AUDIT II
Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hutang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan
merupakan factor yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek perusahaan.
Hutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya
sangat rentan terhadap salah saji. Audit atas hutang lebih ditekankan pada asersi kelengkapan
karena jika manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang maka ia cenderung
menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih
menguntungkan.
Pengujian substantif atas utang usaha ditujukan untuk memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan
keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan
akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca, membuktikan
kewajiban klien yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan
pengungkapan utang usaha di neraca. Untuk mencapai tujuan audit tersebut auditor seharus
dapat menempuh berbagai prosedur audit.
RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan Tentang Substantif Atas Saldo Hutang Usaha!
2. Menjelaskan Tentang Jasa Bernilai Tambah!
TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Tentang Substantif Atas Saldo Hutang Usaha!
2. Untuk Mengetahui Tentang Jasa Bernilai Tambah!
BAB II
PEMBAHASAN
Utang usaha merupakan bagian terbesar utang lancar perusahaan, oleh karena itu
pengujian substansif dalam materi ini difokuskan terhadap utang usaha.
1. Setiap jenis utang usaha lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya
material.
2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus
dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam
laporan keuangan.
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha
4. Konfirmasi piutang usaha
5. Rekonsiliasi utang yag tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.
Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan dalam neraca.
Seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus disajikan di
neraca pada fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi
kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca. Tidak seperti halnya dengan piutang
usaha yang disajikan di neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak
tertagihnya piutang usaha, utang usaha disajikan di neraca pada jumlah kewajiban klien pada
tanggal neraca. Dengan demikian tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap
saldo utang usaha pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih
ditujukan untuk mencari adanya unrecorded liabilites pada tanggal tersebut. Untuk
membuktikan bahwa utang usaha yang dicantumkan di neraca mencakup semua kewajiban
klien kepada kreditur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan
dengan utang usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan pengujian subtantif seperti
yang diatas.
Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya utang usaha mempunyai
pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha pada tanggal neraca,
sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan
utang usaha akan berdampak langsung terhadap perhitungan akun Utang Usaha dan
pembelian (purchases). Oleh karena itu salah satu pengujian subtantif untuk membuktikan
asersi kelengkapan utang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi
yang bersangkutan dengan utang usaha.
Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit untuk memperoleh keyakinan
bahwa informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan didukung dengan catatan
akuntansi. Pada tahap berikutnya, dalamprosedur analitik, auditor mengumpulkan berbagai
ratio dan perbandingan utnuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo
akun rinci diarahkan. Pada tahap-tahap akhir, auditor melaksanakan pengujian terhadap
transaksi dan saldo akun rinci, serta verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan saldo
akun dalam laporan keuangan.
1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar
2. Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar
3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Aktiva tetap dan Akuntansi Depresiasiya
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang
bersangkutan
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control Utang Usaha
di buku besar
Berikut ini diuraikan lebih rinci prosedur audit awal dalam pengujian substantif
terhadap piutang usaha.
Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha yang tercantum di
neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran
mekanisme pencatatnya,maka saldo utang usaha yang di cantumkan di neraca diusut
ke akun buku besar berikut ini:
Utang Usaha
Akun ini digunakan untuk menampung transaksi timbulnya utang dari
transaksi pembelian berbagai golongan sediaan dan pelunasannya. Jika perusahaan
menggunakan system bukti kas keluar (voucher system) dalam pengendalian kasnya,
akun Utang Usaha ini di sebut dengan akun Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar
(vocher payable).
Utang Wesel
Utang wesel merupakan utang yang dibuktikan dengan surat berharga (berupa
sertifikat wesel) yang dipegang oleh kreditur sehingga kreditur dapat menjualnya
kepada pihak lan. Utang ini timbul dari transaksi pembelian berbagai golongan
sediaan. Utang wesel dibagi menjadi dua golongan yaitu utang wesel berbunga dan
utang wesel tidak berbunga.
Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu
Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang
menyangkut akun Utang Usaha, ia perlu memperoleh keyakinanatas kebenaran saldo
awal akun tersebut.untuk mencapai tujuan ini, auditor melakukan pengusutan saldo
awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu. Kertas kerja tahun lalu dapat
menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam
audit tahun yang lalu sehingga audit dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah
ditempuh oleh kliendalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.
Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Aktiva tetap dan Akuntansi Depresiasinya
Ketidakberesan dalam transaksi pembelian, pelunasan utang usaha dapat
ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik dalam jurnal maupun dalam
posting dalam akun Utang Usaha
Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang
bersangkutan
Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan
utang usaha berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pengkreditan di dalam akun
Utang Usaha di usut ke jurnal pembelian dan register bukti kas keluar dan pendebitan
ke akun tersebut di usut ke jurnal pengeluaran kas atau check register dan jurnal
umum (untuk transaksi retur pembelian).
Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control Utang Usaha
di buku besar
Saldo akun Kontrol Utang usaha di buku besar tersebut kemudian dicocokkan
dengan jumlah saldo akun pembantu utang usaha atau ke dalam arsip buku kas keluar
yang belum dibayar untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang
bersangkutan dengan utang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.
2. Prosedur Analitik
Pada tahap pengujian substantif terhadap utang usaha, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan
bidang yang memerlukan audit lebih intensif, untuk itu auditor melakukan perhitungan
berbagai ratio berikut ini:
Ratio Formula
Tingkat perputaran utang usaha Pembelian +Rerata utang usaha
Rasio utang usaha dengan utang lancar Saldo utang usaha+Utang lancar
Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor,
misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industry, atau ratio yang dianggarkan.
Perbandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan: peristiwa atau transaksi yang
tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha Ke Dokumen yang
Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut
Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha.
Pengujian dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini :
1. Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya :
laporan penerimaan barang, faktur pembelian dari pemasok, dan surat order
pembelian.
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar.
3. Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kas keluar dan dokumen
pendukungnya.
4. Memeriksa kebenaran data yang di posting ke dalam akun kreditur berdasarkan
bukti kas keluar.
5. Memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit yang disampel telah
dicatat di sebelah debit akun kreditur.
6. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian dan retur pembelian
Periksa Dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca
Untuk membuktikan bahwa klien menggunakan pisah batas yang konsisten
terhadap transaksi pembelian, auditor memeriksa bukti kas keluar dan dokumen
pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien dalam periode sebelum dan sesudah
tanggal neraca. Dengan membandingkan tanggal bukti kas keluar, faktur pembelian
dari kreditur, tanggal laporan penerimaan barang, dan syarat pembelian yang
digunakan, auditor dapat membuktikan apakah transaksi pembelian dan timbulnya
utang yang terjadi dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca, telah dicatat
dalam periode akuntansi yang seharusnya.
Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca
Untuk membuktikan ketetapan pisah batas dalam transaksi berkurangnya
utang usaha karena pembayaran kas kepada kreditur, auditor memeriksa dokumen
bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas dari kreditur yang dipakai sebagai basis
pencatatan di dalam kartu utang. Dari pemeriksaan ini, auditor dapat membuktikan
ketetapan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam mencatat pengurangan utang
usaha dari pembayaran kas kepada kreditur.
Utang yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat dari
berbagai keadaan berikut ini :
1. Periksa bukti bukti yang mendukung transkasi pengeluaran kas yang dicatat setelah
tangga neraca. Seperti telah dikemukakan di atas, pemeriksaan dokumen yang
mendukung pembayaran utang lancar setelah tanggal neraca merupakan salah satu
prosedur audit untuk membuktikan eksentensi utang lancar pada tanggal neraca.
Disamping itu, prosedur audit ini dapat pula digunakan untuk menemukan adanya
utang yang belum dicatat pada tanggal neraca. Jika perusahaan menggunakan
ledgerless bookkeeping, periksa arsip bukti kas keluaran yang telah dibayar ( paid
voucher file) dan pilihlah bukti kas keluar yang dibayar setelah tanggal neraca.
Periksa bukti pendukungnya mengenai kemungkinan adanya uang yang belum dicatat
pada tanggal neraca. Sebagai contoh, dari pemeriksaan terhadap bukti kas keluar yang
dibayar setelah tanggal neraca dan laporan penerimaan barang yang melampiri bukti
kas keluar tersebut dapat diketahui bahwa barang telah diterima oleh klien sebelum
tanggal neraca, sehingga pembayaran tersebut merupakan pembayaran utang yang ada
pada tanggal neraca. Karena bukti kas keluar tersebut baru dibuat setelah tanggal
neraca, maka utang tersebut seharusnya merupakan kewajiban klien yang pada
tanggal neraca belum dicatat.
2. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca. Untuk menemukan
adanya utang yang belum dicatat pada tanggal neraca,auditor dapat memeriksa bukti
kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.dengan memeriksa dokumen yang
mendukung bukti kas keluar tersebut, auditor dapat menemukan adanya unrecorded
liabiliti.
3. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk. Jika klien menjual barang titipan
milik perusahaan lain, pemeriksaan catatan sediaan barang konsinyasi akan dapat
menunjukkan berapa jumlah barang konsinyasi yang telah dijual, namun oleh klien
belum dikirimkan hasil penjualannya kepada perusahaan yang menitipkan barang
tersebut. Jumlah tersebut merupakan utang klien kepada perusahaan penitip barang.
4. Pelajari aturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien. Kemungkinan klien
mempunyai kewajiban pajak yang belum diakui di dalam catatan akuntansinya pada
tanggal neraca. Untuk menemukan hal itu, auditor harus memahami peraturan
perpajakan yang menimbulkan kewajiban pajak bagi klien.
5. Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budget), perintah kerja (work
order), dan kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum
dicatat. Dengan me-review berbagai dokumen tersebut, auditor akan dapat
menemukan kewajiban sehubungan dengan pembelian aktiva tetap, pemerintah kerja,
dan kontrak pembangunan, yang telah menjadi kewajiban klien pada tanggal neraca,
namun belum dicatat dan disajikan oleh klien.
Jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal belum dicatat dan
tidak disajikan di neraca, ada dua jalan yag dapat ditempuh oleh auditor, yaitu: (1)
mengusulkan adjusment kepada kelien untuk mencatat uang tersebut, (2) tidak
mengusulkan adjustment kepada kelien, dan membiarkan uang tersebut tetap tidak
tercatat. Kriteria yang umumnya dipakai oleh auditor untuk memutuskan apakah akan
mengusulkan adjusment mengenai utang yang belum dicatat tersebut adalah:
1. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut, penentuan laba-rugi di dalam tahun
yang diaudit akan terpengaruh secara material? Jika jawabannya “ya”, maka auditor
harus mengusulkan kepada kelien untuk mencatat utang yang belum dicatat tersebut.
2. Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut akan mempengaruhi jumlah modal
kerja secara material? Jika jawabannya “ya” maka auditor harus mengusulkan jurnal
adjusment untuk mencatat utang tersebut.
Contoh
Berikut ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai bagaimana auditor
memperlakukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca.
Suatu perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp. 10 miliar, dan laba menurut perhitungan
perusahaan sebesar Rp 500 juta.
Kasus 1
BAB III
KESIMPULAN
Utang lancar memiliki karateristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar,
yang berdampak terhadap pengujian subtantif terhadap utang lancar. Dalam menyajikan
aktiva lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi
dari jumlah yang senyata nya. Di lain pihak, dalam menyajikan utang lancar, klien
berkecendrungan umum untuk menyajikan utang tersebut lebih rendahdari jumlah yang
senyatanya. Kecendrungan ini di dorong oleh keinginan untuk menyajikan gambaran modal
kerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu, pegujian subtantif terhadap utang lancardi
tujukan untuk menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendahdari jumlah yang
seharusnya (understatment Utang Lancar).
DAFTAR PUSTAKA
https://restualpiansah.wordpress.com/2016/02/10/audit-terhadap-siklus-pengeluaran-
pengujian-substantif-terhadap-saldo-utang-usaha/
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/indahrahmawati/bab-16-audit-
terhadap-siklus-pengeluaran-pengujian-substantif-terhadap-saldo-utang-
usaha_56f4b7f7cd927347056cbfab
http://mimiakuntansi.blogspot.com/2013/12/audit-siklus-pengeluaran.html
https://www.kompasiana.com/indahrahmawati/56f4b7f7cd927347056cbfab/bab-16-audit-
terhadap-siklus-pengeluaran-pengujian-substantif-terhadap-saldo-utang-usaha