Anda di halaman 1dari 16

1

Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam dan Modern









Disusun oleh :
Ratih Dewanti


Fakultas Ekonomi
Universitas Islam 45 UNISMA
2013
2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Perkembangan Ekonomi Islam
Klasik & Modern.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi
Islam dan juga untuk menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai perkembangan
ekonomi Islam dari masa ke masa.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan limpahan pahala.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima demi penyempurnaan makalah ini.
Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan
penulis khususnya.


Bekasi, 19 September 2013


Ratih Dewanti


3

DAFTAR ISI

JUDUL PENULISAN .i
KATA PENGANTAR ....ii
DAFTAR ISI .iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .1
1.2 Tujuan Penulisan ..1
1.3 Sistematika Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ilmu Ekonomi Islam .3
2.2 Filsafat Ekonomi Islam .4
2.3 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
2.3.1 Fase I ; Fase Pembangunan .6
2.3.2 Fase II ; Fase Cemerlang 7
2.3.3 Fase III ; Fase Kemunduran .......8
2.3.4 Fase IV ; Masa Institusionalisasi atau Pembangunan Kembali .9
2.4 Kontribusi Ekonomi Islam dalam Ekonomi Modern 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...12
3.2 Saran..12
DAFTAR PUSTAKA ...13








4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang universal dan komprehensif. Universal artinya bahwa
Islam diperuntukkan bagi seluruh umat manusia di muka bumi dan dapat diterapkan
dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Komprehensif artinya bahwa Islam
mempunyai ajaran yang lengkap dan sempurna. Kesempurnaan ajaran Islam dikarenakan
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan tidak hanya aspek spiritual, tetapi
juga aspek muamalah yang meliputi ekonomi, sosial, politik, hukum, dan lainnya.
Kesempurnaan Islam tidak saa diakui oleh sesame muslim, tetapi juga diakui oleh
para ekonom Barat, diantaranya H.A.R Gibb yang mengatakan Islam is much more than
a system of theology its a complete civilization.
Oleh karena itu, maka tidak relevan bila terdapat anggapan yang memandang
bahwa Islam hanyalah sekedar agama ritual, terlebih lagi menganggapnya sebagai sebuah
penghambat kemajuan pembangunan.
Sebagai ajaran yang komprehensif, Islam meliputi 3 (tiga) pokok ajaran yaitu
aqidah, syariah, dan akhlak. Aqidah dan akhlak lah yang bersifat konstan, namun syariah
dapat berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban yang
dihadapi para Rasul. Dalam syariah itu lah maka umat muslim dapat mengatur
kehidupannya dalam bermuamalat, yang tentunya beracuan pada Al-Quran dan hadits.

1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Menjelaskan tentang pengertian ekonomi Islam
2. Menjelaskan tentang filsafat ekonomi Islam
3. Menjelaskan fase-fase perkembangan ekonomi Islam
4. Menjelaskan tentang kontribusi ekonomi Islam terhadap ekonomi modern

5

1.3 Sistematika Penulisan
Penulis membuat suatu sistematika penulisan dimana dalam penulisan makalah ini dibagi
dalam 3 (tiga) bab, dimana masing-masing bab terdiri atas sub bab yang relevan dengan
pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berfungsi sebagai pengantar, sehingga membahas secara garis
besar mengenai ekonomi Islam, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pokok pembahasan dalam makalah ini yang membahas
tentang pengertian ilmu ekonomi Islam, filsafat ekonomi Islam, fase
perkembangan ekonomi Islam, dan kontribusi ekonomi Islam terhadap
ekonomi modern.
BAB III PENUTUP
Bab ini merupakan intisari berupa kesimpulan dari makalah terhadap
pokok pembahasan, dan juga berisi saran yang diberikan guna melengkapi
kesimpulan yang telah diambil.













6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Ekonomi Islam
Sebelum kita mengenal tentang konsep ekonomi Islam, sebaiknya terlebih dahulu
mengetahui pengertian ekonomi dan ilmu ekonomi dalam pengertian umum
(konvensional).
Save M. Dagun merumuskan bahwa ekonomi ialah suatu usaha mempergunakan sumber
daya secara rasional untuk memenuhi kebutuhan manusia. Definisi lain yang populer
tentang ekonomi adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan
konsumsi di antara orang-orang. Dari penjabaran tersebut terlihat bahwa objek dari
kegiatan ekonomi ialah kekayaan material.
Pada dasarnya definisi ekonomi Islam tidak terlalu jauh berbeda engan definisi ilmu
ekonomi diatas. Namun, ilmu ekonomi Islam menetapkan tujuan kegiatan ekonomi itu
tidak terbatas pada kesejahteraan (kebahagiaan) dunia yang bersifat material, tetapi juga
kebahagiaan spiritual dan kesejahteraan akhirat. Selain itu, ilmu ekonomi Islam senantiasa
didasarkan kepada Al-Quraan dan Sunnah.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan beberapa paparan para pakar ekonomi Islam
yang terkemuka.
Pertama, M Akram Khan merumuskan pengertian ekonomi Islam sebagai berikut,
Islamic economics aims to the study of human falah (well-being) achieved by organizing
the resources of the earth on the basic of cooperation and prticiption
Ilmu ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup
manusia (human falah) yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas
dasar gotong royong dan partisipasi.
Definisi M. Akram Khan di atas tampaknya mengarahkan secara tegas tujuan kegiatan
ekonomi manusia Islam, yakni human falah (kebahagiaan manusia), tentunya dengan
mengikuti syariat Allah.
Kedua, Syed Nawab Haider naqvi merumuskan definisi ekonomi Islam sebagai berikut,
7

Islamic economics is the representative Muslims behaviour in a typical Muslim society
Ilmu ekonomi Islam adalah representasi perilaku umat Islam dalam masyarakat muslim.
Ketiga, Prof. Dr. Muhammad Abdul Mannan dalam buku Islamics Economics, Theory
and Practice mengatakan,
Islamics Economics is social science which studies the economics problems of a people
imbued with the values of Islam
Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan social yang mempelajari masalah-masalah
ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi Islam dan ilmu
ekonomi konvensional memiliki beberapa kesamaan yaitu mempelajari tentang perilaku
manusia dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi namun ekonomi Islam berlandaskan
pada syariah Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah dengan tujuan untuk
memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, sedangkan ekonomi konvensional hanya
bertujuan untuk memperoleh kepuasan material saja.

2.2 Filsafat Ekonomi Islam
Filsafat ekonomi merupakan prinsip dasar dari sebuah system ekonomi yang dibangun.
Filsafat ekonomi inilah yang menjadi pedoman dalam kegiatan ekonomi. Dari filsafat
ekonomi tersebut dapat dijadikan acuan peraturan dalam menjalankan suatu kegiatan.
Dalam ekonomi Islam terdapat konsep triangle yang dijadikan sebagai filsafat ekonomi
Islam, yaitu filsafat Tuhan, manusia, dan alam.Jadi kunci filsafat ekonomi Islam terletak
pada manusia dengan Tuhan, alam dan manusia lainnya.
Hubungan manusia dengan Tuhan dirumuskan dalam tauhid, dimana hakikat tauhid
adalah penyerahan diri yang bulat kepada kehendak Ilahi, baik menyangkut ibadah maupun
muamalah dalam rangka menciptakan pola kehidupan yang sesui dengan kehendak Allah
(QS. Az-Zumar : 38).
Dalam konteks ini, Ismail al-Faruqi mengatakan,
Tauhid lah sebagai prinsip pertama tata ekonomi yang menciptakan Negara sejahter yang
pertama dan Islam lah yang melembagakan gerakan sosialis pertama. Islam dengan konsep
tauhid telah melakukan lebih banyak keadilan social dan pengembalian martabat manusia.
8

Konsep dan pengertian yang canggih ini tidak ditemukan dalam masyarakat barat masa
kini
Hubungan manusia dengan alam terlihat dalam tugas manusia sebagai seorang halifah
di bumi, yang tentunya dapat memanfaatkan sumber daya yang banyak untuk kebutuhan
hidupnya. Dalam pandangan Islam, nikmat Allah hampir tak terbatas nikmatnya,
sebagaimana dalam firman-Nya, Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya
kamu tidak bisa menghitungnya (QS. Ibrahim : 34).
Menurut ekonomi Islam, krisis ekonom yang dialami suatu negara bukanlah disebabkan
oleh terbatasnya sumber daya alam, melainkan dikarenakan tidak meratanya distribusi
sehingga terjadi ketidakadilan.
Hubungan manusia dengan manusia terlihat dalam anjuran untuk menjalin
persaudaraan dan bekerjasama dalam kegiatan ekonomi, dan Islam mengutuk manusia yang
berkelas-kelas.

2.3 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Klasik dan Modern
Kedudukan akal sangat penting dan tinggi dalam Islam. Agama Islam memerintahkan
manusia dapat mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan akalnya.
Allah SWT berfirman,
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran. (QS. Shaad : 29)
Manusia dengan akal pikirannya dapat membuat pandangan-pandangan atau pemikiran
tentang ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya pemikiran tentang ekonomi. Kedudukan
kal yang penting dan tinggi di dalam dunia Islam menjadikan kaum muslim memberikan
kontribusi yang sangat besat terhadap kelangsungan dan perkembngan pemikiran dalam
sedala bidang ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ekonomi Tetapi pemikiran kaum
muslim telah diabaikan oleh para ilmuwan Barat.
Para ilmuwan Barat tidak pernah menyebutkan dan memberikan penghargaan yang
layak atas kontribusi peradaban lain bagi kemajuan pengetahuan manusia. Para ilmuwan
tidak mencatat pemikiran yang dihasilkan oleh kaum muslimin selama 500 tahun dan
9

dikenal sebagai the great gap. Sejarah pemikiran ekonomi Islam terbagi dalam empat fase,
yaitu :
2.3.1 Fase I; Fase Pembangunan (Abad VI-XI/ Abad 1-V H)
Fase pertama dikenal sebagai fase dasar-dasar ekonomi Islam yang dirintis oleh
para fuqaha. Pemikiran mereka mengacu kepada Al-Quran dan hadits dan
berorientasi pada masalah utility (maslahah) dan mafsadah (disutility) yang terkait
dengan aktivitas ekonomi. Pemikiran para fuqaha terfokus pada apa manfaat
sesuatu yang dianjurkan dan apa kerugian bila melaksanakan sesuatu yang dilarang
agama.
Tokoh-tokoh pemikir ekonomi Islam pada fase I adalah :
1. Zaid bin Ali (sebelum 80H/738 M)
Hasil pemikirnnya adalah tentang penjualan barang secara kredit dengan harga
yang lebih tinggi daripada harga tunai merupqakan bentuk transaksi yang sah.
2. Abu Hanifah (80-150H/699-767M)
Hasil pemikirannya adalah tentang transaksi salam, yaitu menjual barang yang
akan dikirimkan kemudian, sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai pada
saat akad disepakati.
3. Abu Yusuf (113-182H/731-798M)
Hasil pemikirannya adalah tentang tanggung jawab penguasa, pertanian, dan
perpajakan yang ditulis dalam kitab al-Kharaj. Dalam bidang pertanian dia
menyetujui Negara mengambil bagian dari hasil pertanian dari penggarapan
daripada menarik sewa dari lahan pertanian.
Dalam perpajakan. Abu Yusuf telah memberikan prinsip-prinsip tentang
kesanggupan membayar, pemberian waktu yang longgar bagi pembayar pajak,
dan sentralisasi pembuat keputusan dalam administrasi pajak.
Abu Yusuf juga menghasilkan pemikiran tentang harga, yaitu pengendalian
harga. Penguasa dilarang menetapkan harga, karena penentuan harga didasarkan
pada kekuatan permintaan dan penawaran.
Keuangan publik juga merupakan hasil pemikiran Abu Yusuf yaitu tentang cara
memperoleh sumber-sumber perbelanjaan untuk pembanguan jangka panjang.
10

4. Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani (132-189H/750-804M)
Hasil pemikirannya adalah tentang pendpatan dan belanja rumah tangga.
Adanya pengklasifikasian terhadap perkerjaan, yaitu ijarah (sewa-menyew),
tijarah (perdagangan), ziraah (pertanian) dan shinaah (industri).
5. Ibnu Maskawaih (421H/1030M)
Hasil pemikirannya adalah tentang pertukaran dan peranan uang. Ia menyatakan
bahwa benda yang dapat dijadikan mata uang adalah logam yang dapat diterima
secara universal melalui konvensi, yaitu tahan lama, mudah dibawa, tidak
mudah rusak, dikehendaki orang, dan orang senang melihatnya.

2.3.2 Fase II, Fase Cemerlang (Abad XI-XV)
Pada fase ini banyak meninggalkan hasil karya atau warisan intelektual yang sangat
kaya. Para cendikiawan muslim mampu menyusun suatu konsep tentang bagaimana
umat melaksanakan kegiatan ekonomi yang berlandaskan Al-Quran an hadits. Pada
masa ini juga mulai terjadi disintegrasi pusat kekuasaan Bani Abbasiyah dan
merebaknya korupsi di kalangan penguasa.
Tokoh-tokoh pemikir pada fase kedua adalah :
1. Al-Ghazali (505H/1111M)
Hasil pemikirannya adalah tentang teori harga (pricing theory), yaitu harga
tidak boleh ditentukan secara kaku. Harga dibentuk oleh beberapa faktor:
pertama, cost plus, yaitu biaya tenaga kerja, transportasi, keuntungan, dan biaya
bahan baku. Kedua, market, yaitu kelaziman pasar, di mana harga dibentuk atas
dasar permintaan dan penawaran sehingga tidak ada yang bleh merusak harga
pasar. Ketiga, kesepakatan para pihak, yaitu harga terjadi karena adanya
kesepakatan antara pihak-pihak yang bertransaksi.
2. Ibnu Taimiyah (728H/1328M)
Hasil pemikirannya adalah tentang syirkah. Keadilan hanya dapat terwujud jika
semua akad berdasarkan pada kesepakatan semua pihak. Dalam kesepakatan
harus mengedepankan moralitas agama.
3. Ibnu Khaldun (732-808H/1332-1406M)
11

Hasil pemikirannya adalah tentang :
a. Teori produksi, menurutnya produksi adalah aktivitas manusia yang
diorganisasikan secara sosial dan internasional.
b. Teori nilai dan harga
c. Teori distribusi
d. Teori siklus, yaitu produksi bergantung kepada penawaran dan permintaan
terhadap produk.
e. Public Finance
4. Al-Maqrizi (845H/1441M)
Hasil pemikirannya adalah tentang uang dan kenaikan harga-harga ang terjadi
secara periodik dalam keadaan kelaparan. Al-Maqrizi pun mengatakan bahwa
emas dan perak merupakan satu-satunya mata uang ang dapat dijadikan standar
nilai sebagaimana yang telah ditentukan dalam syariah.

2.3.3 Fase III, Fase Kemunduran (Abad XV-XX/1446-1932M)
Pada fase ini para fuqaha hanya menullis catatan-catatan pendahulunya dan
mengeluarkan fatwa yang sesuai standar bagi masing-masing madzhab.
Salah satu tokoh ekonomi Islam pada fase ini adalah Shah Waliullah, yang
menjelaskan pentingnya kerjasama sebagai dasar kegiatan ekonomi. Dilarang
perjudian dan riba adalah sebab bertentangan dengan prinsip kerjasama tersebut.
Semua tempat pada dasarnya, seperti mesjid atau tempat beristirahat untuk orang
yang melakukan perjalanan, digunsksn secara bersama dengan dasar first come first
served (yang datang duluan mendapat pelayanan duluan). Shah Walilullah juga
menjelaskan perlu adanya pemerintah yang memiliki pegawai untuk menjaga
keamanan, hukum dan peraturan, peradilan dan lain sebagainya, serta untuk
membangun jembatan, jalan, gedung dan lain sebagainya: Oleh karena itu, pajak
diperlukan untuk memenuhi pengeluaran rutin dan perigeluaran pembangunan yang
bila tidak dilakukan oleh pernerintah akan sulit untuk dilakukan oleh rakyat atau
jauh di luar kemampuan rakyat untuk melakukannya.
12

Tokoh-tokoh pemikir lainnya pada masa ini adalah Jamaludin al-Afghani,
Muhammad Abduh, dan Muhammad Iqbal.

2.3.4 Fase IV, Fase Institusionalisasi atau Pembangunan Kembali
Pada fase ini telah lahir pemikir-pemikir ekonomi yang hasil pemikirannya telah
menjadi acuan dalam kegiatan ekonomi syariah, di antaranya M Akrm Khan, M
Abdul Mannan, M Umar Chapra, Khursyid Ahmad, M Nejatullah ash-Shiddiqi.

2.4 Kontribusi Ekonomi Islam terhadap Ekonomi Modern
Teori ekonomi Islam bukanlah ilmu baru ataupun ilmu yang diturunkan secara
mendasar dari teori ekonomi modern yang berkembang saat ini. Fakta historis
menunjukkan bahwa para ilmuwan Islam zaman klasik adalah penemu dan peletak dasar
semua bidang keilmuwan, termasuk ilmu ekonomi. Oleh karena itu sangat logis apabila
dikatakan bahwa teori-teori ekonomi modern yang saat ini dipelajari di seluruh dunia
merupakan plagiat yang diadopsi dari kitab-kitab klasik tentang ekonomi Islam.
Joseph Schumpeter, dalam bukunya History of Economics Analysis, Oxford
University 1954 mengatakan bahwasanyah terdapat great gap dalam sejarah pemikiran
ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa yang dikenal dengan dark ages. Ketika Barat
dalam suasana kegelapan dan keterbelakangan itu, Islam sedang mengalami kejayaan
dalam ilmu pengetahuan. The dark ages adalah suatu masa yang sengaja ditutup-tutupi
oleh Barat karena pada masa inilah pemikiran-pemikiran ekonomi Islam dicuri oleh
ekonom Barat.
Indikasi kuat pencurian ilmu ekonomi Islam oleh Barat banyak dikupas oleh para
sejarawan. Para ahli sejarah mencatat bahwa dalam abad 11 dan 12 Masehi sejumlah
pemikir Barat seperti Constantine the African dan Delard of Bath melakukan perjalanan
ke Timur Tengah untuk mempelajari bahasa Arab dan melakukan studi serta membawa
ilmu-ilmu baru ke Eropa.
Banyak mahasiswa dari Italia, Spanyol, dan Prancis Selatan yang belajar di pusat
kuliah Islam untuk mempelajari matematika, filsafat, kedokteran, kosmografi, dan
ekonomi. Setelah pulang ke negerinya, mereka menjadi guru besar di universitas-
13

universitas Barat. Pola pengajaran yang dipergunakan pun persis seperti kuliah Islam,
termasuk kurikulum serta metodologi ajar-mengajarnya.Universitas Naples, Padua,
Salero, Toulouse, Salamaca, Oxford, Monsptellier, dan Paris adalah beberapa universitas
yang meniru pusat kuliah Islam.
Berikut ini merupakan beberapa pemikiran ekonomi Islam yang dikutip oleh ekonom
Barat tanpa menyebutkan sumber kutipannya tersebut, antara lain :
1. Beberapa lembaga ekonomi yang ditiru oteh Barat dari dunia Islam adalah syirkah
(serikat dagang), suftaja (bills of exchange), hawala (letter of credit), funduq
(specialized large scale commercial institutions and markets which developed into
virtual stock exchanges). Funduq untuk biji-bijian dan tekstil ditiru dari Bagdad,
Cordova, dan Damaskus. Dar-ut tiraz (pabrik yang didirikan dan dijalankan negara)
didirikan di Spanyol, Sicilia, Palerno. Wilayatul hisbah, yakni polisi ekonomi
(pengawas ekonomi perdagangan)yang sudah ada sejak masa Rasulullh SAW juga
ditiru oleh Barat.
2. Diadopsinya kata credit yang dalam ekonomi konvensional dikatakan berasal dari
bahasa Yunani credere atau credo yang berarti pinjaman atas dasar kepercayaan.
Credo sebenarnya berasal dari bahasa Arab yaitu qaradha yang dalam pengertian
fiqih berarti meminjamkan uang atas dasar kepercayaan.
3. Teori invisible hand yang dikemukakan oleh Adam Smith diduga keras juga berasal
dari teori Islam. Menurut teori ini, pasar akan diatur oleh tangan-tangan yang tidak
terlihat. Harga barang tidak boleh ditetapkan oleh pemerintah karena ia tergantung
pada hukum supply and demand.
Invisible Hands bagaimanapun diadopsi dari hadits Rasulullah yang menjelaskan
bahwa Allah lah yang menentukan harga, sehingga dikatakan Gods hands.
Diriwayatkan dari Anas RA, sahabat berkata Ya Rasulullah harga-harga barang.
Maka Rasululah bersabda: Sesungguhnya Allah SWT Dzat Yang Maha Menetapkan
harga, yang Yang Maha Memegang, Yang Maha Melepas, dan Yang Memberikan
rezeki. Aku sangat berharap bisa bertemu Allah SWT tanpa seorang pun dari kalian
yang menuntutku dengan tuduhan kedzaliman dalam darah dan harta.
14

4. Pada tahun 774 M, dicetlah koin emas yang merupakan copy langsung dari dinar
Islam, termasuk tulisan Arabnya. Semua tulisan di koin uang logam itu adalah tulisan
Arab, kecuali pada satu sisinya tertulis OFFAREX. Hal tersebut menunjukkan bahwa
dinar Islam pada saat itu merupakan mata uang terkuat di dunia. Selain itu,
perekonomian umat Islam juga lebih maju dibandingkan perekonomian Eropa, dan
perdagangan internasional muslim telah menjangkau Eropa Utara. Berikut ini
merupakan gambar koin yang dibuat pada masa Raja Offa.

Gambar 1 : Mata uang dinar Islam






Gambar 2 : Koin bertuliskan Offarex

Dari penjabaran di atas, terbukti bahwa peran ilmuwan muslim sangat signifikan
terhadap kebangkitan intelektual di Eropa, termasuk dalam hal ekonomi.




15

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa :
a. Kegiatan ekonomi Islam bukan saja bertujuan untuk mengejar materi semata, melainkan
juga kebahagian spiritual dan kesejahteraan akhirat.
b. Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada tiga konsep yaitu filsafat Tuhan, manusia, dan
alam.
c. Sejarah pemikiran ekonomi Islam dan Modern terbagi menjadi 4 (empat) fase yaitu fase
pembangunan, fase cemerlang, fase kemunduran, dan masa institusional dan
pembangunan kembali.
d. Ekonomi Islam memberikan kontribusi yang cukup banyak kepada perkembangan
ekonomi modern, baik dalam hal pemikiran, konsep, maupun contoh langsung yang
diadopsi dari zaman Rasulullah.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat memberikan saran
yang insyaAllah dapat membantu membenahi beberapa konsep ekonomi Islam yang kini
telah berkembang. Penulis berharap agar implementasi ekonomi Islam yang kini telah
berkembang agar kiranya tetap berpedoman kepada Al-Quran dan hadits agar
kebahagiaan duniawi dapat tercapai tanpa harus mengenyampingkan tercapainya
kebahagiaan ukhrawi.






16

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Mohamad, MBA . 2010 . an Introduction to The Sharia Economic . Zikrul Hakim .
Jakarta Timur .
Nayzak . 2013 . Gold Coin of King Offa . (http://nayzak.deviantart.com)
Did King Offa Accept the Faith of Islm . (http://sunnahonline.com)
Penetapan Harga dalam Islam . 2009 . (http://axiku-suxes.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai