Anda di halaman 1dari 24

RESUME MATERI

AUDIT PEMERIKSAAN PIUTANG

DOSEN PENGAMPU:
MOCH. DANANG BAHTIAR, S.Pd., M.Pd
DISUSUN OLEH:
1. IRMA LAILI FAJRIYAH (17080304007)
2. MIA SINFANA CAHYA (17080304023)
3. AKINTA FATMA HOSELA (17080304039)
4. CHANDRA PITALOKA P (17080304055)
5. YUNIA TRI ARGINA (17080304071)
6. FANIA RISKI FELANI (17080304087)
7. INDAH PERMATASARI (18140030)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI


JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
MATERI PEMERIKSAAN PIUTANG

A. SIFAT DAN CONTOH PIUTANG

Sifat piutang menurut SAK (Standar Akuntansi Keuangan) digolongkan menjadi


berdasarkan sumber terjadinya yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Pengertian dari
piutang usaha adalah piutang yang ti mbul dari penjualan barang dagang atau jasa secara
kredit. Sedangkan pengertian piutang lain-lain adalah piutang yang berasal dari transaksi
di luar kegaiatan usaha. Piutang usaha dan piutang lain-lain yang dapat ditagih dalam
waktu satu tahun disebut sebagai piutang lancar.
Macam-macam piutang diantaranya sebagai berikut:
1. Piutang dagang, adalah tagihan perusahaan karena adanya penjualan barang dagangan
secara kredit. Dalam penjualan barang dagang secara kredit yang ditentukan melalui
syarat kredit atau syarat pembayaran kepada pelanggan.
2. Wesel tagih, adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur untuk
membayar pada tanggal tertentu.
3. Piutang pegawai, adalah piutang pada karyawan yang terjadi saat perusahaan
meminjamkan dana atau kredit pada karyawannya.
4. Piutang bunga adalah bunga atas uang yang dipinjamkan oleh perusahaan kepada pihak
lain dan bunga tersebut sudah merupakan hak perusahaan, tetapi pembayaran belum
diterima oleh perusahaan.
5. Uang muka adalah uang yang diberikan pembeli di awal waktu atas transaksi penjualan
secara kredit yang biasa terjadi sebelum terjadi serah terima barang atau jasa.
6. Refundable deposit (uang jaminan) adalah uang yang digunakan sebagai jaminan atas
transaksi yang telah disepakati sampai batas waktu yang telah ditentukan.
7. Piutang lain-lain adalah piutang non-usaha yang belum dibayar oleh pihak ketiga secara
khusus untuk hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan.
8. Penyisihan piutang tak tertagih (allowance for bad debts) adalah cadangan yang harus
dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan
kualitas piutang.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) PIUTANG


Tujuan adanya pemeriksaan audit terhadap piutang diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik
atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa apakah transaksi yang menyangkut penjualan, piutang dan penerima
kas.
a. Semua sudah dicatat secara akurat (complete neesda accuracy),
b. Semuanya merupakan transaksi yang benar-benar terjadi, tidak ada yang fiktif
(accurance/exixtence),
c. Semua sudah dicatat pada periode yang tepat (cut-off).
3. Untuk mengtahui validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari pada piutang.
4. Untuk memeriksa collectibility ( kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup
tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih).
5. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liabilty) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable).
6. Untuk mengetahui apakah piutang yang tercantum dalam mata uang asing sudah
dikonversi ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs rupiah BI pada tanggal neraca.
7. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang dilaporan posisi keuangan (neraca) sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi
Keuangan/SAK ETAP (Presentation and Disclosures).

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan


1. Untuk mengetahui apakah terdapat internal control yang baik atas piutang dan transaksi
penjualan, piutang dan penerimaan kas.
Jika akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control
atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif maka
luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test bisa dipersempit.
Beberapa ciri internal control yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
dan penerimaan kas adalah:
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan,
dit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan, mengirimkan barang,
melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kre
b. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered),
misalnya sales order (pesanan penjualan), sales invoice (faktur penjualan), delivery
order (surat pengiriman barang), credit memo, official recetpt (kuitansi)
c. Digunakannya price list (daftar harga jual) dan serap penyimpangan dan price list
atau setiap discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
d. Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable
Subledger card) untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate
(dimutakhirkan).
e. Setiap akhir bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang)
f. Setiap akhir bulan jumlah saldo piutang dari masing-masing pelanggan
dibandingkan (direcancile) dengan jumlah saldo piutang menurut buku besar.
g. Setiap akhir bulan dikarim montly statement of account kepada Maung masing
pelanggan
h. Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah
seutuhnya (intact) paling lambat keesokkan harinya.
i. Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal
dari retur penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang,
j. Setiap pinjaman yang dibarikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan
Perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang,
didukung oleh bukti –bukti yang lengkap dan dijelaskan apakah dikarenakan
Bungan atau tidak.
2. Tujuan pemeriksaan no 2 sudah cukup jelas
3. Untuk memeriska validity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti
yang otentik seperti sales order, delivery order yang sudah diatandatangani oleh
pelanggan, sebagai bukti bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan dan
fokus penjualan
4. Untuk memeriksa collectibility piutang dan cukup tidaknya allowance for bad debt.
Collectibility maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya piutang, Piutang harus,
diasajikan di laporan posisi keuangan (neraca) sebesar jumlah yang diperkarakan bisa,
ditagih. Karena itu jumlah yang diperkirakan tidah bisa ditagih harus dibuatkan
penyisihan dalam jumlah yang cukup. Selain itu piutang yang sudah pasti tidak bisa
ditagih harus dihapuskan dengan mendebit perkiraan penyisihan piutang (jika
sebelumnya sudah pernah dibuat penyisihan piutang) atau biaya penyisihan piutang
(jika belum pernah dibuat penyisihan piutang) dan mengkredit perkiraan piutang.
Auditor harus memeriksa cukup tidaknya allowance for bad debt karena:
 Jika allowance yang dibuat terlalu besar maka akibatnya piutang disajikan terlalu
kecil (understated) dan biaya penysihan piutang terlalu besar (overstated) dan laba
rugi terlalu kecil (understated).
 Jika allowance yang dibuat terlalu kecil maka akibatnya piutang yang disajikan
Overstated, biaya penyisihan piutang understated dan laba rugi overstated.
5. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat yang timbul dari pendiskontokan
wesel tagih.

jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal
jatuh temponya, maka peda tanggal laporan posisi keuangan (neraca) harus
diungkapkan adanya contingent liability yang berasal dari pendiskntoan wesel tagih
tersebut. Karena jika pada tanggal jatuh tempo si penarik wesel tidak sanggup melunasi
wesel tersebut ke bank, maka perusahaan, yang mendiskontokan wesel tersebut ke
bank, yang harus melunasi wesel berikut bunganya ke bank.

6. Penjualan yang terjadi dalam valas harus di catat menggunakan kurs yang terjadi pada
tanggal transaksi saldo piutang per tanggal neraca yang tercantum dalam mata uang
asing harus dikonversi ke rupiah dengan menggunakan kurs rupiahh pada tanggal
neraca.
7. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di Laporan posisi keuangan (neraca) sesuai
dengan sandar skuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan:


 Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah dengan
identitikasi yang jelas.
 Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah
yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tatap disajikan pada laporan posisi
keuangan (neraca) diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau
taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.
 Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material harus disajikan dalam
kelompok kewajiban.
 Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
 Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai
perjanjian untuk dibeli kembali (sale of accounts receivable/notes receivable
discounted with recourse) kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan
seceukupnya).

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 124,129)


Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dibentuk sebesar estimasi
kerugjan yang tidak dapat ditagih. Penurunan nilai ditentukan dengan memperhatikan
antara lain pengalaman, prospek industri, prospek usaha, kondisi keuangan dengan
penekanan pada ruas kas, kemampuan membayar debitor, dan agunan yang dikuasai.
Jika estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual melebihi jumlah tercatat
aset, maka estimasi harus menaikkan jumlah tercatat aset tersebut ke nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual, tergantung dengan pembatasan yang dijelaskan dalam paragaf
benkut. Kenaikan tersebut adalah pemulihan kerugian penurunan nilai.
Kenaikan jumlah tercatat aset yang dapat diatribusikan pada pemulihan kerugian
penurunan nilai aset tidak boleh melebihi jumlah tercatat yang telah ditentukan (nilai bersih
dari amortisasi atau penyusutan) tanpa kerugian penurunan nilai yang diakui pada periode
lalu. Selain itu penulis berpendapat bahwa piuttang pegawai, ptutang direksi, pemagang
saham, piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri dan dijelaskan apakah
dikenakan bunga atau tidak.

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN PIUTANG


Prosedur pemeriksaan piutang yang perlu dilakukan diantaranya sebagai berikut:
1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, penjualan,
piutang dan penerimaan kas.
2. Buat Top schedule dan Supporting Schedule piutang per tanggal laporan posisi
keuangan ( neraca).
3. Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan (nearaca)
yang antara lain menunjukkan nama pelanggan ( costumer), saldo piutang, umur
piutang dan kalau bisa subsequent collectionsnya. Selain itu perlu juga diminta rincian
piutang pegawai,wesel tagih,uang muka dan lain-lain, per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca).
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
5. Test Check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang :
a. Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat
konfirmasi.
b. Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negative.
c. Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat
konfirmasi.
d. Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
e. Buat ikhtisar ( summary ) dari hasil konfirmasi.
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan ( audit field work).
Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collections hanyalah yang
berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
10. Test sales cut of dengan jalan memeriksa sales invoice,credit note, dan lain-lai, lebih
kurang 2 ( dua ) minggu sebelum dan sesudah tanggal laporan posisi keuangan ( neraca
). Periksa apakah barang barang yang dijual melalui invoice sebelum laporan keuangan
(neraca), sudah dikirim pertanggal laporan posisi keuangan (neraca). Kalau belum
dikirim cari tahu alasannya.Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang
diperiksa,yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
12. Lakukan prosedur analisis terhadap piutang dan penjualan.
13. Periksa apakah penyajian piutang di laporan posisi keuangan (neraca) dilakukan sesuai
dengan standard akuntansi keuangan Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
14. Tarik kesimpulan mengenai kewajiban saldo piutang yang diperiksa diperiksa per
tanggal laporan posisi keuangan (neraca).

Penjelasan Prosedur Piutang

1. Proses memahami dan mengevaluasi internal control merupakan bagian yang sangat
penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan.karena hasil dari evaluasi internal:
1) Lakukan pengamatan terhadap pemisahan fungsi penerimaan order dari pembeli,
pengiriman barang,pembuatan faktur,pencatatan piutang usaha, dan penagihan
piutang.
2) Ambil sampel suarat jalan ( Delivery Order )
a. Periksa apakah surat jalan tersebut sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang
berwenang dan telah ditanda tangani oleh pelanggan sebagai bujti bahwa
pelanggan telah menerima barang yang telah dikirimkan.
3) Ambil sampel faktur penjualan ( Sales Invoice )
a. Periksa apakah faktur penjualan bernomor urut tercetak.
b. Periksa kelengkapan dokumen pendukungnya ( sales Order, Delvery Order) dan
bandingkan apakah jumlah dalam faktur penjualan sesuai dengan jumlah dokumen
pendukung.
c. Periksa perhitungan matematis dan faktur penjualan dan dokumen pendukung.
d. Periksa apakah harga jual, syarat penjualan dan potongan yang tercantum dalam
faktur penjualan seusai dengan kebijakan perusahaan.
e. Periksa apakah penjualan kredit yang terjadi telah diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang
f. Telusuri faktu penjualan kde dalam buku penjualan dan kartu piutang.

2. Untuk menghemat waktu pemeriksaan,auditor harus meminta rincian-rincian dari


piutang usaha,piutang pegewai,wesel tagih,uang muka, piutang bunga, piutang afiliasi,
piutang direksi, piutang pemegang saham dan piutang lain-lain. Rincian- rincian yang
berasal dari klien dicantumkan tanggal terimanya dan tuliskan PBC ( prepared by
client).
Harus diingat bahwa tugas auditor adalah memeriksa laporan keuangan bukan
menyiapkan rincian- rincian atau menyusun laporan keuangan, karena loran keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen.
3. Analisis umur piutang usaha (aging schedule piutang), harus menunjukkan nama
pelanggan, saldo piutang, umur piutang usaha ( belum jatuh tempo, 0- 30 hari, 31 -60
hari, 61 – 90 hari, 91 – 120 hari, >120 hari) dan kalau bisa penagihan sesudah tanggal
laporan pposisi keuangan ( neraca )( subsequent collections). Perlu dijelaskan pada
klien bahwa dicantumkan di kolom subsequent collcetions haruslah penagihan dari
piutang usaha per tanggal laporan posisi keuangan ( neraca ). Untuk rincian piutang
pegawai, piutang direksi, piutang pegawai saham harus dijelaskan apakah dikenakan
bunga atau tidak dan bagaimana pembayaran kembalinya.
4. Periksa Mathematical accuracy dan check individual balance ke sub ledger lalu
totalnya ke general ledger.
Auditor harus mencheck penjumlahan ( footing dan crossfooting ) dan rincian – rincian
yang diberikan klien dan saldo masing – masing pelanggan atau pegawai harus
dicocokkan dengan saldo sub ledger nya.
5. Test check umur piutang usaha dari beberapa customer ke subledger piutang usaha
dan sales invoice.
Pengecekan umur piutang usaha merupakan prosedur audit yang penting karena akan
memengaruhi penilaian cukup tidaknya penyisihan piutang usaha, semamakiin besar
kemungkinan piutang usaha tersebut tidak tertagih. Karena itu auditor harus yakin
bahwa tidak terjadi pergeseran umur piutang usaha.pengecekan umur piutang
dilakukan dengan memeriksa subledger piutang dan gaktur penjualan. Selain itu harus
diperhatikan jangka waktu kredit ( term of credit ) yang diberikan perusahaan kepada
para pelanggan yang biasanya dicantumkan di masing – masing invoice.

6. Kirimkan konfirmasi piutang usaha


a. konfirmasi piutang usaha adalah surat yang ditandatangani klien, ditujukan ke
pelanggannya untuk meminta penegasan ( konfirmasi ) mengenai saldo utang
pelanggan tersebut per tanggal tertentu

surat konfirmasi terdiri ata dua bagian :

- Bagian atas yang merupakan surat pengantar


- Bagian bawah yang akan dikembalikan langsung ke KAP setelah
ditandatangani oleh pelanggan
b. Dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi konfirmasi piutang uasaha harus
dijelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan. Pemilihan bisa menggunakan
statistical sampling atau random/judgetment sampling.
c. Ada dua jenis konfirmasi piutang, yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi
negative. Pada konfirmasi positif, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban
baik saldonya cocok maupun tidak cocok. Pada konfirmasi negtif, pelanggan
diminta untuk memberikan jawaban hanya jika saldonya tidak cocok, sehingga
jika pelanggan tidak menjawab akan dianggap bahwa saldonya cocok.
d. Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
Jawaban konfirmasi bisa digolongkan dalam beberapa bentuk :
 Confirmed Balance ( CB ), berarti saldo menurut pelanggan cocok dengan
surat konfirmasi.
 Reporting Difference ( RD), berarti saldo menurut pelanggan berbeda dengan
surat konfirmasi .
 Dikembalikan oleh Kantor pos
 Tidak dijawab ( No Reply – NR )
e. Buat ikhtisar ( summary ) dari hasil konfirmasi piutang
Tujuannya untuk mengetahui berapa banyak konfirmasi yang dijawab dengan
saldo yang sesuai maupun yang berbeda, yang akan mempengaruhi keyakinan
auditor terhadapckewajaran saldo piutang.
7. Periksa subsequent collections
Caranya periksa buku penerimaan kas /bank bulan januari sampai mendekati tanggal
penyelesaian pemeriksaan lapangan. Catat nomor bukti penerimaan kas/bank dan
jumlahnya untuk pelunasan piutang yang berasal dari penjualan kredit di periode yang
diaudit ( saldo piutang pertanggal laporan posisi keuamgan ).kemudian periksa
kelengkapan bukti penerimaan kas/bank tersebut beserta otorisasinya.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability
Caranya:
a. Tanyakan kepada klien apakah ada pendiskontoan wesel tagih, jika ada periksa
pencatatan transaksi pendiskontoan tersebut
b. Periksa buku besar wesel tagih, jika ada pengkreditan di perkiraan wesel tagih,
periksa bukti pendukungnya untuk mengetahui apakah berasal dari pelunasan wesel
tagih yang jatuh tempo atau pendiskontoan wesel tagih
c. Lihat jawaban konfirmasi bank, apakah ada penjelasan mengenai pendiskontoan
wesel tagih
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil
Cukup dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, karena jika allowance
terlalu besar berarti laba perusahaan akan terlalu kecil (understated), jika allowance
terlalu kecil berarti laba perusahaan akan overstated.
Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar pemantauan allowance yang digunakan
klien:
a. Apakah berdasarkan persentase tertentu dari penjualan kredit
b. Apakah berdasarkan analisis umur piutang usaha, apakah berdasarkan persentase
tertentu dari saldo piutang, apakah dasar penentuan allowance dan perhitungan
klien sudah masuk akal (reasonable) dan konsisten dengan tahun-tahun
sebelumnya
10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note, dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal laporan
posisi keuangan (neraca), sudah dikirim per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Kalau belum dikirim cari tahu alasannya.
Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam
periode berikutnya.
Pemeriksaan cut-off penjualan sangat penting, untuk meyakinkan auditor bahwa
penjualan sudah dicatat pada periode terjadinya, untuk kepentingan proper matching
cost against revenue, dan tidak ada pergeseran waktu pencatatan.
Maksudnya jangan sampai ada penjualan tahun 2015 yang dicatat sebagai penjualan
2016, atau penjualan tahun 2016 yang dicatat sebagai penjualan 2015 (window
dressing). Kadang-kadang untuk memperbesar penjualan, supaya target penjualan
“kelihatannya” tercapai dan laba “kelihatannya” besar, klien sengaja mencatat penjualan
2016 sebagai penjualan 2015 dan sales commitment yang ditandatangani 2015 dan baru
akan direalisir di 2016, dicatat sebagai penjuala 2015.
Bisa juga pada minggu-minggu terakhir tahun 2015 di buat faktur penjualan fiktif yang
akan di-reverse di awal tahun 2016, untuk bisa melaporkan penjualan 2015 lebih besar
dari jumlah yang sebenarnya
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
Piutang bisa dijadikan salah satu jaminan dari kredit yang diperoleh perusahaan dari
bank, kalau hal tersebut terjadi, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
(notes to financial statements). Dalam notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban
konfirmasi bank, bisa dilihat seandainya perusahaan mendapat kredit dari bank dan
bentuk jaminannya
12. Lakukan prosedur analisis terhadap piutang dan penjualan
Analytical Review Procedures untuk piutang antara lain:
a. Bandingkan saldo piutang tahun berjalan dengan tahun lalu, apakah ada kenaikan
atau penurunan yang signifikan (kemungkinan terdapat piutang fiktif atau belum
dibuat penyisihan piutang yang memadai)
b. Bandingkan rincian piutang usaha tahun berjalan dengan tahun lalu (periksa apakah
saldo pelanggan yang menyalahi peningkatan atau penurunan yang signifikan, jika
ada minta penjelasan dari manajemen)
c. Bandingkan accounts receiver lalu over, dan rata-rata dari rupiah piutang berjalan
dengan tahun lalu. Jika penagih piutang semakin lambat berarti bagian collection
harus baik kerjanya atau banyak piutang yang sulit ditagih
d. Bandingkan persentase biaya penghapusan piutang tak tertagih daya penjualan. Jika
persentasenya meningkat berarti banyak piutang yang tak tertagih kemungkinan
disebabkan otoritas kredit harus diperketat
13. Periksa apakah penyajian piutang di laporan posisi keuangan (neraca) dilakukan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS), dalam hal ini:
a. Piutang pemegang saham, piutang direksi, dan piutang perusahaan afiliasi harus
dilaporkan tersendiri, terpisah dari piutang usaha
b. Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan, dikurangi penyisihan untuk piutang
yang tidak dapat ditagih
Contoh penyajian piutang usaha di laporan keuangan adalah sebagai berikut:

Di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) piutang usaha disajikan sebagai aset lancar
(jika jatuh temponya ≤ 1 tahun) atau aset lain-lain (jika jatuh temponya > 1 tahun)
ASET LANCAR
Kas dan Setara Kas
Piutang Usaha
Piutang Lain-Lain
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Piutang Direksi
Piutang Pemegang Saham
Piutang Perusahaan Afiliasi

Di Laba Rugi (Komprehensif) piutang tak tertagih disajikan sebagai bad debt expense
(bagian dari biaya umum dan administrasi)

Dicatat atas laporan keuangan

Kebijakan Akuntansi:
Perusahaan menggunakan allowance method dalam mencatat piutang usaha yang
diperkirakan tidak bisa ditagih, yang jumlahnya didasarkan pada persentase tertentu dari
saldo piutang per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Piutang usaha dalam valuta asing per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada
tanggal laporan posisi keuangan (neraca), selisih kurs yang terjadi
dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.

14. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca)
Contoh pernyataan kesimpulan:
Berdasarkan prosedur audit yang dijalankan, sesuai dengan audit program piutang, kami
menemukan beberapa kesalahan yang usulan audit adjusmentnya sudah disetujui klien,
sehingga menurut pendapat kami, saldo piutang per tanggal 31-12-2016 sudah disajikan
secara wajar.
4. KASUS PEMERIKSAAN AUDIT TERHADAP PIUTANG

a. Contoh Hasil Audit atas Piutang Usaha PT XYZ


Terdapat dua treatment yang dapat auditor lakukan atas kesalahan pencatatan klien yaitu
PAJE (Proposed Adjustment) untuk melakukan koreksi atas kesalahan pencatatan dan PRJE
(Proposed Reclassifications) untuk melakukan reclass transaksi atau saldo akun. Pada akun
piutang PT XYZ, koreksi yang dilakukan auditor antara lain:
1. Revaluasi piutang
Adanya koreksi terhadap revaluasi saldo piutang pada akhir tahun dilakukan karena
PT XYZ belum melakukan revaluasi saldo akhir piutang ke kurs tengah BI. Dalam
operasional sehari-hari, translasi transaksi dilakukan menggunakan kurs pajak. Namun,
untuk penyajian pelaporan laporan keuangan, perusahaan klien menetapkan untuk
menyeragamkan dengan menggunakan kurs tengah BI mengikuti translasi pada akun kas
dan bank. Sistem SAP yang digunakan PT XYZ secara otomatis akan melakukan translasi
untuk transaksi dengan mata uang asing ke dalam mata uang rupiah seketika saat transaksi
itu dimasukan dan sistem selalu secara otomatis merevaluasinya pada setiap akhir bulan ke
dalam akun revaluation foreign currency trade receivable, sehingga akun tersebut
merupakan penambahan atau pengurangan nilai dari piutang usaha yang dimiliki PT XYZ.
Karena hal itulah PT XYZ harus melakukan revaluasi kembali pada tanggal akhir laporan
posisi keuangan dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal akhir laporan posisi
keuangan. Dengan demikian, terdapat adjustment untuk menghapus akun revaluation
foreign currency trade receivable dengan menambahkannya ke dalam akun piutang usaha
dan adjustment untuk mencatat perbedaan nilai revaluasi dari awalnya menggunakan
kurs pajak menjadi menggunakan kurs tengah BI. Adapun jurnal adjustment yang
sebagai berikut :

Trade Receivable– Export 318.156.781


Other Expense –Unrealized Loss 38.254.129
RevaluationForeign CurrencyTradeReceivableExport 356.410.910
(PAJE: Revaluasi saldo Piutang usaha – Ekspor)

Trade Receivable– Local 13.999.328.155


Other Expense –Unrealized Loss 3.969.290
Revaluation Foreign CurrencyTradeReceivableLocal 14.003.297.445
(PAJE: Revaluasi saldo Piutang usaha – Lokal)
2. Piutang dengan saldo negatif
Dalam rincian piutang usaha, terdapat satu pelanggan yaitu PT J yang memiliki
akun negatif. Padahal seperti yang diketahui bersama bahwa piutang memiliki saldo
piutang pada sisi debit. PT XYZ menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena PT XYZ kurang
mengirimkan barang dan PT J telah membayar pembeliannya, sehingga PT J terdapat lebih
bayar. Dengan demikian, terdapat reclass sebagai berikut:

Trade Receivable – Export (PT J) 120.547.049


Sales Advance– Export (PTJ) 120.547.049
(PRJE: Eliminasi Negative Balance – Trade Receivable)
Reklas dilakukan ke dalam akun sales advance karena untuk mengapus akun ini, PT
XYZ memiliki kewajiban di masa mendatang untuk mengirimkan barang yang kurang
dikirimkan terlebih dahulu kepada PT J.
3. Transaksi dan Saldo dengan Pihak Berelasi
a. Transaksi dan saldo kepada pihak berelasi PT XYZ terdapat dalam
akun piutang usaha, utang usaha, dan utang pemegang saham, seperti yang dapat
dilihat lebih jelas pada tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9. Saldo Akun Pihak Berelasi
Jumlah/ Persentase
Amount Terhadap Jumlah Aset / Kewajiban
Percentage to total
2012 2011 2012 2011
Rp Rp % %
Aset Asset
Piutang Usaha Trade
PT D 492,486,871,825 141,945,306,992 0.1611 0.0560 Receivables
PT D
Piutang Lain-lain Other
443,905,076 -- 0.00015 --
PT D Receivables
PT D
492,930,776,901 141,945,306,992 0.1613 0.0560
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan PT XYZ 30 Juni 2012 “telah diolah kembali”

b. Sifat transaksi pihak berelasi di atas adalah sebagai berikut:


Tabel 4.10. Sifat Transaksi Pihak Berelasi
Perusahaan Hubungan Sifat Transaksi
Memiliki manajemen kunci
PT D Utang – Piutang Afiliasi
yang sama
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan PT XYZ 30 Juni 2012 “telah diolah kembali”

Pada awalnya, PT XYZ tidak mengakui PT D sebagai salah satu dari pihak berelasi. Pihak
manajemen PT XYZ berargumen bahwa PT D tidak memiliki saham dalam PT XYZ
sehingga tidak dapat digolongkan sebagai pihak berelasi. Tetapi dengan merujuk pada
PSAK 7 (revisi 2010) mengenai Pihak Berelasi, maka PT D sudah semestinya diakui
sebagai pihak berelasi dari PT XYZ karena kedua perusahaan memiliki manajemen
kunci yang sama sehingga pengungkapan transaksi antara PT XYZ dengan PT D harus dilakukan.
Dari hasil argumentasi yang dilakukan, PT XYZ menyetujui auditor untuk melakukan
pengungkapan transaksi atas PT D sebagai pihak berelasi dari perusahaan

4. Penyelesaian dan Pelaporan


Pada awalnya, PT XYZ menyajikan piutang usahanya dengan hanya memisahkan antara
piutang usaha lokal dengan piutang usaha ekspor. Setelah dilakukan pelaksanaan audit, dihasilkan
bahwa piutang usaha PT XYZ harus disajikan dengan memisahkan antara piutang usaha pihak
berelasi dengan pihak ketiga dikarenakan adanya transaksi dengan PT D yang memiliki
manajemen kunci yang sama dengan PT XYZ sehingga antara kedua perusahaan dapat
digolongkan sebagai pihak berelasi. Dengan demikian, maka piutang usaha disajikan dalam laporan
posisi keuangan PT XYZ seperti pada tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11. Piutang Usaha dalam Laporan Posisi Keuangan PT XYZ


2012 2011
Rp Rp
Piutang Usaha Trade
Receivables
Pihak Berelasi 492,486,871,825 141,945,306,992 Related Party
Pihak Ketiga 34,209,394,237 24,620,044,183 Third Parties
Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 30 Juni 2012 “telah diolah kembali”

Atas pelaksanaan audit atas laporan keuangan per 30 Juni 2012 pada PT XYZ, KAP AAJ
memberikan opini wajar tanpa pengecualian untuk segala hal yang material, termasuk juga
pada akun piutang usaha.
AUDIT PIUTANG USAHA PADA PT. AGUS SUTA LINE DI SAMARINDA

Wijaya Rossa Prawinata


10.11.1001.3408.041
Email: zhiau2_92@rocketmail.com

Elfreda A lau
Adi Surosos

Fakultas Ekonomi
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the fairness of the accounts receivable balance that
presented in the financial report of PT. Agus Suta Line. The analysis tools being used was Audit
Program and Audit Procedures, also Accounts Receivable Audit Working Papers, by examine the
fairness of accounts receivable balance of PT. Agus Suta Line according to audit procedures and
audit programs which has been made then followed by the making of audit working paper. Based
on the results of a study of the financial statement of PT. Agus Suta Line, it had been found that
no material errors in the calculation and recording of accounts receivable balance, but it had
been discovered that PT. Agus Suta Line does not calculate allowance for bad debts so that in the
financial report does not appear the presentation of allowance for bad debts and the one being
presented is the amount of gross accounts receivable, so it is not in accordance with the Financial
Accounting Standards for Non Public Accountable Entities.

Keywords: Accounts Receivable Audit

* Mahasiswa Semester Akhir Fakultas Ekonomi Untag Samarinda

** Pembimbing I Skripsi

*** Pembimbing II Skripsi

Jurnal Ilmiah Audit Piutang Usaha Pada PT. Agus Suta Line di Samarinda
I. PENDAHULUAN nantinya akan dilanjutkan dengan proses
penagihan piutang untuk menerima kas. Untuk
A. Latar Belakang memastikan tidak terdapatnya suatu
penyimpangan maupun ketidakwajaran dalam
Semua perusahaan pada umumnya
penyajian piutang usaha pada laporan keuangan
mempunyai tujuan utama yaitu untuk
yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak
memperoleh laba yang maksimal. Untuk
disengaja oleh pihak-pihak yang berwenang
mencapai tujuan tersebut perusahaan
maka diperlukan suatu pemeriksaan (audit)
memerlukan suatu alat khusus yaitu akuntansi
terhadap piutang usaha yang dimiliki oleh PT.
untuk memberikan informasi kepada berbagai
Agus Suta Line.
pihak yang berkepentingan dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini dapat Pemeriksaan (audit) atas piutang terutama
dilaksanakan dalam penetapan kebijakan dan diarahkan untuk menentukan keabsahan,
keputusan yang tepat pada setiap masalah kelengkapan dan untuk mengetahui berapakah
perusahaan. Umumnya kebijakan ini diambil jumlah piutang yang dapat ditagih dan tidak
berdasarkan atas data akuntansi dan analisis– dapat ditagih untuk meramalkan kegiatan yang
analisisnya, yang terangkum dalam laporan akan ditanggung pada periode tersebut, serta
keuangan perusahaan. dilakukan untuk keefektifan dan keefisienan
dalam pengendalian piutang usaha.
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari
suatu proses akuntansi. Laporan keuangan
memiliki aturan atau standar salah satunya B. Rumusan Masalah
adalah Standar Akuntansi Keuangan Entitas
“Apakah audit piutang usaha menunjukkan
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP).
saldo piutang usaha telah disajikan secara wajar
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan
dalam laporan keuangan PT. Agus Suta Line per
SAK ETAP untuk menjadi acuan bagi
31 Desember 2013? “
penyusunan laporan keuangan entitas yang
tidak memiliki akuntabilitas publik yang
signifikan atau entitas yang belum memiliki
II. DASAR TEORI
akuntabilitas publik (belum go public).
Mengingat pentingnya peranan laporan
A. Akuntansi Keuangan
keuangan bagi suatu perusahaan, maka perlu
diperhatikan kriteria dalam penyusunan laporan 1. Pengertian Akuntansi Keuangan
keuangan yaitu laporan keuangan harus
memuat informasi yang benar, akurat, lengkap, Menurut Iman Santoso (2007:9) pengertian
dan tepat waktu. Dengan informasi yang benar akuntansi keuangan adalah proses yang
maka menjamin kredibilitas perusahaan berpuncak pada penyiapan laporan keuangan
tersebut. perusahaan secara menyeluruh untuk digunakan
Neraca merupakan unsur laporan keuangan oleh pihak internal dan eksternal perusahaan
yang salah satu komponennya menyajikan aset dalam rangka pengambilan keputusan.
di perusahaan. Neraca atau laporan posisi
keuangan adalah bagian dari laporan keuangan 2. Pengertian Piutang
suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode
Menurut Al Haryono Jusup (2005:52),
akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan
piutang merupakan hak untuk menagih
entitas tersebut pada akhir periode tersebut.
sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli
Salah satu aset lancar yang terdapat dalam PT.
yang timbul karena adanya suatu transaksi.
Agus Suta Line adalah piutang usaha. Adanya
piutang usaha dikarenakan PT. Agus Suta Line Menurut Mulyadi (2001:87), piutang
melakukan penjualan secara kredit. Penjualan merupakan klaim kepada pihak lain atas uang,
secara kredit akan menimbulkan piutang bagi
perusahaan yang

- 1-
barang atau jasa yang dapat diterima dalam kondisi keuangan dengan penekanan pada arus
jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kas, kemampuan membayar debitor, dan agunan
kegiatan perusahaan. yang dikuasai”.

3. Penilaian Piutang 5. Pengertian Pemeriksaan Akuntan


(Auditing)
Penilaian piutang menurut Zaki Baridwan
(2004 : 125), yaitu “Piutang termasuk dalam Menurut Sukrisno Agoes (2011:4), Auditing
komponen aktiva lancar. Dalam hubungannya adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara
dengan penyajian piutang di dalam neraca kritis dan sistematis, oleh pihak yang
digunakan dasar pengukuran Nilai independen, terhadap laporan keuangan yang
Realisasi/Penyelesaian(realizable/settlement telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-
value). Dasar pengukuran ini mengatur bahwa catatan pembukuan dan bukti- bukti
piutang dinyatakan sebesar jumlah bruto pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang memberikan pendapat mengenai kewajaran
tidak dapat diterima”. laporan keuangan tersebut.
4. Standar Akuntansi Keuangan Entitas B. Audit Piutang Usaha
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) 1. Tujuan Audit Piutang Usaha
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:1) Standar Menurut Sukrisno Agoes (2011:192), audit
Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa piutang usaha dilakukan untuk dengan tujuan :
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) a. Untuk mengetahui apakah terdapat
dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa pengendalian intern (internal control) yang
akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas baik atas piutang dan transaksi penjualan,
publik adalah entitas yang: piutang dan penerimaan kas.
b. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan
a. Tidak memiliki akuntabilitas publik authenticity (keotentikan) dari pada piutang.
signifikan; dan c. Untuk memeriksa collectibility
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan (kemungkinan tertagihnya) piutang dan
umum (general purpose financial statement) cukup tidaknya perkiraan allowance for bad
bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna debts (penyisihan piutang tak tertagih)
eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat d. Untuk mengetahui apakah adanya
langsung dalam pengelolaan usaha, kewajiban bersyarat (contingent liability)
kreditur,dan lembaga pemeringkat kredit. yang timbul karena pendiskontoan wesel
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:12) : tagih.
“Entitas harus menyusun laporan keuangan, e. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang
kecuali laporan arus kas, dengan menggunakan dineraca sesuai dengan standar akuntansi
dasar akrual. Dalam dasar akrual, pos-pos yang berlaku umum di Indonesia/Standar
diakui sebagai aset, kewajiban, ekuitas, Akuntansi Keuangan/SAK ETAP.
penghasilan, dan beban (unsur-unsur laporan
keuangan) ketika memenuhi definisi dan 2. Prosedur Audit Piutang Usaha
kriteria pengakuan untuk pos-pos tersebut”.
Menurut Sukrisno Agoes (2011: 195),
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:124) : prosedur pemeriksaan (audit procedures)
“Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang usaha yang disarankan yaitu:
piutang dibentuk sebesar estimasi kerugian a. Pahami dan evaluasi Internal Control atas
yang tidak dapat ditagih. Penurunan nilai piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
ditentukan dengan memperhatikan antara lain penerimaan kas.
pengalaman, prospek industri, prospek usaha,
b. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule Saldo piutang yang disajikan di dalam
piutang per tanggal neraca. laporan keuangan dikatakan wajar apabila telah
c. Minta aging schedule dari piutang usaha memenuhi kriteria sebagai berikut:
pertanggal neraca yang antara lain
menunjukkan nama pelanggan (customer), a. Tidak terdapat perbedaan antara saldo
saldo piutang, umur piutang, dan kalau bisa piutang per buku dengan saldo piutang per
subsequent collectionsnya. audit
d. Periksa mathematical accuracy-nya dan cek b. Tidak ada jurnal penyesuaian
saldo individual ke buku pembantu piutang c. Tidak ada jurnal reklasifikasi
lalu totalnya ke jurnal umum. d. Penyajian piutang pada laporan keuangan
e. Test check umur piutang dari beberapa telah memenuhi Pernyataan Standar
customer ke buku pembantu piutang dan Akuntansi Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
faktur penjualan.
f. Kirimkan konfirmasi piutang. III. METODE PENELITIAN
g. Periksa Subsequent Collection dengan
memeriksa buku kas dan bukti penerimaan Pengumpulan data dilakukan dengan
kas untuk periode sesudah tanggal neraca menggunakan 2 metode yaitu Penelitian
sampai mendekati tanggal penyelesaian lapangan (Field work research) dan Penelitian
pemeriksaan lapangan (audit field work). kepustakaan (Library research):
h. Periksa apakah ada wesel tagih (notes
A. Penelitian lapangan (Field work research
receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contigent )
liability. 1. Metode wawancara (Interview) yaitu
i. Periksa dasar penentuan allowance for bad pengumpulan data dan informasi melalui
debts dan periksa apakah jumlah yang tanya jawab dengan karyawan serta
disediakan oleh klien cukup, dalam arti tidak pihak yang berkaitan dengan penelitian
terlalu besar dan tidak terlalu kecil. ini.
j. Test sales cut-off dengan memeriksa sales 2. Internal Control Questionnaires (ICQ)
invoice, credit note, dan lain-lain, lebih berupa daftar pertanyaan mengenai
kurang dua minggu sebelum dan sesudah sistem pengendalian intern.
tanggal neraca. Periksa apakah barang- B. Penelitian kepustakaan (Library
barang yang dijual melalui invoice sebelum research), Penelitian ini dilakukan dengan
tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal membaca dan mempelajari secara seksama
neraca. Kalau belum dikirim cari tahu data dari perpustakaan yang berasal dari
alasannya. Periksa apakah ada faktur buku-buku, jurnal ilmiah, media masa, dan
penjualan dari tahun yang diperiksa, yang catatan-catatan lainnya yang berkaitan
dibatalkan dalam periode berikutnya. dengan penelitian ini termasuk
k. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, dokumentasi perusahaan.
jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahui Alat analisis yang digunakan untuk melakukan
apakah ada piutang yang dijadikan sebagai pemeriksaan tentang kewajaran penyajian saldo
jaminan. nilai akhir piutang pada laporan keuangan
l. Periksa apakah penyajian di Neraca sesuai PT.Agus Suta Line Samarinda adalah dengan
dengan prinsip akuntansi yang berlaku menggunakan analisis komparatif, yaitu dengan
umum di Indonesia/SAK. cara membandingkan penyajian piutang usaha
m. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran menurut SAK ETAP dengan penyajian piutang
saldo piutang yang diperiksa. usaha pada laporan keuangan PT. Agus Suta
Line Samarinda dengan menggunakan audit
program dan audit prosedur serta kertas kerja
pemeriksaan piutang usaha.
Piutang sebesar Rp262.585.078 di sebelah
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN kredit pada bagian Aktiva dan pada bagian
Kewajiban & Ekuitas, Laba Tahun Berjalan
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak dikurangi sebesar Rp262.585.078, sedangkan
ditemukan adanya kesalahan dalam pada Kertas Kerja Laba Rugi (Working Profit
penjumlahan dan pencatatan saldo piutang pada And Loss) dapat dilihat adanya penyesuaian
buku besar dan buku besar pembantu piutang dengan adanya Kerugian Piutang (Bad Debt
usaha. Namun pada neraca ditemukan Expense) sebesar Rp 262.585.078, sehingga
ketidaksesuaian dengan Standar Akuntansi mengurangi laba bersih (Earnings after Tax)
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dari Rp 1.856.743.146 menjadi Rp 1.594.158.068.
(SAK ETAP). Pada neraca PT. Agus Suta Line Pada skedul utama (top schedule) piutang,
tidak menunjukkan adanya cadangan kerugian diperlukan adanya penyesuaian karena adanya
piutang. Pada neraca PT.Agus Suta Line, rekening Cadangan Kerugian Piutang sebesar
piutang usaha dicatat tanpa menghitung taksiran Rp 262.585.078 yang mengurangi saldo
kerugian penurunan nilai piutang sehingga Piutang per buku dari Rp7.398.539.150
piutang usaha yang disajikan merupakan jumlah menjadi Rp7.135.954.072, sedangkan pada
bruto piutang. skedul pendukung (supporting schedule)
Ada beberapa metode untuk menghitung piutang usaha, tidak ditemukan adanya
taksiran kerugian piutang. Namun metode yang kesalahan pencatatan atau kesalahan
paling baik digunakan adalah metode analisis perhitungan, sehingga tidak diperlukan adanya
umur piutang, karena jumlah piutang yang penyesuaian.
dilaporkan dalam neraca akan lebih mendekati Setelah itu untuk meyakinkan saldo piutang
kenyataan. Dalam penentuan cadangan kerugian debitur, maka dikirimkan konfirmasi piutang
piutang dengan metode analisis umur piutang kepada pelanggan yang masih memiliki saldo
perlu dilakukan penentuan besarnya persentase piutang per 31 Desember 2013 yang saldonya di
kerugian piutang untuk masing- masing atas Rp 300.000.000. Dari sepuluh konfirmasi
kelompok umur. yang dikirimkan, sembilan pelanggan
Dari perhitungan untuk menentukan menyatakan bahwa saldo piutang sesuai dengan
cadangan kerugian piutang dengan metode perhitungan pelanggan dan satu pelanggan tidak
analisis umur piutang yang dilakukan, hasil mengirim kembali konfirmasinya.
yang didapat yaitu sebesar Rp 262.585.078, Sebelum memulai pemeriksaan dilakukan
sehingga perlu dilakukan penyesuaian sebagai juga kuesioner kepada pihak terkait tentang
berikut : struktur pengendalian intern atas piutang dan
transaksi penjualan, piutang dan penerimaan
Kerugian Piutang Rp 262.585.078 kas. Alat analisis yang digunakan adalah
Cadangan Kerugian Piutang Rp 262.585.078 Internal Control Questionnaries (ICQ). Dari
Internal Control Questionnaries (ICQ) dapat
Pemeriksaan dilanjutkan dengan pembuatan dibuat kesimpulan bahwa struktur pengendalian
intern atas piutang dan transaksi penjualan,
kertas kerja pemeriksaan yang terdiri dari Kertas
piutang dan penerimaan kas sudah baik.
Kerja Neraca (Working Balance Sheet), Kertas
Berdasarkan pembahasan di atas maka
Kerja Laba Rugi (Working Profit And Loss), penulis dapat memberikan jawaban dari
Skedul Utama (Top Schedule) Piutang, Skedul permasalahan yang dikemukakan sebelumnya
Pedukung (Supporting Schedule) Piutang yaitu bahwa audit piutang usaha menunjukkan
Usaha, Daftar Konfirmasi, Ikhtisar Hasil saldo piutang usaha yang tercantum dalam
Konfirmasi Piutang Usaha. laporan keuangan PT. Agus Suta Line per 31
Desember 2013 belum disajikan secara wajar
Pada Kertas Kerja Neraca (Working Balance karena terdapat selisih antara saldo per buku
Sheet) saldo piutang usaha tidak mengalami
perubahan, namun penyesuaian yang terjadi
yaitu terdapat Cadangan Kerugian
dengan saldo per audit, saldo per buku penagihan kembali atas piutang usaha
belum dikurangi dengan cadangan kerugian yang telah dihapuskan, karena tidak
piutang. menutup kemungkinan bahwa
pelanggan pada suatu saat dapat
V. KESIMPULAN DAN SARAN melunasi kewajibannya, hal ini untuk
menghindari kerugian yang semakin
A. Kesimpulan besar yang akan dihadapi perusahaan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Diketahui saldo piutang per buku Rp
7.398.539.150 dan saldo piutang per
audit Rp7.135.954.072.
2. Setelah dilakukan pemeriksaan piutang
pada laporan keuangan PT. Agus Suta
Line untuk periode 31 Desember 2013
ditemukan bahwa tidak dilakukan
perhitungan dan pencatatan cadangan
kerugian piutang pada neraca PT. Agus
Suta Line, sehingga dilakukan
perhitungan cadangan kerugian piutang
yang hasilnya sebesar Rp 262.585.078,
kemudian dilakukan
penyesuaian dengan menambahkan
cadangan kerugian piutang pada neraca
dan mengurangi laba tahun berjalan
sebesar Rp 262.585.078.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan maka sebagai
masukan bagi pihak perusahaan, saran yang
disampaikan pada penelitian ini adalah:
1. Sebaiknya melakukan perhitungan
cadangan kerugian piutang kemudian
dicantumkan dalam laporan keuangan
neraca sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntailitas
Publik (SAK ETAP).
2. Untuk piutang yang sudah jatuh tempo
hendaknya segera dilakukan penagihan.
Setiap pelanggan yang terlambat
membayar sebaiknya dikirimi surat
penagihan dan kalau perlu dilakukan
penagihan secara langsung.
3. Diharapkan kepada perusahaan untuk
melakukan suatu usaha atau tindakan
apabila jumlah piutang yang Keuangan Ikatan Akuntan
dihapuskan tersebut sangat material. Indonesia, Jakarta.
4. Bagian pencatatan, bagian penagihan
serta bagian keuangan harus lebih
dipertegas lagi penjelasan tentang Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate
tanggung jawab mereka untuk Accounting, Edisi Kedelapan,
menghindari adanya kesengajaan BPFE, Yogyakarta.
dalam memanipulasi pencatatan
maupun penyelewengan dan Jusup, Al Haryono, 2005, Dasar-dasar
merangkap pekerjaan. Akuntansi, Jilid 1, Edisi Keenam,
Cetakan Kedua, STIE-TKPN,
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta.

Agoes, Sukrisno, 2011, Auditing Petunjuk Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Cetakan
Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Ketiga, Salemba Empat. Jakarta.
Akuntan Publik, Edisi Keempat,
Munawir, S, 2011, Analisa Laporan
Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.
Keuangan, Edisi keempat, Liberty,
Anonim, Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Yogyakarta.
Standar Akuntansi Keuangan
Santoso, Iman, 2007, Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas
Menengah, Refika Aditama,
Publik, Dewan Standar Akuntansi
Bandung.
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas bahwa pemeriksaan piutang pada
perusahaan harus dilakukan secara cermat dan teliti dengan memahami kondisi internal perusahaan
dan membuat rancangan atau jadwal audit pemeriksaan piutang. Hal ini, bertujuan untuk
mengetahui keabsahan dan kesesuaian antara penyajian piutang di neraca dengan standar akuntasi
keuangan yang berlaku umum di Indonesia yaitu SAK ETAP.

Contoh kasus audit piutang pada PT XYZ yang menyajikan piutang usahanya dengan
hanya mengelompokkan antara piutang usaha local dengan piutang usaha ekspor. Proses audit
piutang pada PT XYZ dilakukan dengan dua cara yaitu koreksi atas kesalahan pencatatan klien
dan reclass atas transaksi dan saldo akun piutang . koreksi yang dilakukan auditor terhadap
pemeriksaan piutang pada PT XYZ yaitu revaluasi piutang, memerinci piutang dengan saldo
negative, dan transaksi saldo dengan pihak berelasi. Setelah dilakukan pemeriksaan audit,
diperoleh hasil bahwa piutang usaha pada PT XYZ perlu memisahkan antara piutang usaha pihak
berleasi dengan pihak ketiga dikarenakan terdapat transaksi dengan PT D yang memiliki
manajemen yang sama dengan PT XYZ yang berarti dua perusahaan tersebut digolongkan sebagai
pihak berelasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2011. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik.
Edisi Keempat. Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta

Anonim, Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia,
Jakarta.

Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, BPFE, Yogyakarta.

Jusup, Al Haryono, 2005, Dasar-dasar Akuntansi, Jilid 1, Edisi Keenam, Cetakan Kedua, STIE-
TKPN, Yogyakarta.

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Cetakan Ketiga, Salemba Empat. Jakarta.

Munawir, S, 2011, Analisa Laporan Keuangan, Edisi keempat, Liberty, Yogyakarta.

Santoso, Iman, 2007, Akuntansi Keuangan Menengah, Refika Aditama, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai