Anda di halaman 1dari 17

FILOSOFI EKONOMI ISLAM

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah Ekonomi Islam

Oleh :
ANDRIAWAN
30122020

Dosen Pengampu :
Dr. Iiz Izmuddin. MA

PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
BUKITTINGGI
1444 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa Kita semua ummat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang berilmu
pengetahuan.
Adapun judul dari makalah ini yaitu “FILOSOFI EKONOMI ISLAM” dalam mata
kuliah Ekonomi Islam. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada kesemua pihak yang telah membantu menyelasaikan penulisan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu melalui
kata pengantar ini, kami mengucapkan kata maaf apabila terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT selalu memberkahi kita bersama. Aamiin Ya
Allah.

Bukittinggi, 25-09-2022

Andriawan

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Ekonomi Islam 3
B. Dasar Hukum Ekonomi Islam 5
C. Prinsip Ekonomi Islam 7
D. Tujuan Ekonomi Islam 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Beakang
Pada sistem ekonomi yang berkembang saat ini ialah terjadi pemisahan antara
kehidupan duniawi dengan kehidupan agama. Sistem ekonomi Islam tidak melakukan
pembedaan terhadap hal tersebut. Pada masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di
Eropa, justru terjadi masa keemasan dan kejayaan Islam. Di mana terjadi
pembaharuan dan perkembangan pemikiran oleh para ilmuwan muslim, bahkan
menjadi dasar landasan pengembangan keilmuan sampai saat ini, seperti ilmu aljabar.
Ilmuwan muslim klasik memiliki pengetahuan yang mendalam baik akan ilmu agama
dengan ilmu yang bersifat duniawi, proses perpaduan ilmu pengetahuan tersebut
menjadikan umat Islam berjaya ketika di barat mengalami masa kegelapan.1
Ekonomi secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam pemanfaatan sumber daya yang langka dalam
proses maksimalkan produksi maupun utilitas individu. Ekonomi konvensional
berbasis pada peningkatan efisiensi dalam perekonomian dengan didasrkan pada
penetapan segala sesuatu berdasarkan mekanisme yang terjadi di pasar, namun hal ini
berakibat pada penumpukan modal dan kekayaan pada sekelompok individu atau
kelompok yang memiliki kekuatan akses dan jaringan. Hal inilah yang kemudian
menimbulkan beberapa permasalahan yang mengakibatkan perlunya perbaikan
menyeluruh terhadap sistem ekonomi yang ada.
Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan (integral) dari agama Islam.
Sebagai derivasi dari agama Islam, ekonomi Islam akan mengikuti agama
Islam dalam berbagai aspeknya. Islam adalah sistem kehidupan (way of
life), dimana Islam telah menyediakan berbagai perangkat aturan yang
lengkap bagi kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi.
Ekonomi Islam sebagai suatu ilmu pengetahuan lahir melalui proses
pengkajian keilmuan yang panjang, di mana pada awalnya terjadi sikap pesimis
terkait eksistensi ekonomi Islam dalam kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini
dikarenakan di masyarakat telah terbentuk suatu pemikiran bahwa harus terdapat
dikotomi antara agama dengan keilmuan –dalam hal ini termasuk di dalamnya ilmu
ekonomi-. Namun sekarang hal ini sudah mulai terkikis. Dan para ekonom barat pun

1
M. Nur Rianto Al Arif, ‘Filosofi Dasar Ekonomi Islam’, ESPA4528/Modul 1, 1 (2012), 1–51.

1
sudah mulai mengakui eksistensi dari ekonomi Islam sebagai suatu ilmu ekonomi
yang memberi warna kesejukan dalam perekonomian dunia. Di mana ekonomi Islam
dapat menjadi suatu sistem ekonomi alternatif yang mampu meningkatkan
kesejahteraan umat, di samping sistem ekonomi kapitalis dan sosialis yang telah
terbukti tidak mampu meningkatkan kesejahteraan umat.
Islam adalah agama yang sempurna, dimana di dalamnya telah diatur seluruh
aspek kehidupan manusia secara komprehensif dan menyeluruh untuk mencapai
kesejahteraan di dunia dan akhirat. Guna mencapai tujuan suci tersebut, Allah
menurunkan Al-qur’an sebagai hidayah yang meliputi seluruh persoalan manusia di
dunia dan akhirat. Tidak hanya mengatur komponen kehidupan yang bersifat konstan
mengenai akidah dan akhlak namun juga mengatur komponen kehidupan manusia
yang senantiasa menglami perubahan seiring dengan perbedaan waktu dan tempat
seperti halnya dalam bidang sosial, poliltik hingga perekonomian.2
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui
filosofi dasar ekonomi Islam.

B. Rumusan Masalah
Secara khusus, setelah mempelajari makalah ini dengan baik, diharapkan
mampu menjelaskan:
1. Pengertian Ekonomi Islam
2. Sumber Hukum ekonomi Islam
3. Prinsip Ekonomi Islam
4. Tujuan Ekonomi Islam
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Ekonomi Islam
2. Untuk mengetahuim dasar hukum ekonomi islam
3. Untuk Mengetahui Prinsip Ekonomi Islam
4. Untuk Mengetahui Tujuan Ekonomi Islam

BAB II
2
Lailatul Istiqomah, ‘Telaah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam’, Jurnal Al-Iqtishod, 1.1 (2019), 1–19.

2
PEMBAHASAN

A. Penegertian Ekonomi Islam


Kata ekonomi pada awalanya diambil dari bahasa Yunani, yaitu oikos dan
nomos. Kata oikos memiliki makna rumah tangga sedangkan kata nomos berarti
mengelola atau mengatur. Maka bisa dikatakah bahwa ekonomi berarti mengelola dan
mengatur urusan rumah tangga atau keluarga. Sedangkan dalam literarur bahasa Arab,
ekonomi diartikan dalam kata al-Iqtishad. Al-Iqtishad bermula dari sebuah kata
iqtishada dimana akar katanya qashada yang mempunyai makna keseimbangan
(equilibrium). Pada kata qashada itu, jadi iqtishada yang bermakna kepada arah
keseimbangan, kejujuran dan keharmonisan. Dalam khazanah keilmuan, ekonomi
adalah sebuah ilmu sosial yang mempelajari produksi, distribusi, perdagangan serta
konsumsi barang dan jasa.
Sedangkan ekonomi dalam perspektif Islam dapat dipahami sebagai
pengelolaan harta benda menurut ketentuan ajaran Islam. Ekonomi Islam adalah
ekonomi Ilahiah, karena titik beratnya dari Allah SWT, dengan tujuan mencari ridha
Allah SWT, dan dengan cara yang tidak bertentangan dengan syariat-Nya bagik dari
kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, penukaran, dan distribusi. Ekonomi
dalam pandangan Islam, bukanlah tujuan itu sendiri, tetapi merupakan kebutuhan bagi
manusia dan sarana yang lazim agar bisa hidup dan bekerja untuk mencapai tujuan
dan tercapainya falah. Ekonomi merupakan sarana penunjang baginya dan menjadi
pelayan bagi aqidah dan risalahnya.
Ekonomi Islam didefinisikan sebagai ilmu dan penggunaan perintah dan
aturan syariah untuk melindungi dari ketidakadilan dalam pengadaan dan penggunaan
sumber daya alam untuk tujuan memenuhi kebutuhan manusia dan untuk
memungkinkan mereka untuk menjalankan tanggung jawabnya kepada Allah SWT.
dan masyarakat secara keseluruhan. Ekonomi Islam sebagai ilmu sosial yang
mempelajari masalah ekonomi sekelompok orang yang memegang nilai-nilai Islam
dengan nilai-nilai Islam inilah manusia bisa mencapai al-falah.3
Pengertian ekonomi dalam Islam, berdasarkan pemahaman terhadap syari‟ah,
bersumber dari al-qur’ân dan al- hadîs, dengan penekanan bahwa keberhasilan
pembangunan harus disertai pengetahuan tentang konsep-konsep pembangunan klasik

3
Erika Amelia Azharsyah Ibrahim, No Title PENGANTAR EKONOMI ISLAM, ed. by M. soleh Nurzaman and
Luqyan Tamanni, Edisi Pert (Jakarta: Departemen Ekonomi Dan Keuangan Syariah - Bank Indonesia, 2021).

3
dan modern, serta pengalaman negara-negara yang telah berhasil dalam melakukan
usaha pembangunan.4
Adapun definisi ekonomi islam menurut para ahli yaitu :
1. Menurut Menurut Masudul Alam Choudhury, ekonomi Islam adalah studi sejarah,
empiris dan teoritis yang akan dianalisis kebutuhan manusia dan masyarakat
dalam bimbingan sistem nilai-nilai Islam.
2. S.M. Hasanuzzaman, “ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi
ajaran-ajaran dan aturan-aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam
pencarian dan eksplorasi berbagai macam sumber daya, untuk memberikan
kepuasan (satisfaction) lahir dan batin bagi manusia serta memungkinkan mereka
melaksanakan seluruh kewajiban mereka terhadap Sang Kholiq dan masyarakat
(Rahardjo, 1999: 10).
3. M.A. Mannan, “ilmu ekonomi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari permasalahan ekonomi dari orang-orang yang memiliki nilai-nilai
Islam. (Mannan, 1993: 19)”.
4. Khursid Ahmad, “ilmu ekonomi Islam adalah suatu upaya sistematis untuk
mencoba memahami permasalahan ekonomi dan perilaku manusia dalam
hubungannya dengan permasalahan tersebut dari sudut pandang Islam (Chapra,
2001: 121).”
5. M.N. Siddiqi, “ilmu ekonomi Islam merupakan respon para pemikir muslim
terhadap tantangan-tantangan ekonomi pada masa hidup mereka. Yang sumber
utamanya al-Qur’an dan as-Sunnah maupun akal dan pengalaman (Chapra, 2001:
121).” Media Ekonomi & Teknologi Informasi Vol.21 No. 1 Maret 2013: 49 -59
51
6. M. Akram Khan, “ilmu ekonomi Islam bertujuan mempelajari kesejahteraan
manusia (falah) yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi
atas dasar kerjasama dan partisipasi (Chapra, 2001: 121).”
7. Louis Cantori, “ilmu ekonomi Islam tidak lain merupakan upaya untuk
merumuskan ilmu ekonomi yang berorientasi manusia dan berorientasi
masyarakat yang menolak ekses individualisme dalam ilmu ekonomi klasik
(Chapra, 2001: 121).”

4
Tira Nur Fitria, ‘Kontribusi Ekonomi Islam Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional’, Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam, 2.03 (2016), 29–40 <https://doi.org/10.29040/jiei.v2i03.3>.

4
8. Munawar Iqbal, “ekonomi Islam adalah sebuah disiplin ilmu yang menjadi cabang
dari syariat Islam. Dalam perspektif Islam, wahyu dipandang sebagai sumber
utama IPTEK (mamba’ul ’ilmi). Kemudian al-Qur’an dan al-hadits dijadikan
sebagai sumber rujukan untuk menilai teori-teori baru berdasarkan doktrin-doktrin
ekonomi Islam (Sudarsono, 2002: 12).5
Secara umum kita dapat mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu perilaku
dari setiap individu dalam beraktivitas ekonominya dituntut untuk sesuai dengan
tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah
(tujuan syariah). Adapun tujuan syariah yaitu terjaga dan terlindunginya agama, jiwa,
akal, keturunan/nasab, dan harta.

B. Dasar Hukum Ekonomi Islam


1. Al-qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT. yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW. secara mutawatir melalui malaikat Jibril dari mulai surat Al-
Fatihah diakhiri surat An-Nas dan membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an
merupakan dasar hukum ekonomi Islam yang abadi dan asli, dan merupakan
sumber serta rujukan yang pertama bagi syari'at Islam, karena di dalamnya terdapat
kaidah-kaidah yang bersifat global beserta rinciannya. Sebagaimana firman Allah
surat an-Nisa 4 ayat 80 :
‫من يطع الرسول فقد اطاع هللا‬
Artinya: “Barang siapa mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati
Allah”.
Ayat di atas menyatakan bahwa al-Qur'an menjelaskan hukum-hukum syara’
itu secara keseluruhan, karena penjelasan-penjelasan as-Sunnah berasal dari al-
Qur'an. Al-Qur'an sebagai sumber pokok bagi semua hukum Islam telah
menjelaskan dasar-dasar hukum, seperti memerintahkan kepada manusia agar
memenuhi janji (perikatan) dan menegaskan halalnya jual beli beserta haramnya
riba.

2. As-sunnah
5
Nurul Fahmi, ‘Norma Dan Nilai Dalam Ilmu Ekonomi Islam’, TASAMUH: Jurnal Studi Islam, 11.1 (2019), 105–23
<https://doi.org/10.47945/tasamuh.v11i1.175>.

5
As- Sunnah atau sering disebut juga al-Hadits mempunyai arti yang sama,
yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.baik berupa
ucapan, perbuatan maupun takrirnya. Kalaupun ada perbedaan sangat tipis sekali,
as-Sunnah yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
saja, sedang Al-Hadits disandarkan bukan saja kepada Nabi Muhammad SAW.
akan tetapi kepada para sahabat Nabi. As-Sunnah merupakan sumber hukum yang
kedua setelah al-Qur'an, dasar pokok as-Sunnah sebagai sumber hukum,
sebagaimana firman Allah surat an-Nisa 4 ayat 59:
‫يايها الذين امنوا اطيعوا هللا واطيعواالرسول‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-
Nya”.
3. Ijma’
Ijma sebagai sumber hukum ketiga merupakan konsensus baik dari
masyarakat maupun dari cendekiawan agama. Perbedaan konseptual antara sunah
dan ijma terletak pada kenyataan bahwa sunah pada pokoknya terbatas pada ajaran-
ajaran Nabi dan diperluas pada sahabat karena mereka merupakan sumber bagi
penyampaiannya. Sedangkan ijma adalah suatu prinsip hukum baru yang timbul
sebagai akibat dari penalaran atas setiap perubahan yang terjadi di masyarakat,
termasuk dalam bidang ekonomi.
4. Ijtihad dan Qiyas
Ijtihad adalah merupakan semua kemampuan dalam segala perbuatan, guna
mendapatkan hukum syara’ dan dalil terperenci dengan cara istinbat (mengambil
kesimpulan).
Lapangan ijtihad yaitu masalah-masalah yang belum diatur hukumnya secara
pasti oleh al-Qur'an dan as-Sunah. Maka dalam masalah-masalah yang hukumnya
sudah diatur secara pasti dan jelas dalam nash al-Qur'an dan as-Sunah tidak perlu
lagi berijtihad, melainkan diwajibkan untuk melaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Qiyas adalah sebagai bentuk perluasan ketentuan hukum yang telah disebutkan
dalam al-Qur`an dan Sunnah, sehingga mencakaup kasus serupa yang tidak
disebutkan dalam teks kedua sumber tersebut berdasarkan persamaan ‘illah (ratio
legis) antara kedua kasus tersebut.( AlZarkasi, t.t.: 206) Sehingga secara aplikatif
dapat dikatakan bahwa qiyas adalah menganalogikan ketentuan kasus baru dengan

6
kasus lama yang telah ditetapkan ketentuan hukumnya dalam nas. Misalnya
menganalogikan keriadaan sebagai syaratnya sahnya dalam semua transaksi
kepada akad jual beli.6

C. Prinsip Ekonomi Islam


Prinsip Ekonomi Islam dalam melakukan aktivitas ekonomi Islam, para pelaku
ekonomi memegang teguh prinsip- prinsip dasar yaitu Prinsip ilahiyah dimana dalam
ekonomi Islam kepentingan individu dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat
erat sekali yaitu asas keselarasan, keseimbangan dan bukan persaingan sehingga
tercipta ekonomi yang seadil-adilnya. Prinsip ekonomi Islam bahwa semua aktivitas
manusia termasuk ekonomi harus selalu bersandar kepada tuhan dalam ajaran Islam
tidak ada pemisahan antara dunia dan akhirat berarti dalam mencari rizki harus halal
lagi baik secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar yaitu Al-
Qur’an dan sunnah sebgai sumber pengaplikasianya.7
Ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada
pengamalan terhadap ajaran dan nilai-nilai Islam. Dimana nilai-nilai tersebut adalah
al-Quran, as-Sunah, Ijma dan Qiyas. Secara umum, lahirnya ide tentang sistem
ekonomi Islam didasarkan pada pemikiran bahwa sebagai agama yang lengkap dan
sempurna, Islam tentulah tidak hanya memberikan penganutnya aturan-aturan soal
ketuhanan dan iman, melainkan juga jawaban atas berbagai masalah yang dihadapi
oleh manusia, termasuk ekonomi. Pemikiran-pemikiran Islam klasik dalam hal
ekonomi sebenarnya lebih merupakan ide-ide yang terpencar, belum merupakan
sebuah desain komprehensif mengenai sistem ekonomi yang Islami.
Choudhury (1986) menjelaskan prinsip-prinsip yang terdapat pada ekonomi
Islam.
1. Prinsip tauhid dan persaudaraan. Tauhid ialah konsep yang menggambarkan
hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Segala aktivitas ekonomi yang
dilakukan oleh seorang muslim akan sangat terjaga karena ia merasa bahwa Allah
SWT akan selalu melihat apa yang dilakukannya. Sementara konsep persaudaraan
atau yang biasa dikenal sebagai ukhuwah Islamiyah memberikan makna

6
H A Hasan, ‘Sumber Hukum Dalam Sistem Ekonomi Islam’, Pilar, 12.2 (2021), 66–78
<https://journal.unismuh.ac.id/index.php/pilar/article/view/7623%0Ahttps://journal.unismuh.ac.id/index.php/
pilar/article/viewFile/7623/4608>.
7
Abu Bakar, ‘Prinsip Ekonomi Islam Di Indonesia Dalam Pergulatan Ekonomi Milenial’, SANGAJI:
Jurnal Pemikiran Syariah Dan Hukum, 4.2 (2020), 233–49 <https://doi.org/10.52266/sangaji.v4i2.491>.

7
persaudaraan dan kerja sama yang tulus antara sesama muslim dalam aktivitas
ekonomi.
2. Prinsip bekerja dan produktivitas. Dalam ekonomi Islam individu dituntut untuk
bekerja semaksimal mungkin dengan tingkat produktivitas kerja yang tinggi
dengan tujuan untuk memberikan yang terbaik bagi kemaslahatan umat. Hasil
pekerjaan ini harus di kompensasi secara layak sesuai dengan standar kehidupan
yang layak.
3. Prinsip distribusi kekayaan yang adil. Prinsip ekonomi Islam yang ketiga adalah
pengakuan atas hak masyarakat dan redistribusi kekayaan. Mekanisme
pendistribusian kekayaan dalam Islam adalah dengan melalui mekanisme zakat.
Proses mekanisme zakat akan mampu melakukan redistribusi kekayaan dari pihak
kaya kepada pihak miskin.8
Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam menurut Umar Chapra sebagai berikut
1. Prinsip Tauhid
Tauhid adalah fondasi keimanan Islam. Ini bermakna bahwa segala apa
yang di alam semester ini didesain dan di cipta dengan sengaja oleh Allah
SWT, bukan kebetulan dan semuanya pasti memiliki tujuan. Tujuan inilah
yang memberikan signifikansi dan makna pada eksistensi jagat raya, termasuk
manusia yang menjadi salah satu penghuni di dalamnya.
2. Prinsip Khilafah.
Manusia merupakan khalifah Allah SWT di muka bumi dengan dibekali
perangkat baik jasmani maupun rohani untuk dapat berperan secara efektif
sebagai khalifah-Nya.
Melihat pendapat dari para ulama ada sebuah kesamaan dimana manusia
hanya berperan sebagai pengelola yang memberdayakan segala sumber daya
bukan sebagai pemilik karena pada setiap aktivitas apapun manusia hanya
diberi kepercayaan bukan diberikan keleluasaan untuk bertindak sesukanya.
Maka, sudah sewajarnya kita sebagai manusia dalam konteks perekonomian
harus menjaga, merawat dan mengelola apapun dengan baik karena sudah
dititpkan atau diamanahkan oleh Allah SWT, serta segala perbuatan kita yang
dapat merusak kelak akan dimintai pertanggung jawaban berupa siksa yang
pedih.
3. Prinsip Keadilan
8
Arif.

8
Keadilan adalah misi utama ajaran Islam, oleh karena itu keadilan menjadi
salah satu nilai dasar dalam perekonomian. Ada beberapa terminologi yang
digunakan al-Qur’an dalam menyebut keadilan, antara lain ‘adl, qisth, mizan,
sementara untuk terminologi ketidak-adilan adalah zulm, itsm, dhalal dan
lainnya. Bahkan, keadilan merupakan sikap yang dianggap paling dekat
dengan takwa.9

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar, antara lain:

1. Seorang muslim dalam kehidupan berekonomi tidak berhubungan dengan


bunga. Allah SWT berfirman, “Allah Telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”.
(QS. Al-Baqarah: 256-257). “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Ali Imron: 130). Larangan yang
terdapat dalam ayat di atas tertuju pada transaksi yang berbasis riba, baik
memberi maupun menerima, baik berhubungan dengan sesama muslim
maupun non muslim. Dan diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW
mengutuk orang yang membayar bunga, mereka yang menerima, orang yang
menuliskan kontrak perjanjiannya dan orang yang menjadi saksi transaksi
tersebut.
2. Seorang muslim tidak boleh mendapatkan harta atau kekayaan dengan jalan
penipuan, pemalsuan, pencurian dan tindakan kriminal lainnya. “Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi
manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang
demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang yang beriman.”
(QS. Al-A’raf: 85)
3. Seorang muslim tidak boleh mengambil harta anak yatim yang berada di
bawah perwaliannya. “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah
balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan
jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-

9
Syahidah Rahmah, ‘Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Islam Dalam Bisnis’, Ar-Ribh : Jurnal Ekonomi
Islam, 3.2 (2020) <https://doi.org/10.26618/jei.v3i2.4253>.

9
tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar”. (QS. An-
Nisa’: 2)
4. Seorang muslim dilarang untuk mendapatkan penghasilan dari hasil perjudian,
lotre, dari hasil produksi, penjualan dan distribusi alkohol. “Hai orang-orang
yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
(QS. Al-Maidah: 90).
5. Seorang muslim hendaknya mengambil barang sesuai dengan kebutuhan.
Karena menimbun makanan dan kebutuhan dasar lainnya merupakan bentuk
pelanggaran hukum dalam Islam yang sangat merugikan orang banyak.
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu
baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.
Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari
kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Ali Imron: 180).
6. Zakat merupakan kewajiban yang berkaitan dengan harta seorang muslim. Bila
telah sampai nisabnya atau kadar tertentu dari harta yang wajib untuk
dizakatkan, seorang muslim harus mengeluarkannya. Allah SWT berfirman,
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus“.(QS. Al-Bayyinah: 5). Setiap muslim yang
memiliki kekayaan yang lebih dari jumlah tertentu untuk memenuhi
kebutuhannya harus membayar zakat kepada orang yang membutuhkannya.
Zakat adalah sarana untuk mempersempit kesenjangan antara si kaya dan si
miskin, dan untuk menjamin kebutuhan semua orang terpenuhi.
7. Setiap muslim dianjurkan untuk memberi sedekah.10 “Sesungguhnya hartamu
dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala
yang besar. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu
dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.

10
EKONOMI ISLAM DALAM KONTEKS KE-INDONESIA-AN ( PERSPEKTIF JALAN KETIGA ) Ery Wibowo
Agung Santosa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang.

10
dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah
orang-orang yang beruntung”. (QS. At-Taghobun: 15-16).

D. Tujuan Ekonomi Islam


Di dalam Islam, pencapaian tujuan ekonomi selaras tujuan syariat Islam itu
sendiri (maqashid syariah), yaitu mencapai maslahat untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyatan thayyiban).
Tujuan ini dapat dicapai dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-
hal yang berakibat pada adanya kemaslahatan bagi manusia, atau dengan
mengusahakan aktivitas yang secara langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu
sendiri. Kemaslahatan ekonomi juga dapat diraih dengan menghindarkan diri dari
segala hal yang membawa mafsadah (kerusakan) bagi manusia. Tujuan
akhirpenerapan ekonomi Islam adalah mewujudkan falah (kesejahteraan) masyarakat
secara umum. Falah adalah kesuksesan hakiki berupa pencapaian kebahagiaan dari
segi material dan spiritual serta tercapainya kesejahteraan di dunia dan akhirat. 11
Berkaitan dengan ini, dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 201, Allah SWT berfirman:
Artinya :“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
Sejalan dengan pemikiran (Arif, 2015), tujuan yang ingin dicapai dalam suatu
sistem ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar Islam, yaitu tauhid dan berdasarkan
pada Al-Qur’an dan Hadith Nabi saw adalah:
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan,
dan pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
b. Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua orang.
c. Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan ketimpangan dana
distri- busi pendapatan dan kekayaan di masyarakat.
d. Memastikan kepada setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai moral;
e. Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut juga diperkuat dengan pemikiran dari Iljas (2007), yang menyatakan
tujuan sistem ekonomi Islam meliputi:
a. Mencapai sukses atau falah (kebahagiaan, kemenangan) manusia di dunia dan di
akhirat.
11
Ahmad Afan Zaini and Abdullah Zawawi, ‘Ekonomi Islam Dalam Konsep Ontologi, Epistemologi
Dan Aksiologi’, Jurnal Ummul Qura, XIV.2 (2019), 2580–8109.

11
b. Menjadikan distribusi sumber-sumber ekonomi, kekayaan dan pendapatan wajar
dan merata. Dalam Islam, terdapat pelarangan bahwa harta tidak boleh hanya
dikuasai oleh beberapa orang/kelompok saja.
c. Memenuhi kebutuhan pokok, seperti makanan, pakaian, rumah kepada semua
anggota masyarakat.
d. Membangun dan mengembangkan keadilan sosial bagi seluruh anggota
masyarakat.
e. Membangun dan mengembangkan persaudaraan dan persatuan antara sesama
muslim Pengembangan moral dan material dalam masyarakat Islam.
f. Mencegah penumpukan harta dan menjaga agar harta selalu berputar.
g. Penghapusan eksploitasi manusia atas manusia lainnya.12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam itu meliputi segala aspek kehidupan, seperti agama, budaya,
politik, hukum, ekonomi, sosial, kesenian, dan lain sebagainya. Aspek-aspek
kehidupan tersebut tidak lepas dari aspek kepercayaan (akidah) dan aturan

12
Risanda Alirastra Budiantoro, Riesanda Najmi Sasmita, and Tika Widiastuti, ‘Sistem Ekonomi (Islam)
Dan Pelarangan Riba Dalam Perspektif Historis’, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4.01 (2018), 1
<https://doi.org/10.29040/jiei.v4i1.138>.

12
(syariah atau hukum) Islam. Persoalan ekonomi adalah bagian dari Islam dan
ilmu ekonomi adalah bagian juga dari ilmu Islam yang sangat luas.
Ekonomi dalam perspektif Islam dapat dipahami sebagai pengelolaan
harta benda menurut ketentuan ajaran Islam. Ekonomi Islam adalah ekonomi
Ilahiah, karena titik beratnya dari Allah SWT, dengan tujuan mencari ridha
Allah SWT, dan dengan cara yang tidak bertentangan dengan syariat-Nya
bagik dari kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, penukaran, dan
distribusi. Ekonomi dalam pandangan Islam, bukanlah tujuan itu sendiri, tetapi
merupakan kebutuhan bagi manusia dan sarana yang lazim agar bisa hidup
dan bekerja untuk mencapai tujuan dan tercapainya falah. Ekonomi
merupakan sarana penunjang baginya dan menjadi pelayan bagi aqidah dan
risalahnya.
Secara umum kita dapat mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu
perilaku dari setiap individu dalam beraktivitas ekonominya dituntut untuk
sesuai dengan tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga
maqashid syariah (tujuan syariah). Adapun tujuan syariah yaitu terjaga dan
terlindunginya agama, jiwa, akal, keturunan/nasab, dan harta.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat pemakalah sajikan dan sampaikan,
semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Apabila ada penulisan atau kata-kata
yang kurang berkenan kami mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. Nur Rianto Al, ‘Filosofi Dasar Ekonomi Islam’, ESPA4528/Modul 1, 1 (2012), 1–51
Azharsyah Ibrahim, Erika Amelia, No Title PENGANTAR EKONOMI ISLAM, ed. by M.
soleh Nurzaman and Luqyan Tamanni, Edisi Pert (Jakarta: Departemen Ekonomi Dan
Keuangan Syariah - Bank Indonesia, 2021)
Bakar, Abu, ‘Prinsip Ekonomi Islam Di Indonesia Dalam Pergulatan Ekonomi Milenial’,
SANGAJI: Jurnal Pemikiran Syariah Dan Hukum, 4.2 (2020), 233–49
<https://doi.org/10.52266/sangaji.v4i2.491>
Budiantoro, Risanda Alirastra, Riesanda Najmi Sasmita, and Tika Widiastuti, ‘Sistem
Ekonomi (Islam) Dan Pelarangan Riba Dalam Perspektif Historis’, Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 4.01 (2018), 1 <https://doi.org/10.29040/jiei.v4i1.138>
EKONOMI ISLAM DALAM KONTEKS KE-INDONESIA-AN ( PERSPEKTIF JALAN
KETIGA ) Ery Wibowo Agung Santosa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Semarang
Fahmi, Nurul, ‘Norma Dan Nilai Dalam Ilmu Ekonomi Islam’, TASAMUH: Jurnal Studi
Islam, 11.1 (2019), 105–23 <https://doi.org/10.47945/tasamuh.v11i1.175>
Fitria, Tira Nur, ‘Kontribusi Ekonomi Islam Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional’,
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 2.03 (2016), 29–40
<https://doi.org/10.29040/jiei.v2i03.3>
Hasan, H A, ‘Sumber Hukum Dalam Sistem Ekonomi Islam’, Pilar, 12.2 (2021), 66–78
<https://journal.unismuh.ac.id/index.php/pilar/article/view/7623%0Ahttps://
journal.unismuh.ac.id/index.php/pilar/article/viewFile/7623/4608>
Istiqomah, Lailatul, ‘Telaah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam’, Jurnal Al-Iqtishod, 1.1
(2019), 1–19
Rahmah, Syahidah, ‘Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Islam Dalam Bisnis’, Ar-Ribh : Jurnal
Ekonomi Islam, 3.2 (2020) <https://doi.org/10.26618/jei.v3i2.4253>
Zaini, Ahmad Afan, and Abdullah Zawawi, ‘Ekonomi Islam Dalam Konsep Ontologi,
Epistemologi Dan Aksiologi’, Jurnal Ummul Qura, XIV.2 (2019), 2580–8109

Anda mungkin juga menyukai