Anda di halaman 1dari 7

DESKRIPSI UTANG USAHA

Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua kewajiban
yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca
atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang
dikelompokkan dalam aktiva lancer atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain.
Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok yaitu:

1) Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong,
suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies) Utang usaha dapat digolongkan
menjadi 2 golongan :

 utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau account payable) dan
 utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel atau notes payable).

2) Uang jaminan masuk dari pelanggan.

3) Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).

4) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk sebagai
pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), utang
Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.

5) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:

 Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.


 Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang dijual
dengan garansi.
 Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa, pendapatan
yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya dihitung dari besarnya deplesi sumber alam.

6) Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang
bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang
pajak penghasilan utang deviden.

Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Aktiva Lancar

1. Dalam penyajian aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan aktiva tersebut
lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya. Kecenderungan ini sering kali didorong oleh motif untuk
memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik sehingga kelihatannya perusahaan memiliki
likuiditas yang baik.Gambaran modal kerja yang baik ini juga dapat ditempuh dengan menurunkan
nilai hutang lancar, yaitu umumnya dengan cara tidak mencatat hutang lancar sehingga terdapat
hutang yang tidak tercatat tanggal neraca.
2. Dalam penyajian aktiva lancar klien menghadapi masalah penilaian unsur- nsur aktiva lancar per
tanggal neraca..
Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Hutang Lancar dengan Pengujian sunstantif
Terhadap Aktiva Lancar

1. Pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian
hutang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya, sedangkan pengujian substantive
terhadap aktiva lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih
tinggi dari jumlah yang seharusnya.
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah penentuan
kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam
neraca

PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN UTANG LANCAR DI


NERACA
Sebelum membahas penyajian subtantif terhadap utang usaha, perlu diketahui terlebih dahulu
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian utang lancar di neraca
berikut ini :

 Setiap jenis utang usaha lancar harus disjikan secara terpisah, jika jumlahnya material.
 Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus dipisahkan
dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
 Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
 Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
 Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

TUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP UTANG USAHA

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang
usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo
utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.

PROGRAM PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP UTANG USAHA


Program pengujian subtantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk
mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas. Tahap-tahap prosedur audit
dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat
rinci. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:

Prosedur audit awal

Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di dalam
neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor
melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca dengan
catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor
memperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca didukung
dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan 6
prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasiutang usaha dineraca
dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:

1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang bersangkutan
di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar.
3. Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu.
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun aktiva
tetap dan akumulasi depresiasinya
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal yang bersangkutan.
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control utang usaha di buku besar

Prosedur analitik

Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap utang usaha, pengujian analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu auditor melakukan perhitugan berbagai ratio
berikut:

Pengujian terhadap transaksi rinci

1. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha ke dokumen yang mendukung
timbulnta transaksi tersebut.
2. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas keluar (voucher),
laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian.
3. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas keluar, memo debit
untuk retur pembelian
4. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian dan retur pembelian
5. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
6. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
7. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.
8. Periksa adanya utang usaha yang tidak di catat.

Pengujian terhadap saldo akun rinci

Tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk memverifikasi:
1. Keberadaan dan keterjadian.
2. Kelengkapan.
3. Kewajiban.
4. Penyajian dan pengungkapan.

Keberadaan, kelengkapan, kewajiban serta penyajian dan pengungkapan utang usaha di


neraca di buktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan
rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang
diterima oleh klien dari kreditur.

1. Lakukan konfirmasi utang usaha.


2. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha setelah tangal neraca.
3. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke peryataan piutang bulanan yang
diterima oleh klien dari debitur.

DESKRIPSI UTANG USAHA


Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua kewajiban
yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari tanggal neraca
atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi aktiva yang
dikelompokkan dalam aktiva lancer atau dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain.
Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok yaitu:

1) Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong,
suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies) Utang usaha dapat digolongkan
menjadi 2 golongan :

 utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau account payable) dan
 utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel atau notes payable).

2) Uang jaminan masuk dari pelanggan.

3) Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).

4) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk sebagai
pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), utang
Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.

5) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:

 Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.


 Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang dijual
dengan garansi.
 Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa, pendapatan
yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya dihitung dari besarnya deplesi sumber alam.
6) Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang
bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang
pajak penghasilan utang deviden.

Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Aktiva Lancar

1. Dalam penyajian aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan aktiva tersebut
lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya. Kecenderungan ini sering kali didorong oleh motif untuk
memberikan gambaran modal kerja yang lebih baik sehingga kelihatannya perusahaan memiliki
likuiditas yang baik.Gambaran modal kerja yang baik ini juga dapat ditempuh dengan menurunkan
nilai hutang lancar, yaitu umumnya dengan cara tidak mencatat hutang lancar sehingga terdapat
hutang yang tidak tercatat tanggal neraca.
2. Dalam penyajian aktiva lancar klien menghadapi masalah penilaian unsur- nsur aktiva lancar per
tanggal neraca..

Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Hutang Lancar dengan Pengujian sunstantif


Terhadap Aktiva Lancar

1. Pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian
hutang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya, sedangkan pengujian substantive
terhadap aktiva lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih
tinggi dari jumlah yang seharusnya.
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah penentuan
kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam
neraca

PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN UTANG LANCAR DI


NERACA
Sebelum membahas penyajian subtantif terhadap utang usaha, perlu diketahui terlebih dahulu
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian utang lancar di neraca
berikut ini :

 Setiap jenis utang usaha lancar harus disjikan secara terpisah, jika jumlahnya material.
 Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus dipisahkan
dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
 Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
 Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
 Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

TUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP UTANG USAHA

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang
usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo
utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.

PROGRAM PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP UTANG USAHA


Program pengujian subtantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk
mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas. Tahap-tahap prosedur audit
dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat
rinci. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:

Prosedur audit awal

Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di dalam
neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor
melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca dengan
catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor
memperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca didukung
dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan 6
prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasiutang usaha dineraca
dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:

1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang bersangkutan
di dalam buku besar.
2. Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar.
3. Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu.
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun aktiva
tetap dan akumulasi depresiasinya
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal yang bersangkutan.
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control utang usaha di buku besar

Prosedur analitik

Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap utang usaha, pengujian analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu auditor melakukan perhitugan berbagai ratio
berikut:

Pengujian terhadap transaksi rinci

1. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha ke dokumen yang mendukung
timbulnta transaksi tersebut.
2. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas keluar (voucher),
laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian.
3. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas keluar, memo debit
untuk retur pembelian
4. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian dan retur pembelian
5. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
6. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
7. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.
8. Periksa adanya utang usaha yang tidak di catat.

Pengujian terhadap saldo akun rinci

Tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk memverifikasi:

1. Keberadaan dan keterjadian.


2. Kelengkapan.
3. Kewajiban.
4. Penyajian dan pengungkapan.

Keberadaan, kelengkapan, kewajiban serta penyajian dan pengungkapan utang usaha di


neraca di buktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan
rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang
diterima oleh klien dari kreditur.

1. Lakukan konfirmasi utang usaha.


2. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha setelah tangal neraca.
3. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke peryataan piutang bulanan yang
diterima oleh klien dari debitur.

Anda mungkin juga menyukai