Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI SEWA

Dalam PSAK No. 30 tentang Leasing, disebutkan bahwa kegiatan sewa guna usaha (leasing)
diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat
Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No.
Kep-122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 dan No. 30/Kpb/I/74 tanggal 7 Februari 1974 tentang
"Perizinan Usaha Leasing". Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 jumlah perusahaan
sewa guna usaha dan transaksi sewa guna usaha makin bertambah dan meningkat dari tahun ke
tahun untuk membiayai penyediaan barang-barang modal dunia usaha.
PSAK 30 (Revisi 2007)

Sewa adalah suatu perjanjian dimana Lessor memberikan hak kepada Lesse untuk menggunakan
suatu aset selama waktu yang disepakati.

 Awal Sewa (Inception of the lease) adalah tanggal yang lebih awal antara tanggal
perjanjian sewa dan tanggal pihak-pihak menyatakan komitmen terhadap ketentuan-
ketentuan pokok sewa.
 Awal masa sewa ( Commencement of the lease term) adalah tanggal saat lessee mulai
berhak untuk menggunakan aset sewaan.

Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (joint venture) bersama perusahaan swasta
nasional telah mampu memopulerkan peranan kegiatan sewa guna usaha sebagai alternatif
pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di Indonesia, di samping
cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan. Perluasan cara-
cara pembiayaan tersebut sejalan dengan definisi leasing atau sewa guna usaha sebagaimana
dituangkan dalam pasal 1 SKB Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri
Perindustrian tersebut di atas yang menyatakan: "Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih (New York Optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama".

KARAKTERISTIK LEASING (SEWA)

A. Pengertian Leasing

Leasing adalah perjanjian kontraktual antara lessor dan lessee yang memberikan hak
kepada lessee untuk menggunakan properti tertentu yang dimiliki oleh lessor selama
periode waktu tertentu dengan membayar sejumlah uang (sewa) yang sudah ditentukan,
yang pada umumnya dilakukan secara periodik. Unsur penting dari perjanjian leasing
bahwa hak
kepemilikan lessor atas propertinya yang di-lease menjadi berkurang.

Oleh karena lease adalah suatu kontrak maka perjanjian yang disetujui oleh lessor dan
lessee dapat sangat bervariasi dan hanya dibatasi oleh keinginan kedua pihak tersebut.
Durasi (jangka waktu lease) dapat bervariasi dari periode waktu yang pendek hingga
seluruh umur manfaat dari aktiva yang bersangkutan. Pembayaran sewa (rental payments)
dapat dilakukan dari tahun ke tahun dalam jumlah yang meningkat atau menurun;
sementara nilainya dapat ditetapkan terlebih dahulu atau dapat bervariasi dengan
penjualan, suku bunga utama, indeks harga konsumen atau beberapa faktor lainnya.

B. Keunggulan Leasing

Walaupun leasing memiliki kekurangan, tetapi pertumbuhan pengaplikasiannya


menunjukkan bahwa lease sering kali memiliki keunggulan tambahan terhadap
kepemilikan properti. Beberapa keunggulan yang umumnya dinikmati lessee adalah
sebagai berikut:
1. Pembiayaan 100% dengan suku bunga tetap. Lease sering ditandatangani tanpa
membutuhkan uang muka dari lessee, yang membantu menghemat dana kas yang
terbatas, khususnya sangat diinginkan oleh perusahaan baru dan sedang berkembang.
Selain itu, pembayaran lease juga sering bersifat tetap sehingga melindungi lessee
dari inflasi dan meningkatnya cost uang (cost of money).
2. Tingkat bunga tetap. Walaupun tidak menutup kemungkinan tingkat bunga sewa
berfluktuatif, namun sebagian besar sewa menawarkan tingkat bunga tetap sehingga
pembayaran sewa juga tetap. Pembayaran sewa yang tetap lebih memberikan kepastian
pada pengelolaan arus kas masa depan perusahaan
3. Proteksi terhadap keusangan. Peralatan yang di-lease dapat mengurangi risiko
keusangan bagi lessee, dan dalam banyak kasus, dapat memindahkan risiko nilai residu
kepada lessor.
4. Fleksibilitas. Perjanjian lease memiliki lebih sedikit batasan-batasan bila
dibandingkan dengan perjanjian utang lainnya. Lessor yang inovatif mampu membuat
perjanjian lease disesuaikan dengan kebutuhan khusus lessee. Misalnya, pembayaran
sewa dapat diatur untuk memenuhi waktu pendapatan kas yang dihasilkan oleh
peralatan yang di-lease sehingga pembayaran dapat dilakukan pada saat peralatan
tersebut mulai produktif.
5. Pembiayaan yang lebih murah. Beberapa perusahaan menyadari bahwa pembiayaan
dengan lease ternyata jauh lebih murah daripada jenis pembiayaan lainnya.
6. Keuntungan Pajak. Dalam sewa pembiayaan, penyerahan asset sewaan tidak dikenakan
PPN dan lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa kepada lessor.
7. Pembiayaan di luar neraca (off-balance-sheet financing). Beberapa lease tidak
mengakibatkan bertambahnya kemampuan perusahaan untuk melakukan pinjaman.
Pembiayaan di luar neraca semacam itu penting bagi perusahaan tertentu.
C. Sifat Konseptual Lease

Secara singkat, FASB setuju dengan pendekatan kapitalisasi apabila lease serupa dengan
pembelian seluruh cicilan, dengan menyatakan bahwa lease yang secara substansial
memindahkan seluruh manfaat dan risiko dari kepemilikan properti harus dikapitalisasi.
Pemindahan kepemilikan dianggap terjadi hanya jika lease tersebut tidak dapat
dibatalkan. Tidak dapat dibatalkan berarti bahwa kontrak lease bisa dibatalkan hanya
bila terjadi suatu hal yang bersifat kontinjensi atau ketentuan pembatalan dari penalty
kontrak begitu tinggi bagi lessee sehingga kemungkinan pembatalan terjadi sangat kecil.
Hanya lease yang tidak dapat dibatalkan yang perlu dikapitalisasi.

Dengan demikian, dapat diambil 3 kesimpulan. (1) Karakteristik yang menunjukkan


bahwa secara substansial semua manfaat dan risiko kepemilikan yang telah ditransfer
harus diidentifikasi. (2) Karakteristik yang sama harus diterapkan secara konsisten kepada
lessee dan lessor. (3) Lease yang tidak mentransfer semua manfaat dan risiko secara
substansial disebut sebagai lease operasi. Kontrak lease ini tidak perlu dikapitalisasi,
tetapi diperlakukan sebagai pembayaran lease dan penerimaan lease.

D. Jenis-Jenis Sewa
Berdasarkan PSAK 30 (Revisi 2011) Sewa, sewa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Sewa operasi (operating lease);
2. Sewa pembiayaan (finance lease).
Perbedaan antara keduanya adalah pada sewa pembiayaan terjadi pengalihan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu asset,
terlepas apakah hak milik pada akhirnya dapat dialihkan atau tidak. Sedangkan pada sewa
operasi, pengalihan risiko dan manfaat tersebut tidak terjadi. Perlu diingat bahwa
pengalihan risiko dan manfaat tidak harus dalam bentuk pengalihan kepemilikan,
sehingga tidak adanya pengalihan kepemilikan belum tentu merupakan sewa operasi.
Jadi, penekanannya bukan pada bentuk kontrak melainkan substansi transaksinya.

Kriteria Sewa Pembiayaan


Suat transaksi yang secara substansi mengalihkan risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan suatu asset, biasanya memenuhi salah satu atau beberapa situasi berikut ini.
1. Perjanjian sewa menyatakan adanya pengalihan kepemilikan asset kepada lessee pada
akhir masa sewa.
2. Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan
nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat
dipastikan bahwa opsi akan dilaksanakan.
3. Masa sewa mencakup sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak
dialihkan.
4. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial
mendekati nilai wajar aset sewaan.
5. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu
modifikasi secara material.

Analisis Perjanjian Sewa


Dalam perjanjian sewa terdapat beberapa hal yang disepakati antara lessee dan lessor yang
tertuang dalam kontrak sewa. Substansi dari perjanjian tidak selalu sama dengan apa yang
tertera dalam kontrak, namun harus dianalisis lebih dalam. Suatu transaksi dapat saja
berbentuk kontrak jual-beli, namun substansinya adalah sewa. ISAK 8: Transaksi yang
mengandung Sewa, mengatur cara untuk menentukan apakah suatu transaksi mengandung
sewa.
Selain itu, kondisi-kondisi lain atau tambahan yang terdapat dalam perjanjian sewa juga
harus diperhatikan karena dapat berpengaruh terhadap substansi dari perjanjian sewa. Untuk
itu perlu bagi kita memahami berbagai terminology yang ada dalam PSAK 30 (Revisi 2011)
agar kita tidak salah dalam menentukan jenis sewa. Berikut adalah beberapa terminologi
yang harus diperhatikan dalam menganalisis suatu perjanjian sewa.

1. Sewa yang tidak dapat dibatalkan


2. Awal sewa
3. Awal masa sewa
4. Masa sewa
5. Pembayaran sewa minimum
6. Rental kontinjen
7. Nilai residu yang dijamin
8. Umur ekonomis
9. Umur manfaat

AKUNTANSI OLEH LESSEE

A. PENCATATAN LEASE

Jika lessee mengkapitalisasi lease maka lessee akan mencatat aktiva dan kewajiban yang
umumnya sama dengan nilai sekarang pembayaran sewa, lessor yang sudah
memindahkan secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan, mengakui
penjualan dengan mengeluarkan aktiva dari neraca dan menggantikannya dengan piutang.
Jurnal yang dibuat oleh lessor dan lessee dengan asumsi peralatan di-lease dan dikapitalisasi
adalah sebagai berikut:

Lessee Lessor
Peralatan yang di-lease RpXXX Piutang lease (bersih) RpXXX
Kewajiban lease RpXXX Peralatan RpXXX

Karena sudah mengkapitalisasi aktiva, lessee akan mencatat penyusutan. Lessor dan lessee
akan memperlakukan pembayaran lease sebagai pembayaran pokok dan bunga. Jika
kontrak lease tidak dikapitalisasi, tidak ada yang dicatat oleh lessee dan tidak ada aktiva
yang dikeluarkan dari pembukuan tersebut. Pada saat pembayaran lease dilakukan,
lessee mencatat beban sewa dan lessor mengakui pendapatan sewa.

Untuk lease yang dicatat sebagai Lease Modal (capital lease), lease harus dianggap
tidak dapat dibatalkan, dan memenuhi satu dari lebih empat kriteria berikut ini:

1. Lease mentransfer kepemilikan properti kepada lessee.


2. Lease memiliki opsi untuk membeli dengan harga khusus (bargain purchase option).
3. Jangka waktu lease sama dengan atau lebih 75% dari estimasi umur ekonomis
aktiva yang di-lease.
4. Nilai sekarang (present value) dan pembayaran lease minimum (tidak termasuk
biaya executory) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai wajar properti yang di-
lease.

Lease yang tidak memenuhi salah satu kriteria di atas diklasifikasikan sebagai Lease
Operasi (operating lease).

B. KRITERIA KAPITALISASI

Keempat kriteria kapitalisasi yang berlaku untuk lease bersifat kontroversial dan sulit
diterapkan dalam praktik. Kriteria-kriteria tersebut akan dibahas berikut ini.

1. Pengujian Pengalihan Kepemilikan


Jika lease tersebut mengalihkan kepemilikan aktiva kepada lessee maka lease itu
dianggap sebagai lease modal. Kriteria ini tidak bersifat kontroversial dan mudah
untuk diterapkan.
2. Pengujian Opsi untuk Pembelian dengan Harga Khusus (Bargain Purchase Option)
Opsi pembelian khusus adalah sebuah provisi yang memungkinkan lessee untuk
membeli properti yang di-lease dengan harga yang secara signifikan lebih rendah
dibandingkan nilai wajar properti yang diharapkan pada tanggal opsi itu dapat
digunakan. Pada awal lease, perbedaan antara harga opsi dengan nilai pasar wajar
yang diharapkan harus cukup besar sehingga realisasi dari opsi bisa dipastikan secara
layak.
3. Pengujian Umur Ekonomis (Pengujian 75%)
Jika periode lease sama dengan atau melebihi 75% dari umur ekonomis aktiva, di mana
sebagian besar risiko dan imbalan atas pemilikan barang dialihkan ke lessee maka
perlu dilakukan kapitalisasi. Akan tetapi, penentuan jangka waktu atau masa lease dan
umur ekonomis aktiva dapat menimbulkan masalah.
4. Pengujian Pemulihan Investasi (Pengujian 90%)
Jika nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease minimum (minimum lease
payments) sama dengan atau melebihi 90% dari nilai pasar wajar aktiva maka aktiva
yang di-lease harus dikapitalisasi. Dasar pemikiran untuk pengujian ini bahwa jika
nilai sekarang pembayaran lease minimum tidak berbeda banyak dengan harga pasar
aktiva maka secara efektif aktiva tersebut dapat dibeli.

C. AKTIVA DAN KEWAJIBAN YANG DIPERLAKUKAN SECARA BERBEDA

Dalam transaksi lease modal, lessee menggunakan lease sebagai sumber pembiayaan. Lessor
membiayai transaksi (menyediakan modal investasi) melalui aktiva yang di-lease, dan
lessee melakukan pembayaran sewa, yang sebenarnya merupakan pembayaran cicilan.
Oleh karena itu, selama umur properti yang di-lease, pembayaran sewa kepada lessor
mencakup pembayaran pokok ditambah bunga.

1. Pencatatan Aktiva dan Kewajiban

Dalam metode lease modal, lessee memperlakukan transaksi lease seolah-olah aktiva
telah dibeli dalam transaksi pembiayaan di mana aktiva diperoleh dan kewajiban
diakui. Oleh karena itu, lessee mencatat lease modal sebagai aktiva dan kewajiban pada
nilai terendah antara (a) nilai sekarang (present value) dari pembayaran lease
minimum (tidak termasuk cost executory) atau (b) nilai pasar wajar aktiva yang
di-lease pada awal lease. Dasar pemikiran untuk pendekatan ini bahwa aktiva yang di-
lease tidak boleh dicatat lebih tinggi dari nilai pasar wajarnya.

2. Periode Penyusutan

Salah satu aspek yang menyulitkan akuntansi untuk penyusutan aktiva yang di-
lease yang dikapitalisasi berhubungan dengan periode penyusutan. Jika perjanjian
lease mengalihkan kepemilikan aktiva kepada lessee (Kriteria 1) atau mencakup opsi
pembelian dengan harga khusus (Kriteria 2) maka aktiva yang di-lease dengan cara
yang konsisten melalui kebijakan penyusutan norma lessee atas aktiva yang
dimilikinya, dengan menggunakan umur ekonomis aktiva. Sebaliknya, jika lease tidak
mengalihkan kepemilikan atau tidak mencakup opsi pembelian dengan harga khusus
maka aktiva disusutkan selama masa lease.

3. Metode Bunga Efektif

Selama jangka waktu lease, metode bunga efektif digunakan untuk mengalokasikan
setiap pembayaran lease antara pokok dan bunga. Metode ini menghasilkan beban
bunga periodik yang sama dengan persentase konstan dari nilai tercatat kewajiban
lease. Tingkat diskonto yang digunakan oleh lessee untuk menentukan nilai sekarang
dari pembayaran lease minimum harus digunakan oleh lessee ketika mengaplikasikan
metode bunga efektif pada lease modal.

4. Konsep Penyusutan

Walaupun jumlah yang awalnya dikapitalisasi sebagai aktiva dan dicatat sebagai
kewajiban telah dihitung pada nilai sekarang yang sama, tetapi penyusutan aktiva
dan pengurangan kewajiban adalah 2 proses akuntansi yang independen selama
jangka waktu lease. Lessee harus menyusutkan aktiva yang di-lease dengan
menggunakan metode penyusutan konvensional; garis lurus, jumlah angka tahun, saldo
menurun, unit produksi, dan lainnya.

AKUNTANSI OLEH LESSOR

A. KEUNGGULAN LEASING BAGI LESSOR

Keunggulan leasing bagi lessor adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan bunga. Leasing adalah salah satu bentuk pembiayaan. Oleh karena itu,
lembaga keuangan dan perusahaan leasing menganggap leasing sangat menarik
karena menyediakan marjin bunga yang kompetitif
2. Insentif Pajak. Dalam banyak kasus, perusahaan yang me-lease tidak dapat
menggunakan manfaat pajak, tetapi leasing memberikan mereka peluang untuk
mengalihkan manfaat pajak semacam itu kepada pihak lain (lessee) berupa
pengembalian atas tarif sewa yang lebih rendah dari aktiva yang di-lease.
3. Nilai Residu yang Tinggi. Keunggulan lain bagi lessor adalah pengembalian properti
pada akhir masa lease. Nilai residu dapat menghasilkan laba yang sangat besar.

Dari sudut pandang lessor, semua lease dapat diklasifikasikan untuk tujuan akuntansi
sebagai berikut :
1. Lease operasi.
2. Lease pembiayaan langsung.
3. Lease jenis penjualan.

Kriteria Kapitalisasi (Lessor)


Kelompok I

1. Lease mengalihkan kepemilikan properti kepada lessee.


2. Lease mencakup opsi pembelian dengan harga khusus.
3. Jangka waktu lease sama dengan atau lebih dari 75% estimasi umur ekonomis
properti yang di-lease.
4. Nilai sekarang dari pembayaran lease minimum (kecuali cost executory) sama dengan
atau melebihi 90% nilai wajar properti yang di-lease.

Kelompok II

1. Ketertagihan pembayaran yang diperoleh dari lessee dapat diprediksi secara layak.
2. Tidak ada ketidakpastian yang penting di seputar jumlah biaya/cost yang tidak dapat
dibayarkan kembali meskipun telah dikeluarkan oleh lessor menurut lease (apa yang
perlu dilakukan oleh lessor secara substansial telah selesai atau biaya masa depan
dapat diprediksi secara layak).

Mengapa kriteria Kelompok II disyaratkan? Jawabannya bahwa profesi ingin


memastikan bahwa lessor telah benar-benar mengalihkan risiko dan manfaat
kepemilikan. Jika ketertagihan pembayaran tidak dapat diprediksi atau jika apa yang
perlu dilakukan oleh lessor tidak lengkap maka kriteria untuk pengakuan pendapatan
belum dipenuhi, dan hal itu harus diklasifikasikan sebagai lease operasi.

Perbedaan antara lease pembiayaan langsung dan lease jenis penjualan bagi lessor
adalah ada atau tidaknya untung (atau kerugian) produsen atau penyalur: lease jenis
penjualan melibatkan keuntungan produsen atau penyalur. Sedangkan, lease pembiayaan
langsung tidak memiliki keuntungan tersebut. Keuntungan (atau kerugian) lessor adalah
perbedaan nilai wajar properti yang di-lease pada awal lease dengan nilai buku lessor.
Umumnya lease jenis penjualan terjadi apabila perusahaan manufaktur atau penyalur
menggunakan leasing sebagai sarana memasarkan produk mereka.

B. METODE PEMBIAYAAN LANGSUNG (DIRECT FINANCING LEASE) – OLEH


LESSOR

Pada hakikatnya, lease merupakan pembiayaan atau pembelian aktiva oleh lessee yang
mengharuskan lessor mengganti aktiva yang di-lease dengan “piutang pembayaran
lease”. Informasi yang dibutuhkan untuk mencatat lease pembiayaan langsung (direct
financing lease) ditunjukkan pada pembahasan berikut.
Perhitungan investasi kotor (piutang pembayaran lease) sering membi-ngungkan karena
ketidakpastian mengenai bagaimana memperhitungkan nilai residu. Ingat, bahwa
pembayaran lease minimum mencakup hal-hal berikut ini.

1. Pembayaran lease (tidak termasuk cost executory)


2. Opsi pembelian dengan harga khusus (jika ada)
3. Nilai residu yang dijamin (jika ada)
4. Denda atau penalty atas kegagalan untuk memperbarui (jika ada)

TRANSAKSI JUAL DAN SEWA-BALIK


Transaksi jual dan sewa-balik meliputi penjualan suatu aset dan penyewaan kembali aset
yang sama. Tujuan dilakukannya transaksi ini oleh lessee adalah untuk pendanaan tanpa harus
kehilangan manfaat dari aset operasionalnya. Ketika menjual aset, lessee mendapatkan dana
sebesar nilai aset yang dijual dan masih dapat memanfaatkan sisa dana tersebut atas jumlah yang
belum dibayarkan sebagai pembayaran sewa kepada lessor.

Pembayaran sewa dan harga jual biasanya saling terkait karena keduanya dinegosiasikan
dalam satu paket. Dalam transaksi ini, pihak yang awalnya menjual aset akan menjadi lessee dan
yang membeli aset akan menjadi lessor. Perlakuan akuntansi untuk transaksi jual dan sewa-balik
bergantung pada jenis sewanya, apakah penyewaan kembali tersebut memenuhi kategori sewa
pembiayaan atau sewa operasi.

Sewa Pembiayaan
Pengakuan dan Pengukuran
Lessee (Penjual)
Jika suatu transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa pembiayaan, maka selisih lebih hasil
penjualan dari jumlah tercatat tidak dapat diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual (lessee),
tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.

Lessor (Pembeli)
Pengakuan piutang pembiayaan pada lessor juga mengacu kepada ketentuan dalam sewa
pembiayaan, yaitu sebesar nilai wajar aset. Nilai wajar aset adalah sebesar harga jual dari lessee
kepada lessor. Nilai wajar tersebut juga digunakan sebagai dasar penentuan nilai pembayaran sewa
oleh lessee.

Penyajian dan Pengungkapan


Penyajian aset dan liabilitas serta pendapatan dan beban pada transaksi jual dan sewa-balik ini
mengacu pada ketentuaan pada sewa pembiayaan. Pendapatan tangguhan yang diakui lessee
disajikan sebagai liabilitas pada Laporan Posisi Keuangan. Pengungkapan yang dipersyaratkan
untuk lessee dan lessor berlaku sama untuk transaksi jual dan sewa-balik. Pengungkapan khusus
diperlukan untuk pengaturan sewa yang material dan tidak biasa dari perjanjian atau persyaratan
transaksi jual dan sewa-balik.

Sewa Operasi
Pengakuan dan Pengukuran
Lessee (Penjual)
Jika suatu transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa operasi:

1. Jika lessee menjual aset tersebut pada nilai wajarnya, maka laba atau rugi diakui segera;
2. Jika harga jual di bawah nilai wajarnya, maka laba atau rugi diakui segera, kecuali rugi tersebut
dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan yang lebih rendah dari harga pasar,
maka rugi tersebut harus ditangguhkan dan diamortisasi secara proporsional dengan
pembayaran sewa selama periode penggunaan aset;
3. Jika harga jual di atas nilai wajar, selisish lebih dari nilai wajar tersebut ditangguhkan dan
diamortisasi selama periode penggunaan aset;
4. Jika nilai wajar aset pada saat transaksi jual dan sewa-bliak lebih rendah daripada jumlah
tercatatnya, rugi sebesar selisih antara jumlah tercatat dan nilai wajar diakui segera.

Lessor (Pembeli)
Penyajian dan Pengungkapan
penyajian aset dan liabilitas serta pendapatan dan beban pada transaksi jual dan sewa-balik ini
mengacu pada ketentuan pada sewa operasi, kecuali untuk laba tangguhan yang diakui lessee
disajikan sebagai liabilitas pada Laporan Posisi Keuangan. Pengungkapan yang dipersyaratkan
untuk lessee dan lessor berlaku sama untuk transaksi jual dan sewa-balik. Pengungkapan khusus
diperlukan untuk pengaturan sewa yang material dan tidak biasa dari perjanjian atau persyaratan
transaksi jual dan sewa-balik.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Pengakuan akuntansi atas sewa pembiayaan dan sewa operasi memiliki dampak yang berbeda
terhadap penyajian Laporan Keuangan. Pada sewa pembiayaan, Lessee mengakui aset sekaligus
liabilitas sewa sehingga berdampak terhadap komposisi di Laporan Posisi Keuangan. Sementara
pada sewa operasi, lessee tidak mengakui aset maupun liabilitas sewa di Laporan Posisi Keuangan.
Lessee hanya mengakui beban atas pembayaran sewa. Istilah ini disebut juga sebagai off-balance
sheet financing.
Pada sewa pembiayaan, sekalipun aset bertambah, namun liabiliatas juga bertambah dengan
porsi yang lebih besar pada liabilitas jangka panjang. Penambahan liabilitas ini akan berdampak
negatif terhadap rasio-rasio keuangan seperti: Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
dan Imbal Hasil atas Aset (Return on Asset). Hal inilah yang menyebabkan banyak perusahaan
menghindari untuk mengakui suatu sewa sebagai sewa pembiayaan. Untuk itu diperlukan analisis
yang memadai untuk menentukan klasifikasi suatu sewa agar penyajian di Laporan Keuangan
mencerminkan substansi transaksinya.

Anda mungkin juga menyukai