Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................1
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Definisi Piutang............................................................................3
2.2 Jenis-jenis Piutang.......................................................................3
2.3 Sifat dan Contoh Piutang............................................................4
2.4 Prinsip Akuntansi Piutang..........................................................4
2.5 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Piutang.......................5
2.6 Dokumen atau Catatan yang Berkaitan....................................7
2.7 Prosedur Audit atas Piutang.......................................................7
2.8 Program Pengujian Substantif terhadap Piutang....................9
2.9 Contoh Kasus...............................................................................11

BAB III KESIMPULAN................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan
atau jasa secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari
transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan. Perkiraan piutang
pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri
(tidak digabung dengan dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang
berbeda. Piutang dinyatakan sejumlah tagihan dikurangi dengan taksiran
jumlah yang tidak dapat ditagih.  Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan
pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih.
Disamping itu piutang juga mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan
yang dilakukan secara tersendiri. Dengan demikian, perlu dimiliki suatu
prosedur yang wajar dan cara pengelolaan yang cukup baik terhadap piutang,
bukan saja untuk keberhasilan perusahaan tetapi juga untuk memelihara
hubungan yang memuaskan dengan para konsumen.
Suatu perusahaan harus selalu menjaga keefektivitasan dalam pengelolaan
piutang. Hal tersebut penting untuk dilakukan mengingat bila terjadi sedikit
saja kesalahan dalam pencatatan piutang maka akan berakibat buruk terhadap
kinerja yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. Dalam hal ini, tugas dari
seorang akuntan publik sangat diperlukan,. Seorang akuntan publik dalam
perannya sebagai auditor akan memberikan berbagai jasa kepada kliennya.
Salah satu tugas dari seorang akuntan publik adalah memberikan jasa atestasi
kepada klienya mengenai kewajaran dari laporan keuangan sebuah entitas
bisnis. Jasa atestasi akuntan publik ini terdiri dari kegiatan auditing,
pemeriksaan, review, pemeriksaan internal control dan prosedur yang
disepakati.
Pada kegiatan auditing, biasanyan seorang akuntan public akan berupaya
melakukan penilaian apakah laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
adalah wajar, dalam semua hal material dan posisi keuangan serta hasil usaha
sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Sedangkan pada
kegiatan pemeriksaan, akuntan public akan melakukan pemeriksaan terhadap
informasi keuangan prospektif dan pemeriksaan untuk menentukan kesesuaian
pengendalian internal kontrol yang diterapkan oleh perusahaan. Instansi
pemerintah, dan badan usaha lainya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari piutang?
2. Apa prinsip akuntansi piutang?
3. Apa tujuan pemeriksaan piutang?
4. Bagaimana prosedur atas piutang?
5. Bagaimana program pengujian substantif terhadap piutang?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui definisi dari piutang
2. Untuk mengetahui prinsip akuntansi piutang
3. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan piutang
4. Untuk mengetahui prosedur atas piutang
5. Untuk mengetahui program pengujian substantive terhadap piutang

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Piutang


Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, maka berikut ini akan
dikemukakan definisi definisi pengauditan yang di ambil dari beberapa sumber:
1. Konrath (2002:5) dalam Sukrisno Agoes (2004:1) mendefinisikan audit sebagai
”suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi
bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi
untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah
ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.”
2.  Menurut Sukrisno Agoes  (2004:3), audit adalah “Suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.’’
Piutang adalah tuntutan (claims) terhadap pihak tertentu yang
penyelesaiannya diharapkan dalam bentuk kas selama kegiatan normal
perusahaan. Klaim timbul karena berbagai sebab, misalnya penjualan secara
kredit, pemberian pinjaman kepada karyawan, porsekot dalam kontrak pembelian,
porsekot kepada karyawan, dll. Piutang usaha timbul karena adanya penyerahan
barang atau jasa dalam rangka menjalankan kegiatan usaha normal perusahaan.

2.2 Jenis-jenis Piutang


1. Piutang dagang
Piutang dagang terjadi akibat kegiatan normal suatu perusahaan melalui
penjualan secara kredit, misalnya notes receivable.
2. Piutang non dagang
Merupakan piutang lainnya yang berasal bukan dari kegiatan utama
perusahaan, misalnya penjualan surat berharga.

3
2.3 Sifat dan Contoh Piutang
1. Sifat Piutang, menurut SAK:
 Digolongkan menurut sumber terjadinya
a. Piutang Usaha  timbul dari penjualan barang dagangan atau
jasa secara kredit
b. Piutang Lain-lain  timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha
normal perusahaan

 Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain yang diharapkan bisa ditagih


dalam waktu satu tahun  Piutang Lancar
 Piutang dinyatakan sebesar  jumlah tagihan dikurangi dengan
taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih
 Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca, diikuti
penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih
 Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi
harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan
piutang), karena sifatnya yang berbeda.

2. Contoh rekening yang digolongkan piutang :


a. Piutang Usaha
b. Wesel Tagih
c. Piutang Pegawai
d. Piutang Bunga
e. Uang Muka
f. Refundable Deposit (uang Jaminan)
g. Piutang Lain-lain
h. Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)

2.4 Prinsip Akuntansi Piutang


Prinsip akuntansi piutang usaha :

4
a. Piutang usaha disajikan dalam neraca sebesar netto, yaitu piutang usaha
dikurangi penyisihan kerugian piutang
b. Metode penyisihan kerugian piutang usaha harus dijelaskan
secukupnya
c. Piutang usaha disajikan terpisah dengan piutang lain-lain
d. Piutang yang bersaldo kredit disajikan sebagai kewajiban lancar dalam
akun uang muka penjualan
e. Piutang usaha yang dijadikan jaminan harus dijelaskan.

2.5 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Piutang


1. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian intern (internal control)
yang cukup baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab yang melakukan
penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan,
memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur
penjualan dan melakukan pencatatan
b. Formulir yang digunakan bernomor urut tercetak (prenumbered)
c. Digunakan price list (daftar harga jual)
d. Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (account
receivable subledger card)
e. Setiap akhir bulan : dibuat aging schedule piutang (analisa umur
piutang), saldo piutang setiap pelanggan dibandingkan
(direconcile) dengan saldo piutang menurut buku besar dan setiap
pelanggan dikirim monthly statement of account
f. Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus
disetor dalam jumlah seutuhnya (intact).
g. Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar)
yang berasal dari retur penjualan dan penghapusan harus
diotorisasi oleh pejabat berwenang

5
h. Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi,
pemegang saham dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan auhenticity (ke ontetikan)
piutang
a. Validity apakah piutang itu sah, masih berlaku (diakui oleh yang
mempunyai utang)
b. Authenticity apakah piutang itu didukung oleh bukti yang
otentik yang ditandatangi pelanggan
3. Untuk memeriksa collectibility dan cukup tidaknya perkiraan allowance
for bad debts
a. Collectibility kemungkinan tertagihnya piutang (dalam neraca)
b. Allowance for bad debts jumlah yang diperkirakan tidak bisa
ditagih, harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup, jika
sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan
c. Allowance terlalu besar  piutang disajikan terlalu kecil
(understated), biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated),
laba rugi understated
d. Allowance terlalu kecil  piutang yang disajikan overstated, biaya
penyisihan piutang understated, laba rugi overstated

4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability)


yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
 Wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh tempo,
harus diungkapkan sebagai contingent liability pada tanggal neraca

5. Untuk memeriksa apakah penyajian di Neraca sesuai dengan prinsip


akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebagai berikut :
a. Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan
secara terpisah

6
b. Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi
taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih
c. Saldo kredit piutang individual, jika jumlahnya material harus
disajikan dalam kelompok kewajiban

2.6 Dokumen atau Catatan yang Berkaitan


1. Pesanan pelanggan (customer order)
2. Pesanan penjualan (sales order)
3. Faktur penjualan
4. File transaksi penjualan
5. Jurnal penjualan (sales journal)
6. Credit note
7. Neraca saldo piutang usaha
8. Laporan bulanan
9. File induk piutang usaha

2.7 Prosedur Audit Piutang


Prosedur audit dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti
(audit evidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran
laporan keuanga. Menurut Sukrisno Agoes (2004:176), prosedur audit piutang
usaha antara lain :
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan,
piutang dan penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal
neraca.Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang
antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur
piutang dan kalau bisa subsequent collections-nya.
3. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke
subledger lalu totalnya ke general ledger.
4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan
sales invoice.

7
5. Kirimkan konfirmasi piutang:
Konfirmasi Piutang adalah surat yang ditandatangani klien, ditunjukkan ke
pelanggannya untuk meminta penegasan (konfirmasi) menegenai saldo
utang pelanggan tersebut pertanggal tertentu (biasanya tanggal neraca).
a) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim
surat konfirmasi.
b) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi
negatif.
Pada konfirmasi positif, pelanggan diminta untuk memeberikan
jawaban baik saldonya cocokmaupun tidak cocok. Pada konfirmasi
negative, pelanggan diminta untuk memberikan jawaban hanya jika
saldonya tidak cocok, sehingga jika pelanggan tidak menjawab akan
dianggap bahwa saldonya cocok.
c) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di
surat  konfirmasi.
d) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien
untuk dicari perbedaannya.
e) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi. Tujuannya untuk
mengetahui beberapa banyak konfirmasi yang dijawab dengan saldo
yang sesuai maupun yang berbeda, yang akan mempengaruhi
keyakinan auditor terhadapa kewajaran saldo piutang.

6. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti


penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati
tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan
bahwa yang dicatat sebagai subsequent collectionshanyalah yang
berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
7. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan
untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.

8
8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah
jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu
besar dan terlalu kecil.
9. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan
lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal
neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice
sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum
cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang
diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
10. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank,
dan correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang
dijadikan sebagai jaminan.
11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

2.8 Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha


2.8.1 Prosedur Audit Awal
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan
akuntansi piutang usaha yang diselenggarakan oleh klien, dengan cara
mengusut saldo piutang usaha yang dicantumkan di neraca ke dalam akun
piutang usaha yang diselenggarakan di dalam buku besar, membuktikan
ketelitian penghitungan saldo akun piutang usaha di dalam buku besar, dan
membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun piutang usaha di
dalam buku besar ke dalam jurnal penjualan keluar dan jurnal retur
penjualan, dan jurnal umum.

2.8.2 Prosedur Analitis


Dalam prosedur analitis, auditor menghitung berbagai ratio: tingkat
perputaran piutang usaha, ratio piutang usaha dengan aktiva lancar, rate of
return on net sales, ratio kerugian piutang usaha dengan pendapatan

9
penjualan bersih, ratio kerugian piutang usaha dengan piutang usaha yang
sesungguhnya tidak tertagih.

2.8.3 Pengujian terhadap rincian transaksi


Dalam pengujian atas rincian transaksi, auditor melaksanakan prosedur
audit berikut ini:
 Memeriksa sampel transaksi piutang usaha yang tercatat ke dokumen
yang mendukung timbulnya piutang usaha
 Melakukan pengujian pisah batas (cutoff) transaksi penjualan, retur
penjualan, dan transaksi penerimaan kas.

2.8.4 Pengujian rincian saldo


Dalam pengujian rincian saldo, auditor melakukan konfirmasi piutang
usaha secara langsung antara pelanggan dan auditor.

2.8.5 Prosedur Penyajian dan pengungkapan


Dalam prosedur penyajian dan pengungkapan, auditor membandingkan
penyajian laporan dengan prinsip akuntansi berterima umum (GAAP).
Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan cara:
a. Memeriksa klasifikasi piutang usaha di neraca ke dalam kelompok
aktiva lancar dan aktiva tidak lancar
b. Memeriksa jawaban konfirmasi bank
c. Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan
piutang non usaha
d. Memeriksa kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk piutang antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan atau
dibebankan
e. Memeriksa surat representasi klien mengenai piutang.

10
2.9 Contoh Kasus

2.9.1 Studi Kasus Bukti Audit Kasus Audit IT Bank Indonesia

a. Deskripsi Singkat

Kasus audit BI atas aliran dana YPPI merupakan salah satu kasus

keuangan paling controversial pada tahun 2008, tim IT indonesia

meneliti adanya penyimpangan yg dilakukan para petinggi negeri ini.

terutama karena melibatkan serentetan nama anggota dewan gubernur BI

dan anggota DPR terkemuka. Sebagai hasil dari laporan BPK, kasus

aliran dana YPPI kini telah terangkat ke meja hijau.dalam kasus ini tim

IT dibuat kebingungan karena sampai tidak mengetahui adanya

penyimpangan tersebut.

Kasus Aliran dana YPPI atau YLPPI adalah murni temuan tim

audit BPK. Tim tersebutlah yang menentukan rencana kerja, metode,

teknik pemeriksaan, analisis maupun penetapan opini pemeriksaan kasus

tersebut sesuai dngan standar pemeriksaan yang berlaku.

Perintah pemeriksaan BI dan YPPI ini dikeluarkan oleh Anggota

Pembina Keuangan Negara II (Angbintama II) dan Kepala Auditorat

Keuangan Negara II (Tortama II) yang membawahi pemeriksaan BI.

Selama periode bulan Februari hingga Mei 2005, Tim Audit BPK

melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan BI Tahun 2004. Tim

Audit BPK juga memeriksa Yayasan Lembaga Pengembangan

Perbankan Indonesia (YLPPI) yang berdiri pada tahun 1977, karena

afiliasi lembaganya dengan BI.

11
Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK di BI menemukan

adanya asset/tanah BI yang digunakan oleh YLPPI. Berdasarkan

pemeriksaan lebih lanjut oleh Kantor Akuntan Publik Muhammad Thoha

atas perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi

keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai asset

sebesar Rp 93 miliar.

b. Kronologis

1) Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK menemukan bahwa terdapat

aset/ tanah yang digunakan oleh YLPPI. BI juga menyediakan modal

awal YLPPI, memberikan bantuan biaya operasionalnya serta

mengawasi manajemennya.

2) Berkaitan dengan dibuatnya peraturan tahun 1993 tentang penggunana

asset/tanah oleh YLPPI serta hubungan terafiliasi antara YLPPI

dengan BI, maka Tim Audit BPK meminta laporan keuangannya agar

dapat diungkapkan dalam Laporan Keuangan BI

3) Dari perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan

posisi keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai

aset sebesar Rp 93 miliar (Informasi mengenai kekayaan YPPI per 31

Desember 2003 ini diperoleh dari Laporan Keuangannya yang diaudit

oleh Kantor Akuntan Publik Mohammad Toha)

12
4) Juni 2005-Oktober 2006: Tim Audit BPK melakukan pendalaman

dengan kasus dengan menetapkan sendiri metode, teknik, objek

pengungkapan kasus, analisis, serta penetapan opini pemeriksaan.

5) Mei 2005: Tim Audit BPK melaporkan kasus Aliran Dana YPPI

kepada Ketua BPK, Anwar Nasution.

c. Temuan Penyimpangan

1) Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank

Indonesia. Pada saat perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama

ke UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, kekayaan dalam

pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar. Jumlah Rp 100 miliar ini

lebih besar dari penurunan nilai aset YPPI yang diduga semula sebesar

Rp 93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI sebesar Rp 100

miliar tersebut tidak tercatat pada pembukuan BI sebagai penerimaan

atau utang.

2) Menghindari Peraturan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang

Tindak Pidana Pencucian Uang. Dimana dana tersebut dipindahkan

dulu dari rekening YPPI di berbagai bank komersil, ke rekening yang

terdapat BI, baru kemudian ditarik keseluruhan secara tunai.

3) Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan

tujuan pendirian yayasan semula. Ini bertentangan dengan UU

Yayasan, dan putusan RDG tanggal 22 Juli 2003 yang menyebutkan

13
bahwa dana YPPI digunakan untuk pembiayaan kegiatan sosial

kemsyarakatan.

4) Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum

anggota DPR. Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada

individu mantan pejabat BI, atau melalui perantaranya. Diduga, dana

ini digunakan untuk menyuap oknum penegak hukum untuk

menangani masalah hukum atas lima orang mantan Anggota Dewan

Direksi/ Dewan Gubernur BI. Padahal, kelimanya sudah mendapat

bantuan hukum dari sumber resmi anggaran BI sendiri sebesar Rp

27,7 miliar. Bantuan hukum secara resmi itu disalurkan kepada para

pengacara masing-masing. Dan dana Rp 68,5 miliar.

d. Dasar Pengambilan Dana YPPI

1) Keputusan Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) tanggal 3 Juni

2003menetapkan agar Dewan Pengawas YLPPI menyediakan dana

sebesar Rp 100 milar untuk keperluan insidentil dan mendesak di BI

2) Salah satu dari dua RDG yang dilakukan tanggal 22 Juli 2003 adalah

menetapkan pembentukan Panitia Pengembangan Sosial

kemasyarakatan (PPSK) untuk melakukan “penarikan, penggunaan

dan penatausahaan” dana yang diambil dari YPPi tersebut.PPSK

dibentuk untuk melakukan berbagai kegiatan dalam rangka membina

hubungan social kemayarakatan.

14
3) RDG yang kedua dilakukan pada tanggal 22 Juli 2003 menetapkan

agar BI mengganti atau mengembalikan dana Rp 100 miliar yang

diambilnya dari YPPI.

e. Pengujian subtantif tentang piutang

1) Prosedur Audit Awal

Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan

catatan akuntansi piutang usaha yang diselenggarakan oleh klien,

dengan cara mengusut saldo piutang usaha yang dicantumkan di

neraca ke dalam akun piutang usaha yang diselenggarakan di dalam

buku besar, membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun

piutang usaha di dalam buku besar, dan membuktikan sumber

pendebitan dan pengkreditan akun piutang usaha di dalam buku

besar ke dalam jurnal penjualan keluar dan jurnal retur penjualan,

dan jurnal umum.

2) Prosedur Analitis

Dalam prosedur analitis, auditor menghitung berbagai ratio:

tingkat perputaran piutang usaha, ratio piutang usaha dengan aktiva

lancar, rate of return on net sales, ratio kerugian piutang usaha

dengan pendapatan penjualan bersih, ratio kerugian piutang usaha

dengan piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih.

3) Pengujian terhadap rincian transaksi

15
Dalam pengujian atas rincian transaksi, auditor melaksanakan

prosedur audit berikut ini :

 Memeriksa sampel transaksi piutang usaha yang tercatat ke

dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha

 Melakukan pengujian pisah batas (cutoff) transaksi penjualan,

retur penjualan, dan transaksi penerimaan kas.

4) Pengujian rincian saldo

Dalam pengujian rincian saldo, auditor melakukan

konfirmasi piutang usaha secara langsung antara pelanggan dan

auditor.

5) Prosedur Penyajian dan pengungkapan

Dalam prosedur penyajian dan pengungkapan, auditor

membandingkan penyajian laporan  dengan prinsip akuntansi

berterima umum (GAAP). Informasi mengenai hal ini diperoleh

auditor dengan cara :

 Memeriksa klasifikasi piutang usaha di neraca ke dalam

kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak lancer

 Memeriksa jawaban konfirmasi bank

 Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang

usaha dan piutang non usaha

16
 Memeriksa kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk

piutang antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang

yang digadaikan atau dibebankan

 Memeriksa surat representasi klien mengenai piutang

17
BAB III
KESIMPULAN

1. Piutang timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit dan
berhak atas penerimaan kas di masa mendatang.
2. Audit atas piutang penting dilakukan karena salah saji piutang usaha memiliki
materiliatas yang besar terhadap salah saji laporan keuangan.
3. Tujuan dari audit piutang yaitu untuk mengetahui apakah pengendalian
intern dilakukan dengan baik, untuk memeriksa validity (keabsahan),
authenticity (keotentikan), collectability (kemungkinan
tertagihnya),dan contingen liability (kewajiban bersyarat) dari piutang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Boynton, dk. 2003. Modern Auditing. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga.

Mulyadi. 2004. Auditing. Edisi 6, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Sukrisno, Agoes. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan


Publik jilid I. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

19

Anda mungkin juga menyukai