TENTANG
AUDIT PIUTANG USAHA DAN PIUTANG LAINNYA
OLEH
KELOMPOK IV
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan ke hadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Audit
Piutang Usaha dan Piutang Lainnya” ini dalam bentuk isinya yang sederhana.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan II. Selain itu,
penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, sehingga penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca. Dan
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa
secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha
normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus
dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang
berbeda. Piutang dinyatakan sejumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat
ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk
piutang yang tidak dapat ditagih. Disamping itu piutang juga mempunyai tujuan dan prosedur
pemeriksaan yang dilakukan secara tersendiri.
Oleh karena itu, penulis menulis makalah yang berjudul “Pemeriksaan Piutang“. Semoga
makalah ini berguna bagi para pembaca dan terutama bagi penulis.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan hal-hal yang ada dalam rumusan
masalah di atas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari Piutang
Piutang dihasilkan melalui berbagai macam transaksi, dua hal yang paling umum yaitu
penjualan barang dagang atau jasa dengan kredit dan meminjamkan uang. Pada tingkat pribadi
kita mengenal kredit, karena kredit adalah siap tersedia dimana kita tidak harus membayar secara
tunai.
“Receivable are also financial assets-they are also a financial instrument. Receivable
(often referred to as loans and receivables) are claims held against customers, and others for
money, goods, or services.”
Penjelasan di atas, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
“Piutang juga aset keuangan yang merupakan instrumen keuangan. Piutang (sering disebut
sebagai pinjaman dan piutang) adalah klaim terhadap pelanggan, dan lain-lain untuk uang,
barang, atau jasa.
“Aset lancar mencakup aset (seperti piutang) yang dijual, dikonsumsi atau direalisasikan
sebagai bagian siklus operasi normal meskipun aset tersebut tidak diharapkan untuk
direalisasikan dalam jangka waktu 12 buan setelah periode pelaporan.”
menyebutkan bahwa :
“Piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang
atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha.”
Menurut Smith (2005:286), piutang dapat difenisikan dalam arti luas sebagai hak atau
klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini
umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas.
Dengan adanya hak klaim ini, perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau
penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak siapa dia berhutang.
“Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan
jasa dalam rangkakegiatan usaha normal perusahaan.”
KlasifikasiPiutang
Piutang terdiri dari piutang yang bersifat lancar atau jangka pendek, dan piutang tidak
lancar atau jangka panjang.
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008) piutang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Dimana:
AR = Audit Risk
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk
Model Risiko Audit ini bisa diterapkan dengan 3 langkah berikut ini:
Pertama, Kantor Akuntan Publik (KAP) biasanya sudah mematok besaran angka persentase
Audit Risk (AR) yang bisa diterima (biasanya tak boleh lebih dari 10%).
Kedua, menentukan IR dan CR. Inherent risk (IR) diukur dengan mempertimbangkan factor
eksternal dan internal seperti yang sudah saya jelaskan di atas.Sedangkan CR diukur dengan
menilai desain dan implementasi sistim pengendalian internal yang dimiliki oleh audite seperti
yang sudah saya jelaskan di atas.
Ketiga, menentukan DR dengan menggunakan persamaan di atas, menjadi:
DR = AR/(IR x CR)
Besaran DR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang
prosedur audit, substantive test dan rencana audit secara keseluruhan.
2.5 Tujuan Pemeriksaan Piutang Usaha
Menurut Sukrisno Agoes (2004:173) tujuan pemeriksaan perkiraan piutang usaha yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas
piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
Jika akuntan publik (auditor) dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas
piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas berjalan efektif naka luasnya
pemeriksaan dan melakukan substantive test bisa dipersempit.
Beberapa ciri internal control yang baik atas atas piutang dan transaksi penjualan,
piutang dan penerimaan kas adalah:
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan, mengirimkan
barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur
penjualan dan melakukan pencatatan.
b. Digunakannya formulir formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered), misalnya sales
order (pesanan penjualan), sales invoice (faktur penjalan), delivery order (surat pengiriman
barang), credit memo, official receopt (kuitansi).
c. Digunakannya price list (daftar harga jual) dan setiap penyimpangan dari price list atau setiap
discount yang diberikan kepada pelanggan harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.
d. Diadakannya sub buju besar piutang atau kartu piutang (accounts receivable subledger card)
untuk masing-masing pelanggan yang selalu diupdate (dimutakhirkan).
e. Setiap akhkr bulan dibuat aging schedule piutang (analisis umur piutang)
f. Setiap akhir bulan jumlah saldo piutang dari masing-masing pelanggan dibandingkan
(direconcile) dengan jumlah saldo piutang menurut buku besar.
g. Setiap akhir bulan dikirim montly statement of account kepada masing-masing pelanggan.
h. Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah
sutuhnya(intact) paling lambat keesokan harinya.
i. Mutasi kredit diperkirakan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari retur
penjualan dan penghapusan piutang harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
j. Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan perusahaan
afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, didukung bukti bukti yang
lengkap dan dijelaskan apakah dikenakan bunga atau tidak.
2. Untuk memeriksa apakah transaksi yang menyangkut penjualan, piutang dan penerimaan
kas.
a. Semua sudah dicatat secara akurat (complete neesda accuracy)
b. Semuanya merupakan transaksi yang benar-benar terjadi, tidak ada yang fiktif
(accurance/existence),
c. Semua sudah dicatat pada periode yang tepat (cut-off)
3. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari pada piutang.
Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku, dalam arti diakui oleh yang
mempunyai utang.
Authenticity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh bukti-bukti yang otentik
seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti
bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan, dan faktur penjualan.
4. Untuk memeriksa collectubility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya
perkiraan allowance for bad debts(penyisihan piutang tak tertagih).
Collectibility maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya piutang. Piutang harus
disajikan di laporan posisi keuangan (neraca) sebesar jumlah yang diperkirakan bisa di tagih.
5. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal
jatuh temponya, maka pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) harus diungkapkan adanya
contingent liability yang berasal dari pendiskontoan wesel tagih tersebut.
6. Untuk mengetahui apakah piutang yang tercantum dalam mata uang asing sudah
dikonversi ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs rupiah BI pada tanggal neraca.
7. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan/ SAK ETAP.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan Audit Piutang untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian
intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
dan penerimaan kas . Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke
otentikan) dari pada piutang. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan
tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts
(penyisihan piutang tak tertagih). Untuk mengetahui apakah ada kewajiban
bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih
(notes receivable). Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi
Keuangan.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan kelompok penyusun memberikan saran bahwa
perlu adanya riset atau pembahasan lebih lanjut terkait praktek terbaik mutakhir
pada pemeriksaan piutang usaha dan piutang lainnya yang saat ini digunakan oleh
auditor terutama auditor KAP Big Four.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, 2012, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik, Edisi ke-4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1
Januari 2015. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Jakarta
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik,
Per 1 Maret 2011. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Sumber Referensi: Mulyadi. 2014. Auditing Edisi 6, Buku 2. Jakarta:
Salemba Empat