Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AUDIT II

“SIKLUS PENDAPATAN BAGIAN DUA”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

ENDAH RETNO NINGTYAS C 301 18 467

ANDI MIYA AGRITHA C301 18 471

MARIA KRISTIN C301 18 433

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TADULAKO
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Hutang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan
merupakan factor yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek perusahaan.
Hutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya
sangat rentan terhadap salah saji. Audit atas hutang lebih ditekankan pada asersi kelengkapan
karena jika manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang maka ia cenderung
menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih
menguntungkan.
Pengujian substantif atas utang usaha ditujukan untuk memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan
keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan
akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca, membuktikan
kewajiban klien yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan
pengungkapan utang usaha di neraca. Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor seharus
dapat menempuh berbagai prosedur audit.

RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Tentang Substantif Atas Saldo Hutang Usaha!
2. Menjelaskan Tentang Jasa Bernilai Tambah!

TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Tentang Substantif Atas Saldo Hutang Usaha!
2. Untuk Mengetahui Tentang Jasa Bernilai Tambah!

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG USAHA

Deskripsi Spesifik Utang Usaha


Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari
tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva
yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang
lain. Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok berikut ini:
1. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong,
suku cadang, dan bahan habis pabrik (factory supplies).utang usaha dapat
digolongkan lebihlanjut menjadi dua golongan yaitu:
 Utang yang tidak disertai dengan surat beharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha
atau account payable)
 Utang yang disertai dengan surat beharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel notes
payable).
2. Uang jaminan masuk dari pelanggan.
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).
4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan ditunjuk sebagai pemungut
pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), utang Pajak
Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang ana dan pension, utang asuransi
karyawan.
5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun :
 Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
 Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan
yang dijual dengan garansi.
 Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa,
pendapatan yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya dihitung dari besarnya
deplesi sumber alam.
6. Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang
bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang segera jatuh tempo,
utang pajak penghasilan utang deviden.

Utang usaha merupakan bagian terbesar utang lancar perusahaan, oleh karena itu
pengujian substansif dalam materi ini difokuskan terhadap utang usaha.

Perbedaan Karakteristik Utang Lancar Dengan Karakteristik Aktiva Lancar


Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar. Perbedaan ini
mengakibatkan perbedaan di dalam pengujian substantifnya. Oleh karena itu, perbedaan itu
perlu disadari oleh auditor.
Perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar adalah sebagai berikut:

1. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan


aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya.kecendrungan ini sering kali
didorong oleh motif untk memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik,
sehingga kelihatannya perusahaan memiliki likuiditas yang baik. Gambaran modal
kerja yang lebih baik ini juga dapat ditempuh dengan cara menurunkan jumlah utang
lancar, yaitu umumnya dengan cara tidak mencatat utang lancar sehingga terdapat
utang yang tidak dicatat pada tanggal neraca (unrecorded liabilities).
2. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien menghadapi masalah penilaian unsur-unsur
aktiva lancar per tanggal neraca. Kas harus disajikan pada nilai kursnya pada tanggal
neraca, jika kas tersebut berupa valuta asing, piutang harus disajikan pada nilai bersih
yang dapat ditagih pada tanggal neraca, sediaan harus dihitung kuantitas, ditentukan
kualitas,dan kondisinya untuk dapat disajikan pada nilai bersih yang dapat
direalisasikan pada tanggal neraca. Di lain pihak, dalam penyajian utang lancar, klien
tidak menghadapi masalah penentuan nilai utang lancar tersebut pada tanggal neraca.
Apa yang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal neraca tidak perlu ditentukan
nilainya. Klien menghadapi fakta di dalam menyajikan utang lancar.
3. Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Utang Lancar dengan Pengujian substantif
terhadap Aktiva Lancar.
Karakteristik yang berbeda antara utang lancar dengan karakteristik aktiva lancar
tersebut berpengaruh terhadap pengujian substantif terhadap kedua objek audit tersebut.
Perbedaan pengujian substantif terhadap utang lancar dengan pengujian substantif terhadap
aktiva lancar adalah sebagai berikut:

1. Pengujian substantif utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian


utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya (understatement utang
lancar), sedangkan pengujian substantif terhadap aktiva lancar ditujukan untuk
menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang
seharusnya (overstatement aktiva lancar). Dalam pengujian substantif terhadap kas,
auditor melakukan perhitungan fisik kas, dalam pengujian substantif terhadap piutang,
auditor mengirimkan konfirmasi kepada debitur dalam pengujian substantif terhadap
sediaan, auditor melakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang
dilakukan oleh klien. Berbagai prosedur audit tersebut ditujukan untuk menemukan
adanya overstatement aktiva lancar. Dilain pihak, pengujian substantif terhadap utang
lancar ditujukan untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat (unrecorded
liabilities) pada tanggal neraca. Hal ini dimaksudkan oleh auditor untuk mendeteksi
adanya kemungkinan penyajian utang lancar yang lebih rendah dari saldo yang
seharusnya (understatement utang lancar).
2. Dalam penyajian substantif terhadap aktiva lancar, auditor mengalami masalah
penentuan kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang
dicantumkan dalam neraca. Penentuan nilai aktiva lancar ini menyangkut penaksiran
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam pengujian substantif terhadap
aktiva lancar auditor memverifikasi nilai kas yang disajikan dalam neraca, menguji
kewajaran nilai piutang yang diperkirakan dapat ditagih pada tanggal neraca, dan
menguji kewajaran nilai sediaan dengan melakukan hitung uji (test count),pengujian
kompilasi (compilation test), dan pengujian harga (pricing test). Di lain pihak, dalam
pengujian substantive terhadap utang lancar, auditor menghadapi fakta, menghadapi
data historis mengenai kewajiban perusahaa yang terjadi di masa yang lalu, yang
dalam jangka pendek harus dilunasi. Oleh karena itu, pengujian substantif terhadap
utang lancar memerlukan waktu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan
pengujian substantif terhadap aktiva lancar.
Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Utang Lancar Di Neraca
Sebelum membahas pengujian substantif terhadap utang usaha, perlu diketahui lebih
dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian utang lancar di
neraca berikut ini:

1. Setiap jenis utang usaha lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya
material.
2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus
dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam
laporan keuangan.
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

B. Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha


Tujuan audit terhadap utang usaha adalah:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan


dengan utang usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
Pengujian substantif terhadap utang usaha adalah membuktikan bahwa saldo akun
Utang Usaha yang dicantumkan dalam neraca mencerminkan saldo Akun Utang Usaha yang
sesungguhnya pada tanggal neraca tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut dirancang
pengujian substantif yang digolongkan ke dalam 5 kelompok yaitu:

1. Prosedur audit awal.


2. Prosedur analitik.
3. Pengujian terhadap transaksi rinci.
4. Pengujian terhadapsaldo akun rinci.
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan.
Kelima kelompok pengujian substantif tersebut ditujukan untuk memverifikasi lima
asersi manajemen yang terkandung dalam akun Utang usaha yaitu:

1. Keberadaan dan keterjadian


2. Kelengkapan
3. Penilaian
4. Kewajiban
5. Penyajian dan pengungkapan
6. Memperoleh keyakian tentang keandalan catatan akuntansi yang bersankutan dengan
utang usaha
Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo utang usaha yang
dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinanmengenai ketelitian dan
keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi utang usaha yang di sajikan dalam
neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo utang usaha yang dicantumkan
dalam neraca dengan akun Utang Usaha dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti
kas keluar dan register cek.

Membuktikan Asersi Keberadaan Dan Kejadian Utang Usaha Yang Di Cantumkan Di


Neraca
Dalam pengujian substantif terhadap utang pada umunya, pengujian ditujukan untuk
menemukan kemungkinan adanya unrecorded liabilities. Untuk membuktikan asersi aktiva
dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor melakukan
berbagai pengujian substantif berikut ini:

1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha
4. Konfirmasi piutang usaha
5. Rekonsiliasi utang yag tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.
Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan dalam neraca.
Seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus disajikan di
neraca pada fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi
kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca. Tidak seperti halnya dengan piutang
usaha yang disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak
tertagihnya piutang usaha, utang usaha disajikan di neraca pada jumlah kewajiban klien pada
tanggal neraca. Dengan demikian tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap
saldo utang usaha pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih
ditujukan untuk mencari adanya unrecorded liabilites pada tanggal tersebut. Untuk
membuktikan bahwa utang usaha yang dicantumkan di neraca mencakup semua kewajiban
klien kepada kreditur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan
dengan utang usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan pengujian subtantif seperti
yang diatas.

Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya utang usaha mempunyai
pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha pada tanggal neraca,
sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan
utang usaha akan berdampak langsung terhadap perhitungan akun Utang Usaha dan
pembelian (purchases). Oleh karena itu salah satu pengujian subtantif untuk membuktikan
asersi kelengkapan utang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi
yang bersangkutan dengan utang usaha.

Membuktikan Asersi Kewajiban Klien Atas Utang Usaha Yang Dicantumkan Di


Neraca
Utang usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien kepada
kreditur pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan kewajiban klien yang tercermin dalam
utang usaha yang dicantumkan dineraca, auditor melakukan pengujian substansif berikut ini:

1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksiyang berkaitan dengan utang usaha


2. Konfirmasi piutang usaha
3. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.
4. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha dineraca
Mengungkapkan unsur-unsur pelaporan keuangan harusdidasarkan pada prinsip
akuntansi berterima umum. Pengujian substantif terhadap utang usaha diarahkan untuk
mencapai salah satu tujuan untuk membuktikan apakah unsur utang usaha telah disajikan dan
diungkapkan oleh klien di neraca adalah:

1. Konfirmasi utang usaha


2. Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang ditrima oleh
klien dari krediturnya
3. Perbandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima
umum yang diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.

RINGKASAN ASERSI DAN UJI HUBUNGAN TRANSAKSI, SALDO AKUN, DAN


PENGELUARAN YANG TEPAT DI CAIRKAN DAN DI PEROLEH

ASERSI KELAS TRANSAKSI UJI SUBTANTIVE TRANSAKSI


Occurance Uji sample voucher untk pesanan
pembelian dan laporan pembelian ulang
Kelengkapan Melacak sample voucher untuk pembelian
jurnal
Otorisasi Uji sampel pembelian untuk otorisasi yang
tepat
Akurasi Menghitung ketetapan dari sample yang
berhubungan
Cutoft Membandingkan tanggal sample voucher
dengan transaksi yg tercatat dalam jurnal
pembelian
Klasifikasi Klasifikasikan biaya untuk sample
transaksi pembelian

ASERSI SALDO AKUN UJI SALDO AKUN


Eksistensi Konfirmasi akun terpilih yang dapat di
bayarkan
Hak dan kewajiban Periksa kembali voucher untuk permintaan
pembelian, pembelian order, menyusun
laporan, dan melibatkan vendor
Kelengkapan Dapatkan daftar akun yang dapat di
bayarkan dan disepakati secara keseluruhan
dengan buku besar
Valuasi alokasi Tinjau hasil konfirmasi akun yang terpilih
untuk di bayarkan.

ASERSI TENTANG PENYAJIAN DAN UJI DETAIL PENGUNGKAPAN


PENGUNGKAPAN
Pristiwa dan hak kewajiban Menanyakan akun yang dapat di bayarkan
dan pengeluaran yang di salurkan untuk
memasitkan itu diungkap dengan benar
Kelengkapan Periksa daftar laopran keuangan lengkap
untuk memastikan pengeluaran yang di
bayarkan secara benar
Klasifikasi dan pemahaman Tinjau ulang akun yg dapat dibayarkan
untuk utang material, utang jangka
panjang dan utang non dagang, pastikan
di ungkap secara terpisah
Akurasi dan valuasi Membaca catatan kaki dan informasi
lainya untuk memastikan informasi
tersebut akurat.

Program Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha


Program pengujian substantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang
dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan diatas. Tahap-tahap
prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan
yang bersifat rinci.

Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:

1. Prosedur audit awal


2. Prosedur analitik
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan.

Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit untuk memperoleh keyakinan
bahwa informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan didukung dengan catatan
akuntansi. Pada tahap berikutnya, dalamprosedur analitik, auditor mengumpulkan berbagai
ratio dan perbandingan utnuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo
akun rinci diarahkan. Pada tahap-tahap akhir, auditor melaksanakan pengujian terhadap
transaksi dan saldo akun rinci, serta verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan saldo
akun dalam laporan keuangan.

1. Prosedur Audit Awal


Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di
dalam neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca,
auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang dicantumkandi neraca
dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor
memperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca didukung
dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan enam
prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi utang usaha di neraca
dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:

1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar
2. Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar
3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Aktiva tetap dan Akuntansi Depresiasiya
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang
bersangkutan
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control Utang Usaha
di buku besar
Berikut ini diuraikan lebih rinci prosedur audit awal dalam pengujian substantif
terhadap piutang usaha.

 Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha yang tercantum di
neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran
mekanisme pencatatnya,maka saldo utang usaha yang di cantumkan di neraca diusut
ke akun buku besar berikut ini:

 Utang Usaha
Akun ini digunakan untuk menampung transaksi timbulnya utang dari
transaksi pembelian berbagai golongan sediaan dan pelunasannya. Jika perusahaan
menggunakan system bukti kas keluar (voucher system) dalam pengendalian kasnya,
akun Utang Usaha ini di sebut dengan akun Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar
(vocher payable).

 Utang Wesel
Utang wesel merupakan utang yang dibuktikan dengan surat berharga (berupa
sertifikat wesel) yang dipegang oleh kreditur sehingga kreditur dapat menjualnya
kepada pihak lan. Utang ini timbul dari transaksi pembelian berbagai golongan
sediaan. Utang wesel dibagi menjadi dua golongan yaitu utang wesel berbunga dan
utang wesel tidak berbunga.

 Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar


Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun
Utang Usaha, auditor menghitung kembali saldo akun Utang Usaha dan utang Wesel
dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dan menguranginya
dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.

 Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu
Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang
menyangkut akun Utang Usaha, ia perlu memperoleh keyakinanatas kebenaran saldo
awal akun tersebut.untuk mencapai tujuan ini, auditor melakukan pengusutan saldo
awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu. Kertas kerja tahun lalu dapat
menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam
audit tahun yang lalu sehingga audit dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah
ditempuh oleh kliendalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.

 Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Aktiva tetap dan Akuntansi Depresiasinya
Ketidakberesan dalam transaksi pembelian, pelunasan utang usaha dapat
ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik dalam jurnal maupun dalam
posting dalam akun Utang Usaha
 Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang
bersangkutan
Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan
utang usaha berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pengkreditan di dalam akun
Utang Usaha di usut ke jurnal pembelian dan register bukti kas keluar dan pendebitan
ke akun tersebut di usut ke jurnal pengeluaran kas atau check register dan jurnal
umum (untuk transaksi retur pembelian).

 Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control Utang Usaha
di buku besar
Saldo akun Kontrol Utang usaha di buku besar tersebut kemudian dicocokkan
dengan jumlah saldo akun pembantu utang usaha atau ke dalam arsip buku kas keluar
yang belum dibayar untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang
bersangkutan dengan utang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.

2. Prosedur Analitik
Pada tahap pengujian substantif terhadap utang usaha, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan
bidang yang memerlukan audit lebih intensif, untuk itu auditor melakukan perhitungan
berbagai ratio berikut ini:

Ratio Formula
Tingkat perputaran utang usaha Pembelian +Rerata utang usaha
Rasio utang usaha dengan utang lancar Saldo utang usaha+Utang lancar

Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor,
misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industry, atau ratio yang dianggarkan.
Perbandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan: peristiwa atau transaksi yang
tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.

PROSEDUR ANALISIS SUBTANTIVE UNTUK AUDIT BIAYA YANG DI


BAYARKAN DAN DI SALURKAN

PROSEDUR ANALISIS SUBTANTIVE KEMUNGKINAN KESALAHAN YANG


TERDETEKSI
MEMBANDINGKAN keluar masuk di bawah atau diluar kewajiban dan
pembayaranharian yang muncul dalam pengeluaran
account yang dapat dibayarkan pada
data industry dan tahun sebelumnya.

Membandingkan saldo harian dalam di bawah atau diluar kewajiban dan


rekeningyang dapat di bayar dan dihitung pengeluaran
dengan saldotahun sebelumnya.

Membandingkan jumlah utang pada di bawah atau diluar kewajiban dan


pemasok dalam tahun saat ini yang dapat pengeluaran
di bayarkan
dan pada jumlah utang pada tahun-tahun
sebelumnya
Membandingkan pengembalian di bawah atau diluar kewajiban dan
pembelian pengeluaran
dalam tahun saat ini yang dapat di
bayarkan
dan dialokasikan sebagai persentanse
pendapatan atau biaya penjualan dan di
bandingkan dengan data tahun
sebelumnya
dan data perusahaan

3. Pengujian terhadap transaksi rinci


Karena hampir semua saldo utang lancar, seperti utang usahadan utang wesel,
didukung dengan dokumen yang berasal dari pihak luar, maka keberadaan saldo akun utang
dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut dibuktikan oleh auditor dengan
melakukan pemeriksaan terhadapdokumen pendukung transaksi tersebut. Dalam
memverifikasi saldo utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun
tersebut, auditor memeriksaarsip bukti kas keluar yang belum dibayar (open voucher file)
beserta dokumen pendukungnya seperti surat order pembelian, laporan penerimaan barang,
dan faktur dari pemasok. Dalam memverifikasi utang wesel, meskipun sertifikat wesel berada
di tangan kreditur, namun biasanya klienmemiliki copy sertifikat wesel tersebut. Dengan
demikian, verifikasi keberadaan utang wesel dilakukan oleh auditor dengan
memeriksa copy sertifikat wesel yang disimpan oleh klien. Dalam memverifikasi keberadaan
utang bank, auditor meminta surat perjanjian penarikan kredit dari bank untuk membuktikan
eksistensi utang tersebut serta untuk memperoleh informasi mengenai syarat-syarat kredit dan
jumlah pokok pinjaman, serta tarif bunga.
Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi yang
dikredit dan didebitkan ke dalam akun pelunasan utang ini :

1. Transaksi pembelian kredit


2. Transaksi retur pembelian
3. Transaksi pembayaran kas untuk pelunasan utang usaha.
Disamping itu, keandalan saldo usaha ditentukanpula oleh ketepatan pisah batas yang
digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut diatas. oleh karena itu, auditor
melakukan pengujian substansif terhadap transaksi rinci yang mengkredit dan mendebit akun
Utang Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
berkaitan dengan akun tersebut.

 Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha Ke Dokumen yang
Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut
Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha.
Pengujian dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini :

1. Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.


2. Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan.
3. Periksa Pengkreditan Akun Utang Usaha Ke Dokumen Pendukung : bukti kas
keluar (voucher), laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian

Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah kredit akun


kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini :

1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya :
laporan penerimaan barang, faktur pembelian dari pemasok, dan surat order
pembelian.
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar.
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan dokumen
pendukungnya.
4. Memeriksa kebenaran data yang di posting ke dalam akun kreditur berdasarkan
bukti kas keluar.
5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit yang disampel telah
dicatat di sebelah debit akun kreditur.
6. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian dan retur pembelian

Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien menggunakan


pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi pembelian dan retur pembelian
yang termasuk dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun sebelumnya. Jika klien
tidak menggunakan tanggal pisah batas yang konsisten, akibatnya adalah transaksi pembelian
yang seharusnya diakui sebagai unsur penentuan kas barang yang dijual (cost of goods sold)
tahun berikutnya, dicatat oleh klien sebagai unsur kos barang yang dijual tahun yang diaudit.
Di lain pihak, transaksi pembelian tahun yang diaudit dapat diakui oleh klien sebagai unsur
kos barang yang dijual tahun berikutnya. Dengan demikian jika klien tidak konsisten dalam
menggunakan tanggal pisah batas, perhitungan rugi laba tahun yang diaudit akan terpengaruh
langsung. Oleh karena itu, auditor melakukan pemeriksaan terhadap transaksi pembelian dan
retur pembelian, serta transaksi pengeluaran kas untuk pembayaran utang usaha yang terjadi
dalam beberapa minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca, untuk menentukan perlakuan
yang tepat terhadap pengakuan kas barang yang dijual dan pencatatan transaksi pengurangan
utang usaha.

 Periksa Dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca
Untuk membuktikan bahwa klien menggunakan pisah batas yang konsisten
terhadap transaksi pembelian, auditor memeriksa bukti kas keluar dan dokumen
pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien dalam periode sebelum dan sesudah
tanggal neraca. Dengan membandingkan tanggal bukti kas keluar, faktur pembelian
dari kreditur, tanggal laporan penerimaan barang, dan syarat pembelian yang
digunakan, auditor dapat membuktikan apakah transaksi pembelian dan timbulnya
utang yang terjadi dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca, telah dicatat
dalam periode akuntansi yang seharusnya.

 Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca
Untuk membuktikan ketetapan pisah batas dalam transaksi berkurangnya
utang usaha karena pembayaran kas kepada kreditur, auditor memeriksa dokumen
bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas dari kreditur yang dipakai sebagai basis
pencatatan di dalam kartu utang. Dari pemeriksaan ini, auditor dapat membuktikan
ketetapan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam mencatat pengurangan utang
usaha dari pembayaran kas kepada kreditur.

 Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas


Untuk membuktikan ketetapan pisah batas transaksi pengeluaran kas, auditor
melakukan observasi terhadap semua cek yang dibayarkan pada hari terakhir tahun
yang diaudit untuk membuktikan ketetapan pencatatan pengeluaran kas dalam periode
akuntansi yang seharusnya.

 Periksa Adanya Utang Usaha yang tidak Dicatat


Sebagaimana telah diuraikan dalam karakteristik utang usaha, klien memiliki
kecenderungan untuk melakukan understatement utang usaha dengan cara tidak
mencatat kewajiban klien pada tanggal neraca. Oleh karena itu, focus auditor dalam
pengujian subtantif terhadap utang usaha adalah menemukan adanya unrecorded
transaction yang berkaitan dengan utang usaha.

     Utang yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat dari
berbagai keadaan berikut ini :

1. Adanya dokumen-dokumen (misalnya surat order pembelian, laporan penerimaan


barang, dan faktur pembelian dari pemasok) yang belum diproses untuk pembayaran
pada tanggal neraca, dan baru dibuatkan bukti kas keluar setelah tanggal neraca.
2. Adanya barang-barang yang diterima sebelum tanggal neraca, namun faktur dari
pemasok baru dan diterima setelah tanggal neraca.
3. Klien menggunakan basis tunai (cash basis) dalam melaksanakan system bukti khas
keluarnya (voucher system)
4. adnya jasa yang telah dinikmati oleh klien sebelum tanggal neraca, namun penjual
jasa baru menagih harga kas tersebut setelah tanggal neraca (misalnyabiaya iklan
bulan Oktober sampai bulan Desember, baru ditagih oleh perusahaan surat kabar
bulan Januari tahun berikutnya).
Prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal
neraca:

1. Periksa bukti bukti yang mendukung transkasi pengeluaran kas yang dicatat setelah
tangga neraca. Seperti telah dikemukakan di atas, pemeriksaan dokumen yang
mendukung pembayaran utang lancar setelah tanggal neraca merupakan salah satu
prosedur audit untuk membuktikan eksentensi utang lancar pada tanggal neraca.
Disamping itu, prosedur audit ini dapat pula digunakan untuk menemukan adanya
utang yang belum dicatat pada tanggal neraca. Jika perusahaan menggunakan
ledgerless bookkeeping, periksa arsip bukti kas keluaran yang telah dibayar ( paid
voucher file) dan pilihlah bukti kas keluar yang dibayar setelah tanggal neraca.
Periksa bukti pendukungnya mengenai kemungkinan adanya uang yang belum dicatat
pada tanggal neraca. Sebagai contoh, dari pemeriksaan terhadap bukti kas keluar yang
dibayar setelah tanggal neraca dan laporan penerimaan barang yang melampiri bukti
kas keluar tersebut dapat diketahui bahwa barang telah diterima oleh klien sebelum
tanggal neraca, sehingga pembayaran tersebut merupakan pembayaran utang yang ada
pada tanggal neraca. Karena bukti kas keluar tersebut baru dibuat setelah tanggal
neraca, maka utang tersebut seharusnya merupakan kewajiban klien yang pada
tanggal neraca belum dicatat.
2. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca. Untuk menemukan
adanya utang yang belum dicatat pada tanggal neraca,auditor dapat memeriksa bukti
kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.dengan memeriksa dokumen yang
mendukung bukti kas keluar tersebut, auditor dapat menemukan adanya unrecorded
liabiliti.
3. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk. Jika klien menjual barang titipan
milik perusahaan lain, pemeriksaan catatan sediaan barang konsinyasi akan dapat
menunjukkan berapa jumlah barang konsinyasi yang telah dijual, namun oleh klien
belum dikirimkan hasil penjualannya kepada perusahaan yang menitipkan barang
tersebut. Jumlah tersebut merupakan utang klien kepada perusahaan penitip barang.
4. Pelajari aturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien. Kemungkinan klien
mempunyai kewajiban pajak yang belum diakui di dalam catatan akuntansinya pada
tanggal neraca. Untuk menemukan hal itu, auditor harus memahami peraturan
perpajakan yang menimbulkan kewajiban pajak bagi klien.
5. Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budget), perintah kerja (work
order), dan kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum
dicatat. Dengan me-review berbagai dokumen tersebut, auditor akan dapat
menemukan kewajiban sehubungan dengan pembelian aktiva tetap, pemerintah kerja,
dan kontrak pembangunan, yang telah menjadi kewajiban klien pada tanggal neraca,
namun belum dicatat dan disajikan oleh klien.

Jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal belum dicatat dan
tidak disajikan di neraca, ada dua jalan yag dapat ditempuh oleh auditor, yaitu: (1)
mengusulkan adjusment kepada kelien untuk mencatat uang tersebut, (2) tidak
mengusulkan adjustment kepada kelien, dan membiarkan uang tersebut tetap tidak
tercatat. Kriteria yang umumnya dipakai oleh auditor untuk memutuskan apakah akan
mengusulkan adjusment mengenai utang yang belum dicatat tersebut adalah:

1. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut, penentuan laba-rugi di dalam tahun
yang diaudit akan terpengaruh secara material? Jika jawabannya “ya”, maka auditor
harus mengusulkan kepada kelien untuk mencatat utang yang belum dicatat tersebut.
2. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut akan mempengaruhi jumlah modal
kerja secara material? Jika jawabannya “ya” maka auditor harus mengusulkan jurnal
adjusment untuk mencatat utang tersebut.

Contoh

Berikut ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai bagaimana auditor
memperlakukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.

Suatu perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp. 10 miliar, dan laba menurut perhitungan
perusahaan sebesar Rp 500 juta.
Kasus 1

Auditor menemukan sebuah faktur sebesar Rp 7.000.000, bertanggal 30 Desember 20X2,


dengan syara pembelian FOB shipping point. Barang telah dikirim oleh pemasok pada
tanggal 30 Desember 20X2, tetapi baru diteima ole klien tanggal 4 Januari 20X3 dan dicatat
oleh klien sebagai pembelian pada tanggal 4 Januari 20X3.
Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca seperti kasus 1
tersebut, auditor tidak akan mengusulkan adanya jurnal adjusment untuk mencatat utang
tersebut, Karena jika utang tersebut diusulkan untuk di adjust, maka jurnal adjusment-nya
adalah sebagai berikut:

     Pembelian                  Rp 7.000.000


     Utang usaha                Rp 7.000.000
     Jurnal ini tidak akan mempengaruhi modal kerja bersih dan tidak mempengaruhi laba
bersih tahun 20X2.

C. JASA BERNILAI TAMBAH


Standar audit yang belaku umum tidak mensyaratkan bahwa auditor harus melakukan
jasa bernilai tambah. Meskipun demikian apabila ada auditor telah menyelesaikan suatu
audit,maka mereka biasanya sangat mengetahui tentang bisnis dan praktik bisnis klien,hasil
operasi dan arus kasnya,serta pengendalian internal perusahaan. Jasa penting yang ditawarkan
akuntan public adalah membantu klien mengantisipasi jenis peluang dan membantunya
mengembangkan visi bagaimana membuat jenis kas positif menjadi arus nyata.

Akuntan publik dapat membantu klien dengan :

1.   menyarankan ukuran produktivitas karyawan yang tepat atau dengan


2. mengidentifikasikan langkah-langkah yang dapat diambil klien untuk meningkatkan
produktivitas karyawan.

BAB III
KESIMPULAN

Utang lancar memiliki karateristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar,
yang berdampak terhadap pengujian subtantif terhadap utang lancar. Dalam menyajikan
aktiva lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi
dari jumlah yang senyata nya. Di lain pihak, dalam menyajikan utang lancar, klien
berkecendrungan umum untuk menyajikan utang tersebut lebih rendahdari jumlah yang
senyatanya. Kecendrungan ini di dorong oleh keinginan untuk menyajikan gambaran modal
kerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu, pegujian subtantif terhadap utang lancardi
tujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendahdari jumlah yang
seharusnya (understatment Utang Lancar).

Pengujian subtantif terhadap utang usaha di tujukan untuk memperoleh keyakinana


tentang keandalan catatan akuntansi bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan
keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan deangan utang usaha yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan
akuntansi serta membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.

DAFTAR PUSTAKA
 
https://restualpiansah.wordpress.com/2016/02/10/audit-terhadap-siklus-pengeluaran-
pengujian-substantif-terhadap-saldo-utang-usaha/
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/indahrahmawati/bab-16-audit-
terhadap-siklus-pengeluaran-pengujian-substantif-terhadap-saldo-utang-
usaha_56f4b7f7cd927347056cbfab
http://mimiakuntansi.blogspot.com/2013/12/audit-siklus-pengeluaran.html

https://www.kompasiana.com/indahrahmawati/56f4b7f7cd927347056cbfab/bab-16-audit-
terhadap-siklus-pengeluaran-pengujian-substantif-terhadap-saldo-utang-usaha

Anda mungkin juga menyukai