Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR DAN RANCANG BANGUN EKONOMI ISLAM

Di Susun Oleh :

Kelompok 1

Maghfirah Abra
NIM. 202143022
Putri Khairunna
NIM.202143031

Semester : III AKS-2

Mata Kuliah : Ekonomi Mikro Islami

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................3

A. Latar Belakang.....................................................................................................3

B. Rumusan Masalah................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................6

A. Pengetian Ekonomi..............................................................................................6

B. Ruang Lingkup Ekonomi Islam..........................................................................9

C. Pendekatan Islam Terhadap Permaslahan Ekonomi...........................................12

D. Rancang Bangun Ekonomi Islam.......................................................................14

E. Prinsip Utama Rancang Bangun Ekonomi Islam dan

Implementasinya.................................................................................................24

BAB III : PENUTUPAN......................................................................................28

A. Kesimpulan.........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem ekonomi dunia saat ini bersifat sekuler, di mana terjadi
pemisahan antara kehidupan agama dengan kehidupan duniawi termasuk di
dalamnya aktivitas ekonomi. Proses perkembangan ilmu pengetahuan pada
masyarakat sekuler semata-mata hanya mengandalkan kemampuan olah pikir
(ratio) untuk mengamati dan meneliti fenomena alam dengan mengesampingkan
informasi dari wahyu sementara kebenaran ilmiah adalah bersifat spekulatif dan
bebas nilai ( free Value ). Hal tersebut tidak berlaku dalam Islam, sebab Islam
tidak mengenal pembedaan antara ilmu agama dengan ilmu duniawi. Hal ini
terbukti bahwa pada masa kegelapan yang terjadi di Eropa, justru terjadi masa
keemasan dan kejayaan Islam. Di mana terjadi pembaharuan dan perkembangan
pemikiran oleh para ilmuwan muslim, bahkan menjadi dasar landasan
pengembangan keilmuan sampai saat ini, seperti ilmu aljabar. Ilmuwan muslim
klasik memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai ilmu agama dan ilmu
yang bersifat duniawi. Proses perpaduan ilmu pengetahuan tersebut menjadikan
umat Islam berjaya ketika negara-negara barat mengalami masa kegelapan.

Sedangkan perkembangan ilmu pengetahuan dalam konteks masyarakat


islam senantiasa berpijak pada kaidah-kaidah agama. Ajaran islam memberikan
jalan yang tengah yang adil untuk berbagai pasangan, antara dunia dan akhirat,
antara ratio dan hati, antara ratio dan norma, antara idealisme dan fakta, dan lain
sebagainya. Ajaran islam mengacu pada berbagai sumber yang telah ditetapkan.
Perhatian masyarakat luas terhadap ekonomi Islam semakin meningkat, sejak
kegagalan sistem ekonomi kapitalis mewujudkan kesejahteraan bagi warga
negara penganut-penganutnya.

3
Paradigma islam dalam memandang masalah ekonomi secara prinsip
berbeda dari paradigma kapitalis. Sistem kapitalisme memberikan hak
kepemilikan tiada batas kepada individu yang mengakibatkan ketimpangan
kepada masyarakat, antara lain distribusi kekayaan yang tidak seimbang,
persaingan bebas yang menimbulkan ketidakselarasan dalam masyarakat, dan
akibat lebih jauh, nilai-nilai moral seperti persaudaraan, kerjasama, saling
membantu, kasih sayang dan kemurahan hati tidak lagi mendapat tempat yang
semestinya dalam masyarakat. Islam juga menolak paradigma ekonomi sosialis-
komunis yang ingin menghapuskan semua hak individu dan menjadikan mereka
budak ekonomi yang diawasi secara ketat oleh negara. Islam memberikan jalan
terbaik untuk fitrah manusia. Islam justru mengarur hubungan individu dengan
masyarakat pada proposi yang benar. Dalam sistem ekonomi islam, mekanisme
pasar tidak dibiarkan berjalan tanpa bingkai normatif yang mengacu kepada
nilai-nilai agama.

Dari sinilah tampak pentingnya ekonomi islam dan penerapanya dalam


hubungannya dengan dunia islam. Ia merupakan jalan yang akan mengikatkan
seluruh bangsa-bangsa di dunia dalam keimanan. Ada peranan lain yang masih
mungkin dapat dilaksanakan dalam ekonomi islam yaitu lapangan penerapan
dalam dunia islam itu sendiri yakni melaksanakan penerapan ekonomi islam
sampai terwujudnya kesatuan ekonomi bagi seluruh dunia. Hubungan ekonomi
islam dengan akidah dan syariat islam itulah yang menyebabkan kegiatan
ekonomi islam berbeda dengan kegiatan ekonomi menurut sistem-sistem hasil
penemuan manusia, menyebabkannya memiliki sifat pengabdian dan cita-cita
yang luhur dan memiliki pengawasan yang atas pelaksanaan kegiatan ini dengan
pengawasan sebenarnya. Oleh karena itu pada makalah kali ini akan dibahas
secara mendalam bagaimana perbedaan sistem ekonomi islam dengan sistem
ekonomi yang ada di dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ekonomi islam?

4
2. Sebutkan ruang lingkup dari ekonomi islam!
3. Apa saja pendekatan islam terhadap permaalahn ekonomi?
4. Bagaiman rancang bangun dari ekonomi islam?
5. Apa prinsip dari rancang bangun ekonomi islam dan
implementasinya?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari ekonomi islam.
2. Agar mahasiswa mengetahui apa saja ruang lingkup dari ekonomi islam.
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana pendekatan islam terhadap
permasalahan ekonomi islam.
4. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana rancang bangun dari
ekonomi islam.
5. Agar mahasiswa mengetahui prinsip utama dari rancang bangun ekonomi
islam dan impiemetansinya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Islam


Dalam bahasa arab islam disebut dengan al- iqtishad al-islami. Ekonomi
atau iqtishad merupakan suatu pengetahuan mengenai aturan yang berkenaan
dengan memproduksi suatu kekayaan, mengkonsumsi atau mendistribusikannya.
Ekonomi islam adalah ilmu yang mengatur prilaku ekonomi manusia yang
prilakunya diatur sesui dengan aturan agama islam dan dilandasi dengan tauhid
seperti yang dirangkum dalam rukun islam dan rukun iman.1
Ekonomi Islam jika dipisahkan maka terdiri dari dua kata, yaitu ekonomi
dan islam. Secara asal kata (etimologi) ekonomi berasal dari kata oikos yang
berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan sehingga ekonomi berarti
aturan rumah tangga. Sedangkan secara pengertian (terminologi) ekonomi terdiri
dari 3 komponen utama, yaitu:
1. kebutuhan (need). Perspektif konvensional menyatakan kebutuhan bersifat
tidak terbatas (unlimited). Perspektif Islam mempunyai pandangan yang
berbeda terbatasnya kebutuhan ini, Islam berpendapat kebutuhan manusia
bersifat terbatas, tetapi kalau keinginan (want) bersifat tidak terbatas karena
keinginan cenderung didorong oleh nafs. Jika dikaji lebih mendalam lagi
ketika kita tidak membenturkan istilah need dan want, artinya anggap saja
maknanya sama, maka masih terdapat pandangan yang berbeda (khilafiah).
a. Satu pandangan menyatakan bahwa kebutuhan bersifat tidak terbatas
sebutlah dengan mazhab mainstream dengan dasar argumentasi firman
Allah dalam QS: At-Takaatsur (102: 1-3).

1
Azharsyah Ibrahim et al, “Pengantar Ekonomi Islam” (Jakarta: Departemen Ekonomi dan
Keuangan Syariah-Ban Indonesia, 2021), Hal. 55

6
Artinya : (1) Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. (2)
Sampai kamu masuk ke dalam kubur. (3) Janganlah begitu, kelak
kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).
Surat ini menjelaskan tentang orang-orang yang lalai dari beribadah
kepada Allah SWT. Padahal tujuan diciptakannya manusia adalah untuk
beribadah kepada Allah SWT. Yang dimaksud di sini adalah beribadah
kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain Allah,
mengenal-Nya dan mendahulukan cinta Allah dari lainnya. Selain itu
watak manusia memang suka bermegah-megahan khususnya dalam
kegiatan konsumsi, ayat ini mengingatkan untuk tidak bermegah-
megahan yang merupakan sudah tabiat manusia secara umum.

b. Adapun pandangan kedua, sebutlah mazhab Bagir As-Sadr dalam kitab


atau bukunya yang sangat mashur, yaitu iqthishoduna (ekonomi kita)
menyatakan bahwa need (kebutuhan) bersifat terbatas karena manusia
akan berhenti minum jika dahaganya sudah terpuaskan, jika dikaitkan
dengan perspektif konvensional kita mengenal hukum Gosen I yang
kurang lebih menyatakan “Jika pemenuhan kebutuhan akan suatu
jenis barang dilakukan secara terus-menerus maka rasa
nikmatnya mula-mula akan tinggi, tetapi semakin lama
kenikmatan tersebut semakin menurun sampai akhirnya mencapai
batas jenuh”.
2. sumber daya atau resources, biasa dalam ilmu ekonomi disebut dengan
faktor produksi yang terdiri, antara lain tanah (land), tenaga kerja (labor),
modal (capital), dan keahlian (skill). Perspektif ekonomi konvensional
menyatakan bahwa sumber daya bersifat terbatas (limited). Pandangan ini
hampir sejalan dengan pandangan mazhab mainstream dengan argumentasi
dasar pada firman Allah dalam QS. Al-Baqarah (2): 155.

7
Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-
buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar.
Ayat ini memberikan kabar bahwa Allah SWT pasti memberikan ujian
kepada hamba-Nya. Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, (pada ayat ini) Allah SWT memberitahukan bahwa
Dia menguji dan menempa para hamba-Nya. Terkadang (mengujinya)
dengan kebahagiaan, dan suatu waktu dengan kesulitan, seperti rasa takut
dan kelaparan. Kelaparan berarti menderita lapar (karena tidak ada yang
dimakan) hal ini bisa dimaknai tidak terpenuhinya kebutuhan karena
resources terbatas.
Adapun pandangan kedua, mazhab Bagir As-Sadr menyatakan sumber daya
atau resources bersifat tidak terbatas, argumentasinya didasarkan pada
firman Allah dalam QS. Al-Qomar (54): 49.

Artinya : Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut


ukuran.
Wahbah Zuhaili menyatakan terkait ayat di atas. Sesungguhnya kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran yang telah diketahui dan
tertulis dalam Lauh Mahfuz, sebelum terjadinya.
3. choice atau alternatif. Munculnya choice dalam perspektif ekonomi
konvensional karena adanya gap antara need (unlimited) dan resources
(limited), choice tentu dilakukan berdasarkan konsep rasional semata.
Sedangkan choice dalam perspektif ekonomi Islam harus didasarkan pada
syariat Islam, walaupun tetap ada dimensi rasionalnya.

8
Penjelasan di atas merupakan sisi arti kata ekonomi, berikutnya kita lihat
hakikat Islam dan pada akhirnya secara utuh apakah ekonomi Islam itu. Islam
merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif yang mengatur semua
aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun kehidupan yang bersifat
spiritual.

Allah SWT telah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa Islam adalah agama
yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri dalam menghadapi
permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material maupun nonmaterial.
Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan, tentu juga sudah diatur oleh
Islam. Ini bisa dipahami, sebagai agama yang sempurna, mustahil Islam tidak
dilengkapi dengan sistem dan konsep ekonomi. Suatu sistem yang dapat
digunakan sebagai panduan bagi manusia dalam menjalankan kegiatan ekonomi.
Suatu sistem yang garis besarnya sudah diatur dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Allah SWT telah menetapkan aturan-aturan dalam menjalankan kehidupan


ekonomi. Allah SWT telah menetapkan batas-batas tertentu terhadap perilaku
manusia sehingga menguntungkan satu individu tanpa mengorbankan hak-hak
individu lainnya. Perilaku mereka yang ditetapkan dalam hukum Allah
(syariah) harus diawasi oleh masyarakat secara keseluruhan, berdasarkan aturan
Islam. Yang dimaksud dengan istilah ini adalah perangkat perintah dan aturan
sosial, politik, agama, moral, dan hukum yang mengikat masyarakat. Lembaga-
lembaga sosial disusun sedemikian rupa untuk mengarahkan individu-individu
sehingga mereka secara baik melaksanakan aturan-aturan ini dan mengontrol
serta mengawasi berjalannya aturan-aturan tersebut.

B. Ruang Lingkup Ekonomi Islam


Sifat dan ruang lingkup ekonomi Islam diantaranya sebagai berikut:
1. Universal dan Konprehensif
Islam adalah agama yang universal dan konprehensif, yaitu agama yang
mengatur kehidupan manusia disegala penjuru dunia yang meliputi semua
aspek kehidupan, meliputi akidah, syariah, akhlak,

9
ibadah dan muamalah. Islam bukan hanya mengatur urusan manusia dengan
Tuhannya, melainkan juga mengatur urusan manusia dengan sesamanya,
serta lebih jauh lagi urusan manusia dengan lingkungannya.
Salah satu ruang lingkup Islam yang maha luas ini yang masuk dalam
muamalah adalah kegiatan ekonomi. Kegiatan berekonomi merupakan
bagian dari muamalah yang mengatur hubungan antara sesama manusia,
yang memang manusia diperintahkan juga untuk memanfaatkannya dalam
rangka kesempurnaan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya dan hubungan
manusia dengan sesamanya (hablum minallah- hablum minan nas). Tidak
sempurna keislaman seseorang jika terdapat ketimpangan dalam hubungan
ini.
Islam suatu keyakinan yang universal, mudah dan logis untuk dipahami,
serta applicable. Hal ini karena selain memiliki postulat iman, Islam, juga
memiliki postulat ibadah yang berisi interaksi vertikal antara manusia
dengan penciptanya, dan interaksi horizontal antara sesama manusia, serta
postulat akhlak yang menjadi built in control dalam diri orang muslim.
Dengan demikian ekonomi Islam dapat diartikan sebagai ilmu ekonomi yang
dilandasi oleh ajaran- ajaran Islam yang bersumber dari Alquran, As-
Sunnah, Ijma’ dan qiyas. Alquran dan As sunnah merupakan sumber utama,
sedangkan ijma’ dan qiyas merupakan pelengkap untuk memahami Alquran
dan as Sunnah.2
2. Kebebasan berekonomi
Islam memberikan kebebasan berekonomi selama tidak melanggar rambu-
rambu syariah. Ekonomi adalah persoalan manusia yang selalu berkembang
dengan dinamis. Oleh karena itu selalu diperlukan pemikiran baru untuk
memecahkan masalah-masalah ekonomi. Merujuk pada zaman Rasulullah
dan para sahabatnya tentu sangat bermanfaat, namun ijtihad di bidang
ekonomi tentu diperlukan.

2
M.M.Mutawally, “Teori dan Metode Ekonomi Islam”, (Dikutip oleh Tim Pengembangan
Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Djambatan, 2022), Hal. 13

10
Ada 3 kegiatan ekonomi yang bisa kita pilih, yaitu :
a. Jual Beli
Allah Swt menjadikan harta benda sebagai salah satu sebab tegaknya
kemaslahatan manusia di dunia. Untuk mewujudkan kemaslahatan
tersebut Allah telah mensyariatkan cara perdagangan tertentu. Sebab apa
saja yang dibutuhkan oleh setiap orang tidak bisa dengan mudah
didapatkan. Kalau mendapatkannya dengan menggunakan kekerasan dan
penindasan maka itu merupakan tindakan yang merusak. Oleh karena itu
harus ada sistem yang memungkinkan tiap orang untuk mendapatkan apa
saja yang ia butuhkan tanpa harus menggunakan kekerasan dan
penindasan. Itulah perdagangan dan hukum jual beli.
Jual beli atau perdagangan itu ada dua macam yang halal dan yang
haram. Yang halal disebut bai’i dan yang haram disebut riba. Allah
SWT berfirman: “Allah telah menghalalkan bai’i (jual beli) dan
mengharamkan riba” (AlBaqarah: 275).
b. Berproduksi
Berproduksi atau “istishna” adalah apabila ada seseorang memproduksi
sesuatu seperti bejana, mobil atau apa saja yang termasuk kategori
berproduksi. Pada masa Rasululullah SAW orang-orang biasa
memproduksi barang, dan beliaupun mendiamkan aktivitas mereka.
Diamnya beliau menunjukan adanya pengakuan (taqrir) beliau terhadap
aktivitas berproduksi. Status taqrir dan perbuatan rasul sama dengan
sabda beliau, artinya sama sama merupakan dalil syara’. Sedangkan
terhadap sesuatu yang disepakati dalam transaksi adalah barang yang
diproduksi. Dalam hal semacam ini berproduksi itu statusnya sama
dengan transaksi jual-beli.
c. Ijarah
Kalau seseorang mendatangkan ahli pembuat barang tertentu untuk
misinya, maka kegiatan ini termasuk dalam kategori

11
transaksi ijarah. Begitu pula dalam arti yang lebih luas dengan industri
yang berawal dari kerajinan tangan (handcarft) kemudian berkembang
menjadi masal dengan menggunakan mesin (factory system). Jual beli,
berproduksi, maupun ijarah semuanya harus tunduk dan sesuai dengan
hukum-hukum yang berlaku.
C. Pendekatan Islam Terhadapt Permasalahan Ekonomi
Islam mempunyai keunggulan tersendiri dalam sistem ekonomi yang
dianutnya. Keunggulan sistem ekonomi Islam itu terletak pada prinsip yang
mendasarinya yaitu spirit dan moral, yang tidak ada pada dua sistem ekonomi
yang dijelaskan terdahulu. Hal tersebut dapat dilihat dari rumusan sistem
ekonomi Islam berikut ini:
1. Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan perintah- perintah
(injections) dan tata cara (ruler) yang ditetapkan oleh syariah yang
mencegah ketidakadilan, dalam penggalian dan penggunaan sumber daya
material guna memenuhi kebutuhan manusia yang memungkinkan mereka
melaksanakan kewajibannya kepada Allah dan masyarakat.
2. Islam merumuskan suatu sistem ekonomi yang sama sekali berbeda dari
sistem-sistem ekonomi lainnya. Hal itu karena ekonomi Islam memiliki akar
dari syariah yang menjadi sumber dari peradaban bagi setiap muslim dalam
melaksanakan aktivitasnya. Islam memiliki tujuan-tujuan syariah
(maqashid asy-syariah) serta petunjuk operasional (strategi) untuk
mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan itu saling mengacu kepada
kepentingan manusia untuk mencapai kesejahteraan dan kehidupan yang
lebih baik, juga memiliki nilai yang sangat penting bagi persaudaraan dan
keadilan sosial ekonomi, serta menuntut tingkat kepuasan yang seimbang
antara kepuasan materi dan rohani.
3. Ekonomi Islam merupakan suatu sistem kehidupan ekonomi yang adil.
Sumber-sumber Islam mengandung koleksi hukum yang sangat luas
mengenai berbagai bidang ekonomi, seperti hukum Islam tentang
pengelolaan tanah yang dibiarkan sia-sia dan penemuan

12
hasil tambang, atau hukum tentang sewa-menyewa, syirkah (persekutuan
dalam usaha ekonomi), riba dan sebagainya. Islam juga memiliki hukum-
hukum mengenai zakat, khums, pajak dan baitul mal. Islam menyeru orang
kepada kebenaran dan kebaikan, kesabaran dan akhlak, dan mencegah
kepalsuan dan kemungkaran, demikian pula ia menyuruh mereka membantu
orang miskin dan melarang mereka berbuat zalim, melanggar hak orang lain
dan menumpuk uang secara tidak halal.
Tentang kelebihan ekonomi Islam ini sebetulnya sudah lama diakui oleh
ekonom klasik terkenal Adam Smith sebagaimana dijelaskannya di dalam
bukunya The Wealth of Nations yang terbit tahun 1776 M. Dalam jilid ke lima
bab pertama Adam Smith membandingkan masyarakat dengan tingkat
perekonomian yang berbeda, yakni bangsa dengan ekonomi terbelakang dan
bangsa ekonomi maju. Masyarakat dengan ekonomi terbelakang ditandai dengan
mata pencaharian nya sebagai pemburu, sedang masyarakat ekonomi maju
ditandai dengan mata pencaharian sebagai penggembala dan pedagang.
Adapun inti dari masalah ekonomi yang dipahami selama ini adalah
kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan
terbatas. Para ahli ekonomi konvensional menyebutnya sebagai masalah
kelangkaan. Dalam Islam masalah ekonomi Islam permasalahan ekonomi adalah
distribusi yang tidak merata
Permasalahan dalam ekonomi Islam adalah distribusi yang tidak merata
sedangkan konvensional adalah kelangkaan. Solusi yang ditawarkan Islam
antara lain, masyarakat mempunyai hak khiyar. Hak khiyar adalah salah satu
hak bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi (akad) ketika terjadi
beberapa persoalan dalam transaksi yang dimaksud. Hak Khiyar sendiri ada
terbagi menjadi khiyar tadlis (Membatalkan karena barangnya cacat), khiyar
‘aib (kurangnya nilai tersebut dikalangan ahli pasar), khiyar syarat (hak pilih)
yang dijadikan syarat keduanya. Masyarakat menyelesaikannya dengan media
al- shulhu (perdamaian).

13
D. Rancang Bangun Ekonomi Islam
Ekonomi Islam dilihat dari segi akidahnya tergolong ke dalam kelompok
ilmu-ilmu syara’.3 Maksudnya, ekonomi islam yang di kaji oleh syari,ah adalah
ilmu yang merupakan cara, teknik atau uslub manusia dalam memenuhi
kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Dalam hal ini telah dibahas dalam Islam
yang berkaitan dengan ilmu muamalah dan salah satunya di antaranya
berhubungan dengan ekonomi. Secara umum teori ilmu ekonomi dibagi
menjadi dua, yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Perbedaan itu antara
lain dari asal kata ‟mikro‟ berarti kecil. Dengan demikian teori mikro ekonomi
atau ekonomi mikro boleh diartikan sebagai ilmu ekonomi kecil. Berdasarkan
kepada pola dan ruang lingkup analisnya, teori mikro ekomi dapat didefinisikan
sebagai satu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai
bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian.
Pokok-pokok yang dianalisis dalam teori mikro ekonomi tersebut adalah
bagaimanakah caranya menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia secara
efisian agar kemakmuran masyarakat dapat dimaksimumkan. Analisis seperti ini
dibuat berdasarkan kepada pemikiran bahwa kebutuhan dan keinginan manusia
tidak terbatas, sedangkan kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat adalah
terbatas.
Selanjutnya ekonomi makro adalah berasal dari kata ‟makro‟ yang
berarti besar. Dari arti kata makro tersebut sudah dapat diduga bahwa teori
makro ekonomi membuat analisis mengenai kegiatan dalam suatu perekonomian
dari sudut pandangan yang berbeda dengan teori ekonomi mikro. Analisis
ekonomi makro merupakan analisis terhadap keseluruhan kegiatan
perekonomian. Analisisnya bersifat umum dan tidak memperhatikan kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian.

3
Muhammad, “Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam”, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2007),
Hal. 70

14
Muhammad Syafi’i Antonio, Ph.D salah seorang pakar ekonomi Isalam
di Indonesia menulis dalam salah satu bukunya, bahwa perekonomian
masyarakat luas bukan hanya masyarakat muslim, akan menjadi baik bila
menggunakan kerangka kerja atau acuan norma-norma Islami. Islam mendorong
penganutnya berjuang untuk mendapatkan materi atau harta dengan berbagai
cara, asalkan mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan.
Pemikiran beliau tersebut menggugah untuk menelaah lebih dalam tentang
ekonomi Islam. Dan apa sebenarnya yang membedakan antara ekonomi Islam
dengan ekonomi konvensional “ala Barat”. Apabila dicermati lebih jauh,
ternyata terdapat perbedaan yang mendasar (fundamental different) antara
ekonomi Islam dan konvensional. Perbedaan-perbedaan yang mendasar tersebut
dapat diklasifikasikan kedalam beberapa aspek, yaitu:
1. Sumber (Epistemology)
Sebagai sebuah ad-din yang syumul, sumbernya berasaskan kepada sumber
yang mutlak yaitu alQuran dan al-Hadits. Kedudukan sumber yang mutlak
ini menjadikan Islam itu sebagai suatu agama yang istimewa dibanding
dengan agama-agama ciptaan lain. Al-Quran dan al-Hadits ini menyuruh kita
mempraktekkan ajaran wahyu tersebut dalam semua aspek kehidupan
termasuk mu’amalah. Perkara- perkara asas mu’amalah dijelaskan di dalam
wahyu yang meliputi perintah dan larangan.
Perintah seperti makan dan minum menjelaskan tentang tuntutan keperluan
asasi manusia. Penjelasan Allah swt tentang kejadian-Nya untuk
dimanfaatkan oleh manusia, menunjukkan bahwa alam ini disediakan untuk
dibangun oleh manusia sebagai khalifah Allah.
Larangan-larangan Allah seperti riba, perniagaan babi, judi, arak dan lain-
lain karena perkara-perkara tersebut merusak fungsi manusia sebagai
khalifah tadi. Oleh karena itu, rujukan untuk menusia dalam semua keadaan
termasuk persoalan ekonomi ini adalah lengkap. Kesemuanya itu menjurus
kepada suatu tujuan yaitu keseimbangan

15
rohani dan jasmani manusia berdasarkan tauhid. Sedangkan ekonomi
konvensional tidak bersumber atau berlandaskan wahyu. Oleh karena itu ia
lahir dari pemikiran manusia yang bisa berubah berdasarkan waktu atau
masa sehingga diperlukan maklumat yang baru. Itu bedanya antara sumber
wahyu dengan sumber akal manusia atau juga dikenal sebagai falsafah yang
lepas bebas dari ikatan wahyu.
2. Tujuan Kehidupan
Tujuan ekonomi Islam membawa kepada konsep al-falah. Falah berasal
dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan,
kemulian atau kemenangan. Dalam pengertian literal, falah adalah
kemuliaan dan kemenangan, yaitu kemuliaan dan kemenangan dalam hidup.
Istilah falah menurut Islam diambil dari kata-kata al-Quran, yang sering
dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akherat,
sehingga tidak hanya memandang aspek material namun justru lebih
ditekankan pada aspel spiritual. Dalam konteks dunia, falah merupakan
konsep yang multi dimensi. Ia memiliki implikasi pada aspek perilaku
individu (mikro) maupun perilaku kolektif (makro).
Tujuan yang tidak sama akan melahirkan implikasi yang berbeda. Ekonomi
konvensional tidak mempertimbangkan aspek ketuhanan dan keakhiratan
tetapi lebih mengutamakan untuk kemudahan manusia di dunia saja. Oleh
karena itu, ekonomi sekuler ini hanya bertujuan untuk kepuasan di dunia.

3. Konsep Harta
Dalam Islam, harta yang dimiliki manusia bukanlah tujuan hidup tetapi
memiliki beberapa maksud dan tujuan, yaitu:
a. Harta sebagai amanah (as a trust) dari Allah swt. Manusia hanyalah
pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda
dari tiada. Dalam istilah Einstein, manusia

16
tidak mampu menciptakan energi yang mampu manusia lakukan adalah
mengubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain. Pencipta awal
segala energi adalah Allah swt.
b. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan menusia bisa
menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki
kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai dan menikmati
harta.
c. Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut soal cara
mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam
ataukah tidak.
d. Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah- Nya dan
melaksanakan muamalah di antara sesama manusia, melalui kegiatan
zakat, infak dan sedekah.

Merealisasikan perintah Allah yang sebenarnya ini akan membawa


kepada ketenangan hidup yang hakiki. Setiap muslim percaya bahwa Allah
swt merupakan Pencipta yang mampu memberikan ketenangan hakiki. Maka
dari itu harta bukanlah tujuan utama kehidupan tetapi adalah sebagai jalan
bagi mencapai nikmat ketenangan kehidupan di dunia hingga alam akherat.

Hal ini berbeda dengan ekonomi konvensional yang meletakkan


keduniaan sebagai tujuan yang tidak mempunyai kaitan dengan Tuhan dan
akherat sama sekali. Untuk merealisasikan tujuan hidup, mereka membentuk
sistem-sistem yang mengikuti selera nafsu mereka guna memuaskan
kehendak materil mereka semata, tanpa memperdulikan nilai-nilai dogmatis
normatif. Mereka mengutamakan kepentingan individu dan golongan
tertentu serta menindas golongan atau individu yang lemah dan berprinsip
siapa kuat dialah yang berkuasa (survival of the fittest). Selain itu juga,
dalam sistem ekonomi konvensional manusia bebas untuk melakukan
aktifitas ekonomi dengan motivasi keuntungan (profit) dan kepemilikan
pribadi (private ownership) yang sebesar-besarnya.

17
Ekonomi islam bisa diumpamakan seperti halnya sebuah rumah, gedung
ataupun bangunan yang tersusun atas atap, tiang dan landasan. Sebuah rumah,
gedung ataupun bangunan tesebut sebelum dibangun tentunya membutuhkan
suatu pedoman seperti, arsitektur, desain atau rancang bangun. Dengan
memahami rancang bangun ekonomi islam diharapkan bisa mampu
mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh dengan singkat mengenai
ekonomi islam yang tersusun atas atap, tiang dan landasan tersebut. Pada intinya
dalam mendirikan sebuah bangunan bisa dimulai dengan membangun fondasi
sebagai lantai dasar (landasan) yang kuat. Kemudian diatas lantai dasar tersebut
ditegakkanlah tiang-tiang sebagai penyanggah, dan dibagian paling atas
dibangun atap. Dari sebuah bangunan tersebut dapat diinterpretasikan dengan
suatu bangunan ekonomi yang memiliki sifat abstrak. Interpretasi tersebut
merupakan bahan-bahan bangunan ataupun material. Bahan bangunan tersebut
dalam ekonomi islam merupakan ajaran islam yang sumber utamanya dari
Alqur’an dan hadits serta tradisi-tradisi pemikiran yang sudah para ulama’
kembangkan.4

Terdapat prinsi-prinsip dasar dalam rancang bangun ekonomi islam.


Beberapa prinsip tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
nilai-nilai universal, prinsip-prinsip derivatif dan akhlak. Masing-masing bagian
ini yang nantinya membentuk sebuah bangunan dan menjadi prinsip dalam
ekonomi islam.

1. Nilai-nilai universal
Nilai-nilai universal ini merupakan teori dalam ekonomi islam dan
menjadi fondasi atau landasan dalam ekonomi islam. Menurut
Adiwarman Karim, ekonomi islam dibangun diatas lima nilai
universal islam diantaranya: ilahiyah (ketuhanan), al- adl (keadilan),
an-nubuwah (kenabian), alkhalifah (pemerintahan), dan al-ma’ad
(keuntungan atau hasil). Nilai-

4
M. Dawan Rahardo, Rancang Bangun Ekonomi Islam, (Studi Ekonomi Islam 4, no. 2, 2013),
Hal. 2

18
nilai universal ini yang bisa dijadikan aspirasi untuk membuat teori-
teori ekonomi islam.
a. Ilahiyah (ketuhanan), merupakan kita bersaksi bahwa tiada tuhan
selain Allah swt. Allah lah yang maha esa, maha agung atas
segalanya, pencipta, penguasa pengelola seluruh alam semesta.
Karena itu segala kegiatan ekonomi harus didasarkan pada
filosofi dasar yaitu sumber utamanya dari Allah swt. Seluruh
kegiatan diniatkan demi semata-mata hanya memperoleh ridho
Allah swt sebagai tujuan utamanya. Seluruh aktivitas ekonomi
yang mencakup modal, proses produksi, konsumsi dan distribusi
harus selalu dikaitkan dengan nilai ilahiyah ini sehingga sejalan
dengan tujuan yang sudah ditentukan Syariah. Bahwa manusia
diciptakan didunia ini hanya untuk mengabdi beribadah kepada
Allah stw. Seluruh alam semesta ini sesungguhnya hanyalah
milik Allah, manusia hanya khalifah dimuka bumi ini yang
dipegangi amanah oleh Allah.5
b. Al-adl (keadilan), merupakan nilai yang sangat penting dalam
prinsip ekonomi islam. Berlaku adil bukan hanya pada Al-qur’an
dan hadits tapi sesuai juga terhadap pertimbangan hukum alam,
yang berdasarkan pada keadilan dan keseimbangan. Definisi adil
ini maksudnya sikap tidak berbuat dzalim dan tidak pula
didzalimi. Didalam islam adil berarti menempatkan sesuatu
kepada tempat yang sebenarnya. Dalam konteks ekonomi sikap
makna nilai adil ini yaitu pelaku ekonomi harus mendapatkan
hasil sesuai dengan usaha yang telah dilakukannya tanpa harus
mengutamakan egonya. Pelaku ekonomi tidak boleh merusak
alam ataupun melakukan

5
Jamaluddin, “Prinsip Dasar Rancang Bangun Ekonomi Syari’ah Perspektif Otoritas Pengadilan
Agama”, (Jurnal Tribakti, 2015), Hal. 109

1
kejahatan terhadap orang lain hanya untuk mendapatkan
keuntungan pribadinya. Apalagi dalam ekonomi islam keadilan
harus dijalankan secara menyeluruh dalam berbagai aktivitas
kegiatannya agar eksploitasi, kekejaman, penindasan, dan
kekersan bisa dihentikan dan tidak terjadi sepanjang masa.
Banyak ayat dalam Al-qur’an yang memerintahkan manusia
untuk berbuat adil karena sikap adil merupakan ruh dari
penerapan nilai kesejahteraan, keharmonisan, kemanusiaan dalam
hidup manusia.
c. An-nubuwah (kenabian), merupakan nilai mencontohkan pada
manusia bagaimana cara bersikap dan berperilaku yang ideal.
Rasulullah saw merupakan sentra pembawa hukum islam
(syari’at) dimuka bumi ini. Kenabian tidak diperoleh melewati
usaha atau warisan bukan pula melalui martabat atau derajatnya,
tetapi Allah swt mempunyai hak untuk memilih siapakah
umatnya yang bisa dijadikan sebagai Nabi dan Rasul dan hak ini
disebut dengan hak prerogatif. Nabi Muhammad saw mempunyai
sifat dan kepribadian yang sempurna dan agung dengan
karakteristik utamanya yaitu: Shidiq, Amanah, Tabligh dan
Fathanah. Sifat-sifat inilah yang seharusnya menjadi suri
tauladan dalam berperilaku manusia, termasuk dalam kegiatan
ekonomi. Shidiq berarti berperilaku yang jujur dan benar, efisien
dan efektif. Amanah berarti dapat dipercaya, bertanggungjawab
dan kredibilitas. Tabligh berarti menyampaikan, terbuka,
pemasaran dan komunikatif.
Fathanah berarti cerdas, cerdik, bijak dan intelektual.6
d. Al-khalifah (pemerintahan), merupakan peranan negara atau
pemerintahan. Peranan pemerintah ini sangat dibutuhkan dalam
fungsionalisasi dan instrument nilai-nilai ekonomi islam baik
dalam aspek perencanaan,

6
Sarpan, “Ekonomi Syari’ah” (Universitas Persada Indonesia 148, 2016), Hal. 12

2
pengawalan, legalitas, pengalokasian serta distribusi sumber dan
dana. Dalam menjalankan perekonomian peran pemerintah
hanya terbilang kecil tetapi sangat penting bahkan vital. Peran
yang paling utama yaitu memastikan bahwa ekonomi dalam suatu
negara telah dilaksanakan dengan baik sesuai syari’ah tanpa
adanya pelanggaran pada HAM (hak asasi manusia) ataupun
distorsi (penyimpangan).
e. Al-ma’ad (keuntungan atau hasil), merupakan tujuan akhir dari
seluruh kegiatan ekonomi. Imam Al-ghazali telah mengatakan
bahwa para pelaku ekonomi mempunyai motif yaitu untuk
memperoleh profit (laba/keuntungan). Didalam ekonomi islam,
ada profit atau laba di dunia dan juga ada profit atau laba di
akhirat, karena yang menjadi ukuran bukanlah materiilnya saja
melainkan dalam aspek agamanya juga.

Lima nilai yang sudah ditawarkan oleh Adiwarman ini pasti tidak
muncul dengan mudah. Akan tetapi, sudah pasti melewati proses
berfikir yang sangat Panjang mulai dari mengamati, mengalai suatu
pengalaman sampai mendapatkan hasil dari nilai-nilai itu. Apabila
diperhatikan dari nilai yang ada, Adiwarman kelihatan bersandar dari
nash atau teks Seperti misalnya dalam nilai tauhid, nilai ini muncul
dari nash yang jelas dalam Al-qur’an dan hadits begitu juga dengan
nilai nubuwah dan khalifah muncul pula dari penelusuran kepada
teks-teks yang ada dalam Al-qur’an dan hadits, begitu juga dengan
nilai yang lainnya. Meskipun pasti dari kelima nilai tersebut tentu
tidak akan lepas mengandung unsur logika dan akal. seperti dari Al-
qur’an nilai tauhid itu muncul tapi dalam pelaksanaannya pasti tetap
menggunakan unsur logika untuk menghubungkannya dengan
ekonomi.

2
2. Prinsip-prinsip derivatif
Prinsip-prinsip derifatif ini merupakan tiang penyangga dalam
bangunan ekonomi islam yang berisi prinsip-prinsip sistem ekonomi
islam. Prinsip ini terdiri dari tiga prinsip diantaranya: kepemilikan
multijenis (multiple ownership), kebebasan berusaha atau bertindak
(freedom to act), dan keadilan sosial (social justice).
a. Kepemilikan multijenis (multiple ownership) yaitu turunan yang
lahir dari nilai ilahiyah dan nilai al-adl. Dalam islam telah diakui
bahwa kepemilikan ada tida jenis yaitu: kepemilikan perorangan,
kepemilikan Bersama dan kepemilikan pemerintah/negara.
Namun, didalam ekonomi islam kepemilikan pribadi atau swata
masih diakui tetapi demi menjamin terciptanya suatu keadilan
maka pemerintah atau negara bisa menguasai cabang-cabang
produksi yang strategis.
b. Kebebasan berusaha atau bertindak (freedom to act) yaitu
turunan yang lahir dari nilai nubuwah dan nilai khilafah. Apabila
para pelaku ekonomi dalam menjalankan aktivitas ekonominya
menerapkan empat sifat utama Nabi yang mulia yaitu: Shidiq,
Amanah, Tabligh dan Fathanah dalam kesehariannya sampai
menjadi kepribadian yang terpupuk dalam dirinya sebagai pelaku
ekonomi, yang kemudian disatukan dengan nilai khilafah yaitu
pemerintahan yang baik maka akan terciptanya prinsip freedom
to act ini. Para pelaku ekonomi baik individu maupun swasta
bebas melakukan kegiatan muamalah. Prinsip freedom to act ini
akan melahirkan mekanisme pasar dan sistem perekonomian
yang islami tidak terjadi penyimpangan atau distorsi yang saling
berbuat kedzaliman. Dalam bertindak pemerintah hanya sebagai
wasit yang adil pemegang regulasi yang mengawasi para
pelaku ekonomi dan juga

2
memastikan supaya menjamin tidak melanggar peraturan Syariah
seperti perekonomian yang dipraktekkan di zaman Nabi.
c. Keadilan sosial (social justice) yaitu turunan yang lahir dari nilai
khilafah dan nilai ma’ad atau hasil. Didalam ekonomi islam,
seluruh sistem ekonomi mempunyai tujuan yang sama yakni
menciptakan keadilan sosial, perekonomian yang adil dan
kesejahteraan yang merata.
3. Konsep Akhlak
Selain nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang sudah disebutkan diatas
rancang bangun ekonomi islam juga memerlukan sebuah atap yang
menjadi payung besar untuk kelangsungan sistem ekonomi islam dan
memayungi semua nilai dan prinsip tersebut. menurut Adiwarman,
konsep itu disebut dengan istilah konsep akhlak ekonomi islam.
Akhlak inilah yang memperoleh posisi paling tinggi, sebab tujuan
islam dan tujuan dakwah para nabi adalah untuk menyempurnakan
akhlak umatnya sehingga bisa dipegang menjadi pedoman dalam
melakukan berbaagai kegiatan ekonomi dan bisnis.
Teori dalam ekonomi islam serta sistemnya belum cukup sebelum
ada manusia yang menjalankan nilai-nilai yang ada didalamnya.
Sehingga bisa dikatakan, hal yang mutlak dalam suatu perekonomian
adalah terdapat manusia yang berakhlak. Kemampuan suatu ekonomi
dan bisnis tidak tergantung pada sistem dan teorinya saja, akan tetapi
tergantung pada man behind the gun-nya. oleh sebab itu, akhlak
merupakan organ ketiga yang menjadi atap dan menaungi ekonomi
islam.
Akhlak adalah perilaku yang islami dalam ekonomi yaitu teori yang
kuat menjadi landasan dan prinsip yang mantab dalam sistem
ekonomi islam. akan tetapi, dua hal tersebut belum bisa dianggap
cukup sebab sistem dan teori dalam ekonomi islam menuntut akan
adanya manusia yang bisa menerapkan serta

2
menjalankan nilai-nilai yang ada didalam sistem dan teori ekonomi
islam tersebut. Bisa dikatakan bahwa harus terdapat manusia yang
bisa bersikap, berperilaku dan berakhlak dengan baik dan
professional dalan bidang ekonomi. Meskipun pelaku tersebut
menduduki posisi pengusaha, karyawan, produsen, konsumen,
distributor ataupun menjabat sebagai pemerintah sekalipun. Karena
sistem ekonomi yang islami atau teori ekonomi yang unggul sama
sekali tidak menjadi jaminan bahwa suatu perekonomian akan
otomatis maju dalam umat islam.
Sistem ekonomi islam hanya bisa dipastikan bahwa tidak terjadi
transaksi ekonomi yang bertentangan dengan aturan islam. suatu
ekonomi dalam umat islam baru bisa dibilang maju apabila pola
pikir dan pola perilaku umat islam sudah tekun (itqan) dan
professional (ihsan). Karena akhlak dalam para pelaku ekonomi
merupakan tolak ukur dan indikator didalam menentukan baik atau
buruknya manusia. Sedangkan baik atau buruknya akhlak dan
perilaku para pengusaha bisnis menentukan sukses atau gagalnya
para pengusaha dalam menjalankan isnisnya.
E. Prinsip Utama Rancang Bangun Ekonomi islam dan
Implementasinya
Prinsip utama yang dipegang ekonomi islam dalam menjalankan
berbagai kegiatan ekonominya yaitu prinsip tauhid, prinsip keadilan dan prinsip
moral yang merupakan manivestasi dari prinsip nubuwah. Ketiga prinsip ini
yang menjadi perbedaan antara ekonomi islam dengan ekonomi yang lainnya.
Ekonomi islam mempunyai prinsip ilahiyah, prinsip al-adl dan prinsip moral
yang tidak dipunyai oleh ekonomi yang lainnya. Dalam ekonomi islam, prinsip
moral sendiri mencakup beberapa prinsip diantaranya:
1. prinsip ilahiyah, prinsip akhlak, prinsip kemanusiaan dan prinsip
pertengahan. Prinsip Ilahiyah, ekonomi islam mempunyai kelebihan

2
dengan ekonomi lainnya karena sumber utamanya yang bersumber langsung
dari peraturan Allah swt. Ekonomi islam dilahirkan dari Agama islam yang
kemudian mengikat pada seluruh aktivitas manusia tidak terkecuali.
Berbagai kegiatan ekonomi yang titik berangkatnya dari Allah swt harus
bertujuan hanya untuk mencari ridha Allah swt, deengan menggunakan cara-
cara yang tidak bertentangan dengan syari’at Allah.
2. Prinsip Akhlak, tidak bisa dipisahkan antara ekonomi dan akhlak merupakan
suatu hal lain yang menjadi perbedaan dalam ekonomi islam dan sistem
ekonomi lainnya. Dalam kehidupan islam, akhlak menjadi urat nadi maupun
daging yang ada didalamnya. Akhlak merupakan salah satu risalah Allah
kepada Nabi Muhammad, seperti dalam sabdanya “Sesungguhnya
tiadalah aku diutus melainkan hanya untuk menyempurnakan
akhlak”. Persatuan antara ekonomi dan akhlak akan terlihat jelas pada tiap-
tiap Langkah ekonomi baik dalam prosses produksi, konsumsi maupun
distribusinya. Secara pribadi maupun Bersama-sama seorang muslim yang
baik maka meraka tidak akan bebas dalam melakukan sesuatu seperti apa
yang diinginkannya untuk kepentingannya. Akan tetapi, seorang muslim
yang baik akan terikat dengan iman dan akhlaknya pada tiap-tipa kegiatan
ekonomi yang dikerjakannya, baik dalam menjalankan usaha,
mengembangkan usaha tersebut, maupun menginfakkan harta yang
dimilikinya.
3. Prinsip Kemanusiaan, selain ekonomi ilahiyah dan ekonomi akhlak ekonomi
islam juga termasuk ekonomi kemanusiaan. Tujuan dari ekonomi islam yaitu
memungkinkan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka yang di
syari’atkan. Pola hidup manusia yang Rabbani dan juga manusiawi sangat
diperlukan agar manusia bisa menjalankan kewajibannya pada keluarga,
kerabat teman dan manusia lainnya. Begitu juga, atas izin Allah swt manusia
telah mendapat kepercayaan menjadi khalifah dimuka bumi ini termasuk
sebagai pelaku ekonmi juga.

2
4. Prinsip Pertengahan.atau Keseimbangan, satu prinsip lagi yang berkembang
dalam ekonomi islam adalah ekonomi pertengahan atau keseimbangan. Ruh
dari ekonomi islam adalah pertengahan yang adil. Seperti manusia yang
menjalankan kehidupan dengan ruhnya, disamping bentuk jasad yang
memiliki sifat material. Ekonomi islam merupakan ekonomi pertengahan
atau keseimbangan karena menganut sistem ekonomi yang adil dan tidak
menafikan hak-hak individu maupun hak-hak masyarakat seperti dalam
firman Allah swt: “Demikian pula kami jadikan kamu sekalian umat
yang pertengahan” (Al-Baqarah; 143).
Sesungguhnya dalam ekonomi Syariah prinsip-prinsip utama harus benar-
benar dipegang dalam menjalankan seluruh aktivitas ekonomi yang sesuai
ketentuan Syariah, seperti dalam Lembaga keuangan Syariah. Adapun beberapa
aktivitas yang sesuai dengan Syariah tersebut sebagai berikut:
1. Terbebas dari “MAGHRIB”
Lembaga keuangan Syariah harus terhindar dari kegiatan yang mengandung
unsur MAGHRIB yaitu: Maisyir, Gharar, Haram, Riba dan Bathil. Terbebas
dari keempat unsur tersebut dalam Lembaga keuangan Syariah merupakan
ruh perekonomian Syariah.
a. Maisyir, secara bahasa kata maisyir berarti judi, Sedangkan secara
umum maisyir adalah mengundi nasib yaitu setiap kegiatan yang
mempunyai nilai untung-untungan. Dalam maisyir, seseorang dalam
keadaan ini bisa mendapatkan keuntungan bisa juga mendapatkan
kerugian. Oleh karena itu judi dilarang dalam islam karena tidak sesuai
dengan prinsisp al-adl (keadilan atau keseimbangan) sehingga islam
mengharamkannya.
b. Gharar, secara bahasa kata gharar berarti menipu, memberikan
ketidakpastian dan memperdaya. Secara isstilah gharar merupakan
sesuatu yang mengandung unsur untuk memperdaya orang lain baik
daalam bentuk harta, jabatan, keinginan (syahwat), kemegahan dan
lain-lain. Atau bisa juga diartikan

2
sebagai sesuatu yang mengandung unsur ketidakpastian daan
ketidakjelasan untuk kedua belah pihak. Seperti objek transaksi yang
masih belum jelas keberadaan suatu barangnya atau tidak ada dalam
kuasanya bisa disebut transaksi gharar. Salah satu contoh misalnya jual
beli ayam yang masih ada dalam kandungan induknya termasuk transaksi
jual beli yang bersifat gharar.
c. Haram, secara bahasa kata haram memiliki arti larangan atau penegasan.
Larangan bisa timbul dari beberapa kemungkinan.
d. Riba menurut bahasa kata riba berasal dari bahasa Arab yaitu ziyadah
yang artinya bertumbuh, menambah atau berlebih. Secara istilah sendiri
riba bisa diartikan suatu tambahan uang atas modal yang diperoleh
dengan cara yang tidak dibenarkan syara’.
e. Bathil, secara bahasa kata bathil memiliki arti batal atau tidak sah.
2. Mendapatkan keuntungan secara sah.
3. Menyalurkan zakat, infaq, dan shadaqah.

2
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan

1. Ekonomi islam adalah ilmu yang mengatur prilaku ekonomi manusia


yang prilakunya diatur sesui dengan aturan agama islam dan
dilandasi dengan tauhid seperti yang dirangkum dalam rukun islam
dan rukun iman. Ekonomi Islam jika dipisahkan maka terdiri dari dua
kata, yaitu ekonomi dan islam. Secara asal kata (etimologi) ekonomi
berasal dari kata oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang
berarti aturan sehingga ekonomi berarti aturan rumah tangga.
Sedangkan secara pengertian (terminologi) ekonomi terdiri dari 3
komponen utama, yaitu: Kebutuhan, sumber daya, choice atau
alternatif.
2. Sifat dan ruang lingkup ekonomi Islam diantaranya sebagai berikut:
Universal dan Konprehensif, dan juga kebebasan berekonomi.
3. Dapat dilihat dari rumusan sistem ekonomi Islam berikut ini:
Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan perintah-
perintah (injections) dan tata cara (ruler) yang
ditetapkan oleh syariah yang mencegah ketidakadilan, dalam
penggalian dan penggunaan sumber daya material guna memenuhi
kebutuhan manusia yang memungkinkan mereka melaksanakan
kewajibannya kepada Allah dan masyarakat. Islam merumuskan
suatu sistem ekonomi yang sama sekali berbeda dari sistem-sistem
ekonomi lainnya
Ekonomi Islam merupakan suatu sistem kehidupan ekonomi yang
adil.
4. Ekonomi islam bisa diumpamakan seperti halnya sebuah rumah,
gedung ataupun bangunan yang tersusun atas atap, tiang dan
landasan. Sebuah rumah, gedung ataupun bangunan tesebut
sebelum dibangun tentunya membutuhkan

2
suatu pedoman seperti, arsitektur, desain atau rancang bangun.
Dengan memahami rancang bangun ekonomi islam diharapkan bisa
mampu mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh dengan
singkat mengenai ekonomi islam yang tersusun atas atap, tiang dan
landasan tersebut.
5. Prinsip utama yang dipegang ekonomi islam dalam menjalankan
berbagai kegiatan ekonominya yaitu prinsip tauhid, prinsip keadilan
dan prinsip moral yang merupakan manivestasi dari prinsip
nubuwah. Ketiga prinsip ini yang menjadi perbedaan antara ekonomi
islam dengan ekonomi yang lainnya.

2
DAFTAR PUSTAKA

Azharsyah brahim et al, “Pengantar Ekonomi Islam” (Jakarta: Departemen Ekonomi


dan Keuangan Syariah-Ban Indonesia, 2021)

M. M. Mutawally, “Teori dan Metode Ekonomi Islam”, (Dikutip


oleh Tim
Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia:
Djambatan, 2022)

Muhammad, “Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam”, (Yogyakarta: BPFE-


Yogyakarta,
2007)

Jamaluddin, “Prinsip Dasar Rancang Bangun Ekonomi Syari’ah


Perspektif Otoritas
Pengadilan Agama”, (Jurnal Tribakti, 2015)

Sarpan, “Ekonomi Syari’ah” (Universitas Persada Indonesia 148, 2016)

Anda mungkin juga menyukai