, yaitu ; 40,7 %, terus berturut
turut komponen tanah, bangunan dan inventaris kantor. Pada struktur pembiayaan PT.
Ulung, terlihat bahwa 47,7 % perusahaan di biayai dengan hutang, dan 52,3 % di biayai
dengan modal sendiri. Dari komponen hutang, maka hutang jangka panjang merupakan
komponen terbesar, yaitu sebesar 19,8 %, diikuti oleh hutang wesel, hutang bank jangka
pendek, hutang dagang, dan terakhir hutang gaji. Dari struktur modal sendiri, komponen
modal dalam bentuk saham sebesar 35,9 %, dan sisanya dalam bentuk laba di tahan, yaitu
sebesar 16,4 %.
Pada tahun 2001, dari total aktiva yang dimiliki PT. Ulung, proporsi aktiva lancarnya sebesar
34,5 %, dan aktiva tetap sebesar 65,5 %. Hal ini tidak terlampau berubah, bila di bandingkan
dengan komposisi pada tahun sebelumnya. Begitu juga pada pos aktiva lancar, komponen
persediaan tetap yang terbesar, yaitu : 18,5 %, dan secara berturut turut komponen piutang,
investasi pada surat surat berharga, kas, dan terakhir pada biaya di bayar di muka. Pada
komponen aktiva tetap, komponen mesin dan peralatan tetap yang terbesar, yaitu : 42,3 %,
dan diikuti berturut turut komponen tanah, bangunan, dan inventaris kantor. Dari struktur
pembiayaan, PT. Ulung di belanjai dengan hutang sebesar 50 % dan 50 % dari modal sendiri.
Dari total hutang, tetap hutang jangka panjang yang terbesar, yaitu : 18,6 %, seterusnya
diikuti oleh hutang wesel, hutang bank jangka pendek sama dengan hutang dagang, dan
terakhir hutang gaji.
Pada struktur modal sendiri, komposisi antara modal saham dengan laba yang di tahan
hampir sama dengan tahun sebelumnya, yaitu : 34,5 % modal saham, dan 15,5 % dalam
bentuk laba yang di tahan.
Analisa Common Size tahun 2000 ( laporan rugi / laba PT. Ulung )
Pada komponen laporan rugi / laba, dari total penjualan PT. Ulung, 80 % merupakan
komponen harga pokok penjualan, dan 20 % merupakan laba kotor. Berturut turut, biaya
pemasaran 6,7 % dari penjualan , biaya perjalanan dinas 1,9 %, beban bunga 2,6 %, biaya
operasi lainnya 3,6 %, total biaya operasi 14,8 %, laba operasi sebelum pajak 5,2 %, pajak !,6
%, dan terakhir laba bersih 3,6 % dari penjualan yang diperoleh PT. Ulung.
Analisa Common Size tahun 2001 ( laporan rugi / laba PT. Ulung )
Pada tahun 2001, proporsi komponen komponen yang ada pada laporan rugi / laba terhadap
penjualan mengalami perubahan yang cukup besar bila di bandingkan dengan tahun
sebelumnya, terutama pada komponen harga pokok penjualan, dari 80 % menjadi 70,6 %,
laba kotor dari 20 % menjadi 29,4 %.
Komponan biaya biaya operasi tidak terlampau berubah bila di bandingkan dengan tahun
sebelumnya. Laba operasi juga kenaikannya cukup besar, yaitu ; dari 5,2 % menjadi 13,6 %,
pajak juga dari 1,6 % menjadi 4,1 % dan laba bersih dari 3,6 % menjadi 9,5 % dari total
penjualannya.
Kenaikan dari komponen komponen laba kotor, laba operasi dan laba bersih yang cukup
besar, tidak lain disebabkan oleh kenaikan penjualan dan juga disebabkan oleh proporsi harga
pokok penjualan yang mengalami penurunan, yaitu dari 80 % menjadi 70,6 % dari penjualan.
A. Pengertian Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara
menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang
lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lain baik dalam rupiah atau dalam
unit. Teknik perbandingan juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah
atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan
atau rasio.
Secara umum hasil analisis perbandingan laporan keuangan dapat ditunjukkan dalam bentuk:
1. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horizontal) misalnya laporan keuangan
tahun 1996, dibandingkan den laporan keuangan tahun 1997. Perbandingan antara
1996, 1997, 1998, dan seterusnya.
2. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
3. Perbandingan dengan angka-angka standar Industri yang berlaku (Industrial Norm).
Di Indonesia standar ini belum tetapi di Amerika beberapa perusahaan
mengkhususkan diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moodys, Standard &
Poor dan lain-lain.
4. Perbandingan dengan budget (anggaran).
5. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.
Analisis horizontal
Analisis horizontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan dari
beberapa periode yang berbeda untuk melihat perubahanperubahan kekayaan perusahaan,
modal kerja netto, dan kas perusahaan. Dari analisisanalisis perubahan ini dapat diketahui
asal atau sumber penggunaan dana perusahaan, disamping perkembangan perusahaan dari
periode satu ke periode yang lainnya.
Analisis Vertikal
Perbandingan dapat juga dilakukan antara laporan yang sudah dikonversikan ke angka indeks
atau laporan bentuk common size awam. Metode ini dianggap lebih mudah dan lebih
sederhana menafsirkannya dibanding laporan aslinya. Dalam melakukan analisis laporan
keuangan teknik perbandingan ini kita dapat membandingkannya dengan angka-angka
laporan keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata
industri, dan rasio normatif sebagai perbandingan (yardstick).
Langkah awal yang baik didalam melakukan analisis laporan keuangan adalah dengan
menyajikan laporan keuangan secara komparatif, misalnya untuk dua atau tiga tahun atau
lebih. Dengan penyajian laporan keuangan seperti ini akan adapat diperoleh gambaran
mengenai pergerakan dan kecenderungan serta memberikan petunjuk yang berharga didal
rangka memprediksi masa datang.
Pembandingan laporan keuangan untuk dua atau tiga periode dapat dilakukan dengan
menghitung perubahan dari tahun ke tahun, baik dalam jumlah absolute (rupiah) maupun
dengan prosentase. Didalam perbandingan laporan keuangan, perubahan baik dalam absolute
(rupiah) maupun prosentase, keduanya harus dipertimbangkan. Hal ini disebabkan karena
ukuran rupiah dari dasar yang berbeda, yang digunakan untuk menghitung perubahan
prosentase dapat mengakibatkan perubahan prosentase yang besar, melebihi porsinya.
Sebagai contoh, suatu perubahan sebesar 20% dari satu angka Rp 1 juta adalah jauh lebih
tidak ada artinya dibandingkan dengan perubahan yang sama dari angka Rp 100 juta.
Perbandingan Laporan Keuangan
Dengan Comparative Balance Sheet atau memperbandingkan Neraca yang menunjukkan aset,
Hutang serta Modal perusahaan pada dua tanggal atau lebih akan dapat diketahui perubahan-
perubahan :
Laba atau rugi yang bersifat operasionil maupun insidentil
Diperolehnya Aset maupun perubahan bentuk Aset
Timbulnya atau lunasnya hutang maupun perubahan bentuk hutang yang satu ke
hutang lainnya
Pengeluaran atau pembayaran atau penarikan modal saham (penambahan atau
pengurangan modal)
Dalam membuat perbandingan antara berbagi laporan keuangan biasanya aktiva tertentu
seperti aktiva tidak berwujud (goodwill, hak patent, hak pengarang, dll) dan biaya yang
ditangguhkan tidak diikutsertakan, karena sering tidak komparabel. Hal ini disebabkan
masing-masing perusahaan mempunyai ciri-ciri khas mengenai aktiva tersebut.
Dalam membandingkan laporan keuangan dapat digunakan 2 jenis sumber data ;
Mempergunakan laporan keuangan dari satu perusahaan untuk beberapa tahun
Membandingkan laporang keuangan dari beberapa perusahaan untuk tahun yang
sama.misalnya tahun 2010 saja.
Dalam upaya perbandingan ini kita harus memiliki standard sebagai ukuran lain yang
dijadikan untuk membandingkan laporan yang kita miliki. Tanpa standar pembanding itu kita
tidak akan dapat menilai keadaan atau posisi perusahaan yang dinilai. Dalam melakukan
perbandingan ini perlu diyakinkan bahwa:
1. Standar penyusunan laporan keuangan harus sama.
2. Size dari perusahaan yang dibandingkan harus diperhatikan bukan berarti harus sama.
3. Periode laporan yang dibandingkan harus sama khususnya untuk laporan laba rugi dan
komponennya. Tidak diperkenankan laporan Laba/Rugi satu tahun dibandingkan dengan
laporan Laba Rugi satu semester.
Neraca Komparatif
31-Des Perubahan
Neraca
2008 2009 Rupiah %
ASET
Aset lancar
Kas dan setara kas 499.362 527.681 28.319 5.67
Piutang usaha
-Pihak ketiga-bersih 116.591 447.362 330.771 283.70
-Pihak hubungan istimewa 16.347 48.658 32.311 197.66
Piutang lainya
-Pihak ketiga 405.328 25.325 (380.003) (93.75)
-Pihak hubungan istimewa 167.096 198.758 31.662 18.95
Persediaan bersih 7.657.848 9.539.067 1.881.219 24.56
Pajak dibayar dimuka 470.490 472.741 2.251 0.48
Uang muka pembelian
1.547.275 1.295.793 (251.482) (16.25)
tembakau
Beban dibayar dimuka dan
aset lainya 156.950 133.259 (23.691) (15.09)
Jumlah aset lancar 11.037.287 12.688.643 1.651.356 14.96
Aset tidak lancar
Aset pajak tangguhan 74.435 63.226 (11.209) (15.05)
Penyertaan saham 22.373 20.587 (1.786) (7.98)
Aset tetap setelah
dikurangi
Akumulasi penyusutan
sebesar 4.329.506 4.310.194 (19.312) (0.44)
Rp. 2.099.422 pada tahun
2009 ( 2008 : Rp.1.725.765
)
Tanah untuk pengembangan 175.689 175.772 83 0.04
Godwill-bersih 313.014 275.167 (37.847) (12.09)
Aset lainya bersih 181.515 182.858 1.343 0.73
Jumlah aset tidak lancar 5.096.532 5.027.804 (68.728) (1.34)
JUMLAH ASET 16.133.819 17.716.447 1.582.628 9.80
Analisis >> Pada neraca komparatif di atas PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. untuk
aktiva lancar mengalami kenaikan sebesar 14,96 %. Kenaikan tersebut dipengaruhi karena
banyaknya kenaikan pada akun-akun aktiva lancar, kenaikan terbesar pada piutang usaha
pihak ketiga-bersih sebesar 283,70 %. Pada aktiva tidak lancar terjadi penurunan sebesar 1,34
%. Penurunan tersebut dipengaruhi banyaknya penurunan pada aktiva tidak lancar dan
penurunan terbesar pada aset pajak tangguhan sebesar 15,05 %.
Neraca Komparatif
Analisis >> Pada neraca komparatif di atas PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
untuk aktiva lancar mengalami kenaikan sebesar 14,96 %. Kenaikan tersebut
dipengaruhi karena banyaknya kenaikan pada akun-akun aktiva lancar, kenaikan
terbesar pada piutang usaha pihak ketiga-bersih sebesar 283,70 %. Pada aktiva tidak
lancar terjadi penurunan sebesar 1,34 %. Penurunan tersebut dipengaruhi banyaknya
penurunan pada aktiva tidak lancar dan penurunan terbesar pada aset pajak
tangguhan sebesar 15,05 %.
Analisis >> Pada laporan laba rugi komparatif di atas PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
mengalami laba, dengan laba bersih sebesar 30,60 %, laba tersebut dipengaruhi banyak akun
diantaranya adanya kenaikan pada penjualan bersih sebesar 12,37 %, beban pokok penjualan
juga naik sebesar 12,32 %. Untuk laba per saham dasar PT Hanjaya Mandala Sampoerna
Tbk. naik sebesar 29,14 %.