AUDIT ASSURANCE
Abstract Kompetensi
Pada bab ini akan menjelaskan Setelah mengikuti perkuliahan ini
penerapan prosedur audit dan diharapkan mahasiswa menerapkan
penyelesaian audit prosedur audit
1.1 PENERAPAN PROSEDUR AUDIT
1.1.1 KAS
Pengertian Kas Dan Setara Kas
Menurut PSAK No.2 (2009), Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro
(demand deposits), sedangkan setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya
sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah
yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan. Kas
merupakan harta lancar entitas atau perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan. karena menyangkut dengan penerimaan dan pengeluaran kas maka perlu
pengendalian internal (internal control) yang baik atas kas dan bank.
Tujuan Audit Atas Kas Dan Setara Kas
Menurut Sukrisno Agoes (2009), audit atas kas dan setara kas dilakukan untuk meyakinkan
bahwa:
1. Posisi kas dan setara kas pada tanggal neraca benar-benar ada dan merupakan milik
perusahaan (existence and ownership).
2. Semua transaksi kas dan setara kas telah dicatat dengan lengkap dan merupakan
transaksi yang sah (completeness)
3. Kas di bank seperti yang dinyatakan dalam rekonsiliasi telah dijumlahkan dengan
benar dan sesuai dengan buku besar (mathematical accuracy)
4. Kas di bank seperti dinyatakan dalam rekonsiliasi adalah absah dan benar (validity
and valuation)
5. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dicatat dalam periode yang tepat (cut-off).
6. Kas dan setara kas telah diungkapkan dengan benar (disclosure).
Prosedur Audit Kas
1. Siapkan skedul utama dari kas dan setara kas
2. Lakukan perhitungan kas (cash count) secara mendadak dan serentak untuk semua
jenis kas yang ada di perusahaan serta dibuatkan berita acara pemeriksaan.
3. Yakinkan bahwa buku kas telah ditutup per tanggal pemeriksaan dan semua bukti
pengeluaran dan penerimaan telah dibukukan.
4. Bandingkan saldo kas menurut perhitungan kas dengan saldo buku kas.
5. Apabila perhitungan kas dilakukan sesudah tanggal neraca, lakukan prosedur
penarikan mundur (trace back) ke tanggal neraca dan bila dilakukan sebelum tanggal
neraca lakukan penarikan maju (trace forward) ke tanggal neraca.
6. Bandingkan saldo buku besar dengan saldo perhitungan kas setelah prosedur
penarikan per tanggal neraca.
7. Periksa penjumlahan (footing/cross footing) lembaran-lembaran buku kas, perhatikan
pemindahan saldo pada lembaran tersebut ke lembaran berikutnya.
8. Jika kas kecil menggunakan sistem dana tetap (Imprest fund), teliti apakah sudah ada
petanggungjawaban dari dana tetap sebelum diadakan pengisian kembali.
9. Pastikan bila ada kas yang dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam kurs
yang benar per tanggal neraca.
10. Buat daftar koreksi yang diperlukan
11. Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan kas yang perlu diketahui oleh para
partner serta saran perbaikan kepada pihak manajemen yang juga merupakan salah
satu penilaian terhadap mutu audit.
Prosedur Audit Bank
1. Lakukan prosedur konfirmasi untuk semua akun bank, baik yang masih aktif maupun
yang sudah tidak aktif.
2. Minta dari klien hasil rekonsiliasi bank dan periksa kebenaran rekonsiliasi tersebut
(meliputi pencocokan saldo R/K dengan saldo buku besar bank, pemeriksaan cek/giro
yang masih beredar (outstanding check) dan setoran dalam perjalanan (deposit in
transit).
3. Yakinkan bahwa saldo bank dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam
kurs yang benar per tanggal neraca.
4. Yakinkan bahwa setiap pembukuan dan penutupan rekening bank mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang. Mintalan informasi mengapa perlu dibuka
rekening baru maupun alas an dari penutupan rekening.
5. Yakinkan bahwa tidak ada lapping/window dressing dengan memeriksa bukti-bukti
penerimaan dan pengeluaran akhir tanggal neraca.
6. Untuk rekening yang sudah tidak aktif, mintalah penjelasan dari klien dan sarankan
untuk ditutup saja
7. Yakinkan bahwa semua rekening di bank atas nama perusahaan, bukan perorangan.
8. Perhatikan apakah ada kelebihan saldo di bank yang tidak digunakan dalam waktu
singkat dan sarankan untuk didepositokan untuk mendapat tingkat bunga yang lebih
tinggi.
9. Periksa pendebitan dan pengkeditan yang ada dalam jurnal dan dibukukan kedalam
buku besar.
10. Catat hal-hal yang perlu diberikan saran kepada manajemen dalam surat manajemen
(Management Letter).
11. Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan bank yang perlu diketahui oleh
partner.
Prosedur Audit Investasi Jangka Pendek
1. Siapkan skedul utama investasi jangka pendek
2. Lakukan konfirmasi atas investasi yang dipegang oleh pihak lain, apabila digunakan
sebagai jaminan oleh pihak bank atau dikuasai oleh pihak broker/pialang.
3. Mintalah catatan kurs harga pasar pada tanggal neraca untuk saham dan bandingkan
dengan harga belinya.
4. Periksa transaksi mutasi penambahan dan pengurangan dengan melihat bukti
pembelian dan penjualan serta apakah telah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
5. Lakukan verifikasi atas dividen tunai/saham dan penerimaan bunga deposito.
6. Lakukan pengecekan pencatatan investasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan
standar akuntansi berlaku umum.
7. Perhatikan klasifikasi dari setara kas bahwa investasi tersebut segera akan jatuh tempo
dalam tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya termasuk sebagai kelompok
kas dan setara kas dan tidak digunakan sebagai jaminan (jika lebih dari tiga bulan
termasuk investasi jangka pendek).
1.1.2 PIUTANG
Pengertian Piutang Usaha
Menurut Donald E. Keiso (2004:386), piutang adalah klaim uang, barang, jasa kepada
pelanggan atau pihak – pihak lainnya. Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, di mana
yang paling umum ialah dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Kredit dapat diberikan
dalam bentuk perkiraan terbuka atau berdasarkan instrumen kredit yang sahih, yang disebut
surat promes (wesel). Surat promes (promissory note), yang sering disebut wesel (nota),
adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu atas permintaan atau pada suatu
tanggal yang telah ditetapkan.
Klasifikasi Piutang
Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Piutang usaha
a) Piutang dagang
b) Piutang jasa
2) Piutang non usaha
a) Piutang karyawan
b) Piutang deviden
c) Piutang pendapatan yang masih harus diterima
d) Piutang klaim asuransi
e) Piutang wesel
f) Piutang lain-lain
Prinsip Akuntansi Yang Diterima Umum Untuk Penyajian Piutang Pada Laporan
Posisi Keuangan
1. Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sebesar jumlah yang harus ditagih
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan piutang usaha, harus mencantumkan
pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih.
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada neraca harus disajikan rinciannya di neraca
atau dibuatkan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
4. Piutang usaha yang bersaldo kredit terdapat pada kartu piutang pada tanggal neraca
disajikan dalam kelompok hutang lancar.
5. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang
usaha
Tujuan Audit Piutang
Menurut Sukrisno Agoes (2004:173), tujuan audit atas piutang antara lain:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik
atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan) dari pada
piutang.
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup
tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
Prosedur Audit Atas Piutang
Menurut Sukrisno Agoes (2004:176), prosedur audit piutang usaha antara lain:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca. Minta aging
shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama
pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent
collections-nya.
3. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
5. Kirimkan konfirmasi piutang: (1) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan
yang akan dikirim surat konfirmasi. (2) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi
positif atau konfirmasi negatif. (3) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule
piutang maupun di surat konfirmasi. (4) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus
diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya. (5) Buat ikhtisar (summary)
dari hasil konfirmasi
6. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collectionshanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode
yang sedang diperiksa.
7. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
9. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-
barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari
tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
10. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia/SAK
12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.
1.3.3 PERSEDIAAN
Audit Persediaan mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagial pembelian, penerimaan
barang, gudang, akuntansi dan keuangan.
2. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak, seperti:
• purchase requisition (permintaan pembelian), purchase order (order
pembelian)
• delivery order (surat jalan), receiving report (laporan penerimaan barang),
sales order (order penjualan), sates invoice (faktur penjualan).
1. Prosedur inisial
Auditor berusaha untuk mendapatkan data mengenai investasi pada awal tahun
dengan menganalisa data yang ada dalam kertas kerja tahun lalu.
2. Penerapan prosedur analitis
Prosedur analitis atas saldo investasi meliputi keterkaitan diantara akun-akun
tertentu dalam periode berjalan dan analisis rasio tertentu.
3. Pengujian detai saldo
a. Vouching penjurnalan dalam akun investasi
Berbagai penjurnalan rekening dapat dilakukan klien. Klien dapat melakukan
penjurnalan atas investasi atau pembelian surat berharga.
b. Konfirmasi surat berharga yang dipegang atau dikelolah pihak lain
Kadang surat berharga yang dimiliki oleh klien tidak dipegang atau disimpan
oleh klien. Klien kadang menitipkan surat berharganya pada pihak lain untuk
alasan jaminan keamanan.
c. Uji cut off
Uji cut off dilakukan untuk menentukan transaksi surat berharga yang
mendekati tanggal neraca dicatat pada periode yang tepat.
1) Inspeksi dan penghitungan surat berharga ditangan Inspeksi ini
memungkinkan auditor untuk mengethui keberadaan investasi
tersebut.
2) Menghitung kembali pendapatan yang diperoleh Pendapatan dari
investasi dapat diverifikasi dengan bukti dokumen dan perhitungan
kembali.
3) Menelaah dokumentasi mengenai nilai pasar surat berharga Nilai
pasar surat berharga pada tanggal neraca dapat dihimpun dari pasar
modal atau bursa efek.
4) Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum Penyajian saldo investasi yang
tepat meliputi identifikasi dan klasifikasi berbagai tipe investasi dalam
neraca, dan pengakuan pendapatan, laba, atau rugi dalam laporan laba
rugi.
Pengendalian Internal
Pengendalian internal khususnya terhadap asuransi dibayar dimuka adalah dengan
mengidentifikasi polis yang berlku terkait dengan asuransi dibayar dimuka tersebut. Dalam
melakukan hal tersebut dengan menggunakan register asuransi (insurance register). Selain itu
auditor juga dapat melakukan pengecekan terhadap ayat jurnal yang berkaitan dengan
pencatatan asuransi tersebut.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis untuk audit terhadap beban dibayar dimuka yang dapat dilakukan oleh
auditor antara lain:
1. Melakukan perbandingan total asuransi yang dibayar di muka dan beban asuransi
dengan periode sebelumnya
2. Membandingkan rasio asuransi dibayar dimuka thd beban asuransi dengan periode
sebelumnya
3. Membandingkan dan mereview cakupan polis asuransi dengan periode sebelumnya
4. Membandingkan saldo asuransi dibayar dimuka untuk menghitung adanya
kesalahan.
Harga pasar yang ditetapkan yang diperoleh dari publikasi keuangan atau dari bursa nasional
biasanya benar-benar dipertimbangkan untuk memberi bukti yang memadai mengenai nilai
wajar investasi. Bagaimanapun juga, untuk investasi tertentu, seperti efek yang tidak
diperdagangkan secara regular, auditor harus mempertimbangkan untuk memperoleh estimasi
nilai wajar dari pialang atau sumber pihak ketiga lainnya. Dalam beberapa situasi, auditor
dapat menentukan bahwa penting untuk memperoleh estimasi nilai wajar lebih dari satu
sumber. Sebagai contoh, adalah tepat jika sumber harga investasi memiliki hubungan dengan
entitas yang dapat menghalangi objektivitasnya.
Untuk estimasi nilai wajar yang diperoleh dari pialang dan sumber pihak ketiga lainnya,
auditor harus mempertimbangkan penerapan panduan dalam SA Seksi 336 [PSA No. 39]
Penggunaan Pekerjaan Spesialis atau SA Seksi 324 [PSA No. 61] Pelaporan atas Pengolahan
Transaksi oleh Organisasi Jasa. Keputusan auditor untuk mengetahui apakah panduan
tersebut dapat diterapkan dan panduan mana yang dapat diterapkan tergantung pada situasi.
Panduan dalam SA Seksi 336 [PSA No. 39] dapat diterapkan jika nilai wajar efek sumber
pihak ketiga berasal dari penggunaan model atau teknik serupa. Jika sebuah entitas
menggunakan jasa pemeringkat untuk memperoleh harga dari efek yang terdaftar dalam
portofolio entitas, panduan dalam SA Seksi 324 [PSA No. 61] dapat diterapkan.
Pada kasus investasi dinilai oleh entitas dengan menggunakan sebuah model pengukuran,
auditor tidak berfungsi sebagai jasa penilai (appraiser) dan tidak diharapkan mengganti
keputusannya dengan penilaian manajemen entitas. Auditor harus menaksir masuk akalnya
dan ketetapan model tersebut. Auditor harus menentukan apakah variabel dan asumsi pasar
yang digunakan mendukung secara masuk akal dan tepat. Estimasi arus kas masa datang yang
diharapkan (expected future cash flow) harus berdasarkan asumsi yang masuk akan dan yang
mendukung. Auditor juga harus menentukan apakah entitas telah membuat pengungkapan
yang semestinya mengenai metode dan asumsi yang signifikan yang digunakan untuk
mengestimasi nilai wajar investasi.
Penilaian terhadap ketetapan model pengukuran (valuation model) serta setiap variabel dan
asumsi yang digunakan dalam model membutuhkan pertimbangan dan pengetahuan teknik
pengukuran, faktor pasar yang mempengaruhi ukuran (value), dan kondisi pasar, terutama
dalam hubungannya dengan investasi sejenis yang diperdagangkan. Karena itu, pada
beberapa keadaan, auditor harus mempertimbangkan pentingnya melibatkan pekerjaan
spesialis dalam menaksir estimasi nilai wajar entitas atau model yang berkaitan.
Efek yang dapat dinegosiasikan (negotiable securities), real estate, barang bergerak dan
kekayaan lainnya umumnya digunakan menjadi jaminan untuk investasi pada efek hutang.
Jika jaminan merupakan faktor penting dalam menilai nilai wajar dan tertagihnya investasi
tersebut, maka auditor harus memperoleh keyakinan mengenai keberadaan, nilai wajar dan
mudah atau tidaknya jaminan tersebut dialihkan, sebagaimana hak investor terhadap jaminan
tersebut.
Penurunan Nilai
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mewajibkan manajemen untuk
menentukan apakah penurunan pada nilai wajar di bawah basis harga perolehan yang
diamortisasi dari investasi tertentu tidak lebih merupakan kondisi sementara. Penentuan harga
semacam itu seringkali mencakup estimasi hasil dari kejadian masa datang. Karena itu
pertimbangan dibutuhkan dalam menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara
terjadi pada tanggal laporan keuangan.
Penentuan ini bersifat subjektif, sebaik faktor objektif, termasuk pengetahuan dan
pengalaman mengenai kejadian masa lampau dan kini tentang kejadian masa datang.
Auditor harus menilai apakah manajemen telah mempertimbangkan informasi yang relevan
dalam menentukan apakah kondisi penurunan nilai sementara terjadi. Contoh faktor-faktor
yang mungkin mengindikasikan kondisi penurunan nilai sementara adalah sebagai berikut:
1. Nilai wajar secara signifikan di bawah harga pemerolehan.
2. Penurunan nilai wajar diakibatkan karena kondisi berlawanan tertentu yang
berdampak pada investasi khusus.
3. Penurunan nilai wajar diakibatkan karena kondisi tertentu, seperti kondisi industri
atau daerah geografis.
4. Manajemen tidak memiliki baik maksud maupun kemampuan untuk memiliki
investasi selama periode waktu yang memadai bagi perbaikan antisipasi nilai wajar.
5. Penurunan nilai wajar terjadi dalam periode waktu yang panjang.
6. Peringkat efek hutang diturunkan oleh badan pemeringkat efek.
7. Kondisi keuangan penerbit memburuk.
8. Dividen berkurang atau tidak dibagikan, atau pembayaran bunga yang terjadwal pada
efek hutang tidak terlaksana.
Auditor harus menilai kesimpulan manajemen mengenai keberadaan dari kondisi penurunan
nilai sementara. Dalam menilai kesimpulan manajemen, auditor harus memperoleh keyakinan
mengenai kondisi seperti yang tertera pada paragraf 32, yang cenderung untuk menguatkan
atau melemahkan kesimpulan tersebut.
1.3.16 TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA
Seksi 334 memberikan panduan tentang prosedur yang harus dipertimbangkan oleh auditor
jika ia melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, untuk mengidentifikasikan pihak yang memiliki
hubungan istimewa dan transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, dan untuk
memperoleh keyakinan mengenai persyaratan akuntansi dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Prosedur yang diuraikan dalam Seksi ini seharusnya tidak dipandang sudah
mencakup seluruh prosedur, dan juga tidak semuanya harus dilakukan dalam setiap audit.
Pertimbangan Akuntansi
Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan pengungkapan pihak yang
memiliki hubungan istimewa. Pernyataan standar akuntansi keuangan tertentu mengatur
perlakuan akuntansi jika terdapat pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; namun,
prinsip akuntansi yang telah ditetapkan biasanya tidak mensyaratkan transaksi dengan pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa diperlakukan dengan dasar yang berbeda dari yang
seharusnya, jika tidak terdapat hubungan istimewa.
Auditor harus memandang transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam
kerangka pernyataan prinsip akuntansi, dengan penekanan pada cukup atau tidaknya
pengungkapannya. Di samping itu, auditor harus menyadari bahwa substansi suatu transaksi
dapat secara signifikan menjadi berbeda dari bentuknya dan bahwa laporan keuangan harus
mengidentifikasi substansi transaksi tersebut dan bukan hanya bentuk hukumnya semata.
Transaksi-transaksi yang karena sifatnya mungkin memberikan indikasi adanya pihak yang
memiliki hubungan istimewa, antara lain:
1. Transaksi peminjaman atau pemberian pinjaman tanpa beban bunga atau dengan suku
bunga yang secara signifikan di atas atau di bawah suku bunga pasar yang berlaku
umum pada saat transaksi.
