Anda di halaman 1dari 11

Audit terhadap Siklus Pengeluaran: Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

Deskripsi utang usaha

Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua kewajiban yang
akan dilunasi dalam periode jangka pendek dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan
dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain. Utang lancar
digolongkan menjadi 6 kelompok ini:

1. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku
cadang, dan bahan habis pakai pabrik. Utang usaha dapat digolongkan lebih lanjut
menjadi dua golongan: (1) utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti
tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban dan (2) utang yang disertai
dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar
kewajiban.
2. Utang jaminan masuk dari pelanggan.
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu.
4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan ditunjuk sebagai pemungut
pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), utang Pajak
Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.
5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:
a. Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
b. Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahahaan
yang dijual dengan garansi.
c. Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa,
pendapatan yang diterima di muka, utang yang jumlahnya dihitung dari besarnya
deplesi sumber alam.
6. Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang
bank, utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan, tuang
dividen.
Utang usaha merupakan bagian terbesar utang lancar perusahaan, oleh karena itu,
pengujian substantif dalam bab ini difokuskan terhadap utang usaha.

Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Karakteristik Aktiva Lancar

Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar. Perbedaan ini
mengakibatkan perbedaan di dalam pengujian substantifnya. Oleh karena itu, perbedaan ini
perlu disadari oleh auditor.

Perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar adalah sebagai berikut:

1. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan


aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya. Kecenderungan ini seringkali
didorong oleh motif untuk memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik, sehingga
kelihatannya perusahaan memiliki likuiditas yang baik. Gambaran modal kerja yang
lebih baik ini juga dapat ditempuh dengan cara menurunkan jumlah utang lancar, yaitu
umumnya degnan cara tidak mencatat utang lancar sehingga terdapat utang yang tidak
dicatat pada tanggal neraca.
2. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien menghadapi masalah penilaina unsur-unsur aktiva
lancar per tanggal neraca. Kas harus disajikan pada nilai kursnya pada tanggal neraca,
jika kas tersebut berupa valuta asing; piutang harus disajikan pada nilai bersih yang dapat
ditagih pada tanggal neraca, sediaan harus dihitung kuantitas, ditentukan kualitas, dan
kondisinya untuk dapat disajikan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal
neraca. Di lain pihak, dalam penyajian utang lancar, klien tidak menghadapi masalah
penentuan nilai utang lancar tersebut pada tanggal neraca. Apa yang menjadi kewajiban
perusahaan pada tanggal neraca tidak perlu ditentukan nilainya. Klien menghadapi fakta
di dalam menyajikan utang lancar.

Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Utang Lancar dengan Pengujian Substantif


terhadap Aktiva Lancar

Karakteristik yang berbeda antara utang lancar dengan karakteristik aktiva lancar tersebut
berpengaruh terhadap pengujian substantif terhadap kedua objek audit tersebut. Perbedaan
pengujian substantif terhadap utang lancar dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar
adalah sebagai berikut:

1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya


penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya, sedangkan
pengujian substantif terhadap aktiva lanar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian
aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya. Dalam pengujian substantif
terhadap kas, auditor melakukan penghitungan fisik kas; dalam pengujian substantif
terhadap piutang, auditor mengirimkan konfirmasi kepada debitur; dalam pengujian
substantif terhadap sediaan, auditor melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik
sediaan yang dilakukan oleh klien. Berbagai prosedur audit tersebut ditujukan untuk
menemukan adanya overstatement aktiva lancar. Di lain pihak, pengujian substantif
terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat
pada tanggal neraca. Hal ini dimaksudkan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyajian utang lancar yang lebih rendah dari saldo yang seharusnya.
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah
penentuan kewajaran nilai aktiva lancar yang dicantumkan dalam neraca. Penentuan nilai
aktiva lancar ini menyangkut penaksiran apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar auditor memverifikasi nilai
kas yang disajikan dalam neraca, menguji kewajaran nilai putang yang diperkirakan
dapat ditagih pada tanggal neraca, dan menguji kewajaran nilai sediaan dengan
melakukan hitung uji, pengujian kompilasi, dan pengujian harga. Di lainpihak, dalam
pengujian substantif terhadap utang lancar, auditor menghadapi fakta, menghadapi kdata
historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa lalu, yang dalam jangka
pendek harus dilunasi. Oleh karena itu, pengujian substantif terhadap utang lancar
memerlukan waktu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan pengujian
substantif terhadap aktiva lancar.

Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Utang Lancar di Neraca

Sebelum membahas pengujian substantif terhadap utang usaha, perlu diketahui lebih dahulu
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian utang lancar di neraca berikut
ni:

1. Setiap jenis utang lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya material.
2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus
dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam laporan
keuangan
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.
Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha

Tujuan audit terhadap utang usaha adalah:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan


utang usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.

Dalam gambar tersebut terlihat bahwa tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha
adalah membuktikan bahwa saldo akun Utang Usaha yang dicantumkan dalam neraca
mencerminkan saldo Akun Utang Usaha yang sesungguhnya pada tanggal neraca tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang pengujian substantif yang digolongkan ke dalam lima
kelompok: (1) prosedur audit awal, (2) prosedur analitik, (3) pengujian terhadap transaksi rinci,
(4) pengujian terhadap saldo akun rinci, (5) verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan.
Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk memverifikasi lima asersi
manajemen yang terkandung dalam akun Utang Usaha: (1) keberadaan dan keterjadian, (2)
kelengkapan, (3) penilaian, (4) kewajiban, (5) penyajian dan pengungkapan.

Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan


utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo utang usaha
yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan
keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi utang usaha yang dicantumkan dalam
neraca dengan akun Utang Usaha dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar
dan register cek.

Membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang usaha yang dicantumkan di


neraca. Dalam pengujian substantif terhadap utang pada umumnya, pengujian ditujukan utnuk
menemukan kemungkinan adanya unrecorded liabilities. Untuk membuktikan asersi keberadaan
aktiva dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor melakukan
berbagai pengujian substantif berikut ini:

1. Pengujian analitik.
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
4. Konfirmasi piutang usaha.
5. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmaasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.

Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan di neraca. Seperti


tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus disajikan di neraca pada
fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien
kepada kreditur pada tanggal neraca. Tidak seperti halnya dengan piutang usaha yang disajikan
di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang
usaha, utang usaha disajikan di neraca pada jumlah kewajiban klien pada tanggal neraca.
Dengan demikian tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap saldo utang usaha
pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih ditujukan untuk
mencapai adanya unrecorded liabilities pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan bahwa utang
usaha yang dicantumkan di neraca mencakup semua kewajiban kien kepada kreditur pada
tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan utang usaha dalam tahun
yang diaudit, auditor melakukan berbagai pengujuan substantif berikut ini:

1. Pengujian analitik.
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
4. Konfirmasi utang usaha.
5. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.

Transaksi yang berkatian dengan timbul dan berkurangnya utang udaha mempunyai pengaruh
yang langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha pada tanggal neraca, sehingga
ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha
akan berdampak langsung terhadap perhitungna akun Utang Usaha dan Pembelian. Oleh karena
itu salah satu pengujian substantif utnuk membuktikan asersi kelangkapan utang usaha adalah
pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha.

Membuktikan asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di neraca. Utang
usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal
tersebut. Untuk membuktikan kewajiban klien yang tercermin dalam utang usaha yang
dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:

1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.


2. Konfirmasi piutang usaha.
3. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.

Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Penyajian dan
pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan harus didasarkan pada prinsip akuntansi berterima
umum. Pengujian substantif terhadap utang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan
utnuk membuktikan apakah unsur utang usaha telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di
neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian substantif untuk
membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca adalah:

1. Konfirmasi utang usaha.


2. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.
3. Pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima
umum yang diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Program Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha

Program pengujian substantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk
mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan di atas. Tahap-tahap prosedur audit dimulai
dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci.
Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:

1. Prosedur audit awal.


2. Prosedur analitik.
3. Pengujian terhadap transaksi rinci.
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci.
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan.
Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit untuk memperoleh keyakinan bahwa
infofmasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan didukung dengan catatan akuntansi.
Pada tahap berikutnya, dalam prosedur analitik, auditor mengumpulkan berbagai ratio dan
perbandingan untuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo akun rinci
diarhakan. Pada tahap-tahap akhir, auditor melaksanakan pengujian terhadap transaksi dan saldo
akun rinci, serta verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan saldo akun dalam laporan
keuangan.

Prosedur Audit Awal

Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di dalam
neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor
melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca dngan catatan
akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh
keyakinan bahwa informasi utang usaha yang dicantumkan dineraca didukung dengan catatan
akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan enam prosedur audit berikut
ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi utang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang
bersangkutan:

1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar.
3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Aktiva Tetap dan Akumulasi Depresiasinya.
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang
bersangkutan.
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol Utang Usaha di
buku besar.

Berikut ini diuraikan lebih rinci prosedur audit awal dalam pengujian substantif terhadap utang
usaha.

Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha
yang tercantum di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran
mekanisme pencatatnnya, maka saldo utang usaha yang dicantumkan di neraca diusut ke akun
buku besar berikut ini:

Utang Usaha

Akun ini digunakan untuk menampung transaksi timbulnya utang dari transaksi pembelian
berbagai golongan sediaan dan pelunasannya. Jika perusahaan menggunakan sistem bukti kas
keluar dalam pengendalian kasnya, akun Utang Usaha ini disebut dengan akun Bukti Kas Keluar
yang Akan Dibayar.

Utang Wesel

Utang wesel merupakan utang yang dibuktikan dengan surat berharga yang dipegang oleh
kreditur sehingga kreditur dapat menjualnya kepada pihak lain. Utang ini timbul dari transaksi
pembelian berbagai golongan sediaan. Utang wesel dibagi menjadi dua golongan: utang wesel
berbunga dan utang wesel tidak berbunga.
Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar. Untuk memperoleh keyakinan
mengenai ketelitian penghitungan saldo akun Utang Usaha, auditor menghitung kembali saldo
akun Utang Usaha dan Utang Wesel dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah
pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.

Utang saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu. Sebelum auditor
melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun Utang Usaha, ia perlu
memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal akun tersebut. Untuk mencapai tujuan ini,
auditor melakukan pengusutan saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.
Kertas kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan
oleh auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut
yang telah ditempuh oleh klien dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.

Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Utang Usaha. Ketidakberesan dalam transaksi pembelian, pelunasan utang usaha dapat
ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting
dalam akun Utang Usaha.

Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang
bersangkutan. Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan
utang usaha berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pengkreditan di dalam akun Utang
Usaha diusut ke jurnal pembelian atau register bukti kas keluar pendebitan ke akun tersebut
diusut ke jurnal pengeluaran kas dan jurnal umum.

Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol Utang Usaha di
buku besar. Saldo akun kontrol Utang Usaha di buku besar tersebut kemudian dicocokkan
dengan jumlah saldo akun pembantu utang usaha atau ke dalam arsip bukti kas keluar yang
belum dibayar untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan
dengan utang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.

Prosedur Analitik

Pada tahap awal pengujian substantif terhadap utang usaha, pengujina analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Utnuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai ratio
berikut ini:

Ratio Formula
Tingkat perputaran utang usaha Pembelian ÷ Rerata utang usaha
Rasio utang usaha dengan utang lancar Saldo utang usaha ÷ Utang lancar
Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya
ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini
membantu auditor untuk mengungkapkan: (1) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, (2)
perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak, atau (5) salah saji.

Pengujian terhadap Transaksi Rinci

Karena hampir semua saldo utang lancar, seperti utang usaha dan utang weselm didukung
dengan dokumen yang berasal daripihak luar, maka keberadaan saldo akun utang dan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut dibuktikan oleh auditor dengan
melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung transaksi tersebut. Dalam memverifikasi
saldo utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut, auditor
memeriksa arsip bukti kas keluar yang belum dibayar beserta dokumen pendukungnya seperti
surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok. Dalam
memverifikasi utang wesel, meskipun sertifikat wesel berada di tangan kreditur, namun biasanya
klien memiliki copy sertifikat wesel tersebut. Deengan demikian, verifikasi keberadaan utang
wesel dilakukan oleh auditor dengan memeriksa copy sertifikat wesel yang disimpan oleh klien.
Dalam memverifikasi keberadaan utang bank, auditor meminta surat perjanjian penarikan kredit
dari bank untuk membuktikan eksistensi utang tersebut serta untuk memperoleh informasi
mengenai syarat-syarat kredit dan jumlah pokok pinjaman, kekayaan yang dijaminkan, serta tarif
bunga.

Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi yang dikredit dan
didebitkan ke dalam akun Utang Usaha berikut ini:

a. Transaksi pembelian kredit


b. Transaksi retur pembelian
c. Transaksi pembayaran kas untuk pelunasan utang usaha.

Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha ke Dokumen yang
Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut

Prosedur ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha. Pengujian dilaksanakan
dengan mengambil sampel berikut ini:

1. Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.


2. Sampel transaksi yang dicatat dalam kaun kreditur pilihan.

Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas keluar,
laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian. Auditor mengambil sampel
transaksi yang dicatat di sebelah kredit akun kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian
melakukan prosedur ini:

1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya; laporan
penerimaan barang, faktur pembelian dari pemasok, dan surat order pembelian.
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar.
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan dokumen
pendukungnya.
4. Memeriksa kebenaran data yang di-posting ke dalam akun kreditur berdasarkan bukti kas
keluar.
5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar yang disampel telah dicatat di sebelah kredit
akun kreditur.

Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas keluar, memo
debit untuk retur pembelian. Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah
debit akun kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini:

1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar dan memo debit beserta dokumen
pendukungnya: surat tagihan, atau kuitansi dari kreditur, dan laporan pengiriman barang.
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar dan memo debit.
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam akun kreditur berdasarkan bukti kas
kelaur dan memo debit.
4. Memastikan bahwa semua bukti kas kelauar dan memo debit yang disampel telah dicatat
di sebelah debit akun kreditur.

Lakukan Verifikasi Pisah Batas (Cutoff) Transaksi Pembelian dan Retur Pembelian
Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien menggunakan pisah batas
yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi pembelian dan retur pembelian yang termasuk
dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun sebelumnya. Jika klien tidak menggunakan
tanggal pisah batas yang konsisten, akibatnya adalah transaksi mpembelian yang seharusnya
diakui sebagai unsur penentuan kos barang yang dijual tahun berikutnya, dicatat oleh klien
sebagai unsur kos barang yang dijual tahun yang diaudit.

Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun
yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan bahwa klien
menggunakan pisah batas yang konsisten terhadap transaksi pembelian, auditor memeriksa bukti
kas keluar dan dokumen pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien dalamperiode
sebelum dan sesudah tanggal neraca. Dengan membandingkan tanggal bukti kas keluar, faktur
pembelian dari kreditur, tanggal laporan penerimaan barang, dan syarat pembelian yang
digunakan, auditor dapat membuktikan apakah transaksi pembelian dan timbulnya utang yang
terjadi dalam periode sebelumnya dan sesudah tanggal neraca, telah dicatat dalam periode
akuntansi yang seharusnya.

Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca. Untuk membuktikan
ketepatan pisah batas dalam transaksi berkurangnya utang usaha karena pembayaran kas kepada
kreditur, auditor memeriksa dokumen bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas drai kreditur
yang dipakai sebagai basis pencatatan ke dalam kartu utang.

Lakukan verifikasi pisah batas transaksi pengeluaran kas. Untuk membuktikan ketepatan
pisah batas transaksi pengeluaran kas, auditor melakukan observasi terhadap semua cek yang
dibayarkan pada hari terakhir tahun yang diaudit untuk membuktikan ketepatan pencatatan
pengeluaran kas dalam periode akuntansi yang seharusnya.

Periksa Adanya Utang Usaha yang tidak Dicatat

Utang yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat dari berbagai keadaan
berikut ini:

1. Adanya dokumen-dokumen yang belum diperoses untuk pembayaran pada tanggal


neraca, dan baru dibuatkan bukti kas keluar setelah tanggal neraca.
2. Adanya barang-barang yang diterima sebelum tanggal neraca, namun faktur dari
pemasok baru diterima setelah tanggal neraca.
3. Klien menggunakan basis tunai dalam melaksanakan sistem bukti kas keluarnya.
4. Adanya jasa yang telah dinikmati oleh klien sebelum tanggal neraca, namun penjual jasa
baru menagih harga jasa tersebut setelah tanggal neraca.

Prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal neraca:

1. Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang dicatat setelah
tanggal neraca. Periksa bukti pendukungnya mengenai kemungkinan adanya utang yang
belum dicatat pada tanggal neraca.
2. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca. Untuk menemukan adanya
utang yang belum dicatat pada tanggal neraca, auditor dapat memeriksa bukti kas keluar
yang dibuat setelah tanggal neraca.
3. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk. Pemeriksaan catatan sediaan barang
konsinyasi akan dapat menunjukkan breapa jumlah barang konsinyasi yang telah dijual,
namun oleh klien belum dikirimkan hasil penjualannya kepada perusahaan yang
menitipkan barang tersebut.
4. Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien. Kemungkinan klien
mempunyai kewajiban pajak yang belum diakui dalam catatan akuntansinya pada
tanggal neraca.
5. Lakukan review terhadap anggaran modal, perintah kerja, dan kontrak pembangunan
untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum dicatat. Dengan mereview berbagai
dokumen tersebut, auditor akan dapat menemukan kewajiban sehubungan dengan
pembelian aktiva tetap, perintah kerja, dan kontrak pembangunan, yang telah menjadi
kewajiban klien pada tanggal neraca, namun belum dicatat dan disajikan oleh klien.

Jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal neraca belum dicatat dan tidak
disajikan di neraca, ada dua jalan yang dapat ditempuh oleh auditor, yaitu: (1) mengusulkan
adjustment kepada klien untuk mencatat utang tersebut, (2) tidak mengusulkan adjustment
kepada klien, dan membiarkan utang tersebut tetap tidak tercatat.

Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci

Tujuan pengujian saldo akun Utang Usaha rinci adalah untuk memverifikasi:

a. Keberadaan atau keterjadian


b. Kelengkapan
c. Kewajiban
d. Penyajian dan pengungkapan

Keberadaan, kelengkapan, kewajiban, serta penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraaca
dibuktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi
utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien
dari kreditur.

Lakukan Konfirmasi Utang Usaha

Ada tiga sebab mengapa prosedur konfirmasi merupakan prosedur yang tidak harus ditempuh
dalamterhadap utang usaha:

1. Tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha adalah untuk menemukan
adanya unrecorded liabilities. Konfirmasi utang usaha didasarkan pada utang usaha yang
telah tercata, sehingga konfirmasi tidak dapat menentukan keberadaan utang usha yang
belum dicatat pada tanggal neraca.
2. Konfirmasi dilakukan untuk memperoleh bukti dari pihak luar yang dapat dipercaya.
3. Kebanyakan utang usaha yang tercatat pada tanggal neraca telah dibayar oleh klien
sebelum auditor menyelesaikan pekerjaan lapangannya.

Prosedur konfirmasi utang usaha ditempuh oleh auditor jika dua kondisi berikut ini terdapat
dalam perusahaan yang diaudit, yaitu: (1) pengendalian terhadap utang usaha lemah, (2) dalam
pengujian substantif tidak dapat dijumpai adanya pernyataan piutang dari kreditur.

Periksa Dokumen yang Mendukung Transaksi Pembayaran Utang Usaha Setelah Tanggal
Neraca

Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien dapat memberikan petunjuk mengenai
keberadaan kewajiban klien tersebut. Untuk membuktikan keberadaan utang usaha pada tanggal
neraca, auditor melakukan pemeriksaan terhadap dokumen yang mendukung transaksi
pembayaran utang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca, yang dicatat dalam register cek.
Lakukan RekonsiliasiUtang Usaha yang Tidak Dikonfirmasi Ke Pernyataan Piutang
Bulanan yang Diterima oleh Klien dari Kreditur.

Utang klien kepada debitur yang tidak dikonfirmasi dapat diverifikasi keberadaannya melalui
rekonsiliasi akun utang kepada kreditur dengan surat pernyataan piutang yang diterima secara
bulanan dari kreditur.

Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan

Periksa Klasifikasi Utang Usaha di Neraca

Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya. Jika jumlahnya
material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi tiga golongan: (1) utang usaha kepada
kreditur usaha, (2) utang usaha kepada perusahaan afiliasi, dan (3) utang usaha kepada direksi,
pemegang saham utama, manager, dan karyawan perusahaan. Auditor harus memeriksa saldo
debit akun Utang Usaha dan jika perlu melakukan jurnal penggolongan kembali.

Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan dengan Utang Nonusaha

Jika utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva tidak lancar dari dana
pelunasan utang jangka panjang, maka jumlah utang ini tetap disajikan di neraca dalam
kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk menghindari pengaruh signifikan
terhadap perhitungan perubahan posisi keuangna.

Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan dengan Utang Usaha

Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan secara memadai di neraca atau
dalam penjelasan laporan keuangan. Bergitu pula aktiva yang dijaminkan dalam utang usaha
harus diungkapkan secara memadai. Utang usaha harus selalu dinyatakan dalam jumlah bersih
setelah dikurangi dengan trade discounts. Potongan tunai dapat dikurangkan atau dapat pula
tidak dikurangkan dari utang usaha, tergantung atas prosedur pencatatan utang uasha yang
digunakan oleh klien.

Mintalah Informasi dari Klien untuk Menemukan Komitmen yang Belum Diungkapkan
dan Utang Bersyart dan Periksa Penjelasan yang Bersangkutan dengan Utang Tersebut

Utang bersyarat merupakan kewajiban potensial yang mempunyai kemungkinan akan sungguh-
sungguh menjadi utang atau akan dapat diselessaikan tanpa pengeluraran uang di masa yang
akan datang. Utang bersyarat berbeda dengan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.
Unrecorded liabilities ini pada tanggal neraca sudah benar-benar merupakan kewajiban
perusahaan, tetapi belum dicatat.

Utang bersyarat ini harus dicantumkan di neraca dengan salah satu dari tiga cara berikut ini:

1. Utang bersyarat dicantumkan di dalam tanda kurung, dalam kelompok utang lancar.
Jumlah utang bersyarat ini tidak ditambahkan kepada utang lancar yang lain.
2. Utang bersyarat dicantumkan di bawah judul “Utang Bersyarat” di neraca. Jumalh utang
bersyarat tidak diperhitungkan dalam menjumlah utang lancar.
3. Jika memerlukan penjelaasan yang panjang, utang bersyarat disajikan di bagian
penjelasan laporan keuangn

Utnuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya penjelasan terhadap utang
tersebut, auditor menempuh cara pemeriksaan berikut ini:

1. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan.
2. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.
3. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan
klien.
4. Kirimkan konfirmasi ke bank.
5. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.

Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan.
Notulen rapat akan dapat menunjukkan kontrak-kontrak penting yang ditandatangani oleh klien,
perkara pengadilan yang melibatkan klien, keputusan-keputusan menyangkut anak perusahaan,
yang kesemuanya berpotensi akan menimbulkan utang bersyarat.

Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain. Setiap kontrak yang
ditandatangani oleh klien menimbulkan komitmen dari pihak klien untuk melakukan sesuatu di
masa yang akan datang seperti tertulis dalam kontrak.

Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan
klien.

Informasi yang diperlukan dari pengacara kline meliputi:

a. Gambaran perjkara pengadilan yang melibatkan klien yang ditangani oleh pengacara
yang bersangkutan.
b. Suatu penilaian terhadap kemungkinan keputusan pengadilan yang tidak menguntunkan
klien akibat perkara yang digambarkan tersebut.
c. Suatu taksiran kerugaian yang mungkin diderita oleh klien akibat perkara pengadilan
tersebut atau suatu pernyataan dari pengacara bahwa taksiran kerugian tiak mungkin
dilakukan oleh pengacara.
d. Suatu pernyataan jumlah honorarium pengacara yang belum ditagih.

Kirimkan konfirmasi ke bank. Auditor meminta informasi dari bank mengenai kewajiban
bersyarat yang menjadi tanggung jawab klien pada tanggal neraca.

Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan. Arsip korespondensi klien
dengan lembaga keuangan akan memberikan informasi mengenai persetujuan pemberian
jaminan terhadap utang yang ditarik oleh perusahaan lain dan penjualan piutang usaha. Kedua
jenis transaksi tersebut mempunyai kemungkinan menimbulkan kewajiban bagi klien, jika
perusahaan yang dijamin atau kreditur tidak memenuhi kewajibannya kepada lembaga
keuangan.

Anda mungkin juga menyukai