Anda di halaman 1dari 45

MODUL PERKULIAHAN

AUDIT ASSURANCE

PENERAPAN PROSEDUR AUDIT DAN PENYELESAIAN AUDIT

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Sekolah Pasca Akuntansi S2 Tim Dosen
Sarjana 10-11

Abstract Kompetensi
Pada bab ini akan menjelaskan Setelah mengikuti perkuliahan ini
penerapan prosedur audit dan diharapkan mahasiswa menerapkan
penyelesaian audit prosedur audit
1.1 PENERAPAN PROSEDUR AUDIT
1.1.1 KAS
Pengertian Kas Dan Setara Kas
Menurut PSAK No.2 (2009), Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro
(demand deposits), sedangkan setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya
sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah
yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan. Kas
merupakan harta lancar entitas atau perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan. karena menyangkut dengan penerimaan dan pengeluaran kas maka perlu
pengendalian internal (internal control) yang baik atas kas dan bank.
Tujuan Audit Atas Kas Dan Setara Kas
Menurut Sukrisno Agoes (2009), audit atas kas dan setara kas dilakukan untuk meyakinkan
bahwa:
1. Posisi kas dan setara kas pada tanggal neraca benar-benar ada dan merupakan milik
perusahaan (existence and ownership).
2. Semua transaksi kas dan setara kas telah dicatat dengan lengkap dan merupakan
transaksi yang sah (completeness)
3. Kas di bank seperti yang dinyatakan dalam rekonsiliasi telah dijumlahkan dengan
benar dan sesuai dengan buku besar (mathematical accuracy)
4. Kas di bank seperti dinyatakan dalam rekonsiliasi adalah absah dan benar (validity
and valuation)
5. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dicatat dalam periode yang tepat (cut-off).
6. Kas dan setara kas telah diungkapkan dengan benar (disclosure).
Prosedur Audit Kas
1. Siapkan skedul utama dari kas dan setara kas
2. Lakukan perhitungan kas (cash count) secara mendadak dan serentak untuk semua
jenis kas yang ada di perusahaan serta dibuatkan berita acara pemeriksaan.
3. Yakinkan bahwa buku kas telah ditutup per tanggal pemeriksaan dan semua bukti
pengeluaran dan penerimaan telah dibukukan.
4. Bandingkan saldo kas menurut perhitungan kas dengan saldo buku kas.
5. Apabila perhitungan kas dilakukan sesudah tanggal neraca, lakukan prosedur
penarikan mundur (trace back) ke tanggal neraca dan bila dilakukan sebelum tanggal
neraca lakukan penarikan maju (trace forward) ke tanggal neraca.
6. Bandingkan saldo buku besar dengan saldo perhitungan kas setelah prosedur
penarikan per tanggal neraca.
7. Periksa penjumlahan (footing/cross footing) lembaran-lembaran buku kas, perhatikan
pemindahan saldo pada lembaran tersebut ke lembaran berikutnya.
8. Jika kas kecil menggunakan sistem dana tetap (Imprest fund), teliti apakah sudah ada
petanggungjawaban dari dana tetap sebelum diadakan pengisian kembali.
9. Pastikan bila ada kas yang dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam kurs
yang benar per tanggal neraca.
10. Buat daftar koreksi yang diperlukan
11. Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan kas yang perlu diketahui oleh para
partner serta saran perbaikan kepada pihak manajemen yang juga merupakan salah
satu penilaian terhadap mutu audit.
Prosedur Audit Bank
1. Lakukan prosedur konfirmasi untuk semua akun bank, baik yang masih aktif maupun
yang sudah tidak aktif.
2. Minta dari klien hasil rekonsiliasi bank dan periksa kebenaran rekonsiliasi tersebut
(meliputi pencocokan saldo R/K dengan saldo buku besar bank, pemeriksaan cek/giro
yang masih beredar (outstanding check) dan setoran dalam perjalanan (deposit in
transit).
3. Yakinkan bahwa saldo bank dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam
kurs yang benar per tanggal neraca.
4. Yakinkan bahwa setiap pembukuan dan penutupan rekening bank mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang. Mintalan informasi mengapa perlu dibuka
rekening baru maupun alas an dari penutupan rekening.
5. Yakinkan bahwa tidak ada lapping/window dressing dengan memeriksa bukti-bukti
penerimaan dan pengeluaran akhir tanggal neraca.
6. Untuk rekening yang sudah tidak aktif, mintalah penjelasan dari klien dan sarankan
untuk ditutup saja
7. Yakinkan bahwa semua rekening di bank atas nama perusahaan, bukan perorangan.
8. Perhatikan apakah ada kelebihan saldo di bank yang tidak digunakan dalam waktu
singkat dan sarankan untuk didepositokan untuk mendapat tingkat bunga yang lebih
tinggi.
9. Periksa pendebitan dan pengkeditan yang ada dalam jurnal dan dibukukan kedalam
buku besar.
10. Catat hal-hal yang perlu diberikan saran kepada manajemen dalam surat manajemen
(Management Letter).
11. Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan bank yang perlu diketahui oleh
partner.
Prosedur Audit Investasi Jangka Pendek
1. Siapkan skedul utama investasi jangka pendek
2. Lakukan konfirmasi atas investasi yang dipegang oleh pihak lain, apabila digunakan
sebagai jaminan oleh pihak bank atau dikuasai oleh pihak broker/pialang.
3. Mintalah catatan kurs harga pasar pada tanggal neraca untuk saham dan bandingkan
dengan harga belinya.
4. Periksa transaksi mutasi penambahan dan pengurangan dengan melihat bukti
pembelian dan penjualan serta apakah telah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
5. Lakukan verifikasi atas dividen tunai/saham dan penerimaan bunga deposito.
6. Lakukan pengecekan pencatatan investasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan
standar akuntansi berlaku umum.
7. Perhatikan klasifikasi dari setara kas bahwa investasi tersebut segera akan jatuh tempo
dalam tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya termasuk sebagai kelompok
kas dan setara kas dan tidak digunakan sebagai jaminan (jika lebih dari tiga bulan
termasuk investasi jangka pendek).

1.1.2 PIUTANG
Pengertian Piutang Usaha
Menurut Donald E. Keiso (2004:386), piutang adalah klaim uang, barang, jasa kepada
pelanggan atau pihak – pihak lainnya. Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, di mana
yang paling umum ialah dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Kredit dapat diberikan
dalam bentuk perkiraan terbuka atau berdasarkan instrumen kredit yang sahih, yang disebut
surat promes (wesel). Surat promes (promissory note), yang sering disebut wesel (nota),
adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu atas permintaan atau pada suatu
tanggal yang telah ditetapkan.
Klasifikasi Piutang
Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Piutang usaha
a) Piutang dagang
b) Piutang jasa
2) Piutang non usaha
a) Piutang karyawan
b) Piutang deviden
c) Piutang pendapatan yang masih harus diterima
d) Piutang klaim asuransi
e) Piutang wesel
f) Piutang lain-lain
Prinsip Akuntansi Yang Diterima Umum Untuk Penyajian Piutang Pada Laporan
Posisi Keuangan
1. Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sebesar jumlah yang harus ditagih
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan piutang usaha, harus mencantumkan
pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih.
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada neraca harus disajikan rinciannya di neraca
atau dibuatkan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
4. Piutang usaha yang bersaldo kredit terdapat pada kartu piutang pada tanggal neraca
disajikan dalam kelompok hutang lancar.
5. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang
usaha
Tujuan Audit Piutang
Menurut Sukrisno Agoes (2004:173), tujuan audit atas piutang antara lain:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik
atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan) dari pada
piutang.
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup
tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
Prosedur Audit Atas Piutang
Menurut Sukrisno Agoes (2004:176), prosedur audit piutang usaha antara lain:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca. Minta aging
shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama
pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent
collections-nya.
3. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
5. Kirimkan konfirmasi piutang: (1) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan
yang akan dikirim surat konfirmasi. (2) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi
positif atau konfirmasi negatif. (3) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule
piutang maupun di surat konfirmasi. (4) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus
diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya. (5) Buat ikhtisar (summary)
dari hasil konfirmasi
6. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collectionshanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode
yang sedang diperiksa.
7. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
9. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-
barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari
tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
10. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK
12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.
1.3.3 PERSEDIAAN
Audit Persediaan mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Menilai kewajaran atas persediaan.


2. Memeriksa ada tidaknya internal control yang cukup baik atas persediaan.
3. Memeriksa persediaan yang tercantum di neraca betul- betul ada dan dimiliki oleh
perusahaan pada tanggal neraca.
4. Memeriksa kesesuaian antara metode penilaian persediaan (valuation) dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
5. Memeriksa kesesuaian antara sistem pencatatan persediaan dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK Audit atas Persediaan

Prosedur audit persediaan yang disarankan sebagai berikut:

1. Lakukan Stock Opname.


Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di gudang
perusahaan, Untuk barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di
public warehouse jika jumlahnya material harus dilakukan stock opname, jika tidak
material, cukup dikirim konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan pada akhir tahun
atau beberapa waktu sebelum/ sesudah akhir tahun.
2. Lakukan Observasi atas Stock Opname
Amati kembali hasil perhitungan fisik persediaan (stock Opname) yang dilakukan.
Cek Final Inventory List [Inventory Compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan
berikut ini:
• check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian).
• cocokkan “quantity per book” dengan kartu stok (persediaan).
• cocokkan “quantity per count dengan “count sheet kita (auditor)
• cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan.
• Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.
3. Lakukan Peninjauan ulang terhadap Konsep Persediaan
• Periksa unit price dari persediaan
• periksa ada tidaknya barang-barang yang rusak,dipakai dan hilang.
• Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian.
• Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum
atau sesudah tanggal neraca.
4. Buatkan Laporan Hasil akhir Stock Opname
Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika
diperlukan.
5. Adjustment Persediaan
Lakukan penyesuaian persediaan dari usulan yang di ajukan dan tentukan kebijakan
penyesuaian persediaan dari hasil stock opname yang akan dilakukan
6. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
Agar proses Audit Persediaan berjalan dengan baik, perlu internal control yang baik pula atas
persediaan, berikut ciri ciri internal control yang baik:

1. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagial pembelian, penerimaan
barang, gudang, akuntansi dan keuangan.
2. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak, seperti:
• purchase requisition (permintaan pembelian), purchase order (order
pembelian)
• delivery order (surat jalan), receiving report (laporan penerimaan barang),
sales order (order penjualan), sates invoice (faktur penjualan).

3. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank,


maupun pengeluaran kas/bank.
4. Digunakannya anggaran {budget) untuk pembelian, produksi, penjualan, dan
penerimaan serta pengeluaran kas.

1.3.4 INVESTASI SURAT BERHARGA

Pengertian Siklus Investasi


Siklus investasi suatu entitas atau perusahaan berisi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kepemilikan surat berharga yang dikeluarkan perusahaan lain. Surat berharga tersebut dapat
berupa sertifikat deposito, saham biasa, saham preferen, obligasi pemerintah, maupun
obligasi perusahaan. Pada umumnya, investasi perusahaan dilakukan oleh pegawai internal
ataupun oleh orang/perusahaan eksternal, misalnya perusahaan broker saham (pialang). Jika
saham dikelola secara internal, minimal dua orang dipekerjakan untuk menanganinya. Dan
apabila saham dikelola orang dalam, perlu dilakukan pengecekan secara mendadak. Semua
ekuisisi penjualan saham harus mendapatkan otorisasi dari dewan direktur dan komite
investasi, adapun Rekening yang digunakan dalam pencatatan transaksi investasi adalah:
Surat berharga saham, Surat berharga obligasi, Investasi pada saham, Investasi pada obligasi,
Pendapatan bunga, Pendapatan dividen, Laba dari investasi Laba penjualan investasi dan
Rugi penjualan investasi.

Tujuan Audit Siklus Investasi


Tujuan audit siklus investasi adalah untuk memperoleh bukti tentang masing-masing asersi
signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus investasi.
1. Asersi keberadaan dan keterjadian
Tujuan audit siklus investasi, tujuan audit asersi keberadaan atau keterjadian menekankan
pada apakah seluruh saldo investasi surat berharga dan modal saham benar-benar ada
pada tanggal neraca.
2. Asersi kelengkapan
Asersi ini menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang semestinya tercantum
dalam laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan.
3. Asersi hak dan kewajiban
Auditor, berkaitan dengan asersi ini, berusaha memastikan apakah perusahaan
mempunyai hak kepemilikan yang sah atas saldo modal saham dan investasi surat
berharga
4. Asersi penilaian dan pengalokasian
Berkaitan dengan asersi dengan penilaian, auditor akan berusaha memperoleh bukti
mengenai apakah saldo investasi surat berharga telah disajikan dalam laporan keuangn
pada jumlah yang tepat.
5. Asersi pelaporan dan pengungkapan
Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi tersebut diatas, auditor harus
menghimpun bukti mengenai apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat
diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan dalam neraca.

Materialitas, Risiko dan Strategi Audit


Surat berharga sebagai investasi jangka pendek mungkin material untuk kemampuan
membayar (solfabilitas) jangka pendek, tetapi pendapatan atas investasi itu jarang signifikan
dengan hasil operasi perusahaan. Dengan demikian, surat berharga yang dipegang atau
dipunyai sebagai investasi jangka pendek, biasanya material bagi neraca, tetapi tidak bagi
laporan laba rugi. Risiko salah saji pada transaksi penanaman investasi pada umumnya
rendah karena transaksi ini merupakan transaksi yang ajarang terjadi. Lebih dari itu,
pengendalian intern atas transaksi ini, pada umumnya efektif karena satu atau lebih direktur
berpartisipasi dalam transaksi. Adapun Strategi audit tergantung frekuensi transaksi
penanaman investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Bila frekuensinya rendah,
auditor akan menghemat biaya bila memakai primarily substantive approach atau pendekatan
pengutamaan pengujian substantive. Sebaliknya, apabila frekuensi transaksi tinggi, auditor
akan menghemat biaya kalau melakukan pengujian pengendalian untuk menghimpun bukti
yang mendukung lower assessed level of control risk.

Pemahaman Struktur Pengendalian Intern


1. Lingkungan pengendalian
Titik tolak pemahaman SPI siklus investasi adalah pemahan lingkungan pengendalian
atas siklus investasi. Lingkungnan pengendalian sangat penting untuk mewujudkan
SPI siklus investasi yang baik.
2. Penaksiran risiko
Penaksiran risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan pengidentifikasian,
analisis, dan pengelolaan resiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntasi berterima umum diindonesia.
3. Informasi dan komunikasi (system akuntansi)
Penerapan system akuntansi sangat mendasar. Peusahaan biasanya memakai buku
pembntu investasi yang terpisah ntuk setiap jenis surat berharga.
4. Aktivitas penendalian
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas transaksi dalam siklus investasi
dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakandan proseduk yang berkaitan dengan:
Review kinerja, Pengolahan informasi, Pengendalian fisik dan Pemisahan tugas

Dokumen dan catatan


Dokumen dan pencatatan yang dipakai meliputi: Sertifikat saham, Sertifikat obligasi, Bond
indenture, Broker’s advice, Buku jurnal dan Buku pembantu investasi. Adapun fungsi yang
terkait dalam siklus investasi meliputi: Pembelian surat berharga, Penerimaan pendapatan
periodic, Penjualan surat berharga, Pencatatan transaksi, Pengamanan atau penyimpanan
surat berharga dan Penjaga ketepatan buku pembantu investasi. Adapun Penghimpunan
pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan atau wawancara, menelaah
dokumen, atau menelaah kembali pengalaman auditor pada audit periode sebelumnya dengan
klien tersebut. Dokumentasi pemahaman dapat dilakukan dengan menggunakan koesioner,
atau memo naratif (uraian tertulis).

Penetapan Risiko Pengendalian dan Pengujian Substantif Saldo Investasi


Penetapan risiko pengendalian merupakan proses pengevaluasian efektivitas kebijkan dan
prosedur struktur pengendalian intern dalam mencegah dan mendeteksi salah saji material
dalam laporan keuangan. Pengujian pengendalian yang dilakukan dapat menghasilkan bukti
mengenai efektivitas rancagan dan oprasi pengendalian. Bukti tersebut kemudian digunakan
untuk menetapkan risiko pengendalian untuk setiap asersi yang terkait dengan transaksi
investasi. Serta dalam rangka untuk merancang pengujian substantif, akuntan pertama kali
harus menentukan tingkat risiko deteksi yang diterima untuk masing-masing asersi terkait
signifikan. Tinggi rendahnya resiko deteksi tergantung pada besarnya risiko audit yang
ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian.

Pertimbangan Program Audit


Auditor dapat merancang program audit untuk mencapai tingkat resiko deteksi yang dapat
diterima oleh masing-masing asersi bila tingkat resiko deteksi yang dapat diterima adalah
untuk suatu asersi, maka lebih banyak prosedur pengujian substantive yang perlu dilakukan,
dan auditor perlu mengintensifkan efektivitas prosedur pengujiannya.

1. Prosedur inisial
Auditor berusaha untuk mendapatkan data mengenai investasi pada awal tahun
dengan menganalisa data yang ada dalam kertas kerja tahun lalu.
2. Penerapan prosedur analitis
Prosedur analitis atas saldo investasi meliputi keterkaitan diantara akun-akun
tertentu dalam periode berjalan dan analisis rasio tertentu.
3. Pengujian detai saldo
a. Vouching penjurnalan dalam akun investasi
Berbagai penjurnalan rekening dapat dilakukan klien. Klien dapat melakukan
penjurnalan atas investasi atau pembelian surat berharga.
b. Konfirmasi surat berharga yang dipegang atau dikelolah pihak lain
Kadang surat berharga yang dimiliki oleh klien tidak dipegang atau disimpan
oleh klien. Klien kadang menitipkan surat berharganya pada pihak lain untuk
alasan jaminan keamanan.
c. Uji cut off
Uji cut off dilakukan untuk menentukan transaksi surat berharga yang
mendekati tanggal neraca dicatat pada periode yang tepat.
1) Inspeksi dan penghitungan surat berharga ditangan Inspeksi ini
memungkinkan auditor untuk mengethui keberadaan investasi
tersebut.
2) Menghitung kembali pendapatan yang diperoleh Pendapatan dari
investasi dapat diverifikasi dengan bukti dokumen dan perhitungan
kembali.
3) Menelaah dokumentasi mengenai nilai pasar surat berharga Nilai
pasar surat berharga pada tanggal neraca dapat dihimpun dari pasar
modal atau bursa efek.
4) Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum Penyajian saldo investasi yang
tepat meliputi identifikasi dan klasifikasi berbagai tipe investasi dalam
neraca, dan pengakuan pendapatan, laba, atau rugi dalam laporan laba
rugi.

1.3.5 ASET TETAP

Pengertian Aset Tetap


Menurut PSAK No.16, Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk
siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun. Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan
digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh
dari aktiva oleh perusahaan.
Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan
dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.
Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN
Masukan Tak Boleh Restitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang dapat diatribusikan
secara Iangsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut
dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan; setiap potongan dagang dan rabat
dikurangkan dari harga pembelian.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara Iangsung adalah:
1. Biaya persiapan tempat.
2. Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar-muat
(handling costs)
3. Biaya pemasangan (installation costs)
4. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.
Aktiva tetap disajikan berdasarkan nilai perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi
penyusutan. Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada umumnya tidak
diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan menganut penilaian aktiva berdasarkan
harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini dilakukan
berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan
mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta
pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan. Selisih nilai
revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap dibukukan dalam akun modal dengan
nama selisih penilaian kembali aktiva tetap.
Jenis Transaksi
Jenis transaksi aset tetap yang mungkin terjadi antara lain:
1. Perolehan aset tetap secara tunai atau dengan alat nonomoneter lainnya
2. Penghapusan aset tetap melalui penjualan, pertukaran, pemberhentian, pemakaian
atau pembuangan
3. Penyusutan aset tetap selama umur ekonomisnya
4. Penyewaan aset tetap
Tujuan Audit Aset Tetap
1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas aset tetap.
2. Memeriksa apakah aset tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada, masih
digunakan dan milik perusahaan.
3. Memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan betul-betul
merupakan suatu Capital Expenditure, diotorisasi oleh pejabat yang berwenang,
didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.
4. Memeriksa apakah disposal dari aset tetap sudah dicatat dengan benar dan telah
diotorisasi oleh pejabat yang berwenang.
5. Disposal aset tetap dapat terjadi dalam bentuk penjualan yang akan menimbulkan
laba/rugi penjualan aset tetap, tukar tambah atau penghapusan aset tetap yang dapat
menimbulkan kerugian, jika aset tetap tersebut masih mempunyai nilai buku.
6. Memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam periode yang di audit dilakukan
sesuai dengan ketentuan SAK, dan apakah perhitungannya sudah benar.
7. Memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
8. Memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Prosedur Audit Aset Tetap
1. Pelajari dan evaluasi internal control aset tetap. Beberapa ciri internal control yang
efektif untuk aset tetap:
a) Setiap penambahan dan penarikan aset tetap harus diotorisasi oleh pejabat
yang berwenang
b) Setiap penambahan aset tetap harus disesuaikan dengan anggaran.
c) Adanya kebijakan yang jelas dan tertulis tentang capitalization
dandepreciation policy.
d) Perusahaan mempunyai sub buku besar aset tetap yang mencantumkan data-
data aset tetap, diantaranya: tanggal pembelian aset tetap, nama supplier, harga
perolehan, metode penyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan dan
nilai buku aset tetap
e) Dilakukannya inventarisasi/pemeriksaan yang rutin terhadap aset tetap, untuk
mengetahui keberadaan dan kondisi dari aset tetap tersebut.
f) Bukti-bukti kepemilikan aset tetap disimpan ditempat yang aman.
g) Aset tetap diasuransikan oleh perusahaan dengan jumlah/nilai pertanggungan
(insurance coverage) yang wajar.
2. Minta kepada klien Top schedule dan Supporting schedule aset tetap, sehingga dapat
dilihat berapa saldo awalnya, berapa penambahan/pengurangannya dan berapa saldo
akhir dari aset tetap tersebut.
3. Periksa footing dan cross footing serta cocokkan totalnya dengan general ledger atau
sub ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Apakah setiap penambahan dan pengurangan dari aset tetap dilengkapi dengan
supporting document, termasuk otorisasinya.

Contoh Pencatatan terhadap pengurangan aset tetap:


Mesin pabrik dengan cost Rp 200.000.000 dan jumlah akumulasi penyusutan terakhir
Rp 175.000.000 dijual dengan harga Rp 35.000.000
Pencatatan seharusnya adalah:
[D] Kas Rp 35.000.000
[D] Akumulasi Peny. Mesin Rp 175.000.000
[K] Mesin Rp 200.000.000
[K] Laba Penjualan Aset Tetap Rp 10.000.000
5. Lakukan pemeriksaan fisik terhadap aset tetap tersebut untuk melihat kondisinya
apakah masih layak dan penilaiannya wajar.
6. Periksa bukti kepemilikan aset tetap.
Contoh:
- Tanah - Sertifikat tanah
- Gedung - Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Penempatan Bangunan
(SIPB)
- Kendaraan bermotor - BPKB dan STNK
7. Periksa apakah capitalization policy sudah benar dan depreciation policydijalankan
secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
8. Analisis tentang perkiraan Repair and Maintenance, sehingga dapat diketahui apakah
ada pengeluaran yang seharusnya masuk capital expenditure, dicatat sebagai revenue
expenditure.
9. Periksa apakah aset tetap sudah diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang
cukup.
10. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, konfirmasi bank, untuk mengetahui apakah
ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
11. Periksa apakah ada komitmen-komitmen yang dibuat perusahaan untuk
membeli/menjual aset tetap.
12. Jika ada contsruction in process, periksa ketepatan nilai pertambahan yang ditransfer
ke aset tetap.
13. Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement-nya dan
apakah pencatatannya sudah sesuai dengan SAK.
14. Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum, misal: ketentuan penyajian baik di neraca, laba-rugi maupun catatan atas
laporan keuangan.

1.3.6 BIAYA DIBAYAR DIMUKA


Beban yang dibayar di muka adalah asset yang umurnya bervariasi dari beberapa bulan
hingga tahun. Contohnya sewa dibayar dimuka, paten, pajak dibayar dimuka, asuransi
dibayar dimuka, hak cipta, goodwill, beban yang ditangguhkan, dll.

Pengendalian Internal
Pengendalian internal khususnya terhadap asuransi dibayar dimuka adalah dengan
mengidentifikasi polis yang berlku terkait dengan asuransi dibayar dimuka tersebut. Dalam
melakukan hal tersebut dengan menggunakan register asuransi (insurance register). Selain itu
auditor juga dapat melakukan pengecekan terhadap ayat jurnal yang berkaitan dengan
pencatatan asuransi tersebut.

Prosedur Analitis
Prosedur analitis untuk audit terhadap beban dibayar dimuka yang dapat dilakukan oleh
auditor antara lain:
1. Melakukan perbandingan total asuransi yang dibayar di muka dan beban asuransi
dengan periode sebelumnya
2. Membandingkan rasio asuransi dibayar dimuka thd beban asuransi dengan periode
sebelumnya
3. Membandingkan dan mereview cakupan polis asuransi dengan periode sebelumnya
4. Membandingkan saldo asuransi dibayar dimuka untuk menghitung adanya
kesalahan.

Tujuan Audit Beban Dibayar di Muka


Asersi Manajemen Pengujian
Eksistensi dan Kelengkapan, mengetahui Memeriksa sampel faktur asuransi dan
apakah polis asuransi dalam sekdul memang polis, melakukan konfirmasi terhadap agen
ada dan telah disajikan. asuransi perusahaan
Hak, mengecek apakah klien benar-benar Melakukan review
memiliki hak atas polis asuransi tersebut.
Keakuratan dan Detail Tie-In, jumlah Melakukan verifikasi terhadap keakuratan
yang dibayarkan pada skedul sudah akurat jumlah premi, lama periode, alokasi.
dan sesuai dengan buku besar Melakukan footing terhadap total skedul
asuransi dan menelusurinya ke buku besar.
Klasifikasi, beban asuransi yang Melakukan evaluasi terhadap klasifikasi
berbubungan dengan asuransi dibayar
dimuka telah di lakukan klasifikasi dengan
benar
Pisah batas, transaksi asuransi telah dicatat Melakukan pengujian pisah batas yang
pada periode yang tepat biasanya bersamaan dengan utang usaha.
1.3.7 KEWAJIBAN LANCAR
Prosedur Pemeriksaan kewajiban Jangka Pendek adalah:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban jangka pendek.
2. Minta rincian dari kewajiban jangka pendek, baik hutang dagang maupun kewajiban
lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan
saldo hutang di buku besar.
3. Untuk hutang dagang cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut
subsidiary ledger hutang dagang.
4. Secara test basis, periksa bukti pendukung dari saldo kepada beberapa supplier,
perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition, purchase order,
reseving report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan mathematis dari
dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo hutang menurut statement of account tersebut
dengan saldo subsidiary ledger hutang.
6. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang
saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
7. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraaca (subsequent payment) untuk mengetahui
apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorder liabilities) per tanggal neraca
dan untuk menyakinkan diri mengenai kewajaran saldo hutang per tanggal neraca.
8. Seandainya ada hutang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja, kredit
investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa surat
perjanjian kreditnya dan buatkan excepent dari perjanjian kredit tersebut, dan periksa
otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit bank tersebut.
9. Seandainya ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan
afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang, harus dikirim
konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga
atas pinjaman tersebut.
10. Seandainya ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah sesuai dengan
standar akuntansi sewa guna, dan apakah bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu
tahun yang akan datang sudah dicatat sebagi hutang jangka pendek.
11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara akurat
dan tiap jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum pada laporan
rugi laba. Perhatikan juga aspek pajaknya.
12. Seandainya ada saldo debit dari hutang dagang maka harus ditelusuri apakah ini
merupakan uang muka pembelian atau karena adanya pengembalain barang yang
dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar harus
direklasifikasikan sebagai piutang.
13. Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal neraca, periksa bukti pendukungnya
dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan diperiode berikutnya misalnya
dengan megirimkan barang yang dipesan oleh pembeli.
14. Seandainya ada kredit jangka panjang, harus diperiksa apakah bagian yang jatuh
tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasikan sebagai hutang jangka
pendek.
15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut per
tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia per tanggal neraca, dan selisih kurs yang terjadi dibebankan pada rugi
laba tahun berjalan.
16. Untuk hutang PPh 21 dan PPN periksa apakah hutang tersebut sudah dilunasi pada
periode berikiutnya. Seharusnya hutang PPh 21 dan PPN per 31 Desember dilunasi
dibulan Januari tahun berikutnya. Sedangakan untuk PPh Badan harus diperiksa
apakah pada waktu mengisi dan memasukan SPT PPh Badan, perusahaan telah
membayarPPh 29
17. Periksa dasar perhitungan accrued expense yang dibuat oleh perusahaan, apakah
reasonable dan konsisten dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu harus
diperiksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian yang dibuat
perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua kewajiban yang
tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal neraca.
19. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
20. Periksa apakah penyajian kewajiban jangka pendek di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK)

1.3.8 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Kewajiban Jangka Panjang


Untuk menentukan apakah:
1. terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka panjang
2. liabilitas jangka panjang yang menjadi kewajiban perusahaan sudah dicatat
seluruhnya per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang
3. libilitas jangka panjang yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) betul –
betul merupakan kewajiban perusahaan
4. libilitas jangka panjang yang berasal dari legal claim atau aset yang dijaminkan sudah
diidentifikasi
5. libilitas jangka panjang dalam valuta asing per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan kurs tengah Bank Indonesia per
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan
6. biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka panjang serta amortisasi
dari premium/discount telah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
7. biaya bunga libilitaa jangka panjang yang tercatat pada tanggal laporan posisi
keuangan(neraca) betul telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban
perusahaan
8. semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga
tidak terjadi bank “default”
9. bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun yang akan
datang sudah direklasifikasikan sebagai kewajiban lancer
10. liabilitas jangka panjang berikut discount, premium, dan bunga yang timbul sudah
dicatat dengan akurat dan diklasifikasikan serta diungkapkan dalam laporan
keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangn, sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan ETAP/PSAK/IFRS
Audit Prosedur Yang Disarankan
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas libilitas jangka panjang.
2. Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan liabilitas jangka panjang berikut discount,
premium, dan bunga selama peiode yang diperiksa
3. Kirim informasi kepada bank yang antara lain menanyakan mengenai: plafon kredit,
saldo per tanggal laporan posis keuangan, tingkat bunga, jangka waktu pinjaman dan
jaminan kredit.
4. Minta salinan perjanjian kredit untuk permanent file, lalu perhatikan apakah data yang
terdapat dalam perjanjian kredit tersebut sesuai dengan data yang tercantum dalam
kertas kerja pemeriksaan liabilitas jangka panjang.
5. Periksa apakah perolehan/penambahan bunga dan amortisasi discount/premium dari
obligasi. Tie-Up jumlah beban bunga dan amortisasi discount/premium obligasi
dengan jumlah yang tercantum pada laporan laba rugi. Discount/premium yang belum
diamortisasi harus dilaporkan sebagai pengurangan/penambahan dari nilai nominal
obligasi.
6. Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi discount/premium dari
obligasi.
7. Periksa apakah ada liabilitas jangka panjang atau wesel bayar yang diperpanjang
(direnewed) setelah tanggal laporan posisi keuangan, untuk mengetahui apakah utang
tersebut harus tetap disajikan sebagai liabilitas jangka panjang atau sebagai utang
lancar.
8. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan
afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan periksa apakah ada pembebanan bunga atas
pinjaman tersebut.
9. Seandainya ada utang leasing, periksa apakah pencatatannya dan penyajiannya di
laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No.
30 Revisi 2007 tentang Sewa)
10. Periksa apakah ada bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun akan datang, sehingga harus direklasifikasi sebagai liabilitas jangka
pendek
11. Seandainya ada liabilitas jangka panjang yang harus dibayar kembali dalam mata
uang asing, periksa apakah per tanggal laporan posisi keuangan sudah dikonversikan
kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan
posisi keuangan dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan/dikreditkan pada laba
rugi tahun berjalan.
12. Lakukan penelaahan analitis (analytical review procedures) terhadap liabilitas jangka
panjang dan biaya bunganya, untuk melihat kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pencatatan biaya bunga
13. Tarik kesimpulan apakah penyajian liabilitas jangka panjang di laporan posisi
keuangan dan catatan atas laporan keuangan dilakukan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS
1.3.9 EKUITAS PEMILIK
Prosedur Audit
1. Mempelajari dan mengevaluasi internal kontrol atas permodalan dan transaksi jual
beli saham, pembagian dan pembayaran deviden serta sertifikat saham.
2. Meminta copy dari akte pendirian, SK Pengesahan Menteri Kehakiman, SK
BKPM/BKPMD, SK Bapepam, SK Presiden, untuk disimpan dalam file permanen.
3. Mencocokkan data yang ada dalam akte pendirian tersebut dengan modal yang
tercantum di neraca dan penjelasan dalam catatas atas laporan keuangan.
4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang mempunyai tambahan
setoran modal dalam periode yang diperiksa, bukti setoran dan bukti pembukuan
lainnya serta otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang dan instansi
pemerintah harus diperiksa.
5. Menjelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan:
a. Berapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan diskon
dari penjualan saham.
b. Jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common
stock dan preferred stock, baik dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya.
c. Rincian pemegang saham.
6. Memeriksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained
earnings/deficit, untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang dan apakah adjustment ke retained
earnings/deficit memang reasonable dan jumlahnya cukup memadai.
7. Seandainya ada pembagian deviden, diperiksa apakah:
a. Deviden dibagikan dalam bentuk cash dividend, stock devidend atau property
devidend.
b. Pencatatannya sudah benar pada waktu deklarasi maupun pembayaran dividen.
c. Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang melalui notulen rapat
direksi dan RUPS.
8. Memeriksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah mencapai 75% dari modal
disetor, kalau ini terjadi harus ada penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
9. Mempertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau Biro
Administrasi Efek.
10. Seandainya ada treasury stock:
a. Memeriksa bukti pembelian dan otorisasinya.
b. Memeriksa bukti penjualannya dan otorisasinya jika treasury stock dijual
kembali.
c. Menanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock.
d. Memperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian deviden.
11. Memeriksa apakah penyajian permodalan di neraca dan catatan atas laporan keuangan
sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK).
12. Membuat kesimpulan mengenai kewajaran permodalan.
1.3.10 PENDAPATAN
Salah saji potensial, aktivitas pengendalian yang diperlukan, dan prosedur audit yang dapat
digunakan:
Tahap Salah Saji Aktivitas Pengendalian Prosedur Audit
Transaksi Potensial
Penerimaan Penjualan kepada Pastikan customer sudah Pengamatan dan
Order customer yang terdaftar dan disetujui pelaksanaan kembali
tidak semestinya prosedur

Penggunaan surat order Periksa surat order


yang diotorisasi

Otorisasi Penjualan kredit Pengecekan terhadap Permintaan keterangan


Kredit tanpa persetujuan customer baru otorisasi
pemberian kredit
customer baru

Pengecekan batas kredit Periksa bukti


pengecekan
Pengiriman Salah kirim Barang keluar dari Pengamatan karyawan
Barang barang gudang harus berdasar
surat order pengiriman

Pengiriman Pemisahan fungsi Usut dokumen


barang tanpa pengiriman dan penjualan pengiriman ke faktur
otorisasi penjualan

Pembuatan dokumen Check keakuratan


pengiriman pencantuman harga
Pengamatan prosedur
Penagihan Penagihan dibuat Faktur penjualan harus Pemeriksaan dokumen
untuk transaksi dilampiri surat order pendukung
fiktif pengirimanyang telah
diotorisasi dan dokumen
pengiriman

Faktur penjualan Pengecekan harga yang Usut dokumen


berisi harga yang tercantum dalam faktur pengiriman ke faktur
salah penjualan penjualan
Pencatatan Faktur penjualan Pengiriman pernyataan Pemeriksaan terhadap
tidak dicatat ke piutang bulanan ke bukti pendukung,
akun piutang debitur review bukti
customer pengecekan, dan
pengamatan terhadap
prosedur
1.3.11 BEBAN
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk prosedur ini adalah:
1. Penggunaan cek bernomor urut.
2. Penandatangan cek harus mengawasi atau mengendalikan pengiriman atau
penyerahan cek kepada pemasok.
3. Cek yang diserahkan harus berisi jumlah rupiah yang sesuai, dan harus dicegah
penandatanganan dan penyerahan cek yang tidak menyebutkan jumlah rupiah.
4. Pengecekan independen terhadap persetujuan total cek yang dikeluarkan dengan
sekumpulan voucher yang diproses untuk pembayaran.
5. Penandatangan cek yang berwenang harus memastikan bahwa tiap cek sesuai dengan
voucher.
6. Pengecekan independen oleh supervisor akunting atas kesesuaian jumlah yang
dijurnal dan diposting, dengan ringkasan cek yang diterima dari bagian keuangan.
7. Pengecekan independen atas ketepatan pencatatan dengan cara membandingkan
secara periodik tanggal jurnal pengeluaran kas dengan tanggal pada tembusan cek.
8. Pelaksanaan rekonsiliasi bank soal independen.
Prosedur Pemeriksaan Beban
1. Meminta buku besar (atau buku pembantu/rincian) masing-masing jenis beban,
kemudian cocokkan dengan saldo biaya untuk laporan laba-rugi
2. Meminta SK Direksi yang mengatur jenis beban (misalnya yang mengatur biaya gaji,
honor, jasa, produksi)
3. Periksa apakah beban yang dikeluarkan telah sesuai dengan ketentuan
4. Periksa apakah ada pengeluaran/pembebanan beban telah mendapat persetujuan dari
pejabat yang yang berwenang
5. Periksa apakah ada pengeluaran beban yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan
operasional perusahaan, kalau ada tanyakan dan ungkap.
6. Periksa apakah struktur gaji sesuai dengan jabatan (misalnya apakah gaji direksi lebih
kecil dari komisaris/kabag)
7. Periksa apakah semua pengeluaran beban telah didukung oleh bukti-bukti yng akurat
dan sah
8. Menentukan ketetapan sistem pengendalian intern atas beban.
9. Menentukan kebenaran jumlah beban.
10. Menentukan bahwa beban telah dicatat dengan tepat.
11. Menentukan bahwa beban telah diklasifikasikan dengan tepat.

1.3.12 SURAT REPRESENTASI MANAJEMEN


SA Seksi 333 menyatakan bahwa Surat Representasi Manajemen adalah bagian dari bukti
audit yang diperoleh auditor, tetapi tidak merupakan pengganti bagi penerapan prosedur audit
yang diperlukan untuk memperoleh dasar memadai bagi pendapat auditor atas laporan
keuangan. Auditor memperoleh representasi tertulis dari manajemen untuk melengkapi
prosedur audit lain yang dilakukannya. Dalam banyak hal, auditor menerapkan prosedur audit
terutama didesain untuk memperoleh informasi yang mendukung masalah yang juga
direpresentasikan secara tertulis. Jika suatu representasi yang dibuat oleh manajemen
bertentangan dengan bukti audit lain, auditor harus menyelidiki keadaan tersebut dan
mempertimbangkan keandalan representasi tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut, auditor
harus mempertimbangkan apakah keandalan representasi manajemen yang berkaitan dengan
aspek lain laporan keuangan memadai dan beralasan.
Pemerolehan Representasi Tertulis
Representasi tertulis dari manajemen harus diperoleh untuk semua laporan keuangan dan
periode yang dicakup oleh laporan audit. Sebagai contoh, jika laporan keuangan komparatif
dilaporkan, representasi tertulis yang diperoleh pada penyelesaian audit yang terkini harus
mencakup semua periode yang dilaporkan. Representasi tertulis tertentu yang diperoleh
auditor akan tergantung pada keadaan perikatan dan sifat dan basis penyajian laporan
keuangan.
Dalam hubungannya dengan audit laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, representasi tertentu harus berhubungan dengan
hal-hal berikut ini:
Laporan Keuangan
1. Pengakuan manajemen mengenai tanggung jawabnya untuk menyajikan laporan
keuangan secara wajar, posisi keuangan, basil usaha, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Keyakinan manajemen bahwa laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
Kelengkapan Informasi
1. Keyakinan manajemen bahwa laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip yang
berlaku umum di Indonesia
2. Ketersediaan catatan keuangan dan data yang berkaitan.
3. Kelengkapan dan ketersediaan semua notulen rapat pemegang saham, direksi, dan
dewan komisaris.
4. Komunikasi dari badan pengatur tentang ketidakpatuhan dengan atau kekurangan
dalam praktik pelaporan keuangan.
5. Tidak adanya transaksi yang tidak dicatat.
Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan
1. Informasi tentang kecurangan yang melibatkan (1) manajemen, (2) karyawan yang
memiliki peran signifikan dalam pengendalian intern, atau (3) pihak lain yang
kecurangannya berdampak material atas laporan keuangan.
2. Rencana atau maksud yang mungkin akan mempengaruhi nilai atau klasifikasi aktiva
atau kewajiban.
3. Informasi mengenai transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa dan
piutang atau utang antarpihak yang memiliki hubungan istimewa.
4. Jaminan, tertulis atau lisan, yang menyebabkan entitas memiliki utang bersyarat.
5. Estimasi signifikan dan pemusatan material yang diketahui oleh manajemen yang
harus diungkapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
6. Pelanggaran atau kemungkinan pelanggaran hukum atau peraturan yang dampaknya
harus dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan atau sebagai
dasar untuk mencatat rugi bersyarat.
7. Tuntutan yang belum dinyatakan atau prakiraan yang telah dikemukakan oleh
penasihat hukum merupakan tuntutan yang kemungkinan besar akan terjadi harus
diungkapkan sesuai dengan PSAK Akuntansi untuk Kontijensi.
8. Tuntutan yang tidak diungkapkan meskipun telah diberitahukan kemungkinannya
oleh penasihat hukum klien.
9. Hak atas aktiva, hak gadai atas aktiva, dan aktiva yang dijaminkan.
10. Kepatuhan dengan pasal-pasal perjanjian kontrak yang mungkin berdampak terhadap
laporan keuangan.
Dalam kondisi tertentu, auditor mungkin ingin memperoleh representasi tertulis dari individu
yang lain. Sebagai contoh, ia mungkin ingin memperoleh representasi tertulis mengenai
kelengkapan notulen rapat pemegang saham, direksi, dan dewan komisaris dari orang yang
bertanggung jawab atas penyimpanan notulen tersebut. Juga dalam hal auditor melaksanakan
audit terhadap laporan keuangan anak perusahaan tetapi tidak melakukan audit terhadap
induk perusahaan, ia mungkin ingin memperoleh representasi dari manajemen induk
perusahaan mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi anak perusahaan, seperti
transaksi antarpihak yang memiliki hubungan istimewa atau keinginan induk perusahaan
untuk memberikan dukungan keuangan secara berkelanjutan bagi anak perusahaannya.
Pembatasan Lingkup
Penolakan manajemen untuk melengkapi representasi tertulis merupakan pembatasan
terhadap lingkup audit yang menghalangi auditor untuk memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian dan biasanya cukup menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat atau
menarik diri dari perikatan. Namun berdasarkan pada sifat representasi yang tidak dapat
diperoleh tersebut atau keadaan penolakan, auditor dapat menyimpulkan bahwa pendapat
wajar dengan pengecualian adalah layak. Di samping itu, auditor harus mempertimbangkan
dampak penolakan tersebut terhadap kemampuannya untuk mengandalkan representasi
manajemen yang lain.
Jika auditor dihalangi dalam melaksanakan prosedur audit yang menurut pertimbangannya
perlu dilakukan dalam kondisi yang berkenaan dengan masalah yang material terhadap
laporan keuangan, walaupun ia telah diberi representasi dari manajemen mengenai masalah
tersebut, namun terdapat pembatasan lingkup audit, dan ia harus menerbitkan pendapat wajar
dengan pengecualian atau menyatakan tidak memberikan pendapat.
1.3.13 PENGGUNAAN PEKERJAAN SPESIALIS
Penggunaan Pekerjaan Spesialis diatur dalam SA Seksi 336 bahwa Spesialis mencakup,
namun tidak terbatas pada, aktuaris, appraiser, insinyur, konsultan lingkungan dan ahli
gelogi. Seksi ini juga berlaku untuk penasihat hukum yang ditugasi sebagai spesialis dalam
situasi selain dalam penyediaan jasa kepada klien berkaitan dengan tuntutan pengadilan,
klaim. Sebagai contoh, penasihat hukum dapat ditugasi oleh klien atau auditor untuk
menafsirkan pasal-pasal dalam perjanjian kontrak.
Keputusan Untuk Menggunakan Pekerjaan Spesialis
Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkan ia menguasai atau memahami hal-hal
bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharapkan memiliki keahlian sebagai seorang yang
terlatih atau memenuhi syarat untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain.
Namun, dalam audit, auditor mungkin menjumpai masalah-masalah yang kompleks dan
subjektif, yang secara potensial material terhadap laporan keuangan. Masalah-masalah seperti
ini mungkin memerlukan keterampilan atau pengetahuan khusus dan menurut pertimbangan
auditor memerlukan penggunaan pekerjaan spesialis untuk mendapatkan bukti audit yang
kompeten.
Berbagai contoh tipe masalah yang mungkin menurut pertimbangan auditor memerlukan
pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini:
1. Penilaian (misalnya, sediaan untuk tujuan khusus, bahan atau ekuipmen teknologi
tinggi, produk farmasi, instrumen keuangan yang kompleks, real estate, sekuritas
terbatas, karya seni, kontijensi lingkungan).
2. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia atau
kondisi (misalnya, kuantitas atau kondisi mineral, cadangan mineral atau bahan yang
disimpan dalam timbunan).
3. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus
(misalnya, beberapa perhitungan aktuarial dalam penentuan kewajiban manfaat
pensiun dan dalam penentuan kewajiban manfaat polis masa depan).
4. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya, pengaruh
potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti).

Kualifikasi Dan Pekerjaan Spesialis


Auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini untuk mengevaluasi kualifikasi
profesional spesialis dalam menentukan bahwa spesialis tersebut memiliki keterampilan atau
pengetahuan dalam bidang tertentu yang diperlukan:
1. Sertifikat profesional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari spesialis lain dalam
bidangnya.
2. Reputasi dan kedudukan spesialis di mata para rekan sejawat dan pihak lain yang
mengenal kemampuan atau kinerjanya.
3. Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien.
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang sifat pekerjaan yang dilaksanakan atau akan
dilaksanakan oleh spesialis. Pemahaman tersebut harus mencakup berikut ini:
1. Tujuan dan lingkup pekerjaan spesialis
2. Hubungan spesialis dengan klien
3. Metode dan asumsi yang digunakan
4. Suatu perbandingan metode atau asumsi yang digunakan dengan yang digunakan di
tahun sebelumnya.
5. Kelayakan penggunaan pekerjaan spesialis untuk tujuan yang dimaksudkan.
6. Bentuk dan isi temuan spesialis yang akan memungkinkan auditor untuk membuat
evaluasi yang diuraikan dalam paragraf.
Hubungan Spesialis Dengan Klien
Auditor harus mengevaluasi hubungan spesialis dengan klien, termasuk keadaan yang
mungkin merusak objektivitas spesialis. Keadaan tersebut mencakup situasi yang didalamnya
klien memiliki kemampuan melalui hubungan kepegawaian, kepemilikan, hak kontrak,
hubungan keluarga atau melalui cara lain-untuk secara langsung atau tidak langung
mengendalikan atau secara signifikan mempengaruhi spesialis.
Bila spesialis tidak memiliki hubungan dengan klien, pekerjaan spesialis biasanya akan
memberikan keyakinan lebih besar bagi auditor tentang keandalan. Namun, pekerjaan
spesialis yang memiliki hubungan dengan klien dapat diterima dalam keadaan tertentu. Jika
spesialis memiliki hubungan dengan klien, auditor harus manaksir risiko bahwa objektivitas
spesialis tersebut mungkin terganggu. Jika auditor yakin hubungan tersebut akan
mengganggu objektivitas spesialis, auditor harus melakukan prosedur tambahan berkaitan
dengan semua asumsi, metode atau temuan spesialis uintuk menentukan bahwa temuannya
masuk akal (dapat diterima) atau harus menugasi spesialis lain untuk tujuan tersebut.

Penggunaan Temuan Spesialis


Ketetapan dan kelayakan metode dan asumsi yang digunakan dan penerapannya merupakan
tangung jawab spesialis. Auditor harus (a) memahami metode dan asumsi yang digunakan
oleh spesialis, (b) melakukan pengujian semestinya atas data yang disediakan oleh spesialis,
dengan memperhitungkan taksiran resiko pengendalian auditor dan (c) mengevaluasi apakah
temuan spesialis mendukung asersi yang berkaitan dalam laporan keuangan. Biasanya,
auditor akan menggunakan pekerjaan spesialis, kecuali jika prosedur auditor menyebabkan ia
yakin bahwa temuan spesialis tersebut tidak masuk akal dalam keadaan tersebut. Jika auditor
yakin bahwa temuan spesialis tidak masuk akal, ia harus menerapkan prosedur tambahan
yang dapat mencakup pemerolehan pendapat dari spesialis lain.

Dampak Pekerjaan Spesialis Terhadap Laporan Auditor


Jika auditor menentukan bahwa temuan spesialis dapat mendukung penyajian laporan
keuangan yang berkaitan, maka ia menyimpulkan bahwa ia telah memperoleh bukti audit
cukup dan kompeten. Jika terdapat perbedaan material antara temuan spesialis dengan
penyajian laporan keuangan, atau jika auditor yakin bahwa penentuan yang dibuat oleh
spesialis tidak wajar, maka auditor harus melakukan prosedur tambahan. Jika setelah
menerapkan prosedur tambahan ternyata ia belum dapat memecahkan masalah, maka auditor
harus memperoleh pendapat dari spesialis lain, kecuali jika menurut pandangan auditor
masalah tersebut tidak akan dapat dipecahkan. Masalah yang tidak dapat dipecahkan biasanya
menyebabkan auditor menyimpulkan bahwa ia harus memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atau menyatakan tidak memberi pendapat karena tidak dapat diperolehnya bukti
audit kompeten yang cukup berkenaan dengan suatu asersi yang cukup signifikan dalam
laporan keuangan yang disebabkan oleh adanya pembatasan lingkup audit.

Pengacuan ke Spesialis Dalam Laporan Auditor


Auditor dilarang mengacu ke pekerjaan atau temuan spesialis. Pengacuan seperti itu dapat
mengakibatkan kesalahpahaman sebagai suatu pengecualian dalam pendapat auditor atau
suatu pembagian tanggung jawab. Pengecualian dan pembagian tanggung jawab merupakan
dua hal yang tidak diinginkan dalam kaitannya dengan penggunaan pekerjaan spesialis. Di
samping itu, pengacuan ke pekerjaan spesialis tersebut dapat menimbulkan kesan bahwa
auditor telah melakukan audit yang lebih mendalam dibandingkan jika auditor tidak
melakukan pengacuan.
Sebagai hasil laporan atau temuan spesialis, auditor dapat memutuskan untuk menambahkan
bahasa penjelasan dalam laporan audit bentuk baku atau menyimpang dari pendapat wajar
tanpa pengecualian. Pengacuan ke dan identifikasi tentang spesialis dapat dibuat dalam
laporan auditor, jika auditor yakin bahwa pengacuan tersebut akan membantu menjelaskan
alasan untuk tidak memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atau menambahkan
bahasa penjelasan dalam laporan audit bentuk baku.
1.3.14 PERMINTAAN KETERANGAN DARI PENASEHAT HUKUM KLIEN
Suatu surat permintaan keterangan kepada penasehat hukum klien merupakan cara utama
yang diapkai oleh auditor untuk memperoleh bukti penguat informasi yang disediakan oleh
manajemen tentang litigasi, klaim, dan asesmen. Hal-hal yang harus dicakup dalam suatu
surat permintaan keterangan meliputi antara lain:
1. Identifikasi perusahaan, termasuk anak perusahaan, dan tanggal audit,
2. Suatu daftar yang dibuat oleh manajemen yang menggambarkan dan mengevaluasi
litigasi, klaim, dan asesmen yang masih belum selesai atau yang bersifat ancaman
yang ditangani oleh pensehat hukum yang bersangkutan dan memerlukan perhatian
besar dari penasehat hukum yang bertindak atas nama klien, dalam bentuk konsultasi
atau pemberian kuasa hukum.
3. Suatu daftar yang dibuat oleh manajemen yang menggambarkan dan mengevaluasi
litigasi, klaim, dan asesmen yang belum diajukan yang menurut pertimbangan
manajemen merupakan asersi yang mungkin, dan jika diasersi akan mempunyai
paling tidak kemungkinan yang masuk akal berakibat merugikan klien, yang terkait
dengan perikatan yang dibuat antara klien dengan penasehat hukum dan yang menjadi
perhatian besar penasehat hukum tersebut atas nama perusahaan dalam bentuk
konsultasi atau pemberian kuasa secara hukum.

Batasan Atas Lingkup Jawaban Penasehat Hukum


Seorang penasehat hukum dapat membatasi jawabannya pada hal-hal yang ia memberikan
perhatian besar dalam bentuk konsultasi atau representasi hukum. Jawaban penasehat hukum
juga dapat terbatas pada hal-hal yang dipandang material baik secara individual atau kolektif
terhadap laporan keungan, dengan syarat penasehat hukum dan auditor telah mencapai suatu
pemahaman tentang batasan materialitas untuk tujuan tersebut. Batasan ini bukan merupakan
batasan atas lingkup audit.
Batasan Lain Atas Jawaban Penasehat Hukum
Penasehat hukum mungkin tidak dapat memberikan jawaban tentang kemungkinan hasil yang
tidak menguntungkan dari litigasi, klaim, dan asesmen atau tentang jumlah atau kisaran
kerugian potensial, karena ketidakpastian bawaan. Pengalaman historis entitas yang
bersangkutan dalam litigasi yang sama atau pengalaman entitas lain kemungkinan tidak
relevan atau tidak tersedia, dan jumlah kemungkinan kerugian seringkali bervariasi sangat
besar pada berbagai tahap litigasi.

1.3.15 NILAI WAJAR


Jika investasi dicatat pada nilai wajar atau jika nilai wajar diungkapkan untuk investasi yang
dicatat selain pada nilai wajar, auditor harus memperoleh bukti yang menguatkan nilai wajar
tersebut. Pada beberapa kasus, metode penentuan nilai wajar dispesifikasikan oleh prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sebagai contoh, prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia mengatur bahwa nilai wajar suatu investasi dapat ditentukan dengan
menggunakan harga pasar yang telah ditetapkan ( quoted market price) atau penentuan
sebagai kebalikan (quontations as opposed to) teknik estimasi. Pada kasus-kasus tersebut
auditor harus menilai apakah penentuan nilai wajar konsisten dengan metode penilaian.
Paragraf-paragraf berikut memberikan panduan tentang bukti audit yang dapat digunakan
untuk menguatkan asersi mengenai nilai wajar: panduan harus dipertimbangkan dalam
konteks kondisi akuntansi tertentu.
Harga pasar yang telah ditetapkan untuk investigasi yang terdaftar pada bursa nasional atau
pasar langsung antara penjual dan pembeli tersedia dari sumber seperti publikasi
keuangan atau bursa. Untuk investasi lain tertentu, harga pasar yang telah ditetapkan dapat
diperoleh dari pialang yang menjadi pencipta pasar dalam investasi tersebut. Jika harga pasar
yang ditetapkan tidak tersedia, estimasi nilai wajar secara berkala dapat diperoleh dari
sumber pihak ketiga berdasarkan model yang dikembangkan atau diperoleh secara internal.

Harga pasar yang ditetapkan yang diperoleh dari publikasi keuangan atau dari bursa nasional
biasanya benar-benar dipertimbangkan untuk memberi bukti yang memadai mengenai nilai
wajar investasi. Bagaimanapun juga, untuk investasi tertentu, seperti efek yang tidak
diperdagangkan secara regular, auditor harus mempertimbangkan untuk memperoleh estimasi
nilai wajar dari pialang atau sumber pihak ketiga lainnya. Dalam beberapa situasi, auditor
dapat menentukan bahwa penting untuk memperoleh estimasi nilai wajar lebih dari satu
sumber. Sebagai contoh, adalah tepat jika sumber harga investasi memiliki hubungan dengan
entitas yang dapat menghalangi objektivitasnya.
Untuk estimasi nilai wajar yang diperoleh dari pialang dan sumber pihak ketiga lainnya,
auditor harus mempertimbangkan penerapan panduan dalam SA Seksi 336 [PSA No. 39]
Penggunaan Pekerjaan Spesialis atau SA Seksi 324 [PSA No. 61] Pelaporan atas Pengolahan
Transaksi oleh Organisasi Jasa. Keputusan auditor untuk mengetahui apakah panduan
tersebut dapat diterapkan dan panduan mana yang dapat diterapkan tergantung pada situasi.
Panduan dalam SA Seksi 336 [PSA No. 39] dapat diterapkan jika nilai wajar efek sumber
pihak ketiga berasal dari penggunaan model atau teknik serupa. Jika sebuah entitas
menggunakan jasa pemeringkat untuk memperoleh harga dari efek yang terdaftar dalam
portofolio entitas, panduan dalam SA Seksi 324 [PSA No. 61] dapat diterapkan.
Pada kasus investasi dinilai oleh entitas dengan menggunakan sebuah model pengukuran,
auditor tidak berfungsi sebagai jasa penilai (appraiser) dan tidak diharapkan mengganti
keputusannya dengan penilaian manajemen entitas. Auditor harus menaksir masuk akalnya
dan ketetapan model tersebut. Auditor harus menentukan apakah variabel dan asumsi pasar
yang digunakan mendukung secara masuk akal dan tepat. Estimasi arus kas masa datang yang
diharapkan (expected future cash flow) harus berdasarkan asumsi yang masuk akan dan yang
mendukung. Auditor juga harus menentukan apakah entitas telah membuat pengungkapan
yang semestinya mengenai metode dan asumsi yang signifikan yang digunakan untuk
mengestimasi nilai wajar investasi.
Penilaian terhadap ketetapan model pengukuran (valuation model) serta setiap variabel dan
asumsi yang digunakan dalam model membutuhkan pertimbangan dan pengetahuan teknik
pengukuran, faktor pasar yang mempengaruhi ukuran (value), dan kondisi pasar, terutama
dalam hubungannya dengan investasi sejenis yang diperdagangkan. Karena itu, pada
beberapa keadaan, auditor harus mempertimbangkan pentingnya melibatkan pekerjaan
spesialis dalam menaksir estimasi nilai wajar entitas atau model yang berkaitan.
Efek yang dapat dinegosiasikan (negotiable securities), real estate, barang bergerak dan
kekayaan lainnya umumnya digunakan menjadi jaminan untuk investasi pada efek hutang.
Jika jaminan merupakan faktor penting dalam menilai nilai wajar dan tertagihnya investasi
tersebut, maka auditor harus memperoleh keyakinan mengenai keberadaan, nilai wajar dan
mudah atau tidaknya jaminan tersebut dialihkan, sebagaimana hak investor terhadap jaminan
tersebut.
Penurunan Nilai
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan manajemen untuk
menentukan apakah penurunan pada nilai wajar di bawah basis harga perolehan yang
diamortisasi dari investasi tertentu tidak lebih merupakan kondisi sementara. Penentuan harga
semacam itu seringkali mencakup estimasi hasil dari kejadian masa datang. Karena itu
pertimbangan dibutuhkan dalam menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara
terjadi pada tanggal laporan keuangan.

Penentuan ini bersifat subjektif, sebaik faktor objektif, termasuk pengetahuan dan
pengalaman mengenai kejadian masa lampau dan kini tentang kejadian masa datang.
Auditor harus menilai apakah manajemen telah mempertimbangkan informasi yang relevan
dalam menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara terjadi. Contoh faktor-faktor
yang mungkin mengindikasikan kondisi penurunan nilai sementara adalah sebagai berikut:
1. Nilai wajar secara signifikan di bawah harga pemerolehan.
2. Penurunan nilai wajar diakibatkan karena kondisi berlawanan tertentu yang
berdampak pada investasi khusus.
3. Penurunan nilai wajar diakibatkan karena kondisi tertentu, seperti kondisi industri
atau daerah geografis.
4. Manajemen tidak memiliki baik maksud maupun kemampuan untuk memiliki
investasi selama periode waktu yang memadai bagi perbaikan antisipasi nilai wajar.
5. Penurunan nilai wajar terjadi dalam periode waktu yang panjang.
6. Peringkat efek hutang diturunkan oleh badan pemeringkat efek.
7. Kondisi keuangan penerbit memburuk.
8. Dividen berkurang atau tidak dibagikan, atau pembayaran bunga yang terjadwal pada
efek hutang tidak terlaksana.
Auditor harus menilai kesimpulan manajemen mengenai keberadaan dari kondisi penurunan
nilai sementara. Dalam menilai kesimpulan manajemen, auditor harus memperoleh keyakinan
mengenai kondisi seperti yang tertera pada paragraf 32, yang cenderung untuk menguatkan
atau melemahkan kesimpulan tersebut.
1.3.16 TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA
Seksi 334 memberikan panduan tentang prosedur yang harus dipertimbangkan oleh auditor
jika ia melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, untuk mengidentifikasikan pihak yang memiliki
hubungan istimewa dan transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan untuk
memperoleh keyakinan mengenai persyaratan akuntansi dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Prosedur yang diuraikan dalam Seksi ini seharusnya tidak dipandang sudah
mencakup seluruh prosedur, dan juga tidak semuanya harus dilakukan dalam setiap audit.
Pertimbangan Akuntansi
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan pengungkapan pihak yang
memiliki hubungan istimewa. Pernyataan standar akuntansi keuangan tertentu mengatur
perlakuan akuntansi jika terdapat pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; namun,
prinsip akuntansi yang telah ditetapkan biasanya tidak mensyaratkan transaksi dengan pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa diperlakukan dengan dasar yang berbeda dari yang
seharusnya, jika tidak terdapat hubungan istimewa.
Auditor harus memandang transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam
kerangka pernyataan prinsip akuntansi, dengan penekanan pada cukup atau tidaknya
pengungkapannya. Di samping itu, auditor harus menyadari bahwa substansi suatu transaksi
dapat secara signifikan menjadi berbeda dari bentuknya dan bahwa laporan keuangan harus
mengidentifikasi substansi transaksi tersebut dan bukan hanya bentuk hukumnya semata.
Transaksi-transaksi yang karena sifatnya mungkin memberikan indikasi adanya pihak yang
memiliki hubungan istimewa, antara lain:
1. Transaksi peminjaman atau pemberian pinjaman tanpa beban bunga atau dengan suku
bunga yang secara signifikan di atas atau di bawah suku bunga pasar yang berlaku
umum pada saat transaksi.
2. Transaksi penjualan real-estate pada tingkat harga yang berbeda secara signifikan dari
nilai taksiran.
3. Transaksi pertukaran properti dengan properti yang serupa dalam transaksi non-
moneter.
4. Transaksi pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara
pengembaliannya.
Prosedur Audit
Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia tidak dapat diharapkan untuk memberikan keyakinan bahwa semua transaksi antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa dapat ditemukan. Namun, selama proses audit,
auditor harus waspada akan adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa
yang material yang dapat mempengaruhi laporan keuangan dan kepemilikan bersama
(common ownership) atau hubungan pengendalian manajemen; yang menurut prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia harus diungkapkan. Banyak prosedur yang
dikemukakan dalam paragraf selanjutnya yang biasanya dilaksanakan dalam audit
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, walaupun jika
auditor tidak memiliki alasan untuk mencurigai adanya transaksi antar pihak yang memiliki
hubungan istimewa atau adanya hubungan pengendalian. Prosedur-prosedur audit lain yang
dikemukakan dalam Seksi ini terutama diarahkan pada transaksi antarpihak yang memiliki
hubungan istimewa.
Dalam penentuan lingkup pekerjaan yang harus dilakukan berkenaan dengan kemungkinan
adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, auditor harus memperoleh
pemahaman tentang tanggung jawab manajemen dan hubungan masing- masing bagian
dari entitas secara keseluruhan. Auditor harus mempertimbangkan pengendalian atas
aktivitas manajemen, dan ia harus mempertimbangkan tujuan bisnis yang dilayani oleh
berbagai bagian dari entitas. Umumnya, struktur bisnis dan gaya operasi didasarkan atas
kemampuan manajemen, pertimbangan hukum dan pajak, diversifikasi produk, dan lokasi
geografis. Pengalaman menunjukkan bahwa struktur bisnis dan gaya operasi kadang-kadang
dirancang dengan sengaja untuk mengaburkan transaksi antar pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
Dalam kondisi yang di dalamnya tidak terdapat bukti yang sebaliknya, transaksi antar pihak
yang memiliki hubungan istimewa seharusnya tidak dianggap sebagai aktivitas bisnis biasa
dengan pihak luar. Namun, auditor harus waspada terhadap kemungkinan bahwa transaksi
antar pihak yang memiliki hubungan istimewa didorong semata-mata, atau dalam ukuran
yang lebih besar, oleh kondisi yang mirip dengan kondisi berikut ini:
1. Tidak cukupnya modal kerja atau pinjaman untuk melanjutkan bisnis.
2. Keinginan yang mendesak untuk mencatat tingkat laba yang tinggi secara
berkelanjutan dalam upaya untuk mendukung harga saham perusahaan.
3. Prakiraan laba yang terlalu optimis.
4. Ketergantungan pada satu atau beberapa produk, customers, atau transaksi untuk
kelangsungan keberhasilan perusahaan.
5. Penurunan industri yang ditandai dengan sejumlah besar kegagalan bisnis. 6.
Kelebihan kapasitas.
6. Tuntutan perkara hukum yang signifikan, terutama perkara hukum antara pemegang
saham dengan manajemen.
7. Ancaman keusangan yang signifikan karena perusahaan beroperasi dalam industri
berteknologi tinggi.
Penentuan Keberadaan Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa
Auditor harus menekankan pada pengujian atas transaksi yang material antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa yang diketahuinya berkaitan dengan entitas pelapor. Hubungan
tertentu, seperti hubungan anak perusahaan dengan induk perusahaan, hubungan investor
dengan penerima investasi, mungkin terlihat jelas. Penentuan ada atau tidak adanya pihak
yang memiliki hubungan istimewa lainnya memerlukan penerapan prosedur audit khusus,
yang meliputi prosedur-prosedur berikut:
1. Mengevaluasi prosedur perusahaan untuk pengidentifikasian dan pencatatan memadai
atas transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
2. Meminta keterangan dari pejabat manajemen yang berwenang tentang nama pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa dan menanyakan apakah ada transaksi antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa selama periode yang diperiksa.
3. Me-review dokumen yang dilaporkan oleh entitas kepada Bapepam atau instansi
pemerintah yang lain mengenai nama pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa,
dan bisnis lain yang di dalamnya para direktur entitas yang diperiksa menduduki
jabatan direksi atau manajemen.
4. Menentukan nama semua dana pensiun yang dibentuk untuk kesejahteraan karyawan
dan nama para pejabat dan dewan pengawasnya.
5. Me-review daftar pemegang saham perusahaan tertutup untuk mengidentifikasi
pemegang saham utama.
6. Me-review kertas kerja audit tahun lalu untuk mengidentifikasi nama pihak-pihak
yang memiliki hubungan istimewa.
7. Meminta keterangan kepada auditor pendahulu, auditor utama atau auditor entitas
yang memiliki hubungan istimewa yang lain, mengenai pemahaman mereka akan
adanya hubungan dan lingkup keterlibatan manajemen dalam transaksi-transaksi yang
material.
8. Me-review transaksi investasi yang material selama periode yang diperiksa untuk
menentukan apakah sifat dan luas investasi selama periode tersebut menimbulkan
pihak yang memiliki hubungan istimewa.
9. Meminta pendapat hukum dari konsultan hukum independen apabila diperlukan.
Identifikasi Atas Transaksi Antar Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa
Prosedur-prosedur berikut ditujukan untuk memberikan panduan dalam
mengidentifikasitransaksi yang material yang diketahui merupakan transaksi antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa dan dalam mengidentifikasi transaksi material yang mungkin
merupakan indikasiadanya hubungan yang sebelumnya belum ditentukan:
1. Membekali staf audit yang melaksanakan audit dengan nama-nama yang dikenal
sebagai pihak yang memiliki hubungan istimewa sehingga staf audit menjadi waspada
terhadap transaksi antar pihak tersebut selama audit.
2. Me-review catatan rapat dewan komisaris dan direksi mengenai informasi transaksi
material yang diotorisasi atau dibahas dalam rapat.
3. Me-review surat kuasa (proxy) dan hal lain yang dilaporkan kepada Bapepam dan
data pembanding lainnya yang dilaporkan kepada instansi lain untuk mengidentifikasi
transaksi material antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
4. Me-review pernyataan benturan kepentingan (conflict of interest) yang diperoleh dari
manajemen perusahaan.
5. Me-review lingkup dan sifat transaksi usaha dengan customers utama, pemasok,
pemberi pinjaman, dan penerima pinjaman utama untuk memperoleh indikasi
hubungan yang belum diungkapkan.
6. Mempertimbangkan apakah transaksi telah terjadi, tetapi belum memperoleh
perlakuan akuntansi, seperti menerima atau memberikan jasa akuntansi, manajemen
atau jasa lain tanpa dipungut biaya, atau pemegang saham utama menanggung biaya-
biaya perusahaan.
7. Me-review catatan akuntansi yang berisi transaksi atau saldo yang besar, luar biasa
atau tidak sering terjadi, hat ini dilakukan terutama dengan menaruh perhatian khusus
pada transaksi yang terjadi pada atau dekat akhir periode pelaporan.
8. Me-review konfirmasi saldo kompensasi perjanjian untuk memperoleh indikasi bahwa
saldo dicatat untuk atau oleh pihak yang memiliki hubungan istimewa.
9. Me-review faktur tagihan dari kantor penasihat hukum atas jasa yang telah diterima
perusahaan secara teratur atau khusus, untuk memperoleh indikasi adanya pihak yang
memiliki hubungan istimewa atau transaksi antar pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
10. Me-review konfirmasi pinjaman yang diberikan atau yang diterima untuk
memperoleh indikasi adanya penjaminan. Jika terdapat penjaminan, tentukan sifat dan
hubungan, jika ada, antara penjamin dengan entitas pelapor.
Pemeriksaan Atas Transaksi Antar Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa yang
Berhasil Diidentifikasi
Setelah mengidentifikasi adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa,
auditor harus menerapkan prosedur yang dipandang perlu untuk memperoleh keyakinan
mengenai tujuan, sifat, dan luas transaksi tersebut dan dampaknya pada laporan keuangan.
Prosedur audit harus diarahkan untuk memperoleh dan mengevaluasi bahan bukti yang cukup
dan kompeten serta harus diperluas sampai di luar batas manajemen. Prosedur-prosedur
tersebut harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Memperoleh pemahaman tentang tujuan bisnis dari transaksi.
2. Memeriksa faktur, dan me-review surat perjanjian, kontrak dan dokumen relevan
lainnya, seperti laporan penerimaan dan dokumen pengiriman.
3. Menentukan apakah transaksi telah disetujui oleh dewan komisaris atau direksi atau
pejabat yang berwenang.
4. Melakukan pengujian kewajaran terhadap perhitungan jumlah yang diungkapkan, atau
yang dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan.
5. Merancang audit atas rekening koran antar perusahaan yang dilaksanakan pada
tanggal yang bersamaan, walaupun tahun fiskalnya berbeda, dan audit atas transaksi
antar pihak yang memiliki hubungan istimewa yang khusus, penting dan representatif
yang dilakukan oleh auditor dari masing-masing pihak dengan tukar-menukar
informasi relevan memadai.
6. Menginspeksi atau mengkonfirmasi dan memperoleh keyakinan atas nilai, dan mudah
atau tidaknya jaminan dialihkan.
Prosedur-prosedur berikut ini perlu dipertimbangkan untuk mematuhi standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, jika auditor perlu memahami transaksi tertentu
sepenuhnya:
1. Mengkonfirmasi jumlah dan syarat transaksi, termasuk jaminan dan data signifikan
lainnya, dengan pihak lain dalam transaksi.
2. Menginspeksi bukti yang dimiliki oleh pihak lain dalam transaksi.
3. Mengkonfirmasi atau membahas informasi signifikan dengan pihak perantara, seperti
bank, penjamin, agen, atau penasihat hukum, untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik mengenai transaksi.
4. Merujuk ke publikasi keuangan, jurnal perdagangan, lembaga kredit, dan sumber
informasi lain untuk memperoleh dasar yang dapat dipercaya dalam menilai ada atau
tidaknya transaksi dengan jumlah material dengan pelanggan, pemasok atau
perusahaan lain yang luar biasa.
5. Memperoleh informasi mengenai kemampuan keuangan pihak lain terhadap transaksi
yang berkenaan dengan saldo yang tidak tertagih, jaminan dan kewajiban lain yang
material. Informasi tersebut dapat diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit,
laporan keuangan yang tidak diaudit, surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pajak
penghasilan, dan laporan-laporan lain yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah,
direktorat jenderal pajak, publikasi keuangan, atau lembaga keuangan. Auditor harus
memutuskan tingkat keyakinan yang diinginkan dan lingkup audit yang dapat
memberikan informasi untuk memenuhi tingkat keyakinan yang diinginkan tersebut.
Pengungkapan
Untuk setiap transaksi material antar pihak yang memiliki hubungan istimewa (atau
gabungan transaksi serupa) atau kepemilikan bersama (common ownership) atau hubungan
pengendalian manajemen yang pengungkapannya diharuskan dalam prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, auditor harus mempertimbangkan apakah ia telah memperoleh
bukti audit yang cukup dan kompeten untuk memahami hubungan dan transaksi antar pihak
yang memiliki hubungan istimewa, serta dampaknya terhadap laporan keuangan. la kemudian
harus mengevaluasi semua informasi yang tersedia baginya mengenai transaksi antar pihak
yang memiliki hubungan istimewa atau hubungan pengendalian dan memperoleh keyakinan
yang didasarkan atas pertimbangan profesionalnya tentang memadai atau tidaknya
pengungkapan hal tersebut dalam laporan keuangan.
Kecuali untuk transaksi rutin, biasanya tidak mungkin untuk menentukan apakah suatu
transaksi akan terjadi jika pihak-pihak yang terlibat tidak memiliki hubungan istimewa atau
jika dianggap transaksi tersebut telah terjadi, maka sulit untuk menentukan apakah syarat-
syarat dan cara penyelesaian yang digunakan seperti halnya jika pihak yang terlibat memiliki
hubungan istimewa. Oleh sebab itu, sulit untuk menguatkan suatu pencerminan transaksi
yang dilaksanakan atas dasar syarat-syarat yang berlaku antara pihak yang bebas. Jika.
pencerminan transaksi semacam ini dicantumkan dalam laporan keuangan dan auditor yakin
bahwa pencerminan tersebut tidak didukung oleh manajemen, ia harus menerbitkan pendapat
wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena merupakan penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, tergantung atas materialitasnya.
1.3.17 PERTIMBANGAN ATAS KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN
KELANGSUNGAN HIDUP (GOING CONCERN)
Pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya diatur dalam SA Seksi 341. Kelangsungan hidup entitas dipakai sebagai asumsi
dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal
yang berlawanan. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka
waktu pantas). Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa
yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang
kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang
terkandung dalam laporan keuangan yang sedang diaudit. Biasanya, informasi yang secara
signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan
dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa
melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa,
restrukturisasi hutang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang
lain. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar
terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode
waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit
(selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas) yaitu dengan cara:
1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam
perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian
auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan,
menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:
a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan untuk
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan
3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah
ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan
datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah
menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka
waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya
menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya
kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan
mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk mengidentifikasi
kondisi dan peristiwa yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan bahwa
terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Hasil prosedur audit yang dirancang dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan tersebut.
Berikut ini adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi atau peristiwa
tersebut:
1. Prosedur analitik.
2. Review terhadap peristiwa kemudian.
3. Review terhadap kepatuhan terhadap syarat-syarat hutang dan perjanjian penarikan
hutang.
4. Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite atau panitia
penting yang dibentuk.
5. Permintaan keterangan kepada penasihat hukum entitas tentang perkara pengadilan,
tuntutan, dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan
entitas tersebut.
6. Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak
ketiga mengenai rincian perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan.
Auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang, jika
dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan,
dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama
dengan kondisi atau peristiwa yang lain seperti:
1. Trend negatif - sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting
yang jelek.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan - sebagai contoh, kegagalan
dalam memenuhi kewajiban hutangnya atau perjanjian serupa, penunggakan
pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan
permintaan pembelian kredit biasa, rektrukturisasi hutang, kebutuhan untuk mencari
sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
3. Masalah intern - sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen
jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan
memperbaiki operasi.
Jika, setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara
keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus
mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak merugikan dari kondisi
atau peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen
tersebut, dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara
efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa
tersebut dalam jangka waktu pantas. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana
manajemen meliputi:
1. Rencana untuk menjual aktiva
a. Pembatasan terhadap penjualan aktiva, seperti adanya pasal yang membatasi
transaksi tersebut dalam perjanjian penarikan hutang atau perjanjian yang serupa.
b. Kenyataan dapat dipasarkannya aktiva yang direncanakan akan dijual oleh
manajemen.
c. Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari penjualan
aktiva.
2. Rencana penarikan hutang atau restrukturisasi hutang
a. Tersedianya pembelanjaan melalui hutang, termasuk perjanjian kredit yang telah
ada atau yang telah disanggupi, perjanjian penjualan piutang atau jual-kemudian-
sewa aktiva (sale-leaseback of assets).
b. Perjanjian untuk merestrukturisasi atau menyerahkan hutang yang ada maupun
yang telah disanggupi atau untuk meminta jaminan hutang dari entitas.
c. Dampak yang mungkin timbul terhadap rencana manajemen untuk penarikan
hutang dengan adanya batasan yang ada sekarang dalam menambah pinjaman atau
cukup atau tidaknya jaminan yang dimiliki oleh entitas.
d. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran
e. Kelayakan rencana untuk mengurangi biaya overhead atau biaya administrasi,
untuk menunda biaya penelitian dan pengembangan, untuk menyewa sebagai
alternatif membeli.
f. Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari pengurangan
atau penundaan pengeluaran.
3. Rencana untuk menaikkan modal pemilik
a. Kelayakan rencana untuk menaikkan modal pemilik, termasuk perjanjian yang ada
atau yang disanggupi untuk menaikkan tambahan modal.
b. Perjanjian yang ada atau yang disanggupi untuk mengurangi dividen atau untuk
mempercepat distribusi kas dari perusahaan afiliasi (perusahaan yang secara
efektif dikendalikan oleh perusahaan lain, atau tergabung dengan perusahaan atau
beberapa perusahaan lain karena kepentingan atau pemilikan atau pengurus
yang sama) atau investor lain.
Dalam mengevaluasi rencana manajemen, auditor harus mengidentifikasi unsur- unsur
terutama yang signifikan untuk mengatasi dampak negatif kondisi atau peristiwa dan harus
merencanakan dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit tentang hal
tersebut. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan
tentang kemampuan perusahaan untuk mendapatkan tambahan pembelanjaan atau penjualan
aktiva yang telah direncanakan. Jika informasi keuangan prospektif sangat signifikan bagi
rencana manajemen, auditor harus meminta kepada manajemen untuk menyediakan informasi
tersebut dan harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan terhadap asumsi
signifikan yang melandasi informasi itu. Auditor harus menaruh perhatian khusus atas asumsi
yang:
1. Material bagi informasi keuangan prospektif.
2. Rentan atau mudah sekali berubah.
3. Tidak konsisten dengan trend masa lalu.
Pertimbangan auditor harus didasarkan atas pengetahuannya mengenai entitas, bisnis, dan
manajemennya dan harus meliputi (a) membaca informasi keuangan prospektif dan asumsi
yang melandasinya, (b) membandingkan informasi keuangan prospektif periode lalu dengan
hasil sesungguhnya yang dicapai sampai saat ini. Jika auditor mulai menyadari faktor-faktor
yang dampaknya tidak tercermin dalam informasi keuangan prospektif tersebut, ia harus
membahas faktor-faktor tersebut dengan manajemen dan, jika perlu, meminta perbaikan atas
informasi keuangan prospektif tersebut.

1.3.18 KEJADIAN SETELAH TANGGAL NERACA


Ada peristiwa atau transaksi yang kadang-kadang terjadi sesudah tanggal neraca tetapi
sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai akibat material
terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam
laporan-laporan tersebut. Misalnya, auditor mengaudit laporan keuangan per 31 Desember
2007 dan menerbitkan laporan auditor independen (opini auditor) pada tanggal 22 Maret
2008. Selama pelaksanaan audit, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya
peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal 31 Desember 2007 sampai tanggal 22
Maret 2008 yang memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan
auditan per 31 Desember 2007 tersebut.
Peristiwa atau transaksi dalam contoh tersebut merupakan “Peristiwa Kemudian atau
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (Subsequent Events)” yang diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 560 (PSA No. 46) tentang Peristiwa Kemudian
serta Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 8 (Revisi 2003) tentang Peristiwa
Setelah Tanggal Neracaseperti dipaparkan berikut:
Peristiwa setelah tanggal neraca adalah peristiwa, baik yang menguntungkan ( favourable)
atau tidak menguntungkan (unfavourable), yang terjadi di antara tanggal neraca dan tanggal
penyelesaian laporan keuangan. Dua jenis peristiwa dapat diidentifikasikan:
1. Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya suatu kondisi pada tanggal neraca
(peristiwa setelah tanggal neraca yang mengakibatkan laporan keuangan harus
disesuaikan); dan
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah tanggal neraca
(peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak mengakibatkan laporan keuangan
disesuaikan).
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca Yang Memerlukan Penyesuaian
Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian atas laporan
keuangan adalah:
a. Kerugian akibat piutang tak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan yang
mengalami kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan setelah tanggal neraca.
b. Keputusan pengadilan setelah tanggal neraca atau penyelesaian tuntutan hukum yang
jumlahnya berbeda dengan jumlah hutang yang sudah dicatat jika peristiwa yang
menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal
neraca.
c. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan
tidak benar.
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca yang Tidak Memerlukan Penyesuaian
Apabila peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian adalah penting,
dalam arti jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan pengguna
laporan keuangan, maka perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut untuk setiap
peristiwa tersebut:
a. jenis peristiwa yang terjadi
b. estimasi atas dampak keuangan, atau penyataan bahwa estimasi semacam itu tidak
dapat dibuat.
Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian tetap diperlukan
adanya pengungkapan dalam laporan keuangan adalah:
a. Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru.
b. Terjadinya tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata disebabkan oleh
peristiwa yang terjadi sesudah tanggal neraca.
c. Pembelian dan pelepasan aset dalam jumlah yang signifikan, atau pengambilan aset
oleh pemerintah.
d. Perubahan abnormal atas harga aset atau nilai tukar mata uang asing setelah tanggal
neraca.
e. Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan
setelah tanggal neraca dan memiliki pengaruh yang signifikan pada aset dan
kewajiban pajak kini dan pajak tangguhan.
f. Kerugian aktiva tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran.

1.3.19 PERTIMBANGAN PROSEDUR YANG DIHILANGKAN SETELAH


TANGGAL NERACA
Ketika auditor menghilangkan suatu proses audit, maka auditor harus menilai kepentingan hal
terssebut bagi kemampuannya saat ini untuk mendukung pendapat yang dinyatkan atas
laporan keuagan. Jika auditor telah memperoleh bukti yang mendukung terhadap pendapat
yang dikeluarkannya maka auditor tidak mempunyai tanggungjawab lagi, akan tetapi jika
pelaksanaan penghilangan prosedur yang dihilangkan dapat mengubah pendapat yang
dinyatakan auditorm maka auditor harus mengikuti pemberitahuan yang telah diuraikan
dalam paragraph terakhir dari bagian terdahulu yang bertujuan untuk mencegah
ketergantungan selanjutnya atas laporan bersangkutan. Jika prosedur alternatif atau prosedur
yang dihilangkan tidak dapat dilaksanakan, maka auditor akan melakukan konsultasi dengan
pengacara untuk menentukan tindakan yang akan dilakukannya.

1.4 PENYELESAIAN AUDIT


1.4.1 PROSEDUR YANG DILAKUKAN MENJELANG AKHIR AUDIT
Dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor melakukan prosedur-prosedur audit
tertentu guna memperoleh bukti tambahan. Prosedur-prosedur tersebut meliputi:
1. Melakukan review peristiwa – peristiwa kemudian.
2. Membaca notulen – notulen rapat.
3. Mendapatkan bukti tentang tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.
4. Mendapatkan surat pernyataan dari klien.
5. Melakukan prosedur analitis.
1.4.1.1 Melakukan Review Peristiwa – peristiwa Kemudian
Tanggung jawab auditor dalam menentukan kewajaran laporan keuangan klien tidak terbatas
pada pemeriksaan atas kejadian dari transaksi yang terjadi sampai dengan tanggal neraca. SA
560 tentang Peristiwa Kemudian menyatakan bahwa auditor mempunyai tanggung jawab
tertentu atas kejadian dan transaksi-transaksi yang:
1. Mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan.
2. Terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan
laporan auditor.
Tipe Peristiwa Kemudian
Ada dua tipe peristiwa kemudian:
1. Peristiwa Kemudian tipe 1. Meliputi peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang
berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap
taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan.
2. Peristiwa Kemudian tipe 2. Meliputi peristiwa – peristiwa yang menyediakan
tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca
yang dilaporkan namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.
Prosedur Pengauditan dalam Periode Kemudian
Auditor harus mengidentifikasi dan menilai peristiwa kemudian sampai dengan tanggal
laporan yang biasanya sama dengan tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan. Tanggung
jawab ini dilakukan dengan dua cara berikut: (1) pada saat melaksanakan pengujian substantif
akhir tahun, seperti melakukan pengujian pisah batas dan mencari utang yang tidak dicatat,
auditor harus waspada terhadap kemungkinan adanya peristiwa kemudian, dan (2) dengan
melaksanakan prosedur-prosedur pengauditan pada tanggal akhir pemeriksaan lapangan atau
menjelang berakhirnya pekerjaan lapangan:
1. Membaca laporan keuangan interim yang terakhir; membandingkan laporan keuangan
interim dengan laporan keuangan yang akan dilaporkan; dan membuat berbagai
perbandingan lainnya yang dipertimbangkan cukup memadai sesuai dengan kondisi
yang ada.
2. Mengajukan pertanyaan dan membicarakan dengan pejabat atau eksekutif yang
bertanggung jawab atas masalah keuangan dan akuntansi tentang:
• Apakah ada utang bersyarat yang cukup besar atau komitmen yang terjadi
pada tanggal neraca yang dilaporkan atau pada tanggal pertanyaan diajukan.
• Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, utang
jangka panjang, atau modal kerja sampai pada tanggal pertanyaan diajukan.
• Status sekarang mengenai unsur, dalam laporan keuangan yang dilaporkan,
yang dipertanggungjawabkan berdasarkan data sementara, awal, atau data
yang tidak konklusif.
• Apakah penyesuaian (adjustment) yang tidak biasanya terjadi telah dibuat
selama periode dari tanggal neraca sampai dengan tanggal pertanyaan
diajukan.
3. Membaca notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi lainnya; apabila
notulen rapat tidak tersedia, auditor meminta keterangan mengenai masalah yang
dibicarakan dalam rapat tersebut.
4. Mengajukan pertanyaan kepada konsultan hukum klien tentang adanya tuntutan
hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.
5. Mendapatkan surat representasi dari pejabat yang berwenang, umumnya adalah
presiden direktur dan direktur keuangan, yang bertanggal sama dengan tanggal
laporan audit, tentang apakah setiap peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan
keuangan yang dilaporkan oleh auditor independen, menurut pandangan para
eksekutif tersebut akan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-
laporan tersebut.
Pengaruh atas Laporan Auditor
Kegagalan untuk mencatat atau mengungkapkan peristiwa kemudian dalam laporan keuangan
akan menyebabkan auditor tidak dapat memberi pendapat wajar tanpa pengecualian.
Tergantung pada materialitasnya, auditor harus memberi pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar karena laporan keuangan tidak disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.

1.4.1.2 Membaca Notulen Rapat


Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, komite – komitenya, sepertinya komite
keuangan dan komite audit, mungkin berisi hal – hal penting bagi suatu audit. Auditor harus
memastikan bahwa semua notulen hasil rapat yang diselenggarakan selama periode diperiksa
dan selama periode sejak tanggal neraca sampai dengan akhir pekerjaan lapangan telah
disediakan klien untuk direview. Pembacaan notulen-notulen rapat biasanya dilakukan segera
setelah auditor menerimanya, agar auditor mempunyai waktu yang cukup untuk mempelajari
dan menilai signifikansinya terhadap audit.

1.4.1.3 Mendapatkan Bukti tentang Tuntutan Hukum, Klaim, dan Keputusan


Pengadilan
FASB mendefinisikan kontingensi (contingency) sebagai adanya kondisi, situasi, atau
sejumlah keadaan yang tidak pasti, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang
merugikan yang kepastiannya akan tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau
lebih kejadian di masa datang. Tergantung pada tingkat kemungkinan pembayaran di masa
datang, prinsip akuntansi berlaku umum mengharuskan kontingensi merugikan untuk
diperlakukan sebagai salah satu dari kemungkinan berikut: (1) dicatat sebagai utang
bersyarat, (2) diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, dan (3) diabaikan.
Pertimbangan Audit
Auditor harus mendapatkan bukti tentang:
1. Adanya suatu kondisi, situasi, atau sejumlah keadaan yang mengindikasikan
ketidakpastian tentang kemungkinan kerugian terhadap perusahaan yang berasal dari
tuntutan hukum, klaim, atau keputusan pengadilan.
2. Periode terjadinya penyebab tindakan hukum.
3. Tingkat kemungkinan terjadinya hasil yang tidak menguntungkan.
4. Jumlah atau perkiraan kerugian potensial.
Berhubung tentang tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan berada dalam
pengetahuan langsung manajemen, maka manajemen merupakan sumber informasi dalam hal
ini. Oleh karena itu, auditor harus:
1. Mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan dengan manajemen tentang cara untuk
mengidentifikasikan tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.
2. Mendapatkan deskripsi dan evaluasi dari manajemen tentang tuntutan hukum, klaim,
dan keputusan pengadilan yang ada pada tanggal neraca.
3. Mendapatkan jaminan dari manajemen mengenai keberadaan klaim yang belum ada
keputusannya.

Surat Kepada Penasehat Hukum Klien


Auditor pada umumnya tidak mempunyai pengetahuan hukum yang cukup untuk bisa
membuat pertimbangan tentang segala macam dengan tuntutan hukum, klaim, dan keputusan
pengadilan. Surat penasehat hukum klien bisa menjadi cara yang paling diandalkan dalam
mendapatkan bukti penguat tentang informasi yang berkaitan dengan tuntutan hukum, klaim,
dan keputusan pengadilan yang diberikan manajemen.
Pengaruh Jawaban terhadap Laporan Auditor
Jawaban dari penasehat hukum mungkin tidak memiliki dampak terhadap laporan auditor.
Dalam hal demikian, maka auditor bisa menerbitkan laporan standar dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian. Hal ini bisa terjadi apabila jawaban menunjukkan bahwa berdasarkan
penyelidikan yang masuk akal atas persoalan yang dihadapi disimpulkan hal-hal berikut:
1. Kemungkinan besar hasil akhirnya akan menguntungkan klien.
2. Persoalan yang dihadapi tidak material.

1.4.1.4 Mendapatkan Surat Pernyataan dari Klien


Untuk memenuhi standar pekerjaan lapangan ketiga auditor harus mendapatkan surat
pernyataan dari manajemen.
Manfaat surat pernyataan dari manajemen adalah:
1. Mengkonfirmasi pernyataan lisan yang telah diberikan kepada auditor.
2. Mendokumentasikan ketepatan pernyataan tersebut secara berkelanjutan.
3. Mengurangi kemungkinan terjadinya salah pengertian tentang pernyataan manajemen.
Isi Surat Pertanyaan Manajemen
Ada empat kategori pernyataan yang seyogyanya dimasukkan dalam surat pernyataan
manajemen, yaitu pernyataan tentang:
1. Laporan keuangan.
2. Kelengkapan informasi.
3. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan.
4. Peristiwa kemudian.
Pengaruh terhadap Laporan Auditor
Apabila auditor mendapat surat pernyataan dari manajemen dan ia bisa mendapat pendukung
atas pernyataan manajemen tersebut, maka auditor bisa menerbitkan laporan dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian. Namun, akan terjadi pembatasan dalam lingkungan audit
seandainya auditor tidak bisa (1) mendapatkan surat pernyataan dari manajemen, atau (2)
mendapat pendukung atas pernyataan manajemen yang material terhadap laporan keuangan
melalui prosedur audit yang lain. Pembatasan lingkup akan mengakibatkan auditor hanya bisa
menerbitkan laporan dengan pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak memberi
pendapat.

1.4.1.5 Melaksanakan Prosedur Analitis


Prosedur analitis diperlukan dalam tahap penyelesaian suatu audit sebagai suatu review
menyeluruh (akhir) atas laporan keuangan. SA 329 tentang Prosedur Analitis menyatakan
bahwa tujuan prosedur analitis yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh suatu audit
adalah untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam
mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan.
Dalam melaksanakan review menyeluruh, auditor membaca laporan keuangan beserta catatan
atas laporan keuangan dan mempertimbangkan kecukupan bukti yang diperoleh sebagai
tanggapan atas saldo-saldo yang tidak biasa atau di luar perkiraan serta hubungan-hubungan
(1) yang diantisipasi dalam perencanaan audit, atau (2) diidentifikasi selama pelaksanaan
pengujian substantif. Prosedur analitis kemudian diterapkan atas laporan keuangan untuk
menentukan apakah masih ada hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan. Apabila
hubungan demikian masih ada, maka diperlukan prosedur audit tambahan dalam tahap
penyelesaian audit.
Berbagai macam prosedur – prosedur Analitis yang bisa dilakukan:
1. Diterapkan pada bagian – bagian audit yang kritis yang ditemukan selama audit
berlangsung.
2. Berdasarkan data laporan keuangan setelah semua penyesuaian audit dan
reklasifikasikan diterima klien atau dicatat dalam pembukuan klien.

1.4.2 EVALUASI TEMUAN AUDIT


Penilaian temuan dilakukan auditor dengan dua tujuan: (1) menetapkan jenis pendapat yang
akan diberikan dan (2) menentukan apakah standar auditing telah dipenuhi dalam audit.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, auditor melakukan langkah-langkah berikut:
1. Membuat penetapan akhir tentang materialitas dan risiko audit.
2. Mengevaluasi apakah terdapat keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan
untuk melangsungkan usahanya (going concern).
3. Melakukan review teknis atas laporan keuangan.
4. Merumuskan pendapat dan membuat konsep laporan auditor.
5. Melakukan review akhir terhadap kertas kerja.

1.4.2.1 Membuat Penetapan Akhir tentang Materialitas dan Risiko Audit


Titik tolak dalam proses ini adalah menjumlahkan semua salah saji yang ditemukan dalam
pemeriksaan atas semua rekening yang tidak dikoreksi oleh klien. Langkah berikutnya adalah
menentukan pengaruh dari total salah saji terhadap laba bersih dan terhadap total-total
lainnya dalam laporan keuangan yang ada kaitannya dengan salah saji tersebut, seperti
misalnya total aktiva lancar atau total hutang lancar.

Penentuan salah saji dalam suatu rekening harus meliputi komponen-komponen berikut:
1. Salah saji tidak dikoreksi yang secara spesifik ditemukan melalui pengujian substantif
detail atas transaksi dan saldo-saldo.
2. Proyeksi salah saji tidak dikoreksi yang ditaksir melalui teknik sampling audit.
3. Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi dengan
prosedur audit lainnya.

1.4.2.2 Menilai Kelangsungan Hidup (Going Concern)


Auditor umumnya menilai apakah terdapat kesangsian besar tentang kemampuan klien untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya berdasarkan hasil pelaksanaan prosedur-prosedur
audit yang normal baik dalam tahap perencanaan, pengumpulan bukti, maupun penyelesaian
audit. Apabila auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar tentang kemampuan klien
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, maka ia harus
melakukan langkah-langkah berikut: (1) dapatkan informasi tentang rencana manajemen
yang ditujukan untuk mengurangi pengaruh dari kondisi atau kejadian tersebut, dan (2)
tentukan kemungkinan rencana tersebut akan dapat diterapkan secara efektif.
Apabila setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor masih berkesimpulan terdapat
kesangsian besar tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
maka auditor harus (1) mempertimbangkan kecukupan pengungkapan tentang
ketidakmampuan perusahaan klien untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
periode waktu pantas, dan (2) mencantumkan paragraf penjelasan (di bawah paragraf
pendapat) dalam laporan auditor untuk mencerminkan kesimpulannya. Apabila auditor
berpendapat bahwa kesangsian bear sudah tidak ada, auditor masih harus mempertimbangkan
kebutuhan akan pengungkapan. Beberapa informasi yang perlu diungkapkan meliputi:
1. Kondisi atau kejadian yang bersangkutan yang telah memunculkan kesangsian besar
tentang kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya selama
periode waktu pantas.
2. Dampak yang mungkin terjadi sebagai akibat dari kondisi atau kejadian tersebut.
3. Evaluasi manajemen mengenai signifikansi kondisi atau kejadian dan faktor-faktor
yang bisa mengurangi kesangsian tersebut.
4. Kemungkinan terhentinya operasi.
5. Informasi tentang kemungkinan pulihnya kembali keadaan perusahaan klien, atau
klasifikasi aktiva yang dicatat atau klasifikasi hutang.

1.4.2.3 Melakukan Review Teknis atas Laporan Keuangan


Kebanyakan kantor akuntan publik memiliki daftar pengecekan laporan keuangan detail yang
dikerjakan oleh auditor yang melakukan review atas laporan keuangan. Daftar pengecekan
yang telah dirampungkan selanjutnya direview kembali oleh manajer atau partner yang
ditunjuk dalam penugasan yang bersangkutan. Daftar pengecekan meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan bentuk dan isi setiap bagian pokok laporan keuangan beserta
pengungkapan-pengungkapannya.

1.4.2.4 Merumuskan Pendapat dan Membuat Konsep Laporan Audit


Sebelum sampai pada keputusan akhir tentang opini yang akan diberikan, biasanya klien
menyelenggarakan pertemuan dengan auditor. Dalam pertemuan tersebut auditor melaporkan
temuan-temuan secara lisan dan memberikan alasan atas usulan penyesuaian dan/atau
tambahan pengungkapan. Sebaliknya, manajemen biasanya bertahan dengan pendapat atas
kemauannya. Apabila pada akhirnya dicapai kesepakatan untuk melakukan perubahan, maka
auditor bisa memberi pendapat wajar tanpa pengecualian. Namun apabila tidak dicapai
kesepakatan, maka auditor harus memberi pendapat lain selain pendapat wajar tanpa
pengecualian.
1.4.2.5 Melakukan Review Akhir atas Kertas Kerja
Review yang dilakukan partner atas kertas kerja dimaksudkan untuk mendapat jaminan
bahwa:
1. Pekerjaan yang dilakukan oleh para bawahan telah dilakukan dengan cermat dan teliti.
2. Pertimbangan yang diberikan oleh bawahan cukup beralasan dengan tepat sesuai
dengan keadaan yang dihadapi.
3. Penugasan audit telah selesai dikerjakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian kerja.
4. Semua persoalan akuntansi, pengauditan, dan pelaporan yang menimbulkan
pertanyaan yang signifikan selama audit berlangsung telah terpecahkan dengan
memuaskan.
5. Kertas kerja mendukung pendapat auditor.
6. Standar auditing dan kebijakan serta prosedur pengendalian mutu yang berlaku di
kantor akuntan publik yang bersangkutan telah terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai