Anda di halaman 1dari 19

REDAKSI TERJEMAHAN AYAT-AYAT TENTANG

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah

“TAFSIR TEMATIK EKONOMI”

Dosen Pengampuh : Amir Syuhada, M.A

Disusun Oleh :

Fitria Wulandari (2133003)

Dwi Januar (2133008)

KELAS 2A

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

IAIN SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW,berkat beliaulah kita bisa
sampai ke alam yang penuh dengan ilmu pendidikan.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Amir Syuhada, M.A
selaku dosen pengampuh Tafsir Tematik Ekonomi yang telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul Redaksi Terjemahan
Ayat-Ayat Tentang Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Pangkalpinang,18 Maret 2022

i
KATA PENGANTAR..................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG................................................................. 2

B. RUMUSAN MASALAH.............................................................2

C. TUJUAN MASALAH................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A .Pengertian Ekonomi Islam ..........................................................3

B. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ................................................... 4

C. Karakteristik Ekonomi Islam ...................................................... 6

D. Terjemahan, Kata Kunci, dan


Makna Ayat Prinsip Ekonomi Islam................................................ 8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .........................................................................13

B. SARAN..................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kompleksitas pengetahuan al-Quran (knowlidge of holy) tidak dapat
kita pungkiri tentang pemuatan berbagai macam ilmu, termasuk ilmu ekonomi.
Meskipun dalam al-Quran tidak dapat ditemukan secara langsung kata
ekonomi, namun secara istilah dan mekanisme kerja yang mirip dengan
praktik ekonomi dapat kita temukan di dalam nash al-Quran itu sendiri.
Ekonomi yang mengacu pada al-Qur'an disebut dengan ekonomi Islam.
Terbentuknya ekonomi dalam basis keislaman tersebut sebenarnya ada dua
tujuan yang ingin dicapai untuk memapankan eksistensinya; pertama,
memosisikan ekonomi Islam ke dalam perspektif kesejarahan yang memberi
ruang bagi ekonomi Islam sebagai salah satu kontributor penting dalam
perkembangan alam pemikiran ekonomi modern; kedua, menyajikan
pembahasan tentang metodologi pengembangan ekonomi Islam secara
seimbang antara metodologi pengetahuan agama yang cenderung normatif dan
pengetahuan ekonomi yang cenderung posivistik.1
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian dari ekonomi Islam?
B. Apa saja prinsip-prinsip dari ekonomi Islam?
C. Apa saja karakteristik ekonomi Islam
D. Menerjemahkan dan menjelaskan ayat-ayat tentang prinsip-prinsip
Ekonomi Islam serta menemukan kata kunci dan makna ayat
C. TUJUAN MASALAH
A. Dapat mengetahui apa pengertian dari ekonomi Islam
B. Dapat mengetahui apa prinsip-prinsip dari ekonomi Islam.
C. Dapat mengetahui apa yang menjadi karakteristik dari ekonomi Islam.
D. Dapat Menerjemahkan dan menjelaskan ayat-ayat tentang prinsip-
prinsip Ekonomi Islam serta menemukan kata kunci dan makna ayat

1
Suaidi, Ekonomi Islam Dalam Al-Quran, (Pamekasan: Duta Media, 2019), hlm. 11.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Islam

Kata ekonomi berasal dari kata Yunani, yaitu oikos dan nomos. Kata oikos
berarti rumah tangga (house hold), sedangkan kata nomos memiliki arti
mengatu. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai rumah tangga,
atau manajemen rumah tangga. Kenyataanya, ekonomi bukan hanya berarti
rumah tangga suatu keluarga melainkan bisa berarti ekonomi suatu desa, kota,
dan bahkan suatu Negara.

Ekonomi Islam (Syariah) merupakan salah satu jenis sistem ekonomi yang
saat ini berkembang di dunia, terutama negara-negara dengan mayoritas
penduduk muslim. Penerapan ekonomi syariah sebagai sistem dilandaskan
nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist.2 Dalam Bahasa
Arab, ekonomi dinamakan al-mu’amalah al-maddiyah, yaitu aturan-aturan
tentang pergaulan dan perhubungan manusia mengenai kebutuhan hidupnya.

Menurut Yusuf al-Qardhawi, ekonomi islam adalah ekonomi yang


berdasarkan ketuhanan. System ini bertitik tolak dari Allah ,bertujuan akhir
kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat Allah. M.
Abdul Mannan mendefinisikan ekonomi islam dengan ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami
dengan nilai-nilai islam. Menurut Khurshid Ahmad ekonomi islam adalah
suatu usaha sintematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan
tingkah laku manusia secara rasional dalam prespektif islam3

2
Putri Marhamah Ika, Ekonomi Islam dan Tujuannya, (Tirto.id, 2021)
3
Idri, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Prenada Media Group,2015), hlm. 2

2
B. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
1. Tauhid

Tauhid merupakan pondasi ajaran islam. Dengan tauhid, manusia


menyaksikan bahwa “Tiada sesuatupun yang layak disembah selain Allah”,
dan “tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain dari pada Allah” karena
Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan sekaligus pemiliknya,
termasuk pemilik manusia dan seluruh sumber daya yang ada. Karena itu,
Allah adalah pemilik hakiki.

Dalam islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia,
tetapi memiliki tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah
kepada-Nya. Karena itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan
alam dan sumber daya serta manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka
hubungan dengan Allah. Karena kepada-Nya manusia akan
mempertanggungjawabkan segala perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi dan
bisnis.

2. ‘Adl

Islam mendefinisikan adil sebagai “tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.”


Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak
dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang
lain atau merusak alam. tanpa keadilan, manusia masing-masing akan
berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar daripada usaha yang
dikeluarkannya karena kerakusannnya4 Keadilan dapat menghasilkan
keseimbangan dalam perekonomian dengan meniadakan kesenjangan anatara
pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang membutuhkan (orang miskin),
walaupun tentunya islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi dan
mengakui ketidaksamaan ekonomi antar orang perorangan. 5

4
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2007), hlm. 15
5
Idri, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Prenada Media Group,2015), hlm. 31

3
3. Nubuwwah (Kenabian)

Nubuwwah adalah orang yang menjadi pilihan Allah untuk menerima


wahyu-Nya dan kenabian adalah sifat (hal) Nabi, yang berkenaan dengan Nabi.
Pengertian ini sesuai dengan Kamus Dewan yang menyebutkan nubuwwah
adalah hal yang berhubungan dengan Nabi.6 Sifat-sifat utama yang harus
diteladani oleh manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi dalam bisnis
adalah Sifat Sidiq (benar, jujur), Amanah (tanggung jawab,dapatdipercaya),
Fathonah (kecerdikan,kebijaksanaan,intelektualitas),dan Tabliq (komunikasi,
keterbukaan,pemasaran) 7

4. Khilafah (Pemerintahan)

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk


menjadi khalifah dibumi artinya untuk menjadi pemimpin dan pemakmur
bumi. Karena itu pada dasarnya setiap manusia adalah pemimpin. 8Dalam
Islam pemerintah memainkan peran yang sangat penting dalam ekonomi,
yaitu memastikan bahwa kegiatan ekonomi berjalan secara benar tanpa
kezaliman. Pemerintah memiliki hak ikut campur dalam kegiatan ekonomi
yang dilakukan individu-individu, baik untuk mengawasi kegiatan ini
maupun mengatur atau melaksanakan beberapa macam kegiatan ekonomi
yang tidak mampu dilaksanakan oleh individu-individu.9

5. Ma’ad (Hasil/Pertanggungjawaban)

Secara harfiah ma’ad berarti kembali. Berarti dapat diartikan bahwa kita
semua akan kembali kepada Allah. Hidup manusia bukan hanya di dunia,
tetapi harus berlanjut hingga alam akhirat. Manusia harus memiliki prinsip
percaya bahwa kelak manusia akan kembali kepada sang pencipta.10 Konsep
Ma’ad ini tidak ditemukan dalam system ekonomi selain islam, baik kapitalis

6
Juwaini, Konsep An-Nubuwwah Dalam Diskursus Filsafat, Vol. 13, No. 2, 2011, hlm. 199
7
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2007), hlm. 16-22
8
Rachmasari Anggraini, Economica: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 9, No. 2 (2018), hlm. 301
9
IIIy Yanti dan Rafidah,Ekonomi Islam Dalam Sistem Ekonomi Indonesia Vol.25 No. 1, Juli 2009,
hlm. 18
10
Rachmasari Anggraini, Economica: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 9, No. 2 (2018), hlm.301

4
maupun sosialis tidak pernah menghubungkan transaksi dan aktivitas ekonomi
dengan kehidupan alam akhirat.

Konsep Ma’ad mengajarkan kepada manusia bahwa segala perbuatan yang


mereka lakukan,apapun motifnya, akan mendapat balasan, perbuatan baik
(amal saleh) akan mendapatkan balasan yang baik pula, yaitu surga dan
perbuatan kejahatan akan mendapat perbuatan balasan buruk dalam neraka.
Karena itu, tidak selayaknya jika manusia melakukan aktivitas duniawi,
termasuk bisnis, semata-mata untuk mendapatkan keuntungan tanpa
memperhatikan akibat negative dari aktivitas itu di akhirat kelak. 11

C. Karakteristik Ekonomi Islam


Karakteristik dalam ekonomi Islam bersumber pada Islam itu sendiri
yang meliputi tiga asas pokok. Ketiganya secara asasi dan bersama mengatur
teori ekonomi dalam Islam, yaitu asas akidah, akhlak, dan asas hukum
(muamalah).

Ada beberapa karakteristik ekonomi Islam, antara lain;


a. Harta Merupakan Kepunyaan Allah dan Manusia Khalifah atas Harta
Semua harta yang ada didunia ini termasuk yang berada ditangan
manusia pada dasarnya adalah milik Allah SWT semata. Allah
memberikan hak kepada manusia untuk mengatur dan memanfaatkan
hartanya sesuai dengan syariat islam. Sesungguhnya Islam sangat
menghormati milik pribadi, baik itu barang-barang milik konsumsi
ataupun barang-barang modal. Namun pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan dengan kepentingan orang lain. Jadi kepemilikan
dalam Islam tidak mutlak, karena pemilik sesungguhnya adalah Allah
SWT.
b. Ekonomi Terikat dengan Akhidah, Syariah, dan Moral Diantara bukti
hubungan ekonomi dan moral dalam Islam adalah: larangan terhadap
11
Idri, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Prenada Media Group,2015), hlm. 32

5
pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan
kerugian atas orang lain atau kepentingan masyarakat, larangan
melakukan penipuan dalam transaksi, larangan menimbun emas dan
perak atau sarana- sarana moneter lainnya, sehingga mencegah
peredaran uang, serta larangan melakukan pemborosan.
c. Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbangan antara Kepentingan
Individu dengan Kepentingan Umum Arti keseimbangan dalam system
social Islam adalah, Islam tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan
mutlak, tetapi mempunyai batasan-batasan tertentu termasuk dalam
bidang hak milik. Hanya keadilan yang dapat melindungi
keseimbangan antara batasan-batasan yang ditetapkan dalam system
Islam untuk kepemilikan individu dan umum. Kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh seseorang untuk menyejahterakan dirinya, tidak boleh
dilakukan dengan mengabaikan dan mengorbankan kepentingan orang
lain dan masyarakat secara umum.
d. Kebebasan Individu dijamin dalam Islam Individu-individu dalam
perekonomian Islam diberikan kebebasan untuk beraktivitas baik
secara perorangan maupun kolektif untuk mencapai tujuan. Namun
kebebasan tersebut tidak boleh melanggar aturan-aturan yang telah
digariskan Allah SWT. Dengan demikian kebebasab tersbut sifatnya
tidak mutlak. Prinsip kebebasan ini sangat berbeda dengan system
ekonomi kapitalis maupun sosialis. Dalam kapitalis, kebebasan
individu tidak dibatasi norma-norma ukhrawi, sehingga tidak ada halal
atau haram. Sementara dalam sosialis justru tidak ada kebebasan sama
sekali, karena seluruh aktivitas ekonomi masyarakat diatur oleh
Negara.
e. Negara Diberi Wewenang Turut Campur dalam Perekonomian Islam
memperkenankan Negara untuk mengatur masalah perekonomian agar
kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun social dapat
terpenuhi secara proporsional. Dalam Islam Negara berkewajiban
melindungi kepentingan masyarkat dari ketidakadilan yang dilakukan

6
oleh seseorang atau sekelompok orang, ataupun dari Negara lain.
Negara juga berkewajiban memberikan jaminan social agar seluruh
masyarakat dapat hidup secara layak.
f. Zakat Zakat merupakan salah satu karakteristik ekonomi Islam
mengenai harta yang tidak terdapat dalam perekonomian lain. System
perekonomian diluar Islam tidak mengenal tuntutan Allah kepada
pemilik harta, agar menyisihkan sebagian harta tertentu sebagai
pembersih jiwa dari sifat kikir, dendam.
g. Larangan Riba Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang
pada bidangnya yang normal yaitu sebagai fasilitas transaksi dan alat
penilaian barang. Islam melarang manusia mengambil keuntungan
lebih dari usahanya, karena itu termasuk riba.12

D. Terjemahan, Kata Kunci, dan Makna Ayat-Ayat Tentang


Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

1. Q.S Luqman: 19

‫ْ وَ دِْص وَ ِص دْ وَا دْ ص‬
ْ‫ِ د‬ ‫َ دِْص ك وَ صَ دْ وَا دْ ض‬
‫ُ د‬ ‫ِ ا و دْ وَ وَ ا نصّ و‬
‫َ وْا ص‬ ‫داَ وَ صِِ صدَ َو و‬
‫ِ دِْض دااو د‬
Artinya : “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q.S. Luqman : 19)

Dalam ayat ini kata "iqshid" memiliki arti sederhana. Bagaimana kita
bersikap sederhana dalam hal apapun. Prof. Dr. Qurasih Shihab menafsirkan
kata ini dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan
membusungkan dada dan jangan juga merunduk bagaikan orang sakit. Jangan
berlari tergesa-gesa dan jangan juga sangat perlahan menghabiskan. Ayat ini
berusaha untuk menjelaskan dalam konteks ekonomi bahwa dalam
berekonomi tidak boleh berlebihan, tidak ada rasa sombong dan angkuh. Kata
iqshid di sini berpengaruh pada sifat manusia yang suka berbusung dada dan

12
Epryan Saputra, Prinsip Ekonomi Dalam Islam (academia.edu)

7
tidak suka berwajah sombong karena memiliki harta lebih dari yang lain. Jadi,
kata iqshid sangat berperan penting dengan pengetahuan ekonomi terkait etika
sehari- sehari, atau biasa kita sebut dengan etika ekonomi.13

2. Q.S Al-Baqarah: 20

‫ُ داََو دَ ضُ َو وَاُض‬
‫َ ض‬ ‫اَ ضُ دْ َو دْ و‬
‫ِ و‬‫َ اا وَ ضكّن وِا ا ك ا و دْ و‬ ‫َّو دِ صُ دْ ا و د‬
‫ّْو وْ وَاصَواا ۙ ِص دِ صِ نَْ دوْا َو ضُ دْ ا و و‬ ‫ْوا ضَ دْا و‬
ْ‫لض َ اوا وَ ك وََو د‬ ‫َ دِ صِ صُ دْ َوَوُ و‬
‫وَ ل‬ ‫اَ صُ دْ ْص و‬‫ِ ص‬ ‫لو ا نصّ ك وَا و دْ و‬‫َ لّى ل‬ ‫َ دَْء ضك صِّ و‬ ‫ْو صَْ ردَ و‬

Artinya :

Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu)
menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa
mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia
hilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu.

‫ داََو دَ ضُ َو وَاُض‬: yakaadu adalah bentuk mudhaari dari kata kaada yang merupakan
salah satu fi’il muqaarabah, yang berfungsi menafikan dalam kalimat positif
dan menegaskan dalam kalimat negative.

‫ ضكّن وِا ا‬: berkedudukan manshuub sebab ia zharf (isim yang menunjukkan
keterangan waktu atau tempat terjadinya suatu perbuatan) .

Ayat ini mengandung ekpresi yang kuat,efek yang dalam, dan perumpaan
yang memukau. Disana Al- Qur’an diumpamakan dengan hujan. Jika hujan
turun, bumi menjadi hidup, sebagaimana Al-Qur’an menghidupkan jiwa-jiwa
yang mati sementara orang-orang yang tersesat melihat bahwa Al-Qur’an
terdapat syubhat-syubhat yang serupa dengan kegelapan yang mengiringi
turunnya hujan. Dalam ayat ini juga terkandung janji dan ancaman yang
dahsyat seperti petir. 14

13
Suaidi, Ekonomi Islam Dalam Al-Quran, (Pamekasan: Duta Media, 2019), hlm. 12.
14
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta: Gema Isani,2013), hlm. 62-63

8
3. Q.S Al-An’am: 165
ِ
ْۗ ‫ٍ فَِّم ُْْك مَ كُ ْۗ ِف ْْ مَٓ ا تٰ تٰى كُ م‬ ‫َ كُ ْۗ ِم ََْم َم ْْ ت‬
‫ٍ َ ممَ تٰ ت‬ ‫ِ مَ مَِم مَ َم ْْ م‬ ‫َ ْٰام َْ ف‬ ‫فْ مْٰمُم كُ ْۗ مخ تُ ىى م‬ ْ ِ‫مَ كُ مَ ِٰل‬
ۗ‫ۖ مَٰفّل هٗ ِمَمُك َْ مَ لَ فِ َْ م‬‫َ فِ ْْ كَ ٰ ِْ فَْمٓ ب ف‬
‫ٰفّل مََلَم م‬

165. Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi


dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk
mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha
Pengampun, Maha Penyayang.

Kata Kunci dan Makna Ayat :


ِ
‫ِ خ لفٰ ىٕ ف‬
َ ‫ رَاف رْ ض‬: jama’ dari kata sebutan untuk sesuatu yang diberimandat. Ia
subjek yang bermakna objek, bahwa allah menjadikan pengikut nabi
Muhammad saw sebagai pengganti dan pemegangmandate rububiyah tuhan
dalam peran memakmurkan, dan menjaga kelestarian alam semesta dengan
potensinya.

ْ‫ ضَِّف رْٰك فَ كُ ر‬: untuk menguji sekalian manusia, berupa tuntutan atau perintah.

‫ لَ لٰٕ كُ م رْ فَٓ ا‬: kenikmatan, dan rizki yang diberikan oleh Tuhan kepadasekalian
manusia, baik berupa harta benda, pangkat, kesehatan,kesempurnaan fisik dan
lain sebagainya.

Uraian Ayat Q. S. al-An’am (6): 165; memuat penjelasan tentang makna


khalifah fi al-ard, Antara lain; pertama, bahwa manusia dijadikan
sebagai‘khalifah fi al-ard}adalah karena nabi Muhammad SAW sebagai
penutup para Nabi, maka allah menjadikan pengikutnya sebagai pengganti
ummat sebelumnya; kedua, mereka saling memberikanmandat; ketiga, mereka
semuanya menerima mandat Tuhan dibumiAllah, mereka berhak
menguasainya, dan berhak mengolah semuayang ada didalam nya. Dan
mengangkat mereka diatas yang laindalam peringkat kemuliaan, intelektual,
harta, pangkat, dan rizqi bukan faktor kelemahan, kebodohan dan bukan

9
kekikiran. Karena semuanya diperoleh berdasarkan sikap dan respon mereka
atassemua yang telah diberikan Allah kepada manusia. Karena itu Allah
memberikan warning, bahwa Allah maha cepat siksaan-Nya bagiyang
mengabaikan peringatan dan aturanya, tetapi dia maha pengampun lagi maha
penyayang bagi yang selalu memperhatiknya15

4. Q.S As-Shaff: 1-4

‫ِ مَ كُ مَ ٱ ِْْم فُ ك‬
ۗ‫ُْ ٱ ِْ مَ فَُ ك‬ ‫ِ مَ مَٓ ِفى ْٱأ م َْ ف‬
‫ّ ت مٰ ت مَ ف‬
‫َْل مَ ف لّف مَٓ ِفى ٱِ ل‬
‫م‬
Artinya:
1. Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang
ada di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam surah ini Allah SWT memulai dengan tasbih, memuji dir-Nya
dengan segala sesuatu yang memang Allah SWT. Layak untuk itu, kemudian
menjelaskan sifat-sifat-Nya yang agung yang menunjukkan Kesaan-nya,
kemulian-Nya seta Kemahatahuan-Nya yang meliputi segala sesuatu.

Sebagaimana Surah ini dimulai dengan adanya ayat yang mengandung konsep
tauhid, sebelum menjalankan dakwah ekonomi islam, para penggiat ekonomi
islam dituntut untuk memahami serta meng-aplikasikan konsep tauhid tersebut
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Konsep tauhid tersebut, yaitu Rubbiyah
(Mengesakan Allah SWT atas segala perbuatannya), Uluhiyyah (Mengesakan
Allah SWT dengan amal perbuatan manusia yang telah Allah SWT wajibkan
kepada mereka (melakukan ibadah)), dan Ama’wash shifaat ( Mengimani
seluruh nama serta sifat Allah SWT yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan
Hadits).

‫لَاوأوَي وُا ََنَصَْو وَا وَُض ا‬


‫ْا صَ وْ ِوُضَْضّْو وَا وا ِ و دِْوّضّْو‬

2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang


tidak kamu kerjakan?

15
Evi Anggreini,dkk, Tafsir Ayat Ekonomi Dan Perbankan, (Lampung: IAIN Metro,2019) , hlm.
4-6

10
Kalimat tanya pada ayat kedua tersebut bukanlah kalimat tanya yang
bertujuan mencari tahu tentang suatu perkara karena hal tersebut mustahil bagi
Allah SWT. Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Sebaliknya, tanda tanya
disini merupakan kalimat tanya yang digunakan untuk mencaci dan mengingkari.
Dengan demikian, ayat kedua ini merupakan cacian serta pengingkaran bagi orang
yang mengatakan atau menjajikan sesuatu, tetapi dia tidak melakukan atau
memenuhi janjinya tersebut.

Menurut Al- Qurthubi, ada beberapa pihak yang menjadi objek surah ash-Shaff
ayat kedua ini. Pertama, orang yang menyanggupi suatu perkara (berjanji) tetapi
dia tidak menepatinya. Kedua, berdasarkan Riwayat Abu Nu’aim, kencaman
dalam ayat ini ditunjukkan kepada para penceramah. Mereka mengatakan
kebaikan, tetapi tidak melaksanakannya atau membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak
mengamalkannya. Ketiga, kencaman ayat ini ditunjukkan kepada orang yang
mengatakan hal-hal yang baik mengenai dirinya, padahal dia tidak pernah
mengerjakannya.

‫ٰ م ُْْمُكَّم ما مَٓ ٰمَكَِك ا‬


‫َٰ َمّ ل‬
ِ‫ٱّف فِن مَ مَ ًَْتٓ مُْك م‬

3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.

Ayat ini merupakan penegasan dari ayat sebelumnya. Ayat ketiga ini
menegaskan bahwa orang yang mengatakan sesuatu yang dia tidak lakukan akan
mendapatkan murka dari Allah SWT.

Berdasarkan Tafsir surah As-Shaff ayat 2-3 tersebut pada hakikatnya merupakan
tamparan bagi para pengingat ekonomi islam yang hanya menjadikan ekonomi
islam sebagai komoditas dagang semata. Mereka mengajak seseorang untuk
berekonomi islam,tetapi dia sendiri masih berekonomi konvesional. Orang-orang
seperti ini tidak lain adalah orang-orang yang menjual agama mereka dengan
kenikmatan dunia yang sangat rendah.

11
‫ُُفٓ مُأمّل كُۗ َك ْن تَمٌم لَ ِْ ك‬
‫َُص م‬ ‫ّ ٱِل فٌِْم ْك تَمًفُكَّم ِفى م‬
‫َ فَْ فُ فۦٗ م‬ ‫فإّل ل‬
‫ٱّم ْك فَ ب‬

4. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam


barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh.

Ayat ini merupakan ujung tombak dari sebuah proses dakwah termasuk
dalam dakwah ekonomi islam. dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa dia
mencintai orang-orang yang berperang atau berdakwah di jalan-Nya, termasuk
ekonomi islam dengan tersusun rapi, teratur, dan kukuh. 16

16
Abdul Wahid Al-Faizin,dkk, Tafsir Ekonomi Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 2018), hlm.
22-48

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi


manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari
dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.

Prinsip Ekonomi Islam yaitu Tauhid (Ketuhanan/Keimanan), Nubuwwah


(Kenabian), Khilafah (Pemerintahan), ‘Adl (Keadilan), dan Ma’ad
(Pertanggungjawaban/Hasil).

Karakteristik dari ekonomi Islam antara lain; Harta yang ada di dunia ini adalah
milik Allah, Ekonomi terikat dengan Akidah, Syariah dan Moral, Ekonomi Islam
menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan
umum, Kebebasan individu dijamin dalam Islam, Negara diberi wewenang turut
campur dalam perekonomian, Adanya zakat, dan Larangan riba.

Terjemahan Ayat dan makna ayat Q.S Luqman: 19 memuat tentang pengertian
ekonomi islam, Q.S Al-Baqarah: 20 tentang ancaman untuk orang-orang yang
tersesat. Q.S Al-An’am; 165 memuat tentang, pertama, bahwa manusia dijadikan
sebagai‘khalifah fi al-ard}adalah karena nabi Muhammad SAW sebagai penutup
para Nabi, maka allah menjadikan pengikutnya sebagai pengganti ummat
sebelumnya; kedua, mereka saling memberikan mandat; ketiga, mereka semuanya
menerima mandat Tuhan dibumiAllah, mereka berhak menguasainya, dan berhak
mengolah semuayang ada didalam nya. Dan mengangkat mereka diatas yang
laindalam peringkat kemuliaan, intelektual, harta, pangkat, dan rizqi bukan faktor
kelemahan, kebodohan dan bukan kekikiran. Q.S As-Shaff Ayat 1 tentang tauhid,
ayat 2 tentang cacian serta pengingkaran bagi orang yang mengatakan atau
menjajikan sesuatu, tetapi dia tidak melakukan atau memenuhi janjinya tersebut.
Ayat 3 tentang menegaskan bahwa orang yang mengatakan sesuatu yang dia tidak
lakukan akan mendapatkan murka dari Allah SWT. Dan Ayat ke-4 memuat
tentang sebuah proses dakwah termasuk dalam dakwah ekonomi islam.

13
B. SARAN

Kita sebagai umat Muslim seharusnya lebih mengedepankan nilai-nilai


kesyari’aan,dan menerapkan ekonomi islam ini dikehidupan, selain terhindar dari
dosa, hidup akan menjadi berkah dan tenang dalam lindungan Allah. Ekonomi
Islam juga seharusnya sudah harus ditetapkan kepada masyarakat muslim dan
untuk itu perlu adanya sosialiasi untuk masyarakat yang belum paham akan
ekonomi islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Putri Marhamah Ika, Ekonomi Islam dan Tujuannya, (Tirto.id, 2021)

Idri, Hadis Ekonomi, (Jakarta: Prenada Media Group,2015)

Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2007)

Juwaini, Konsep An-Nubuwwah Dalam Diskursus Filsafat, Vol. 13, No. 2, 2011

Rachmasari Anggraini, Economica: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 9, No. 2 (2018)

IIIy Yanti dan Rafidah,Ekonomi Islam Dalam Sistem Ekonomi Indonesia Vol.25
No. 1, Juli 2009

Suaidi, Ekonomi Islam Dalam Al-Quran, (Pamekasan: Duta Media, 2019)

Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta: Gema Isani,2013)

Evi Anggreini,dkk, Tafsir Ayat Ekonomi Dan Perbankan, (Lampung: IAIN


Metro,2019)

Abdul Wahid Al-Faizin,dkk, Tafsir Ekonomi Kontemporer, (Jakarta: Gema


Insani, 2018)

Epryan Saputra, Prinsip Ekonomi Dalam Islam (academia.edu)

15

Anda mungkin juga menyukai