Anda di halaman 1dari 30

KONSEP REFORMASI PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM M.

UMER
CHAPRA DAN URGENSINYA PADA KEBANGKITAN EKONOMI ISLAM DI
INDONESIA

Proposal Thesis

Untuk Menyusun Tesis S-2 dalam Program Pasca Sarjana Ekonomi Syariah

Diajukan Oleh

Dahlia Arikha Iffatussadah

17086050012

FAKULTAS EKONOMI SYARIAH

PASCA SARJANA IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

2020
DAFTAR ISI

ABSTRAK i 

KATA PENGANTAR ii 

DAFTAR ISI v 

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah


B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Kerangka Teori
H. Penelitian Terdahulu
I. Metodologi Penelitian
J. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Pembangunan Ekonomi


Islam 
B. Fungsi Dan Tujuan Pembangunan Ekonomi Islam 
C. Teori Pembangunan Ekonomi Islam

BAB III PEMIKIRAN PEMBANGUNAN EKONOMI


ISLAM M. UMER CHAPRA 

A. Biografi dan Tokoh yang Mempengaruhi M. Umer


Chapra
B. Pemikiran-pemikiran M. Umer Chapra dan Karya-
karyanya
C. Pemikiran Pembangunan Ekonomi Islam M. Umer
Chapra

BAB IV URGENSI PEMIKIRAN M. UMER CHAPRA DALAM


KEBANGKITAN SISTEM EKONOMI NEGARA MUSLIM

A. Sistem Ekonomi Dunia


B. Kritik Chapra atas Sistem Ekonomi Dunia
C. Analisis Urgensi Pemikiran Chapra dalam Upaya
Kebangkitan Ekonomi Negara Muslim

BAB V
PENUTUP 

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang Masalah

Ervin Laszlo dalam bukunya 3rd Millenium, The Challenge and the Vision
mengungkapkan kekeliruan sejumlah premis ilmu ekonomi, terutama rasionalitas
ekonomi yang telah mengabaikan sama sekali nilai-nilai dan moralitas. 1 Menurut mereka
kelemahan dan kekeliruan itulah yang antara lain menyebabkan ilmu ekonomi tidak
berhasil menciptakan keadilan ekonomi dan kesejahteraan bagi umat manusia. yang
terjadi justru sebaliknya, yaitu ketimpangan yang semakin tajam antara negara-negara
berkembang (yang miskin) dengan negara-negara dan masyarakat kaya.

Kapitalisme dituding telah menciptakan jurang perbedaan dan “ketergantungan” 2


negara-negara Dunia Ketiga yang berdampak kepada semakin terpuruknya ekonomi
negara-negara tersebut. Melihat kondisi seperti ini, negara-negara Dunia Ketiga
umumnya, dan negara-negara muslim khususnya, dituntut untuk berusaha menutup
jurang perbedaan dengan negara-negara industri besar yang sudah maju, dengan sumber
daya yang dimiliki. Bagaimanapun negara-negara muslim punya nilai-nilai dan
kebudayaan yang berbeda dengan Barat. Jika negara muslim terus menerus berada dalam
ketergantungan, maka hal itu bukan saja menjebloskan pada jebakan sistem ekonomi
Barat, tetapi secara gradual akan mengikis sistem nilainya. 3

Kenyataan yang memprihatinkan dan mengancam identitas Islam tersebut membuat


para pemikir Muslim mulai membahas dan mencari formulasi baru sistem ekonomi yang
lebih menjamin keadilan, pemerataan dan kesejahteraan masyarakat dunia. Banyak usaha
yang telah dilakukan para sarjana dan cendekiawan muslim untuk “mengislamkan
ekonomi” yang pada gilirannya muncul gagasan ekonomi Islam yang dimaksudkan
sebagai suatu sistem alternatif dari kapitalisme dan sosialisme yang bukan saja tidak
sesuai dengan Islam, tetapi juga gagal memecahkan problem ekonomi negara-negara
Dunia Ketiga.

Sistem ekonomi Islam berangkat dari kesadaran tentang etika, sebuah ethical
economy, sedangkan sistem ekonomi lain, baik kapitalisme maupun sosialisme, berangkat
dari kepentingan (interest). Kapitalisme berangkat dari kepentingan perorangan

1
Ervin Laszlo, Millenium Ketiga, Tantangan dan Visi (terj.3Rd Millenium The Challenge
and Vision, Jakarta, Dinastindo, Adiperkasa Internasional, 1999), hal. 34
2
Ketergantungan oleh Dos Santos didefinisikan sebagai suatu situasi di mana ekonomi
sekelompok negara dikondisikan oleh perkembangan dan ekspansi ekonomi lain, di mana ekonomi
sekelompok negara tersebut tunduk kepadanya. Ian Roxborough, Teori-teori Keterbelakangan,
terj. Rohman Achwan (Jakarta: LP3ES, 1986), hal. 70.
3
Issa J. Boullata, Dekonstruksi Tradisi: Gelegar Pemikiran Arab Islam (Yogyakarta:
LkiS, 2001), hal. 140.
(selfishness) dan sosialisme berangkat dari kepentingan kolektif (collectivisme). Dengan
ekonomi bedasar etika itu agama tidak menjadi alat bagi suatu kepentingan. Tugas umat
ialah memikirkan bahwa agamanya menghendaki sebuah ethical economy tetapi tetap
tanggap kepada kepentingan-kepentingan yang nyata. 4

If Islam can be shown to be capable of providing fruitful vision to illuminate the


modern conscience, then all mankind and not only Muslims, have a stake in the
outcome.5
Di tengah krisis sistem kontemporer yang bebas nilai, hampa nilai, yakni faham
kapitalis dan sosialis, Islam menekankan pada suatu sistem nilai yang penuh dan lengkap
memuat nilai-nilai kehidupan. Selain itu keunikan pendekatan Islam terletak pada sistem
nilai yang mewarnai tingkah laku ekonomi.. Segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi
tercakup nilai-nilai instrumental dan norma-norma yang operasional untuk diterapkan
dalam pembentukan lembaga-lembaga masyarakat. Oleh kaena itu, bukan sekedar
lamunan apabila sebuah sistem ekonomi Islâm, sesungguhnya dapat, perlu dan
semestinya dibangun, jika suatu kehidupan yang selamat sejahtera benar-benar diinginkan
untuk terwujud dalam realitas masyarakat, yaitu masyarakat yang “homo-islamicus”, dan
bukan mayarakat yang homo economicus sebagaimana faham kapitalis dan sosialis.

Kondisi ini selaras dengan kiritik M.Umer Chapra tentang sistem Kapitalisme
laissez-faire dan Sosialisme yang gagal merealisasikan pemenuhan kebutuhan dasar,
kesempatan kerja penuh, distribusi pendapatan, dan kekayaan yang merata. Kedua sistem
itu tidak dapat mengantarkan perubahan struktural radikal yang diperlukan untuk
merealisasikan pertumbuhan dengan keadilan dan stabilitas. Oleh karena itu, kedua
sistem itu tidak mungkin dapat berfungsi sebagai contoh bagi negara yang sedang
berkembang, khususnya negara-negara muslim karena komitmen Islam yang tegas
terhadap keadilan sosioekonomi.6

Chapra menggaris bawahi bahwa Islam sangat memperhatikan masalah


pembangunan ekonomi, namun tetap menempatkannya sebagai bagian dari persoalan
yang lebih besar, yaitu pembangunan umat manusia. Fungsi utama Islam adalah
membimbing manusia pada jalur yang benar dan arah yang tepat. Semua aspek yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi harus menyatu dengan pembangunan umat
manusia secara keseluruhan.

4
Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam (Bandung: Mizan, 1997), hal. 135-136
5
Marshall Hodgson, G. S. (1977). The Venture of Islam: Conscience and History in a
World Civilization. Chicago, IL: University of Chicago Press. Vol. 3, hal 441.
6
M. Umer Chapra, Reformasi Ekonomi Sebuah Solusi Perspektif Islam, terj. Ikhwan
Abidin Basri, MA (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 24-25
Umer Chapra mengemukakan pandangan hidup Islam yang didasarkan pada tiga
konsep yang fundamental yaitu tauhid (keesaan Allah swt), khilafah, keadilan ('adalah).
Tauhid adalah konsep yang paling penting dari ketiganya. Dua konsep lainnya merupakan
turunan logika. Tauhid mengandung implikasi bahwa alam semesta ini secara sadar atau
sengaja dibentuk dan diciptakan oleh Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Esa, dan
Unik. Oleh karena itu, mustahil alam raya ini muncul secara kebetulan seperti yang
tecantum dalam Q.S. Ali Imran:19, Q.S. Shad:27, dan Q.S. Al-Mukminun :15.25
“Manusia adalah Khalifah Allah di Bumi” terdapatn dalam Q.S. Al-Baqarah: 30, Al-
An'am: 165, Fathir: 39, Shad: 28, dan Al-Hadid: 7 “dan semua sumber daya yang ada di
tangannya adalah suatu amanah” ada dalam Q.S. al-Hadid : 7. Oleh karena Dialah yang
menciptakan manusia, maka Dialah yang memiliki pengetahuan yang sempurna tentang
makhluk-Nya, kekuatannya, dan kelemahannya. Dialah yang mampu memberikan
petunjuk yang dengan petunjuk tersebut, manusia akan dapat hidup harmonis dengan
alamnya dan kebutuhannya.

Umat manusia diberi kebebasan untuk memilih atau menolak petunjuk itu, meskipun
demikian, mereka hanya dapat mencapai kebahagian (falah) dengan
mengimplementasikan petunjuk tersebut dalam kehidupan mereka sendiri dan dalam
kehidupan bermasyarakat. Sebagai khalifah Allah, manusia bertanggung jawab kepada-
Nya. Mereka akan diberi pahala dan disiksa di hari akhirat kelak berdasarkan kehidupan
mereka di dunia ini.

Kerangka nilai islam memusatkan perhatiannya bukan hanya pada transormasi


invididu dan perubahan keseluruhan pandangannya terhadap kehidupan, tetapi juga pada
reformasi masyarakat yang merupakan suatu bagian dan institusi yang mempengaruhi
perilakunya. Kondisi sosio-ekonomi dunia muslim hari ini yang tidak mencerminkan
ajaran islam, telah bergabung dengan kekuatan degenerasi untuk melakukan erosi fondasi
solidaritas islam. Sejumlah institusi ekonomi yang ada merupakan peninggalan sistem
kolonial atau sistem dunia muslim feodal yang sebagian atau seluruhnya bertentangan
dengan ajaran islam.
Umat islam memerlukan suatu transformasi total. Transformasi demikian tidak dapat
dicapai hanya dengan membuat perubahan-perubahan yang bersifat kosmetik dalam
beberapa sektor masyarakat atau ekonomi. Ia memerlukan suatu peningkatan kualitas
seorang muslim sebagai individu dan suatu reformasi di semua aspek masyarakat muslim:
ekonomi dan politik.
Sistem ekonomi islam boleh dikatakan sistem ekonomi yang sangat komperhensif
mencakup aspek material dan non material yang oleh sistem ekonomi sekuler diabaikan.
Muhammd Umer Chapra dalam karya-karya membuat upaya untuk membuktikan bahwa
Islamlah satu-satunya alternatif untuk menggantikan Kapitalisme dan Sosialisme. Chapra
membuktikan bahwa Islam mempunyai potensi untuk mewujudkan perekonomian yang
berkeadilan yang selama ini didamba-dambakan oleh setiap manusia. 7

Ilmu pembangunan ekonomi Islam diperlukan dalam rangka memecahkan berbagai


permasalahan yang dihadapi oleh Negara-negara yang baru saja merdeka dan bahkan
belum mampu untuk berkembang. Pada umumnya negara-negara ini adalah negara yang
sedang berkembang dan menghadapi masalah kemiskinan, kebodohan, pengangguran,
keterbelakangan, dan ketertinggalan dalam semua aspek kehidupan. Di lain sisi negara-
negara Islam pada umumnya tidak mampu menginternalisasi mesin pertumbuhan.

Ilmu Ekonomi Pembangunan sekarang ini menghadapi masa krisis dan re-evaluasi.
Ia menghadapi serangan dari berbegai penjuru. Banyak ekonom dan perencana
pembangunan yang skeptis tentang pendekatan utuh ilmu ekonomi pembangunan
kontemporer. Menurut Kursyid Ahmad, sebagian mereka berpendapat bahwa teori yang
didapat dari pengalaman pembangunan Barat kemudian diterapkan di negara-negara
berkembang, jelas tidak sesuai dan merusak masa depan pembangunan itu sendiri.8

Paradok yang terjadi di negara Muslim adalah bahwa mereka kaya akan sumber daya
alam, namun ekonominya lemah dan miskin, 9 oleh karena itu, pembangunan ekonomi
Islam sangat dibutuhkan untuk mengubah cara berfikir tentang konsep pembangunan
ekonomi masyarakat secara umum, utamanya di negara Indonesia. Barometer
keberhasilan pertumbuhan ekonomi Islam menurut Beik tidak semata-mata dapat dilihat
dari sisi pencapain materi semata atau hasil dari kuantitas, namun juga ditinjau dari sisi
perbaikan kehidupan agama, sosial dan kemasyarakatan. Jika pertumbuhan ekonomi yang
terjadi justru memicu terjadinya keterbelakangan, kekacauan dan jauh dari nilai-nilai
keadilan dan kemanusiaan, maka dipastikan pertumbuhan tersebut tidak sesuai dengan
ekonomi Islam.10 Sedangkan menurut Khurshid Ahmad, ada beberapa faktor yang akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) Sumber daya
yang dapat dikelola (invistible resources), 2) Sumber daya manusia (human resources), 3)
7
Ibid., h. viii
8
Kursyid Ahmad, Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Islam, dalam  Etika Ekonomi
Politik, Risalah Gusti, Jakarta, 1977, hal. 9
9
Khurshid, A., Economic Development in an Islamic Framework, (Studies Islamic,
1976)
10
Beik, I. S. Ekonomi Pembangunan Syariah, (Jakarta: Rajagrafindo Persada), 2016.
Wirausaha (entrepreneurship), 4) Teknologi (technology). Ekonomi Islam melihat bahwa
faktor-faktor di atas sangat penting dan diinginkan dalam pencapaian pertumbuhan
ekonomi.11

Pada akhirnya, manusia memerlukan suatu konsep pembangunan ekonomi yang


tidak hanya mampu merealisasikan sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam suatu
pembangunan ekonomi secara tepat, teruji dan bisa diterapkan oleh semua negara-negara
di belahan bumi ini, tetapi juga yang terpenting adalah kemampuan konsep tersebut
meminimalisasir atau bahkan menghilangkan segala negative effect pembangunan yang
dilakukan. Konsep tersebut juga harus mampu memperhatikan sisi kemanusiaan tanpa
mulupakan aspek moral. Berdasarkan urgensi tersebut, penulis tertarik untuk menelaah
pemikiran M. Umer Chapra yang banyak berbicara mengenai pembangunan ekonomi
islam seperti apakah yang cocok jika diimplementasikan pada negara muslim khususnya
dan negara dunia ketiga umumnya.

11
Opcit, Khurshid, A. Economic Development in an Islamic Framework.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperoleh indentifikasi masalah dari


penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sistem ekonomi dunia baik kapitalis maupun sosialis mengalami kemunduran


dan tidak cukup relevan jika diimplementasikan pada negara berkembang
khususnya negara muslim.
2. Chapra melakukan kajian teoritis dan historis terhadap ekonomi dunia dan islam.
3. Chapra melihat adanya potensi kebangkitan ekonomi bagi negara khususnya
muslim melalui strategi ekonomi pembangungan yang selaras syariat islam.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan idenfikasi masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan


masalah. Untuk lebih jelas arah penelitian , maka masalah penelitian ini terbatas
pada Konsep Ekonomi Pembangunan Islam dalam Perspektif M. Umer Chapra
dan Urgensinya pada Kebangkitan Ekonomi Negara Muslim.

D. Rumusan Masalah Penelitian.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat


dirumuskan masalah yaitu :

1. Apa kritik Chapra terhadap dua sistem ekonomi dunia mainstream?


2. Apa tantangan yang dihadapi dalam sistem ekonomi islam menurut Chapra?
3. Bagaimana konsep Chapra tentang upaya reformasi sistem ekonomi
pembangunan islam yang dapat menjadi peluang kebangkitan untuk negara
muslim?

E. Tujuan penelitan

1. Untuk mengetahui kritik Chapra terhadap dua sistem ekonomi dunia mainstream
yang tidak relevan bagi negara muslim.
2. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi dalam sistem ekonomi islam menurut
Chapra.
3. Upaya untuk menguraikan konsep Chapra tentang reformasi sistem ekonomi
pembangunan islam yang dapat menjadi peluang kebangkitan untuk negara
muslim.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari hasil penelitian ini baik secara teoritis
maupun praktis sebagai berikut :

a. Secara Teoritis :
1. Memberikan informasi, pemahaman teori dan kepustakaan mengenai konsep
Chapra tentang reformasi sistem ekonomi pembangunan islam yang dapat
menjadi peluang kebangkitan untuk negara muslim
2. Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran serta pemahaman
tentang adanya solusi alternatif ditengah ketidakadilan yang diciptakan
kapitalisme dan sosialisme dalam sistem ekonomi dunia melalui reformasi
sistem ekonomi pembangunan Chapra.
3. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian bagi peneliti
berikutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang pemikiran
tokoh-tokoh muslim agar literasi ekonomi islam dapat semakin utuh secara
teori.
b. Secara Praktis

Dengan adanya tesis ini dapat djadikan sebagai masukan untuk pihak-pihak
terkait seperti:

1. Bagi Penulis
Sebagai bahan kajian ilmiah dari teori-teori yang pernah didapat dan
mengaplikasikan secara empiris dengan harapan dapat bermanfaat dalam
menjawab tantangan ekonomi dunia global berdasarkan prinsip-prinsip
ekonomi syariah.

2. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat utamanya muslim


menyadari harus melakukan perubahan secara radikal agar tercipta keadilan
sosio-ekonomi, salah satu caranya memahami konsep ekonomi islam yang
bertujuan tak lain adalah mencapai falah dan sesuai syariah sebagaimana
yang diupayakan oleh teori-teori Chapra.
3. Bagi Penulis

Diharapkan bisa menjadi tambahan ilmu, khususnya dalam bidang Ekonomi


Syariah.

G. Kerangka Teori

Sedarmayanti mengatakan bahwa reformasi merupakan proses upaya


sistematis, terpadu, konferensif, ditujukan untuk merealisasikan tata
pemerintahan yang baik (Good Governance)12. Reformasi adalah suatu usaha
yang dimaksud agar praktik-praktik politik, pemerintah, ekonomi dan sosial
budaya yang dianggap oleh masyarakattidak sesuai dan tidak selaras dengan
kepentingan masyarakat dan aspirasi masyarakat diubah atau ditata ulang agar
menjadi lebih sesuai dan lebih selaras (sosio-reformasi). 13 Reformasi merujuk
pada upaya yang dikehendaki (intended change), dalam suatu kerangka kerja
yang jelas dan terarah, oleh karena itu persyaratan keberhasilan reformasi adalah
eksistensi peta jalan (road map), menuju suatu kondisi, status dan tujuan yang
ditetapkan sejak awal beserta indikator keberhasilannya. 14

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa reformasi merupakan


perubahan yang didalamnya terdapat upaya untuk menjadikan pemerintahan
menjadi lebih baik sesuai dengan keinginan masyarakat. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa untuk menciptakan pemerintahan yang baik, berarti fokus dari
reformasi itu sendiri adalah birokrasi, karena birokrasi merupakan badan
penyelenggara urusan negara. Sehingga untuk mewujudkan Good Governance
berarti harus dilakukannya reformasi pada badan birokrasi.

Dalam ekonomi Islam motif dalam aktifitas ekonomi adalah ibadah.


Motif ibadah inilah yang kemudian mempengaruhi segala prilaku konsumsi,
produksi dan interaksi ekonomi lainnya. Secara spesifik ada tiga motif utama
dalam prilaku ekonomi Islam, yaitu mashlahah (public interest), kebutuhan
(needs) dan kewajiban (obligation)15. Istilah pembangunan dalam khazanah
peradaban Islam dan dalam karya-karya lazimnya dihubungkan dengan konsep
imarah alard (memakmurkan bumi) yang dipahami dari ayat Al-Qur’an salah

12
(2009:67),
13
Widjaja (2011:75),
14
Prasojo (2009:xv)
15
Khan, M. A.). Ajaran Nabi Muhammad SAW tentang Ekonomi (Kumpulan
HaditsHadits Pilihan Tentang Ekonomi). Jakarta: PT. Bank Muamalat Indonesia, 1997
satunya surat Hud Ayat 61.16 Al-Mizan memaparkan bahwa ekonomi
pembangunan pada intinya merupakan turunan dari ilmu ekonomi yang bersifat
terapan (applied economics). Turunan ilmu ekonomi ini lahir setelah terjadinya
perang dunia kedua atau dua abad setelah lahirnya ilmu ekonomi pada tahun
1776 Masehi. Salah satu tujuan utama pembangunan ekonomi tidak lain untuk
membentuk masyarakat yang adil (fair) dan sejahtera (welfare). Pertumbuhan
ekonomi menurut ekonomi Islam, bukan sekedar terkait dengan peningkatan
terhadap barang dan jasa, namun juga terkait dengan aspek moralitas dan kualitas
akhlak serta keseimbangan antara tujuan duniawi (property) dan ukhrawi
(hereafter).17

Tugas umat ialah memikirkan bahwa agamanya menghendaki sebuah


ethical economy tetapi tetap tanggap kepada kepentingan-kepentingan yang
nyata.18 Mengenai etika Islam dalam ekonomi, Syed Nawab Haider Nagwi,
menyebutkan empat aksioma etika, yaitu tauhid, keseimbangan, kehendak bebas,
dan pertanggung jawaban.19 Keempat aksioma itu penulis uraikan sebagai
berikut; pertama, etika tauhid mempunyai dua tujuan: (1) mengukuhkan bahwa
manusia adalah makhluk teomorfik; 2) mengukuhkan fungsi integrative dari
tawhid. Manusia adalah makhluk teomorfik berarti bahwa manusia adalah
makhluk Ilahiyah, maksudnya manusia adalah makhluk, tetapi akhlaknya harus
meniru akhlak Tuhan. Tauhid juga berarti integrasi manusia, manusia itu
merupakan sebuah kesatuan, satu dengan lainnya tak terpisahkan. Ini berarti
bahwa kolektifitas itu diakui adanya oleh Islam. Kedua, etika keseimbangan
adalah dimensi horisontal antar-manusia, sebagai tambahan al-‘adl (berbuat adil)
yang merupakan dimensi vertikal (karena adil hanya mungkin dikerjakan oleh
yang kaut terhadap yang lemah). Keseimbangan berarti tidak berlebih-lebihan
dalam mengejar kepentingan ekonomi. Dalam surat al-A’râf (7): 31 disebutkan:
“Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan”. Selfishness yang tak
terbatas dilarang oleh Islam, untuk itu masyarakatlah yang menentukan kriteria
“berlebih-lebihan” itu. Ketiga, etika kehendak bebas. Manusia sebagai individu

16
Mth, A, Konsep Pembangunan Ekonomi Islam. Al-Mawarid Journal of Islamic Law,
2003, hal 10. Diambil dari https://www.neliti.com/id/public ations/42590/konseppembangunan-
ekonomi-islam
17
Al Mizan, Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Maqdis: Jurnal
Kajian Ekonomi Islam, 01(02), 2016.
18
Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam , (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 135-136
19
Syed Nawab Haider Nagwi, Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sintesis Islami (Bandung:
Mizan, 1985), hlm. 123-125
dan kolektivitas mempunyai kebebasan penuh untuk menentukan nasibnya
sendiri. Dalam ekonomi berarti ada kebebasan penuh untuk mengaplikasikan
kaidah-kaidah Islam. Karena kegiatan ekonomi bukanlah ibadah, tapi mu’amalah,
maka kaidahnya adalah semua boleh, kecuali yang dilarang. Larangan dalam
Islam adalah ketidakadilan dan riba.

Kebutuhan akan suatu konsep  baru pembangunan ekonomi dunia saat ini
terasa lebih mendesak dilakukan, terutama dalam era globalisasi. Mark Skousen
dalam bukunya Economic on Trial : Lies, Myths and Reality banyak mengkritik
mainstream ekonomi yang selama ini  dianut oleh negara-negara dunia. Dia juga
selanjutnya memberikan beberapa resep bagaimana seharusnya kita memulai
abad baru ini dengan menerapkan 7 (tujuh) prinsip ekonomi yang harus menjadi
acuan dalam bergerak. Prinsip-prinsip  tersebut adalah :

1. Produksi harus diprioritaskan dari konsumsi

2. Pengeluaran defisit dan hutang nasional yanhg terlalu besar merupakan hal yang
membahayakan bagi masyarakat.

3. Kebijakan yang memacu konsumsi ketimbang tabungan dan menggalakkan


hutang merupakan hal yang bisa merusak pertumbuhan ekonomi dan standart
hidup masyarakat

4. Perencanaan terpusat (Centrak Planning) dan totalitarianisme terbukti tidak bisa


berfungsi

5. Diperlukan suatu sistem finansial baru untuk menciptakan kerangka kerja 


finansial  yang tanggung dalam meminimalisir inflasi dan ketidakpastian

6. Harus ada kebijakan jangka panjang berkaitan dengan kesejahteraan  dengan


memberikan kebebasan terjadinya pergerakan modal  (capital movement) uang
dan orang dari satu tempat ke tempat lain.

7. Dalam upaya meningakatkan produktifitas dan standar hidup masyarakat, suatu


negara juga harus tetap memperhatikan lingkungan dengan mengurangi sebanyak
mungkin polusi dan eksternalitas negatif lainnya yang mungkin terjadi. 20

20
Mark Skousen, Economics on Trials : Lies, Myths, and Realities, (USA Bussiness One
Irwin, 1991), hal. 292
Lebih lanjut Mark Skousen, yang terkenal dengan kritik-kritiknya
terhadap konsep ekonomi, baik secara mikro maupu makro, menyatakan bahwa
ekonomi baru (new economy) pasti akan terwujud. Oleh karena itu, ia
menegaskan bahwa  negara manapun di dunia ini, baik miskin atau kaya, tidak
boleh melupakan prinsip-prinsip di atas.21

Negara yang mengabaikannya dipastikan akan terus mengalami


kegagalan dan menghadapi berbagai masalah, seperti inflasi, deflasi secara tiba-
tiba, budget yang tidak seimbang, krisis ekonomi birokrasi yang menakutkan,
stagnasi ekonomi, pencemaran lingkungan, perang, dan sebagainya. Sebaliknya,
negara yang memperhatikan prinsip-prinsip itu akan mengalami penguatan di
berbagai sektor  seperti kuatnya nilai mata uang, suku bunga yang rendah,  pasar
modal yang kuat dan sebagainya.

Prinsip  yang dikemukakan Mark Skousen memang sangat bagus,


walaupun ia  masih belum memahami beberapa akar penyebab masalah lain yang
terkait dengan permasalahan ekonomi selama dua abad ini. Misalnya kenapa
suatu negara terjerat terus dengan hutang, peningkatan ekonomi tanpa kedamaian
manusia,  inflasi yang tetap terus terjadi, dsb.

Pertumbuhan ekonomi dalam ekonomi modern adalah perkembangan


dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat meningkat yang selanjutnya diiringi dengan peningkatan
kemakmuran masyarakat.22 Dalam kegiatan ekonomi yang sebenarnya,
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi fiskal  yang terjadi di
suatu negara seperti pertambahan jumlah dan produksi  barang industri, infra
struktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi kegiatan-kegiatan
ekonomi yang sudah ada dan beberapa perkembangan lainnya. Dalam analisis
makro ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur
dengan perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai oleh suatu negara
yaitu Produk Nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik Bruto.23

21
Ibid..
22
Sumitro Djojohadikusumo, Indonesia dalam Perkembangan Dunia : Kini dan Masa
Datang, (LP3ES, cet,v) hal 413-414.
23
Produk Nasional Bruto (PNB) adalah produk nasional yang diwujudkan oleh warga
negara suatu Negara, sedangkan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah produk nasional yang
diwujudkan oleh penduduk  dalam suatu Negara.
Sedangkan istilah pembangunan  ekonomi (economic development)
biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara
berkembang. Sebagian ahli ekonomi mengartikan istilah ini sebagai
berikut, ”economic development is growth plus change” (Pembangunan ekonomi
adalah  pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh  perubahan-perubahan  dalam
struktur dan corak  kegiatan ekonomi).24

Dengan perkataan lain, dalam mengartikan istilah pembangunan


ekonomi, ekonom bukan saja tertarik kepada masalah perkembangan pendapatan
nasional riil, tetapi juga  kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada
usaha perombakan sektor pertanian yang tradisional, mempercepat pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pendapatan.

Dalam kajian ekonomi, kedua istilah di atas terkadang digunakan dalam


konteks yang hampir sama. Banyak orang mencampuradukkan  penggunaan
kedua istilah tersebut. Pencampuadukan istilah ini walaupun tidak dapat
dibenarkan, pada dasarnya tidak terlalu mempengaruhi kajian ekonomi, karena
inti  pembahasan pada akhirnya akan berhubungan erat dengan perkembangan
perekonomian suatu negara.

Dalam berbagai literatur tentang ekonomi Islam, kedua istilah ini juga
ditemukan. Ekonomi Islam pada dasarnya memandang bahwa pertumbuhan
ekonomi adalah bagian dari pembangunan ekonomi.25 Pertumbuhan ekonomi
didefenisikan dengan a suistained growth  of a right kind of output which can
contribute to human welfare.26 (Pertumbuhan terus-menerus  dari factor produksi
secara benar yang mampu memberikan konstribusi  bagi kesejahteraan manusia).

Berdasarkan pengertian ini, maka pertumbuhan ekonomi menurut Islam


merupakan hal yang sarat nilai. Suatu peningkatan yang dialami oleh faktor
produksi tidak dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika produksi tersebut
misalnya memasukkan barang-barang yang terbukti memberikan efek buruk  dan
membahayakan manusia.
24
Sadono Sukirno, op.cit, hal. 415
25
Hal ini bisa dilihat dalam pemikiran-pemikiran ilmuwan muslim klasik, seperti Al-
Ghazali,Ibnu Khaldun, At-Tusi, Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim. Penjelasan tentang pemikiran
ekonomi para ulama tersebut lihat, Abul Hasan M.Sadeq dan Aidit Ghazali, Readings in Islamic
Economic Thought, Malaysia, Loqman Malaysia, 1992.
26
Abul Hasan Muhammad Sadeq, Economic Growth in An Islamic Economy, tulisan
dalam Development  and Finance in Islam, Malaysia, International Islamic University Press, 1987,
hal. 55
Sedangkan istilah pembangunan ekonomi yang dimaksudkan dalam
Islam adalah the process of allaviating poverty and provision of ease, comfort
and decency in life27  (Proses untuk mengurangi kemiskinan serta menciptakan
ketentraman, kenyamanan dan tata susila dalam kehidupan). Dalam pengertian
ini, maka pembangunan ekonomi menurut Islam bersifat multi dimensi yang
mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya bukan semata-mata
kesejahteraan material di dunia, tetapi juga kesejahteraan akhirat. Keduanya
menurut Islam menyatu secara integral. 

Dalam pertumbuhan ekonomi ada beberapa faktor yang akan


mempengaruhi pertumbuhan  itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Sumberdaya yang dapat dikelola (invistible resources)

2. Sumberdaya manusia (human resources)

3. Wirausaha (entrepreneurship)

4. Teknologi (technology)28

Islam juga melihat bahwa faktor-faktor di atas juga sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi.

1.SDM yang dapat dikelola (investable resources)

27
Munawar Iqbal, Financing Economic Development, buku Abul Hasan Muhammad
Sadeq, hal. 102
28
Abul hasan Muhammad Sadeq, op.cit, hlm.56
Pertumbuhan ekonomi sangat membutuhkan sumberdaya yang dapat
digunakan  dalam memproduksi asset-asset fisik untuk menghasilkan pendapatan.
Aspek fisik tersebut antara lain tanaman indutrsi, mesin, dsb. Pada sisi lain, peran
modal juga sangat signifikan untuk diperhatikan. Dengan demikian, proses
pertumbuhan ekonomi mencakup  mobilisasi sumberdaya, merubah sumberdaya
tersebut dalam bentuk asset produktif, serta dapat digunakan secara optimal dan
efisien. Sedangkan sumber modal terbagi dua yaitu sumber domestik/internal
serta sumber eksternal.

Negara-negara muslim harus mengembangkan kerjasama  ekonomi  dan


sedapat mungkin menahan diri untuk tidak tergantung  kepada sumber eksternal.
Hal ini bertujuan untuk meminimalisir  beban hutang yang berbasis bunga dan
menyelamatkan generasi akan datang dari ketergantungan dengan Barat. 29 Oleh
karena itu perlu upaya untuk meningkatkan  sumberdaya domestik seperti
tabungan dan simpanan sukarela, pajak ataupun usaha lain berupa pemindahan
sumberdaya  dari orang kaya kepada orang miskin.

2.SDM (human resuources)

Faktor penentu lainnya yang sangat  penting adalah sumberdaya manusia.


Manusialah yang paling aktif berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Peran
mereka mencakup  beberapa bidang, antara lain dalam hal eksploitasi
sumberdaya yang ada, pengakumulasian modal, serta pembangunan institusi
sosial ekonomi dan politik masyarakat.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, maka perlu


adanya efisiensi dalam tenaga kerja. Efisiensi tersebut membutuhkan kualitas
professional dan kualitas moral. Kedua kualitas ini harus dipenuhi dan tidak
dapat  berdiri sendiri. Kombinasi keduanya mutlak dipadukan dalam batas-batas
yang rasional. Prinsip Islam  terlihat berbeda  dengan mainstream  ekonomi
konvensional  yang hanya menekankan pada aspek kualitas profesional  dan
mengabaikan kualitas moral. Moral selama ini dianggap merupakan rangkaian
yang hilang dalam kajian ekonomi. Maka Islam mencoba mengembalikan nilai
moral tersebut. Oleh karena itu, menurut Islam untuk dapat menjadi pelaku
ekonomi yang baik, orang tersebut dituntun oleh syarat-syarat berikut :

29
Sumitro Djoyohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta, Obor
Indonesia, 1991, hal. 384.
a). Suatu kontrak kerja merupakan janji dan kepercayaan yang tidak
boleh dilanggar walaupun sedikit. Hal ini memberikan suatu jaminan moral
seandainya ada penolakan kewajiban dalam kontrak atau pelayanan yang telah
ditentukan.

b) Seseorang harus bekerja maksimal ketika ia telah menerima gaji


secara penuh. Ia dicela apabila tidak memberi kerja yang baik.

c). Dalam Islam kerja merupakan ibadah sehingga memberikan implikasi


pada seseorang untuk bekerja secara wajar dan profesional. 

3. Wirausaha (entrepreneurship)

Wirausaha merupakan kunci dalam proses pertumbuhan ekonomi dan


sangat determinan. Wirausaha dianggap memiliki fungsi dinamis yang sangat
dibutuhkan dalam suatu pertumbuhan ekonomi. Nabi Muhammad Saw, dalam
beberapa hadits menekankan pentingnya wirausaha. Dalam hadits riwayat Ahmad
beliau bersabda, ”Hendaklah kamu berdagang (berbisnis), karena di dalamnya
teedapat 90 % pintu rezeki”. Dalam hadits yang lain beliau bersabda,
”Sesungguhnya sebaik-baik pekerjaan adalah perdagangan (bisnis)”.

Salah satu cara yang paling konstruktif dalam mempercepat pertumbuhan


yang berkeadilan adalah dengan membuat masyarakat dan individu untuk mampu
semaksimal mungkin mengunakan daya kreasi dan artistiknya secara profesional,
produktif dan efisien.Dengan demikian, semangat
entrepreneurship (kewirausahaaan) dan kewiraswastsaan harus ditumbuhkan dan
dibangun dalam jiwa masyarakat. Dr. Muhammad  Yunus  telah menekankan
pentingnya pembangunan jiwa wirausaha dalam pembangunan eknonomi di
negara-negara muslim yang tergolong miskin. Dalam hal ini ia mengatakan, :
”Upah buruh bukanlah satu jalan mulus bagi pengurangan kemiskinan, justru
wirausahalah yang mempunyai potensi lebih besar dalam meningkatkan basis-
basis asset individual daripada yang dimiliki oleh upah kerja.30

Menumbuhkan kembangkan jiwa kewisahausahawaan akan mendorong


pengembangan usaha kecil secara signifikan. Usaha kecil, khususnya di sektor
produksai akan menyerap tenaga kerja yang luas dan jauh lebih besar. Beberapa 
studi yang dilakukan di sejumlah negara oleh Michigan State University dan para
30
Muhammad Yunus, The Poor as the Engine of Development, dalam Economic Impact,
2 (1988). Hlm.31
sarjana, telah menunjukkan secara jelas konstribusi yang besar dan industri kecil
dan usaha mikro dalam memberikan lapangan pekerjaan dan pendapatan.
Merekja mampu menciptakan lapangan kerja bahkan secara tidak langsung 
mereka berarti mengembangkan pendapatan dan permintaan akan barang dan
jasa, peralatan, bahan baku dan ekspor. Mereka adalah industri padat karya yang
kurang memerlukan  bantuan dana luar (asing), bahkan kadang tidak begitu
tergantung kepada kredit pemerintah dibanding insdustri berskala besar.

Karena itu, tidak mengherankan apabila saat ini muncul kesadaran yang
meluas bahwa strategi industrialisasi modern yang berskala besar pada dekade
terdahulu secara umum telah gagal memecahkan masalah-masalah
keterbelakangan global dan kemiskinan.31 Litte, Scietovsky dan Scott telah
menyimpulkan bahwa industri-industri modern yang berkla besar biasanya
kurang dapat menghasilkan keuntungan daripada industri-industri kecil, di
samping itu industri besar lebih mahal dalam hal modal dan lebih sedikit
menciptakan lapangan pekerjaan.32 Karena itulah Usaha Mikro (Industri kecil)
secara luas dipandang sebagai suatu cara yang efektif untuk meningkatkan
konstribusi sektor swasta, baik untuk tujuan-tujuan pertumbuhan maupun
pemerataan bagi negara-negara berkembang. 33 Banyak para sarjana meragukan
konstribusi industri-industri besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara signifikan dibanding industrui kecul dan usaha mikro. 34

Karena itulah Hasan Al-Banna memberikan dan mengembangkan


industri rumah tangga yang utama dalam pembahasan tentang reformasi
ekonominya sesuai dengan jaran Islam. Hal itu beliau tekankan karena akan
membantu penyediaan lapangan kerja produktif bagi semua anggota masyarakat
miskin, dengan demikian akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan. 35

31
Carl Lidholm dan Donald Mead, Small Scale Enterprise : A Profile, diproduksi
kembali dari Small Scale Industries in Developing Countries : Empirical Epidence and Policy
Implication, Michigan State University Development Paper, dalam Economic Impact,2, 1998, hal.
12.
32
Ian Litte, Tibor Scietovsky dan Maurice Scott, Industri and Trade in Some Developing
Countries (London , Oxford University Press, 1970, hal.91
33
Mariluz Cortes, Albert Berry dan Asfaq Ishaq, Succses in Small and Medium Scale
Entreprise (diterbitkan untuk bank dunia oleh Oxford university Press, 1987, hal.2
34
Hasan Al-Banna, Majmu’at at-Rasail, Alexandaria, Darud Dakwah, 1989, hlm267
35
Muhammad M.Akram Khan, Economic Message of Quran, (Kuwait, Islamic Book
Published, 1996)
Dari paparan di atas dapat ditegaskan bahwa peran wirausaha dalam
menggerakkan pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang tak terbantahkan.
Kelangkaan  wirausaha bahkan bisa menyebabkan kurangnya pertumbuhan
ekonomi walaupun faktor-faktor lain banyak tersedia. Dalam hal ini pula Islam
sangat mendorong pengembangan semangat wirausaha untuk menggalakkan
pertumbuhan ekonomi.

4.Teknologi

Para ekonom menyatakan bahwa kemajuan teknologi merupakan sumber


terpenting pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dianggap tidak
mengikuti proses sejarah secara gradual, tidak terjadi terus-menerus dalam suatu
keadaan yang tidak bisa ditentukan. Dinamika dan diskontiniuitas tersebut
berkaiatan erat dan ditentukan oleh inovasi-inovasi dalam bidang teknologi.

Kemajuan  teknologi mencakup dua bentuk, yaitu inovasi produk dan


inovasio proses. Inovasi produk berkaitan dengan produk-produk baru yang
sebelumnya tidak ada atau pengembangan produk-produk sebelumnya.
Sedangkan inovasi proses merupakan  penggunaan teknik-teknik baru yang lebih
murah dalam memproduksi produk-produk yang telah ada.

Islam  tidak menantang konsep tentang perubahan teknologi seperti


digambarkan di atas, bahkan dalam kenyataannya Islam mendukung kemajuan
teknologi. Perintah Al-quran untuk melakukan pencarian dan penelitian cukup
banyak dalam Al-Quran. Dalam terma ekonomi bisa disebut dengan penelitian
dan pengembangan  (research and development) yang menghasilkan perubahan
teknologi. Dalam Al-quran juga ada perintah untuk melalukan eksplorasi segala
apa yang terdapat di bumi untuk kesejahteraan manusia. Eksplorasi ini jelas
membutuhkan penelitian untuk menjadikan sumberdaya alam tersebut berguna
dan bermanfaat bagi manusia.

Integrasi Pertumbuhan dengan Pemerataan (Growth With Equity)

Dr.Muhammad Qal’ah Jey dalam buku  Mabahits fi Al-Iqtishad al-


Islamy mengatakan bahwa  salah satu tujuan ekonomi Islam adalah mewujudkan
pertumbuhan ekonomi.36 Tetapi dalam point ini terdapat  sebuah pertanyaan besar
yaitu, apakah yang menjadi prioritas dalam pertumbuhan  ekonomi itu
36
Muhammad Qal’ah Jey,  Mabahits fi Al-Iqtishad al-Islamy, Dar An-Nafais, Kuwait, tt,
hal.35
pemerataan (growth with equity) atau pertumbuhan itu sendiri (growth) an sich.
Jawaban pertanyaan tersebut adalah bahwa Islam membutuhkan kedua aspek
tersebut. Baik pertumbuhan (growth) maupun pemerataan (equity), dibutuhkan
secara simultan.

Islam tidak akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi, karena memang


pertumbuhan (growth) sangat dibutuhkan. Pada sisi lain, Islam juga tetap
memandang pentingnya pemerataan, karena pertumbuhan ekonomi tidak
menggambarkan kesejahteraan secara menyeluruh, terlebih apabila pendapatan
dan faktor produksi banyak terpusat bagi sekelompok kecil masyarakat.

Karena itu, teknik dan pendekatan baru  yang harus  dilakukan dalam
pembangunan menurut perspektif ekonomi Islam, adalah bahwa kita harus
meninggalkan penggunaan model-model pertumbuhan agregatif yang lebih
menekankan maksimalisasi tingkat pertumbuhan sebagai satu-satunya indeks 
perencanaan pembangunan. Karena itu, pertumbuhan ekonomi dan perkapita
yang tinggi, bukan menjadi tujuan utama. Sebab apalah artinya perkapita tinggi,
tapi berbeda sama sekali dengan kondisi riil, kemiskinan menggurita dan
kesenjangan tetap menganga. Sebagai contoh, kita bisa melihat PDB Indonesia
pada tahun 2000. menurut perhitungan Badan Statistik, selama tahun 2000 itu,
PDB tumbuh 4,8%. Pendapatan perkapita Indonesia, telah meningkat 14,49 %
dari tahun sebelumnya. Berdasarkan perhitungan BPS tersebut, PDB penduduk
Indonesia tahun lalu, mencapai US$.700 perkapita. Bila dirupiahkan angka
tersebut sekitar Rp. 6,3 Juta dalam perkapita pertahun. Dengan peningkatan
perkapita menjadi Rp. 6,3 juta, peringkat Indonesia di Asia Tenggara mengalami
perbaikan dibanding dengan saat krisis ekonomi memuncak. Pendapatan rata-rata
penduduk Indonseia setidaknya masih lebih tinggi dari Vietnam (US$. 370),
Kamboja (US$. 280) dan Laos (US$. 263). Namun peringkat Indonesia masih
dibawah Myanmar (US$. 765), Philipina (US$. 1046), Thailand (US$. 1909) dan
sangat jauh dibawah Malaysia (US$. 3248), Brunai (US$. 20.400) dan Singapura
(US$. 22.710).

Dari data pertemuan ekonomi Indonesia yang tampak membaik itu, kita
tidak boleh langsung bergembira dan menyatakan bahwa pemulihan ekonomi
rakyat Indonesia mulai berhasil. Harus dicatat, meskipun pertumbuhan ekonomi
Indonesia setinggi langit, misalnya mencapai 20%, dan perkapita mencapai US$.
3.200, seperti Malaysia. Hal ini belum tentu menggembirakan kita, bila ditinjau
dari perspektif ekonomi Islam, karena mungkin saja pertumbuhan yang tinggi
berada di tangan segelintir konglomerat tertentu.

Menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi melalui indikator PDB


Domestik Bruto dan perkapita semata, tidaklah tepat. Dalam paradigma ekonomi
Islam pertumbuhan haruslah sejalan dengan keadilan dan pemerataan
pendapatan.37 Perhitungan perkapita merupakan perhitungan agregat yang belum
tentu mencerminkan kondisi riil. Angka rata-rata itu diperoleh berdasarkan
pembagian atas Produk Domestik Bruto oleh jumlah penduduk. Sehingga jumlah
penduduk sebagai faktor pembagi makin besar, sudah tentu hasil angka perkapita
yang diperoleh semakin kecil, demikian pula sebaliknya.

Wilayah Jabotabek misalnya, angka pendapatan perkapitanya pasti akan


sangat besar, sebab pertumbuhan ekonomi lebih terkonsentrasi di wilayah itu.
Tetapi bila seluruh penduduk yang mayoritas tinggal di desa disertakan sebagai
faktor pembagi tadi, maka perkapita secara nasional menjadi berkurang. Jadi
kesimpulannya, PDB dan perkapita tidak dapat menggambarkan kondisi riil.
Karena itu, PDB yang tinggi belum cukup menggambarkan perbaikan ekonomi
rakyat secara adil.

Hal ini karena masih banyak penduduk Indonesia tidak memiliki


penghasilan tetap, dan malah dibawah garis kemiskinan, misalnya penduduk
Indonesia di kawasan timur dan kawasan-kawasan lainnya sebagai contoh di
kawasan pegunungan Cartenz, daerah operasi PT. Freeport Indonesia, kawasan
yang tampak makmur, hanyalah Tembaga Pura. Di luar wilayah itu, banyak
penduduk yang belum mendapat kesempatan memperoleh penghasilan tetap.
Namun dalam perhitungan PDB perkapita, mereka yang fuqara’ dan masakin ini
dimasukkan kedalam faktor pembagi, sehingga seolah-olah mereka memperoleh
penghasilan tetap mencapai Rp. 6,3 juta pertahun (sekitar Rp. 525.000) perbulan.
Mereka seolah-oleh pula menikmati kue pembangunan. Padahal sejatinya,
mereka hidup dibawah garis kemiskinan.
37
Keharusan tegaknya keadilan distribusi dalam pertumbuhajn ekonomi telah lama menjadi
bahasan dan perhatian para ulama klasik, jauh sebelum ekonom kapitalis membahasnya (Lihat
Abdullah Abdul Husein At-Tariqy, op.cit., hal. 285). Prioritas keadilan dalam pertumbuhan secara
panjang  telah dibahas oleh Afzalur Rahman (Lihat, Afzalur Rahman, Muhammad As A Trader,
London, The Muslim Schools Trust, 1982 trej. Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, Jakarta,
Yayasan Swarna Bumi, 1997, hlm. 119-221. Lihat juga Afzalur Rahman, Economic Doctrines of
Islam. Terj. Doktrin Ekonomi Islam, Dana Bhakti Waqaf, Yogyakarta,  1995, hlm. 31-35. Lihat
juga Taqyuddin An-Nabhani,  An-Nizaham al-Iqtishad Al-Islami, Darul ummah Beirut, 1990,
hal.272
Kondisi ini sekaligus menjadikan gambaran yang jelas, betapa
kesenjangan antara yang kaya dan miskin di negeri ini telah sedemikian
hebatnya. Realita disparitas ekonomi ini tidak saja terjadi di Indonsia dan negara
– negara berkembang lainnya, tetapi juga negara – negara maju yang menjadi
pendekar kapitalisme, seperti Amerika Serikat.

Hyman Minsky dalam buku Stabilizing Unstable Economy ( 1986 )


mengatakan, masyarakat kapitalisme itu tidak adil. Suatu fakta menunjukkan
bahwa meskipun terjadi pertumbuhan ekonomi di AS, tetapi kesenjangan masih
saja lebar, dan yang miskin semakin miskin. Di negara ini pada tahun 1990- an,
masih mentoleransi 10 % masyarakatnya hidup dalam kemiskinan. Bagaimana
mungkin negara maju membiarkan 10 % rakyatnya menderita dalam kemiskinan
dan masih terjerembab dalam pengangguran.

Realita kesenjangan pendapatan, juga terjadi di Indonesia pada masa orde


baru. Jadi meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong tinggi dan
mendapat pujian dari luar negeri dan lembaga keuangan internasional, namun
kemiskinan masih menggurita  dan kesenjangan masih menganga. Belajar dari
kegagalan pembangunan Indonesia yang pincang itu, maka bangsa Indonesia
(khususnya Pemerintah), harus melakukan reorientasi pembangunan dari sistem
sentralistrik menjadi tersebar. Hal itu perlu ditempuh untuk mencegah
terulangnya kegagalan pembangunan nasional selama ini.

Maka. Penerapan sistem ekonomi daerah, sebenarnya dimaksudkan untuk


menjembatani kondisi ekonomi nasional yang cukup timpang itu. Dengan
otonomi daerah, diharapkan tercipta makin banyak pusat pertumbuhan,
setidaknya ditingkat propinsi. Selama ini dengan pemerintah terpusat,
pertumbuhan yang tercipta pun cendrung terpusat. Tidak heran jika pemerintah
pusat bertindak seperti vacum cleaner, menyedot semua aset yang berada di
daerah, termasuk daerah miskin sekalipun.

Berdasarkan kondisi ketimpangan internasional dan labilnya pasar, maka


negara Islam, organisasi dan lembaga Islam lainnya turut serta secara aktif
mencapai tujuan khusus ekonomi pembangunan yaitu growth with equity.

H. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat digunakan untuk hipotesis atau jawaban
sementara dalam penelitian ini, selain itu penelitian terdahulu dapat dipakai sebagai
sumber pembanding dengan penelitian yang sedang penulis lakukan. Sejauh ini
penulis tidak mendapatkan tulisan yang membahas konsep reformasi pembangunan
ekonomi M. Umer Chapra dan urgensinya pada kebangkitan ekonomi negara
muslom. Penulis hanya mendapatkan beberapa penelitian terdahulu yang di dapat
dari jurnal dan internet tentang pemikiran Umer Chapra yang lain seperti kebijakan
moneter, inflasi dsb, diantara karya-karya ilmiah tersebut adalah :

1. Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fauzi


(Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) yang
berjudul “Pemikiran M. Umer Chapra tentang Instrumen Kebijakan Moneter
dan Peluang Implementasinya di Indonesia. Dari sisi metode penelitian,
penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fauzi jelas berbeda dengan
penelitian yang penulis bahas, objek penelitian Fauzi adalah Pemikiran M.
Umer Chapra tentang Instrumen Kebijakan Moneter dan Peluang
Implementasinya di Indonesia. Sedangkan yang penulis bahas adalah
mengenai konsep Chapra dalam Ekonomi Pembangunan Islam.
2. Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Onny Kusuma
(mahasiswa perbankan syariah uin syarif hidayatullah jakarta) dengan judul
Pandangan M. Umer Chapra Tentang Upaya Menekan Inflasi Pada Tingkat
Sangat Rendah Perspektif Ekonomi Islam. penelitian menunjukkan bahwa
pendapat M. Umer Chapra tentang upaya menekan inflasi yaitu harus ada
stabilitas harga, dan strategi. Hal ini sebagaimana dikemukakan Chapra:
“Alternatif kebijaksanaan yang paling baik dan sesuai dengan norma
keadilan sosio-ekonomi yang ditekankan oleh syari'ah adalah stabilitas
harga. Menurut Chapra, strategi untuk menekan inflasi yaitu pertama,
perbaikan moral (yang dikejar bukan hanya dimensi material tapi juga
spiritual). Kedua, distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata. Ketiga,
penghapusan riba. Menurut Chapra, inflasi mempunyai pengertian bahwa
uang tidak dapat digunakan sebagai nilai tukar yang adil dan jujur. Ini
menjadikan uang sebagai alat pembayaran yang tidak adil bagi penangguhan
pembayaran dan penyimpanan nilai yang tidak dapat dipercaya. Uang dapat
membuat sebagian orang menjadi tidak jujur kepada orang lain, bahkan
meskipun tanpa disadari, dengan diam-diam merusak daya beli aset moneter.
3. Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Moh Tohir
(Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dengan
judul Rekonstruksi Pemikiran Pembangunan ekonomi Islam Menurut
Pemikiran Al-Ghazali, Ibn Khaldun dan M. Umer Chapra, penelitian
dilakukan pada tahun 2014. Pada Skripsi ini, penulis menemukan sedikit
kemiripan judul, namun yang menjadi pembeda adalah kedalaman teori
tokohnya. Skripsi ini berupaya mengkomparasikan tiga tokoh tentang
konsep ekonomi pembangunannya. Sedangkan yang dilakukan penulis
adalah berfokus pada satu tokoh yaitu M. Umer Chapra lebih pada
bagaimana Chapra melakukan kajian teoritis dan historis tentang
pembangunan ekonomi sampai akhirnya menemukan strategi yang baru
dalam upaya menyediakan jembatan strategis untuk mewujudkan sistem
pembangunan ekonomi islam yang sesuai untuk negara muslim atau negara
berkembang secara umum.

I. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penulisan tesis ini menggunakan metode


penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang atau perilaku yang diamati. 38 Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk
memahami sebuah fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.

Pendekatan penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan


pemahaman yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan
bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument kunci.
Oleh karna itu peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa
bertanya, menganalisis dan mengkonstruksi objek yang dilteliti menjadi lebih jelas.

Hakikat penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan


hidupnya berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran
mereka tentang dunia sekitarnya, mendekati atau berinteraksi dengan orang-orang

38
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), hal. 4
yang berhubungan dengan fokus penelitian dengan tujuan mencoba memahami,
menggali pandangan dan pengalaman mereka untuk mendapat informasi atau data
yang diperlukan.

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini


dengan menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan atau library research,
yakni penelitian yang dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah
yang bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat
kepustakaan, atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang
pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan
pustaka yang relevan.

Sebelum melakukan telaah bahan pustaka, peneliti harus mengetahui terlebih


dahulu secara pasti tentang dari sumber mana informasi ilmiah itu akan diperoleh.
Adapun beberapa sumber yang digunakan antara lain; buku-buku teks, jurnal
ilmiah,refrensi statistik,hasil-hasil penelitian dalam bentuk skripsi, tesis,
desertasi,dan internet, serta sumber-sumber lainnya yang relevan. 39

2. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpuluan data penelitian ini diambil dari sumber data,
yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau
catatanlah yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan subjek penelitian atau
variable penelitian.40

Dalam penulisan tesis ini sumber data yang akan peneliti gunakan yaitu :

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber-sumber yang memberikan data secara


langsung dari tangan pertama atau merupakan sumber asli. 41 Dalam tesis ini
sumber primer yang dimaksud adalah karya M. Umer Chapra: Islam and
Economic Development. Islamabad: The International Institute of Islamic Thought
(1993), The Future of Economic: An Islamic Perspective, terj. Amdiar Amir, et.al,

39
Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: Salemba Empat, 2016), 32
40
Suharsimi Arikuntoro, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rieneka
Cipta, 2006), 26
41
Nasution, Metode Reseach Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. IV, 150.
Islam dan Tantangan Ekonomi, terj. Ikhwan Abidin Basri. (2000), Sistem Moneter
Islam, terj. Ikhwan Abidin Basri (2000).

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber-sumber yang diambil dari sumber yang lain
yang tidak diperoleh dari sumber primer. Dalam tesis ini sumber-sumber sekunder
yang dimaksud adalah buku-buku lain berupa: buku, artikel, jurnal, atau berupa hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan pokok kajian ini yang berhubungan dengan
permasalahan yang menjadi pokok bahasan tesis ini.

3. Teknik Analisa Data

Setelah keseluruhan data terkumpul maka langkah selanjutnya penulis


menganalisa data tersebut sehingga ditarik suatu kesimpulan. Untuk memperoleh
hasil yang benar dan tepat dalam menganalisa data, penulis menggunakan teknik
analisis isi. Analisis isi ( Content Analysis) adalah penelitian yang bersifat
pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak di media
massa.

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisa semua bentuk komunikasi,


baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan dokumentasi yang
lainnya.42 Sedangkan kaitannya dengan pembahasan yaitu sebagai salah satu upaya
penulis dalam memudahkan pemahaman dengan cara menganalisa kebenarannya
melalui pendapat para ulama yang kemudian diambil makna dan intisari dari
pendapat

J. Sistematika Penulisan

Sebagai langkah selanjutnya dari penyusunan tesis ini yaitu tentang pembahasan
sistematika penulisan yang terdiri dalam lima bab antara bab satu dengan bab-bab
berikutnya merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. untuk mendapatkan
gambaran mengenai isi tesis ini penulis akan menguraikan sistematika
pembahasannya, yaitu :

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitan, tinjauan pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan yang berkaitan dengan judul tesis.

42
Afifudin, Et.al, Metodeologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Pustaka Setia, 2012),165.
Bab II Metode Pemikiran, Pada bab ini menguraikan tentang pemikiran
ekonomi pembangunan islam secara teoritis dan historis.

Bab III Pembahasan, bab ini menguraikan tentang pemikiran Ekonomi


Pembangunan M. Umer Chapra, dan langkah strategis apa yang disarankan Chapra
untuk membangun sebuah reformasi sistem ekonomi islam dengan menunjukkan
kritik Chapra terlebih dahulu atas sistem ekonomi dunia mainstream.

Bab IV Penutup dan Kesimpulan, pada bab terakhirnya ini berisi tentang
kesimpulan dari isi tesis dan saran-saran yang berkaitan dengan judul tesis.
DAFTAR PUSTAKA

Afifudin, Et.al, 2012, Metodeologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Pustaka Setia).

Ahmad , Kursyid, 1977,  Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Islam, dalam  Etika Ekonomi

Politik, Risalah Gusti, Jakarta

Al Mizan, , 2016, Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Maqdis: Jurnal

Kajian Ekonomi Islam, 01(02).

An-Nabhani,  , 1990, An-Nizaham al-Iqtishad Al-Islami, Darul ummah Beiruthal.

Arikuntoro , Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rieneka

Beik, I. S. , 2016, Ekonomi Pembangunan Syariah, (Jakarta: Rajagrafindo Persada)

Boullata, Issa J. , 2001, Dekonstruksi Tradisi: Gelegar Pemikiran Arab Islam (Yogyakarta: LkiS,)

Chapra, M. Umer, 2008 Reformasi Ekonomi Sebuah Solusi Perspektif Islam, terj. Ikhwan Abidin

Basri, MA (Jakarta: Bumi Aksara Cipta)

Cortes, Mariluz Albert Berry dan Asfaq Ishaq, 1987,, Succses in Small and Medium Scale

Entreprise (diterbitkan untuk bank dunia oleh Oxford university Press

Djoyohadikusumo,Sumitro, 1991, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta, Obor Indonesia

Hasan, Abul Muhammad Sadeq, 1987, Economic Growth in An Islamic Economy, tulisan

dalam Development  and Finance in Islam, Malaysia, International Islamic University

Press.

Hasan, Abdul M.Sadeq dan Aidit Ghazali,  1992, Readings in Islamic Economic Thought,

Malaysia, Loqman Malaysia

Iqbal, Munawar Financing Economic Development, buku Abul Hasan Muhammad Sadeq

Khan, M. A, 1997. Ajaran Nabi Muhammad SAW tentang Ekonomi (Kumpulan HaditsHadits

Pilihan Tentang Ekonomi). (Jakarta: PT. Bank Muamalat Indonesia)

Khurshid, A. , 1976, Economic Development in an Islamic Framework, (Studies Islamic)

Kuntowijoyo, 1997, Identitas Politik Umat Islam (Bandung: Mizan)

Laszlo , Ervin, 1999, Millenium Ketiga, Tantangan dan Visi (terj.3Rd Millenium The Challenge

and Vision), (Jakarta: Dinastindo, Adiperkasa Internasional,)


Lidholm , Carl dan Donald Mead, 1988,  Small Scale Enterprise : A Profile, diproduksi kembali

dari Small

Scale Industries in Developing Countries : Empirical Epidence and Policy Implication,

Michigan State University Development Paper, dalam Economic Impact,2

Litte, Ian, Tibor Scietovsky dan Maurice Scott, 1970, Industri and Trade in Some Developing

Countries (London , Oxford University Press.

Moleong , Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),

hal. 4

Mth, A., 2003 Konsep Pembangunan Ekonomi Islam. Al-Mawarid Journal of Islamic Law.

Diambil dari

https://www.neliti.com/id/public ations/42590/konseppembangunan-ekonomi-islam

Muhammad M.Akram Khan, 1966, Economic Message of Quran, (Kuwait, Islamic Book

Published.

Muhammad Qal’ah Jey,  Mabahits fi Al-Iqtishad al-Islamy, Dar An-Nafais, Kuwait

Nasution, 2001, Metode Reseach Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara)

Nawab , Syed Haider Nagwi, , 1985, Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sintesis Islami (Bandung:

Mizan)

Roxborough, Ian, 1986, Teori-teori Keterbelakangan, terj. Rohman Achwan , (Jakarta: LP3ES)

Sanusi, Anwar, 2016, Metodologi Penelitian Bisnis (Jakarta: Salemba Empat)

Skousen,Mark, 1991Economics on Trials : Lies, Myths, and Realities, (USA Bussiness One Irwin

Sumitro Djojohadikusumo, Indonesia dalam Perkembangan Dunia : Kini dan Masa Datang,

(LP3ES, cet,v)

Yunus, Muhammad, 1988,  The Poor as the Engine of Development, dalam Economic Impact, 2

Anda mungkin juga menyukai