Anda di halaman 1dari 17

Tinjauan Syariah tentang Transparansi Data di Pasar Saham Syariah

(Studi Kasus pada Jakarta Islamic Index (JII))


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah Institusi Ekonomi Islam
Dosen: Prof. Dr. Hj. Ida Rosnidah, S.E., M.M., Ak., CA.

Disusun Oleh:
Dahlia Arikha
(17086050012)

PROGRAM PASCASARJANA EKONOMI SYARIAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Keberadaan Pasar Modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesia (BEI)
memberikan alternatif kepada masyarakat untuk berinvestasi, investasi sendiri sebenarnya
dapat dibagi menjadi investasi pada sektor riil dengan membeli asset berwujud berupa tanah,
gedung dan kendaraan dan investasi pada sektor keuangan melalui aktifitas jual beli saham,
obligasi dan surat berharga lainnya. Masing- masing jenis investasi yang mengharapkan
return tentu memiliki resiko yang berbeda-beda, pada investasi sektor riil resiko yang
dihadapi bisa berupa tingginya biaya pemeliharaan sedangkan resiko investasi pada sektor
keuangan adalah instabilitas perekonomian dan ketidakpastian peraturan dan perundang-
undangan. Pada investasi sektor keuangan khususnya yang terjadi pada aktifitas di bursa efek,
resiko dapat diminmalisir dengan cara melakukan pembelian saham secara portofolio. Hal ini
memungkinkan karena bursa efek memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada investor
untuk melakukan pembelian beberapa jenis saham dengan menyajikan informasi-informasi
keuangan yang akurat tentang saham tersebut.
b. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis melakukan tinjauan digital dalam memandang kesesuaian antara
penerapan syariah yang telah ditetapkan DSN-MUI perihal Pasar Saham yang terkait dengan kinerja
OJK dalam menyaring emiten yang sesuai dengan ketentuan syariah dan tidak, selanjutnya penulis
berupaya melihat upaya apa yang dilakukan JII agar tidak terjebak dalam margin trading yang syarat
terjadi dalam jual beli saham konvensional.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Saham Syariah
Secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) meluncurkan prinsip pasar
modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota
kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI), maka dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan
transaksi efek syariah di pasar modal Indonesia terus meningkat. Harus dipahami bahwa
ditengah maraknya pertumbuhan kegiatan ekonomi syariah secara umum di Indonesia,
perkembangan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia masih dianggap
belum mengalami kemajuan yang cukup signifikan, meskipun kegiatan investasi syariah
tersebut telah dimulai dan diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997 melalui instrumen
reksa dana syariah serta sejumlah fatwa DSN-MUI berkaitan dengan kegiatan investasi
syariah di pasar modal Indonesia.
Pasar modal syariah memiliki 2 (dua) peran penting, yaitu:1
 Sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan untukpengembangan usahanya melalui
penerbitan efek syariah.
 Sebagai sarana investasi efek syariah bagi investor
Pasar modal syariah bersifat universal, dapat dimanfaatkan oleh siapapun tanpa melihat
latarbelakang suku, agama, dan ras tertentu. Dalam rangka memudahkan pelaku pasar modal
syariah memilih saham syariah, OJK menerbitkan Daftar Efek Syariah (DES) yang memuat
saham yang memenuhi kriteria sebagai saham syariah. DES pertama kali diterbitkan pada
tahun 2007 sebagai implementasi dari Peraturan No. II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan
Daftar Efek Syariah. Selanjutnya DES dimutakhirkan secara periodik 2 (dua) kali dalam
setahun, yaitu pada akhir Mei dan akhir November.
Adapun transaksi-transaksi yang dilarang dalam pasar modal syari’ah adalah
transaksi-transaksi spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung
unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman antara lain:2
1. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu
2. Ba’i al- ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syari’ah) yang belum dimiliki
(short selling)
3. Insider Trading, yaitu memiliki informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan atas
transaksi yang dilarang.
4. Menimbulkan informasi yang menyesatkan.

1
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/pasar-modal-syariah.aspx
2
Widoatmodjo Sawidji, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, PT. Elex Media Computindo, Jakarta 2005, hal. 16
5. Margin Trading, yaitu melakukan transaksi efek syari’ah dengan fasilitas pinjaman
berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syari’ah tersebut.
6. Ikhtikar (penimbunan), yaitu pembelian dan atau pengumpulan suatu efek syari’ah dengan
tujuan mempengaruhi orang lain.

Perkembangan perdagangan saham syari’ah ditunjukkan oleh nilai Indeks Saham Syari’ah
Indonesia (ISSI), ISSI dibutuhkan untuk menggambarkan kinerja seluruh saham syari’ah yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan dalam Jakarta Islamic Index (JII)
hanya diwakili oleh 30 emiten yang penentuannya melibatkan Dewan Pengawas
PT. Danareksa Investment Management.3
Selain itu, juga diterbitkan DES insidentil atas saham emiten yang telah mendapatkan
efektif atas pernyataan pendaftarannya dan memenuhi kriteria sebagai saham syariah.
Berdasarkan DES yang telah diterbitkan pada periode 5 (lima) tahun terakhir, jumlah saham
syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada Tabel 1.4.
Peningkatan jumlah saham syariah ini seiring dengan peningkatan jumlah perusahaan yang
melakukan penawaran umum saham serta bertambahnya emiten yang sahamnya memenuhi
kriteria sebagai saham syariah. Pada tahun 2014, total saham syariah pada DES periode I
terdiri dari 326 saham yang terdiri dari 322 saham yang dimuat dalam DES periodik dan
penambahan jumlah saham syariah baru (DES insidentil) sebanyak 4 (empat) saham.
Selanjutnya, pada penerbitan DES Periode II jumlah saham syariah sebanyak 329 saham.
Jumlah ini meningkat menjadi 336 saham syariah setelah adanya penambahan 7 (tujuh) saham
yang pernyataan pendaftarannya efektif dan memenuhi kriteria saham syariah.

3
Ibid, Widoatmodjo Sawidji, hal 20
Saham syari’ah adalah saham-saham perusahaan publik yang
operasionalnya memenuhi perinsip-prinsip syari’ah sedangkan pasar modal syari’ah
adalah institusi yang menyelenggarakan transaksi perdagangan efek syari’ah. Lebih lanjut
dalam fatwa DSN MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip Syari’ah di Pasar Modal, menjelaskan kriteria perusahaan
publik atau emiten yang berhak memperdagangkan sahamnya di pasar modal
4
syari’ah yaitu :
 Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan
perusahaan Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah tidak boleh
bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah.
 Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah antara lain :
- perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
- lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional.
- produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram; dan
- produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak
moral dan bersifat mudarat.
- melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya
 Emiten atau Perusahaan Publik yang bermaksud menerbitkan Efek Syariah wajib untuk
menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas Efek
Syariah yang dikeluarkan.
 Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah wajib menjamin
bahwa kegiatan usahanya memenuhi Prinsip-prinsip Syariah dan memiliki Shariah
Compliance Officer.
 Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik yang menerbitkan Efek Syariah sewaktu-waktu
tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka Efek yang diterbitkan dengan
sendirinya sudah bukan sebagai Efek Syariah.
Sedangkan yang dimaksud dengan efek syari’ah dalam fatwa yang sama adalah :
 Efek Syariah mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa Dana Syariah,
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan surat berharga
lainnya yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah.
 Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi
kriteria prinsip syari’ah, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa.

4
Fatwa DSN-MUI, http://www.mui.or.id
 Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan Prinsip
Syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan
Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
 Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip
Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-
mal/rabb al-mal) dengan Manajer Investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi
sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal
dengan pengguna investasi.
 Efek Beragun Aset Syariah adalah Efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif EBA
Syariah yang portofolio-nya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang
timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli
pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, Efek bersifat investasi yang dijamin
oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset keuangan setara,
yang sesuai dengan Prinsip-prinsip Syariah.
 Surat berharga komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan
dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan Prinsip-prinsip syariah
Tidak semua jenis saham diperbolehkan untuk diperdagangkan dalam pasar modal
syari’ah, jenis saham yang dilarang adalah preferred stock (saham istimewa). Terdapat
perbedaan besar antara saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred
stock) yang mendasari pelarangan untuk diperdagangkan di pasar modal syari’ah yaitu:
“The primary difference between preferred stock and common stock relates to the
order in which shareholders are paid in the event of bankruptcy or other corporate
restructuring. If the issuing company seeks bankruptcy protection, then the owners of
preferred shares take priority over common shareholders when it comes time to
pay dividends and liquidate the company's assets. Further, although dividends paid
on common stock are not guaranteed and can fluctuate from quarter to quarter,
preferred shareholders are usually guaranteed a fixed dividend paid on a
regular basis. This means that interest rates affect the pricing of preferred stock. High
rates could make a preferred dividend seem unattractive and low rates could make it seem
attractive”
pada saham istimewa jika perusahaan mengalami kebangkrutan (dilikuidasii) maka
pemegangnya mendapat prioritas pertama untuk memperoleh pembayaran dibandingkan
pemegang saham biasa, hal ini tentu bertentangan dengan prinsip keadilan sebagai salah
satu prinsip Islam sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 90 :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.
Dalam hal pembagian deviden perusahaan, tidak ada jaminan kepastian besarnya deviden bagi
pemegang saham biasa, deviden dapat berfluktuasi tergantung dari kemampuan perusahaan
menghasilkan laba, sementara untuk pemegang saham istimewa ada jaminan kepastian
untuk memperoleh deviden tetap tanpa melihat kondisi perusahaan. Adanya
keuntungan tetap bagi saham istimewa dapat dikategorikan riba yang sangat dilarang
dalam Islam, sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 130:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.

b. Analisis Saham Syariah


Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia diawali oleh perkembangan sektor
perbankan, selanjutnya diikuti oleh sektor perasuransian dan pasar modal. Dalam
perkembangannya, setiap sektor memiliki tantangan yang berbeda. Data perkembangan produk
syariah dalam periode 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan bahwa pada umumnya seluruh
produk keuangan syariah memiliki tren positif sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.3. Untuk
dapat melihat perkembangan produk pasar modal syariah lebih mendalam, berikut gambaran
perkembangan produk pasar modal syariah dalam periode 5 (lima) tahun terakhir (2010 – 2014).

Dalam rangka memudahkan pelaku pasar modal syariah memilih saham syariah, OJK
menerbitkan Daftar Efek Syariah (DES) yang memuat saham yang memenuhi kriteria sebagai
saham syariah. DES pertama kali diterbitkan pada tahun 2007 sebagai implementasi dari
Peraturan No. II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Selanjutnya DES
dimutakhirkan secara periodik 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu pada akhir Mei dan akhir
November. Selain itu, juga diterbitkan DES insidentil atas saham emiten yang telah
mendapatkan efektif atas pernyataan pendaftarannya dan memenuhi kriteria sebagai saham
syariah.
Berdasarkan DES yang telah diterbitkan pada periode 5 (lima) tahun terakhir, jumlah
saham syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada Tabel
1.4.

Peningkatan jumlah saham syariah ini seiring dengan peningkatan jumlah perusahaan yang
melakukan penawaran umum saham serta bertambahnya emiten yang sahamnya memenuhi
kriteria sebagai saham syariah. Pada tahun 2014, total saham syariah pada DES periode I
terdiri dari 326 saham yang terdiri dari 322 saham yang dimuat dalam DES periodik dan
penambahan jumlah saham syariah baru (DES insidentil) sebanyak 4 (empat) saham.
Selanjutnya, pada penerbitan DES Periode II jumlah saham syariah sebanyak 329 saham.
Jumlah ini meningkat menjadi 336 saham syariah setelah adanya penambahan 7 (tujuh) saham
yang pernyataan pendaftarannya efektif dan memenuhi kriteria saham syariah.
Dari sisi industri, sebagaimana terlihat pada Grafik 1.2, mayoritas saham syariah berasal
dari sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi, yaitu sebanyak 26,41% dari seluruh saham
syariah. Selebihnya dari sektor Properti, Real Estate & Konstruksi sebanyak 16,02%, sektor
Industri Dasar dan Kimia sebanyak 13,35%, dan sektor lainnya masing-masing di bawah 10%.
Selanjutnya, untuk mengetahui kinerja perdagangan saham syariah, dapat dilihat dari
pergerakan indeks saham syariah. Indeks saham syariah yang tersedia di Bursa Efek Indonesia
hingga akhir 2014 adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Jakarta Islamic Index
(JII). ISSI merepresentasikan kinerja perdagangan seluruh saham syariah yang tercatat di
bursa. JII merepresentasikan 30 (tiga puluh) saham syariah dengan kapitalisasi pasar terbesar
dan yang paling likuid diperdagangkan. Tabel 1.5 menunjukkan pertumbuhan indeks saham
syariah dalam periode 5 (lima) tahun terakhir, yaitu sebesar sebesar 34,52% untuk ISSI dan
29,68% untuk JII. Sedangkan untuk saham secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan
sebesar 41,14% untuk IHSG dan 35,86% untuk LQ45.
Dibandingkan tahun sebelumnya, pada penutupan bursa 2014, Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) meningkat 17,35% ke level 168,64 dan nilai kapitalisasi pasar sahamnya
meningkat 15,21% menjadi sebesar Rp2.946,9 triliun atau sekitar 56,37% dari total
kapitalisasi pasar saham. Pada periode yang sama, Jakarta Islamic Index (JII) mengalami
peningkatan sebesar 18,10% ke level 691,04. Nilai kapitalisasi pasar saham JII juga
meningkat 16,29% dibandingkan akhir tahun 2013 menjadi sebesar Rp1.944,5 triliun atau
sekitar 37,19% dari total kapitalisasi pasar saham.
Kapitalisasi pasar merupakan nilai perusahaan yang dihitung dari jumlah seluruh saham
perusahaan beredar dikalikan dengan harga pasar saham, dengan demikian semakin mahal
harga saham maka semakin tinggi nilai kapitalisasinya. Jika dilihat dari nilai
kapitalisasi, saham-saham syari’ah menunjukkan peningkatan yang konsisten, hal ini
mengindikasikan kondisi makro ekonomi yang stabil yang dapat memberikan harapan
yang baik bagi peningkatan kinerja perusahaan. Dilihat dari fungsi ekonomi, meningkatnya
nilai kapitalisasi saham syari’ah menunjukkan keberhasilan pasar modal syari’ah sebagai
pengumpul sumber dana alternatif bagi investasi perusahaan yang berlandaskan prinsip
syari’ah, disamping itu menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya
umat Islam, yang memiliki kelebihan dana, untuk memilih jenis investasi keuangan yang
halal.
Jika dilihat dari jumlah saham beredar, perkembangan saham syari’ah dapat dilihat dalam
grafik berikut :
Grafik Perkembangan Jumlah Saham Syari’ah

Dari grafik di atas terlihat jumlah saham syari’ah yang tercatat di bursa dari tahun ke
tahun menunjukkan peningkatan, hal ini menggambarkan meningkatnya kesadaran
perusahaan akan potensi bisnis dengan prinsip syari’ah yang berkeadilan dan bersih
dari unsur-unsur riba. Di sisi lain dengan mengeluarkan saham syari’ah, perusahaan
dapat mengambil keuntungan dari fleksibilitas perdagangan saham syari’ah, saham
syari’ah dapat diperdagangkan kepada muslim dan non muslim di bursa konvensional
maupun syari’ah sementara saham konvensional hanya dapat diperdagangkan di
bursa konvensional saja. Fleksibilitas ini dapat menjadi potensi menguntungkan
karena terbukanya kesempatan untuk mengumpulkan dana lebih besar dari para investor.
JII dalam pelaksanaan tugas
Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham syariah yang pertama kali diluncurkan
di pasar modal Indonesia pada tanggal 3 Juli 2000. Konstituen JII hanya terdiri dari 30 saham
syariah paling likuid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI, review saham syariah yang
menjadi konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, Mei dan November,
mengikuti jadwal review DES oleh OJK.
BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII.
Adapun kriteria likuditas yang digunakan dalam menyeleksi 30 saham syariah yang menjadi
konstituen JII adalah sebagai berikut:
 Saham syariah yang masuk dalam konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) telah
tercatat selama 6 bulan terakhir
 Dipilih 60 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1 tahun
terakhir
 Dari 60 saham tersebut, kemudian dipilih 30 saham berdasarkan rata-rata nilai transaksi harian
di pasar regular tertinggi
 30 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.
Jakarta Islamic Index 70 (JII70 Index)
Jakarta Islamic Index 70 (JII70 Index) adalah indeks saham syariah yang diluncurkan
BEI pada tanggal 17 Mei 2018. Konstituen JII70 hanya terdiri dari 70 saham syariah paling
likuid yang tercatat di BEI. Sama seperti ISSI, review saham syariah yang menjadi konstituen
JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, Mei dan November, mengikuti
jadwal review DES oleh OJK.
 BEI menentukan dan melakukan seleksi saham syariah yang menjadi konstituen JII70.
Adapun kriteria likuditas yang digunakan dalam menyeleksi 70 saham syariah yang menjadi
konstituen JII70 adalah sebagai berikut:
 Saham syariah yang masuk dalam konstituen Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) telah
tercatat selama 6 bulan terakhir
 Dipilih 150 saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar tertinggi selama 1 tahun
terakhir
 Dari 150 saham tersebut, kemudian dipilih 70 saham berdasarkan rata-rata nilai transaksi
harian di pasar regular tertinggi.
 70 saham yang tersisa merupakan saham terpilih.

Jasa Pelayanan
Shariah Online Trading System (SOTS) adalah sistem transaksi saham syariah
secara online yang memenuhi prinsip-prinsip syariah di pasar modal.  SOTS dikembangkan
oleh anggota bursa sebagai fasilitas atau alat bantu bagi investor yang ingin melakukan
transaksi saham secara syariah. SOTS disertifikasi oleh DSN-MUI karena merupakan
penjabaran dari fatwa DSN-MUI No. 80 tahun 2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah Dalam
Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Di Pasar Reguler Bursa Efek. Fitur utama
SOTS adalah sebagai berikut:
 Hanya saham syariah yang dapat ditransaksikan
 Transaksi beli saham syariah hanya dapat dilakukan secara tunai (cash-basis transaction)
sehingga tidak boleh ada transaksi margin (margin trading)
 Tidak dapat melakukan transaksi jual saham syariah yang belum dimiliki (short selling)
 Laporan kepemilikan saham syariah dipisah dengan kepemilikan uang sehingga saham syariah
yang dimiliki tidak dihitung sebagai modal (uang).
BAB III
Penutup
Analisis
Dari tugas-tugas diatas, JII dalam keaktivannya memperbaharui data sudah sangat
baik, terbukti dengan adanya transparansi data yang selalu diunggah dalam website
http://www.idx.co.id/data-pasar/data-saham/indeks-saham/ mudah diunggah dan diakses.
Kemudahan data ini, juga bagian dari keberhasilan meningkatnya pasar modal syariah dari
tahun-ketahun. Berikut penulis melampirkan data 30 saham yang terpilih selama 2018 dalam 2
periode unduh.
Selanjutnya, tidak berhenti disitu pasar saham syariah saat ini dapat bertransaksi secara
online ataupun manual. Dengan menggandeng anggota bursa memberikan fasilitas digital agar
memudahkan transaksi investor. Dengan adanya SOTS ini, dapat lebih mengantisipasi
kecurangan, JII menjamin tidak lagi menemukan kasus margin trading dan shortselling.
Dengan begitu kadar syariah dalam transaksi jual-beli saham lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai