A. Risk (Risiko)
Risiko (risk) didefinisikan dalam kamus Webster sebagai “suatu halangan (gangguan)
eksposur terhadap kerugian atau kecelakaan”. Jadi, risiko diartikan sebagai peluang akan
terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Risiko suatu aset dapat dianalisa dengan dua
cara, (1) dalam basis berdiri sendiri dimana aset dilihat secara terpisah (Stand-Alone Risk),
dan (2) basis portofolio dimana aset dimiliki sebagai salah satu dari sejumlah aset lainnya
dalam suatu portofolio.
Secara umum, risiko adalah tingkat ketidakpastian akan terjadinya sesuatu atau tidak
terwujudnya sesuatu tujuan, pada suatu kurun atau periode waktu tertentu (time period). Atau
resiko bisa dikatakan sebagai penyimpanan arus kas yang mungkin terjadi dimasa yang akan
datang semakin besar rentang penyimpanan yang mungkin terjadi,maka akan semakin besar
resikonya.jika dipikirkan hal ini merupakan sebuah konsep yang cenderung bersifat intuitif.
Risiko bisa juga diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan
return yang diharapkan. Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko disebut
dengan risk averse investor. Investor ini tidak mau mengambil risiko suatu investasi jika
investasi tersebut tidak memberikan harapan return yang layak sebagai kompensasi terhadap
risiko yang ditanggung investor tersebut. Sikap investor terhadap risiko akan tergantung pada
preferensi investor terhadap risiko. Investor yang lebih berani akan memilih risiko investasi
yang lebih tinggi, yang diikuti dengan harapan tingkat return yang tinggi pula. Demikian pula
sebaliknya, investor yang tidak mau menanggung risiko yang tinggi tentunya tidak akan bisa
mengharapkan tingkat return yang tinggi pula.
Formulasinya:
Koefisien variasi = CV =
ER = expected return
Suatu investasi yang mempunyai koefisien variasi (CV) tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return) lebih rendah, maka investasi tersebut lebih kecil risikonya,
meskipun standar deviasinya lebih tinggi. Sebagai contoh dapat dilihat data estimasi tingkat
pembelian dari empat alternative investasi, seperti dalam table berikut.
Rate of Deviation:
Economy, Probability Return Actual –
Which of This if This 10% Squared
Affects Demand Demand Expected Deviation Deviation
Demand Occurring Occurs Return Squared × Prob.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Strong 0,30 80% 70% 0,4900 0,1470
Normal 0,40 10% 0% 0,0000 0,0000
Weak 0,30 -60% -70% 0,4900 0,1470
1,00 Σ = Variance: 0,2940
Standard deviation = square root of
0,5422
Standard deviation expressed as a
54,22%
Rate of Deviation:
Economy, Probability Return Actual –
Which of This if This 10% Squared
Affects Demand Demand Expected Deviation Deviation
Demand Occurring Occurs Return Squared × Prob.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Strong 0,30 15% 5% 0,0025 0,0007
Normal 0,40 10% 0% 0,0000 0,0000
Weak 0,30 5% -5% 0,0025 0,0008
1,00 Σ = Variance: 0,0015
Standard deviation = square root of
0,0387
Standard deviation expressed as a
3,87%
Jika menggunakan data di atas standar deviasi Martin 54,2% sehingga pengembalian
aktualnya cenderung akan cukup berbeda dari 10%. Standar deviasi Water adalah 3,9%
sehingga pendapatan aktualnya lebih dekat ke pengembalian yang diharapkan sebesar 10%.
Sigma rata-rata perusahaan publik adalah sekitar 20-30% dalam beberapa tahun terakhir; jadi
Martin lebih beresiko dibanding sebagian besar saham, sementara Water sebaliknya.
Tingkat pengembalian yang diharapkan juga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
yang melukan hal yang sama seperti tabe;l matriks pembayaran.
Tingkat pengembalian yang diharapkan = ȓ = P₁r₁ + P₂r₂ + …. Pᴺrᴺ
= ∑
Standar Deviasi = σ= √∑
Jadi pada dasarnya standar deviasi merupakan rata-rata tertimbang dari deviasi-
deviasi nilai yang diharapkan, dan nilai ini memberikan gambaran tetnatng seberapa jauh
kemungkinan pengembalian actual dibandingkan pengambilan yang diharapkan.
σp di mana:
Dari rumusan tersebut tingkat keuntungan yang diharapkan untuk semua portofolio yang efisien
pada dasarnya adalah sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko ditambah dengan premium risiko
tingkat keuntungan sebagai kompensasi atas risiko portofolio yaitu sebesar [(Rm – Rf) / σm] dikalikan
dengan penyimpangan standar portofolio (σ p). Bila digambarkan dalam garis pasar modal akan
nampak sebagai berikut:
SML: ri = rRF + (RPM)bi
Contoh: Berapa tingkat keuntungan yang dapat diharapkan dari saham PT. TEKSINDO
bila tingkat keuntungan pasar sebesar 15%, koefisien beta 0,60, dan tingkat keuntungan
bebas risiko sebesar 12%?
Ri = Rf + βi(Rm – Rf)
Dalam menjalankan sebuah bisnis, perusahaan kecil lebih berisiko dalam tingkat
pengembalian dari pada perusahaan besar. Mengapa? Karena pengalaman bisnis perusahaan
kecil mengandung risiko operasi yang lebih besar , mereka lebih sensitif terhadap
kecenderungan bisnis yang menurun dan beberapa beroperasi dalam pasar yang kecil yang
dengan cepat muncul dan kemudian dengan cepat lenyap. Selain itu perusahaan kecil
mengandalkan pembiayaan melalui utang dibandingkan perusahaan yang besar. Perbedaan ini
menciptakan variabilitas yang lebih pada jumlah laba dan arus kas, yang diartikan sebagai
risiko yang lebih besar.
Dengan memikirkan forgoing (kehilangan peluang yang lebih baik), kita harus
mengharapkan adanya tingkat pengembalian yang berbeda untuk pemilik dari berbagai surat-
surat berharga tersebut. Jika pasar menghargai investor atas risiko yang ditanggungnya, maka
tingkat pengembalian harus meningkat mengikuti peningkatan risiko.
Pada kenyataanya, seorang investor yang netral terhadap risiko cenderung mengambil
posisi agresif maksimum. Ia akan membeli sebanyak mungkin aset yang menjanjikan hasil
tinggi dan menjual sebanyak mungkin aset yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang
menciptakan kondisi paritas suku bunga. Adapun karakteristik tersebut secara umum dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu :
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang
diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya mengindari
risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter pebisnis yang melakukan
tindakan seperti ini disebut dengan safety player.
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung
terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan. Bagi kalangan bisnis,
mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara ekstrem disebut sebagai tipe
peragu.
Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan
spekulasi dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi
pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker adalah mental yang
dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar. Karakter ini yang paling mendominasi
jika dilihat dari kedekatannya pada risiko.
a. Suku bunga bebas risiko dapat berubah karena perubahan inflasi yang diantisipasi.
b. Beta saham dapat berubah.
c. Penolakan investor terhadap risiko dapat berubah.
7. Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dan investasi, maka didirikanlah oleh
Pemerintah Pasar Modal Indonesia, dalam hal ini khususnya Bursa Efek Jakarta.
Pasar modal memberikan pilihan investasi yang semakin banyak bagi perusahaan yang
telah go public (emiten) untuk memperoleh dana dalam mengembangkan perusahaannya,
maupun investor untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih besar dari investasi
yang ditanamkan sebelumnya (capital gain). Tingkat pengembalian yang diharapkan
berkaitan erat dengan risiko yang ditanggungnya, bila tingkat pengembalian yang diperoleh
besar, maka risikonya juga besar, dan sebaliknya bila tingkat pengembalian yang diperoleh
kecil, maka risikonya juga kecil, tetapi semuanya tergantung dari investor itu sendiri dalam
menghadapi risiko.