2. Transaksi penjualan real-estate pada tingkat harga yang berbeda secara signifikan dari
nilai taksiran.
3. Transaksi pertukaran properti dengan properti yang serupa dalam transaksi non-
moneter.
4. Transaksi pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara
pengembaliannya.
Prosedur Audit
Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia tidak dapat diharapkan untuk memberikan keyakinan bahwa semua transaksi antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa dapat ditemukan. Namun, selama proses audit,
auditor harus waspada akan adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa
yang material yang dapat mempengaruhi laporan keuangan dan kepemilikan bersama
(common ownership) atau hubungan pengendalian manajemen; yang menurut prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia harus diungkapkan. Banyak prosedur yang
dikemukakan dalam paragraf selanjutnya yang biasanya dilaksanakan dalam audit
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, walaupun jika
auditor tidak memiliki alasan untuk mencurigai adanya transaksi antar pihak yang memiliki
hubungan istimewa atau adanya hubungan pengendalian. Prosedur-prosedur audit lain yang
dikemukakan dalam Seksi ini terutama diarahkan pada transaksi antarpihak yang memiliki
hubungan istimewa.
Dalam penentuan lingkup pekerjaan yang harus dilakukan berkenaan dengan kemungkinan
adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, auditor harus memperoleh
pemahaman tentang tanggung jawab manajemen dan hubungan masing- masing bagian
dari entitas secara keseluruhan. Auditor harus mempertimbangkan pengendalian atas
aktivitas manajemen, dan ia harus mempertimbangkan tujuan bisnis yang dilayani oleh
berbagai bagian dari entitas. Umumnya, struktur bisnis dan gaya operasi didasarkan atas
kemampuan manajemen, pertimbangan hukum dan pajak, diversifikasi produk, dan lokasi
geografis. Pengalaman menunjukkan bahwa struktur bisnis dan gaya operasi kadang-kadang
dirancang dengan sengaja untuk mengaburkan transaksi antar pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
Dalam kondisi yang di dalamnya tidak terdapat bukti yang sebaliknya, transaksi antar pihak
yang memiliki hubungan istimewa seharusnya tidak dianggap sebagai aktivitas bisnis biasa
dengan pihak luar. Namun, auditor harus waspada terhadap kemungkinan bahwa transaksi
antar pihak yang memiliki hubungan istimewa didorong semata-mata, atau dalam ukuran
yang lebih besar, oleh kondisi yang mirip dengan kondisi berikut ini:
1. Tidak cukupnya modal kerja atau pinjaman untuk melanjutkan bisnis.
2. Keinginan yang mendesak untuk mencatat tingkat laba yang tinggi secara
berkelanjutan dalam upaya untuk mendukung harga saham perusahaan.
3. Prakiraan laba yang terlalu optimis.
4. Ketergantungan pada satu atau beberapa produk, customers, atau transaksi untuk
kelangsungan keberhasilan perusahaan.
5. Penurunan industri yang ditandai dengan sejumlah besar kegagalan bisnis. 6.
Kelebihan kapasitas.
6. Tuntutan perkara hukum yang signifikan, terutama perkara hukum antara pemegang
saham dengan manajemen.
7. Ancaman keusangan yang signifikan karena perusahaan beroperasi dalam industri
berteknologi tinggi.
Penentuan Keberadaan Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa
Auditor harus menekankan pada pengujian atas transaksi yang material antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa yang diketahuinya berkaitan dengan entitas pelapor. Hubungan
tertentu, seperti hubungan anak perusahaan dengan induk perusahaan, hubungan investor
dengan penerima investasi, mungkin terlihat jelas. Penentuan ada atau tidak adanya pihak
yang memiliki hubungan istimewa lainnya memerlukan penerapan prosedur audit khusus,
yang meliputi prosedur-prosedur berikut:
1. Mengevaluasi prosedur perusahaan untuk pengidentifikasian dan pencatatan memadai
atas transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
2. Meminta keterangan dari pejabat manajemen yang berwenang tentang nama pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa dan menanyakan apakah ada transaksi antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa selama periode yang diperiksa.
3. Me-review dokumen yang dilaporkan oleh entitas kepada Bapepam atau instansi
pemerintah yang lain mengenai nama pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa,
dan bisnis lain yang di dalamnya para direktur entitas yang diperiksa menduduki
jabatan direksi atau manajemen.
4. Menentukan nama semua dana pensiun yang dibentuk untuk kesejahteraan karyawan
dan nama para pejabat dan dewan pengawasnya.
5. Me-review daftar pemegang saham perusahaan tertutup untuk mengidentifikasi
pemegang saham utama.
6. Me-review kertas kerja audit tahun lalu untuk mengidentifikasi nama pihak-pihak
yang memiliki hubungan istimewa.
7. Meminta keterangan kepada auditor pendahulu, auditor utama atau auditor entitas
yang memiliki hubungan istimewa yang lain, mengenai pemahaman mereka akan
adanya hubungan dan lingkup keterlibatan manajemen dalam transaksi-transaksi yang
material.
8. Me-review transaksi investasi yang material selama periode yang diperiksa untuk
menentukan apakah sifat dan luas investasi selama periode tersebut menimbulkan
pihak yang memiliki hubungan istimewa.
9. Meminta pendapat hukum dari konsultan hukum independen apabila diperlukan.
Identifikasi Atas Transaksi Antar Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa
Prosedur-prosedur berikut ditujukan untuk memberikan panduan dalam
mengidentifikasitransaksi yang material yang diketahui merupakan transaksi antar pihak yang
memiliki hubungan istimewa dan dalam mengidentifikasi transaksi material yang mungkin
merupakan indikasiadanya hubungan yang sebelumnya belum ditentukan:
1. Membekali staf audit yang melaksanakan audit dengan nama-nama yang dikenal
sebagai pihak yang memiliki hubungan istimewa sehingga staf audit menjadi waspada
terhadap transaksi antar pihak tersebut selama audit.
2. Me-review catatan rapat dewan komisaris dan direksi mengenai informasi transaksi
material yang diotorisasi atau dibahas dalam rapat.
3. Me-review surat kuasa (proxy) dan hal lain yang dilaporkan kepada Bapepam dan
data pembanding lainnya yang dilaporkan kepada instansi lain untuk mengidentifikasi
transaksi material antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
4. Me-review pernyataan benturan kepentingan (conflict of interest) yang diperoleh dari
manajemen perusahaan.
5. Me-review lingkup dan sifat transaksi usaha dengan customers utama, pemasok,
pemberi pinjaman, dan penerima pinjaman utama untuk memperoleh indikasi
hubungan yang belum diungkapkan.
6. Mempertimbangkan apakah transaksi telah terjadi, tetapi belum memperoleh
perlakuan akuntansi, seperti menerima atau memberikan jasa akuntansi, manajemen
atau jasa lain tanpa dipungut biaya, atau pemegang saham utama menanggung biaya-
biaya perusahaan.
7. Me-review catatan akuntansi yang berisi transaksi atau saldo yang besar, luar biasa
atau tidak sering terjadi, hat ini dilakukan terutama dengan menaruh perhatian khusus
pada transaksi yang terjadi pada atau dekat akhir periode pelaporan.
8. Me-review konfirmasi saldo kompensasi perjanjian untuk memperoleh indikasi bahwa
saldo dicatat untuk atau oleh pihak yang memiliki hubungan istimewa.
9. Me-review faktur tagihan dari kantor penasihat hukum atas jasa yang telah diterima
perusahaan secara teratur atau khusus, untuk memperoleh indikasi adanya pihak yang
memiliki hubungan istimewa atau transaksi antar pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
10. Me-review konfirmasi pinjaman yang diberikan atau yang diterima untuk
memperoleh indikasi adanya penjaminan. Jika terdapat penjaminan, tentukan sifat dan
hubungan, jika ada, antara penjamin dengan entitas pelapor.
Pemeriksaan Atas Transaksi Antar Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa yang
Berhasil Diidentifikasi
Setelah mengidentifikasi adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa,
auditor harus menerapkan prosedur yang dipandang perlu untuk memperoleh keyakinan
mengenai tujuan, sifat, dan luas transaksi tersebut dan dampaknya pada laporan keuangan.
Prosedur audit harus diarahkan untuk memperoleh dan mengevaluasi bahan bukti yang cukup
dan kompeten serta harus diperluas sampai di luar batas manajemen. Prosedur-prosedur
tersebut harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Memperoleh pemahaman tentang tujuan bisnis dari transaksi.
2. Memeriksa faktur, dan me-review surat perjanjian, kontrak dan dokumen relevan
lainnya, seperti laporan penerimaan dan dokumen pengiriman.
3. Menentukan apakah transaksi telah disetujui oleh dewan komisaris atau direksi atau
pejabat yang berwenang.
4. Melakukan pengujian kewajaran terhadap perhitungan jumlah yang diungkapkan, atau
yang dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan.
5. Merancang audit atas rekening koran antar perusahaan yang dilaksanakan pada
tanggal yang bersamaan, walaupun tahun fiskalnya berbeda, dan audit atas transaksi
antar pihak yang memiliki hubungan istimewa yang khusus, penting dan representatif
yang dilakukan oleh auditor dari masing-masing pihak dengan tukar-menukar
informasi relevan memadai.
6. Menginspeksi atau mengkonfirmasi dan memperoleh keyakinan atas nilai, dan mudah
atau tidaknya jaminan dialihkan.
Prosedur-prosedur berikut ini perlu dipertimbangkan untuk mematuhi standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, jika auditor perlu memahami transaksi tertentu
sepenuhnya:
1. Mengkonfirmasi jumlah dan syarat transaksi, termasuk jaminan dan data signifikan
lainnya, dengan pihak lain dalam transaksi.
2. Menginspeksi bukti yang dimiliki oleh pihak lain dalam transaksi.
3. Mengkonfirmasi atau membahas informasi signifikan dengan pihak perantara, seperti
bank, penjamin, agen, atau penasihat hukum, untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik mengenai transaksi.
4. Merujuk ke publikasi keuangan, jurnal perdagangan, lembaga kredit, dan sumber
informasi lain untuk memperoleh dasar yang dapat dipercaya dalam menilai ada atau
tidaknya transaksi dengan jumlah material dengan pelanggan, pemasok atau
perusahaan lain yang luar biasa.
5. Memperoleh informasi mengenai kemampuan keuangan pihak lain terhadap transaksi
yang berkenaan dengan saldo yang tidak tertagih, jaminan dan kewajiban lain yang
material. Informasi tersebut dapat diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit,
laporan keuangan yang tidak diaudit, surat pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pajak
penghasilan, dan laporan-laporan lain yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah,
direktorat jenderal pajak, publikasi keuangan, atau lembaga keuangan. Auditor harus
memutuskan tingkat keyakinan yang diinginkan dan lingkup audit yang dapat
memberikan informasi untuk memenuhi tingkat keyakinan yang diinginkan tersebut.
Pengungkapan
Untuk setiap transaksi material antar pihak yang memiliki hubungan istimewa (atau
gabungan transaksi serupa) atau kepemilikan bersama (common ownership) atau hubungan
pengendalian manajemen yang pengungkapannya diharuskan dalam prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, auditor harus mempertimbangkan apakah ia telah memperoleh
bukti audit yang cukup dan kompeten untuk memahami hubungan dan transaksi antar pihak
yang memiliki hubungan istimewa, serta dampaknya terhadap laporan keuangan. la kemudian
harus mengevaluasi semua informasi yang tersedia baginya mengenai transaksi antar pihak
yang memiliki hubungan istimewa atau hubungan pengendalian dan memperoleh keyakinan
yang didasarkan atas pertimbangan profesionalnya tentang memadai atau tidaknya
pengungkapan hal tersebut dalam laporan keuangan.
Kecuali untuk transaksi rutin, biasanya tidak mungkin untuk menentukan apakah suatu
transaksi akan terjadi jika pihak-pihak yang terlibat tidak memiliki hubungan istimewa atau
jika dianggap transaksi tersebut telah terjadi, maka sulit untuk menentukan apakah syarat-
syarat dan cara penyelesaian yang digunakan seperti halnya jika pihak yang terlibat memiliki
hubungan istimewa. Oleh sebab itu, sulit untuk menguatkan suatu pencerminan transaksi
yang dilaksanakan atas dasar syarat-syarat yang berlaku antara pihak yang bebas. Jika.
pencerminan transaksi semacam ini dicantumkan dalam laporan keuangan dan auditor yakin
bahwa pencerminan tersebut tidak didukung oleh manajemen, ia harus menerbitkan pendapat
wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena merupakan penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, tergantung atas materialitasnya.
1.3.17 PERTIMBANGAN ATAS KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN
KELANGSUNGAN HIDUP (GOING CONCERN)
Pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya diatur dalam SA Seksi 341. Kelangsungan hidup entitas dipakai sebagai asumsi
dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal
yang berlawanan. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka
waktu pantas). Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa
yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang
kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang
terkandung dalam laporan keuangan yang sedang diaudit. Biasanya, informasi yang secara
signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan
dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa
melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa,
restrukturisasi hutang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang
lain. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar
terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode
waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit
(selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas) yaitu dengan cara:
1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam
perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian
auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan,
menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:
a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan untuk
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif
dilaksanakan
3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah
ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan
datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah
menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka
waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya
menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya
kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan
mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk mengidentifikasi
kondisi dan peristiwa yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan bahwa
terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Hasil prosedur audit yang dirancang dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan tersebut.
Berikut ini adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi atau peristiwa
tersebut:
1. Prosedur analitik.
2. Review terhadap peristiwa kemudian.
3. Review terhadap kepatuhan terhadap syarat-syarat hutang dan perjanjian penarikan
hutang.
4. Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite atau panitia
penting yang dibentuk.
5. Permintaan keterangan kepada penasihat hukum entitas tentang perkara pengadilan,
tuntutan, dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan
entitas tersebut.
6. Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak
ketiga mengenai rincian perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan.
Auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang, jika
dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan,
dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama
dengan kondisi atau peristiwa yang lain seperti:
1. Trend negatif - sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting
yang jelek.
2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan - sebagai contoh, kegagalan
dalam memenuhi kewajiban hutangnya atau perjanjian serupa, penunggakan
pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan
permintaan pembelian kredit biasa, rektrukturisasi hutang, kebutuhan untuk mencari
sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
3. Masalah intern - sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen
jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan
memperbaiki operasi.
Jika, setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara
keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus
mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak merugikan dari kondisi
atau peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen
tersebut, dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara
efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa
tersebut dalam jangka waktu pantas. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana
manajemen meliputi:
1. Rencana untuk menjual aktiva
a. Pembatasan terhadap penjualan aktiva, seperti adanya pasal yang membatasi
transaksi tersebut dalam perjanjian penarikan hutang atau perjanjian yang serupa.
b. Kenyataan dapat dipasarkannya aktiva yang direncanakan akan dijual oleh
manajemen.
c. Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari penjualan
aktiva.
2. Rencana penarikan hutang atau restrukturisasi hutang
a. Tersedianya pembelanjaan melalui hutang, termasuk perjanjian kredit yang telah
ada atau yang telah disanggupi, perjanjian penjualan piutang atau jual-kemudian-
sewa aktiva (sale-leaseback of assets).
b. Perjanjian untuk merestrukturisasi atau menyerahkan hutang yang ada maupun
yang telah disanggupi atau untuk meminta jaminan hutang dari entitas.
c. Dampak yang mungkin timbul terhadap rencana manajemen untuk penarikan
hutang dengan adanya batasan yang ada sekarang dalam menambah pinjaman atau
cukup atau tidaknya jaminan yang dimiliki oleh entitas.
d. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran
e. Kelayakan rencana untuk mengurangi biaya overhead atau biaya administrasi,
untuk menunda biaya penelitian dan pengembangan, untuk menyewa sebagai
alternatif membeli.
f. Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul dari pengurangan
atau penundaan pengeluaran.
3. Rencana untuk menaikkan modal pemilik
a. Kelayakan rencana untuk menaikkan modal pemilik, termasuk perjanjian yang ada
atau yang disanggupi untuk menaikkan tambahan modal.
b. Perjanjian yang ada atau yang disanggupi untuk mengurangi dividen atau untuk
mempercepat distribusi kas dari perusahaan afiliasi (perusahaan yang secara
efektif dikendalikan oleh perusahaan lain, atau tergabung dengan perusahaan atau
beberapa perusahaan lain karena kepentingan atau pemilikan atau pengurus
yang sama) atau investor lain.
Dalam mengevaluasi rencana manajemen, auditor harus mengidentifikasi unsur- unsur
terutama yang signifikan untuk mengatasi dampak negatif kondisi atau peristiwa dan harus
merencanakan dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit tentang hal
tersebut. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan
tentang kemampuan perusahaan untuk mendapatkan tambahan pembelanjaan atau penjualan
aktiva yang telah direncanakan. Jika informasi keuangan prospektif sangat signifikan bagi
rencana manajemen, auditor harus meminta kepada manajemen untuk menyediakan informasi
tersebut dan harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan terhadap asumsi
signifikan yang melandasi informasi itu. Auditor harus menaruh perhatian khusus atas asumsi
yang:
1. Material bagi informasi keuangan prospektif.
2. Rentan atau mudah sekali berubah.
3. Tidak konsisten dengan trend masa lalu.
Pertimbangan auditor harus didasarkan atas pengetahuannya mengenai entitas, bisnis, dan
manajemennya dan harus meliputi (a) membaca informasi keuangan prospektif dan asumsi
yang melandasinya, (b) membandingkan informasi keuangan prospektif periode lalu dengan
hasil sesungguhnya yang dicapai sampai saat ini. Jika auditor mulai menyadari faktor-faktor
yang dampaknya tidak tercermin dalam informasi keuangan prospektif tersebut, ia harus
membahas faktor-faktor tersebut dengan manajemen dan, jika perlu, meminta perbaikan atas
informasi keuangan prospektif tersebut.
Penentuan salah saji dalam suatu rekening harus meliputi komponen-komponen berikut:
1. Salah saji tidak dikoreksi yang secara spesifik ditemukan melalui pengujian substantif
detail atas transaksi dan saldo-saldo.
2. Proyeksi salah saji tidak dikoreksi yang ditaksir melalui teknik sampling audit.
3. Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi dengan
prosedur audit lainnya.