Anda di halaman 1dari 2

6.

Indikator kinerja pemda tidak hanya mencakup tiga hal sebagaimana pada masa
prareformasi, tetapi juga meliputi standar pelayanan yang diharapkan.
7. Terdapat perubahan mendasar dalam pengelolaan anggaran dengan dikeluarkannya PP
Nomor 105 Tahun 2000 dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 yang menuntut akan
akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan anggaran, sehingga terjadi
pergeseran, yaitu:

a. dari pertanggungjawaban secara vertikal (kepada pemerintahan di atasnya) menjadi


pertanggungjawaban horizontal (kepada masyarakat melalui DPRD);
b. dari sistem anggaran tradisional (dengan menggunakan pendekatan incremental dan line
item yang lebih menekankan pertanggungjawaban input yang dialokasikan) menjadi
anggaran kinerja (tidak sekadar menekankan pertanggungjawaban pada input, melainkan juga
pada output dan outcome);
c. dari pengendalian dan audit keuangan, menjadi ditambah dengan audit kinerja;
d. lebih menerapkan konsep value for money (ekonomis, efisiensi, dan efektif);
e. penerapan konsep pusat pertanggungjawaban (pusat pendapatan, pusat biaya, pusat laba,
dan pusat investasi);
f. perubahan sistem akuntansi keuangan pemerintahan (dari single entry dan berbasis kas,
menjadi double entry dan berbasis kas modifikasian).

8. Akuntansi memiliki peranan penting dalam pengelolaan keuangan daerah dibandingkan


sebelum reformasi yang lebih mementingkan kegiatan perbendaharaan, yaitu kegiatan
administrasi penerimaan dan pengeluaran.

PENGANGGARAN Dl ERA PASCA-REFORMASI LANJUTAN (PERIODE 2004-


SEKARANG)
Beberapa perubahan mendasar yang terjadi pada periode ini adalah sebagai berikut.
a. Dikenalkan kembali bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk
mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaran anggaran.
b. Pengelompokan belanja diganti dari belanja aparatur, belanja pelayanan publik, belanja
bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga; menjadi belanja langsung dan
belanja tidak langsung yang dikaitkan dengan keterkaitan langsung maupun tidak langsung
dengan program dan kegiatan.
c. Diterapkannya konsep multi terms expenditure framework (MTEF).
d. Perlunya penyusunan Sistem akuntansi keuangan daerah yang mensyaratkan adanya
Standar akuntansi pemerintahan dan prosedur akuntansi keuangan daerah untuk menjamin
konsistensi dalam pelaporan keuangan. Pada periode ini pengakuan pendapatan, belanja,
dan pembiayaan menggunakan basis cash toward accrual. Basis akuntansi ini berimplikasi
Pada penggunaan dua basis akuntansi yang berbeda pada beberapa pos atau akun dan
Penyajian laporan keuangan. Basis kas digunakan untuk mengakui pos Pendapatan,

Belanja, dan Pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (ERA), dan basis akrual
digunakan untuk mengakui pos Aset, Kewaiiban, dan Ekuitas dalam Neraca.
e. Konsekuensi dari direrbitkannya PP Nomor 24 Tahun 2005 dan PP Nomor 58 Tahun 2005
adalah pengelolaan keuangan daerah bergeser dari sentralisasi ke desentralisasi atas proses
pengelolaan keuangan daerah dan tanggung jawab pengelolaannya yang telah didelegasikan
dari Kepala Daerah kepada masing-masing Kepala SKPD. SKI'D menjadi entitas akuntansi
yang harus melaksanakan akuntansi sebagai bagian daro entitas pelaporan.
AGENDA Dl MASA MENDATANG
Pengembangan dilakukan secara hati-hati dengan cara melakukan kajian yang mendalam dan
pembahasan yang komprehensif. Pengembangan konsep dan praktik penganggaran terjadi
sebagai upaya untuk memenuhi amanat aturan perundang-undangan, atau konsekuensi dari
diterapkannya praktik pengelolaan keuangan daerah lainnya, seperti amanat untuk
melaksanakan akuntansi pemerintahan yang berbasis akrual, sebagaimana yang diamanatkan
oleh UU Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 36, yang mempersyaratkan diterapkannya
penganggaran berbasis akrual. Atau, pengembangan harus dilakukan karena adanya tuntutan
publik dan/atau terdapat permasalahan di dalam praktik penganggaran selama ini, sehingga
diperlukan perbaikan dan penyempurnaan yang nantinya dapat meningkatkan kinerja
pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai