Anda di halaman 1dari 11

utang usaha

Posted on 5 Juni 2015 by usaidjantra

Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari
tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi
aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang
lancar yang lain.

Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok yaitu:

Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong,
suku cadang, dan bahan habis pakai (factory supply). Utang usaha digolongkan lagi
menjadi:

Utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (utang usaha).

Utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan
untuk membayar kewajiban (utang wesel).

Uang jaminan masuk dari pelanggan.

Utang yang timbul dari berlalunya waktu.

Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan ditunjuk sebagai pemungut
pajak atau iuran lain.

Akrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:

Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.

Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi produk perusahaan yang dijual
dengan garansi.

Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa
pendapatan yang diterima di muka.

Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang
bank, utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan, utang
dividen.
Perbedaan karakteristik utang lancar dengan karakteristik aktiva lancar adalah sebagai
berikut:

Dalam menyajikan aktiva lancer, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan


aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang nyata, ini dikarenakan untuk memberikan
gambaran modal kerja yang lebih baik, sehingga perusahaan terlihat memiliki likuiditas
yang baik.

Dalam menyajikan aktiva lancar, klien menghadapi masalah penilaian unsur-unsur aktiva
lancer per tanggal neraca. Kas harus disajikan pada nilai kursnya pada tanggal neraca,
jika kas tersbut berupa valuta asing, piutang harus disajikan pada nilai bersih yang dapat
ditagih pada tanggal neraca, sediaan harus dihitung kuantitas, ditentukan kualitas, dan
kondisinya agar dapat disajikan pada nilai bersih. Sedangkan dalam penyajian utan
lancer klien tidak menghadapi masalah penentuan nilai utang lancar pada tanggal
neraca.

Karena ada perbedaan karakteristik antara utang lancar dengan aktiva lancar, maka
terdapat perbedaan dalam pengujian substantif terhadap utang lancar dengan
pengujian substantif terhadap aktiva lancar:

Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya


penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya, sedangkan
pengujian substantif terhadap aktiva lancar ditujukanuntuk menemukan adanya
penyajian aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya.

Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah


penentuan kewajaran nilai aktiva lancar yang dicantumkan dalam neraca. Sedangkan
dalam pengujian substantif terhadap utang lancar, auditor menghadapi fakta,
menghadapi data historis mengenai kewajiban perusahaan di masa lalu yang dalam
jangka pendek harus segera dilunasi.

Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) dalam penyajian utang lancar di neraca
adalah sebagai berikut:

Setiap jenis utang lancar harus disajikan secara terpisah, jika jumlahnya material.

Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus
dipisahkan dari utang kepda pihak ketiga yang independen.
Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam
laporang keuangan.

Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.

Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

Tujuan dari pengujian substantif terhadap utang usaha adalah:

Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan


utang usaha.

Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha yang dicantumkan dalam neraca.

Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan


kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.

Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.

Membutikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usah di neraca.

Berikut ini rerangka tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha:

Dalam membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang usaha yang dicantumkan
di neraca, auditor dapat melakukan berbagai macam pengujian substantif berikut ini:

Pengujian analitik.

Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utan usaha.

Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.

Konfirmasi piutang usaha.

Rekonsoliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.

Auditor dalam membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan di


neraca dapat menempuh pengujian substantif sebagai berikut:
Pengujian analitik.

Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.

Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.

Konfirmasi utang usaha.

Rekonsoliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.

Dalam membuktikan asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di
neraca, auditor melakukan pengujian substantif sebagai berikut:

Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.

Konfirmasi piutang usaha.

Rekonsoliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.

Untuk membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca, auditor
menempuh pengujian substantif sebagai berikut:

Konfirmasi utang usaha.

Rekonsoliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima oleh
klien dari krediturnya.

Pembandingan penyajian utan usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima


umum yang diaudit dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Untuk melakukan program pengujian substantif terhadap utang usaha, terdapat


berbagai prosedur audit yang dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:

Prosedur audit awal.

Prosedur analitik.

Pengujian terhadap transaksi rinci.

Pengujian terhadap saldo akun rinci.


Verivikasi terhadap penyajian dan pengungkapan.

Prosedur Audit Kertas Kerja Tanggal Pelaksanaan Pelaksana

Prosedur Audit Awal

1. Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun utang usaha yang akan diuji lebih
lanjut

a. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun utang usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar.

b. Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar.

c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun utang usaha.

d. Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu.

e. Usut posting pendebitan akun utang usaha ke dalam jurnal yang bersangkutan.

f. Lakukan rekonsoliasi akun kontrol utang usaha dalam buku besar ke buku
pembantu utang usaha.

Prosedur Analitik

2. Lakukan prosedur analitik

a. Hitung rasio berikut:


a) Tingkat perputaran utang usaha.

b) Rasio utang usaha dengan utang lancar.

b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data
masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.

c. Bandingkan akun biaya dengan akun biaya yang sama tahun lalu atau biaya yang
dianggarkan untuk mendapatkan indikasi kemungkinan adanya understatement utang
lancar.

Pengujian terhadap Transaksi Rinci

3. Periksa sampel transaksi utang usaha yang tercatat ke dokumen yang mendukung
timbulnya utang usaha.

a. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung; bukti kas keluar,
laporan penerimaan barang, surat order pembelian, atau dokumen pendukung lain.

b. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung; bukti kas masuk,
memo debit untuk return pembelian.

4. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian.

a. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembelian dalam minggu terakhir


tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

5. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.


a. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

6. Lakukan pencarian utang yang belum dicatat.

a. Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang dicatat


setelah tanggal neraca.

b. Perikasa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.

c. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk.

d. Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien.

e. Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budget), perintah kerja (work
order), dan kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum
dicatat.

Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci

7. Lakukan konfirmasi utang.

a. Lakukan identifikasi penjual besar dengan me-review register bukti kas keluar atau
buku pembantu utang, arsip induk utang, dan kirimkan konfirmasi kepda kreditur yang
akun utang klien kepdanya memiliki karakteristik berikut ini:

a) Bersaldo besar.
b) Terdapat kegiatan pembelian yang luar biasa.

c) Bersaldo kecil atau nol.

d) Bersaldo debit.

b. Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadi perbedaan.

c. Periksa dokumen yang mendukung pembayaran utang usaha setelah tanggal


neraca.

8. Lakukan rekonsoliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang


bulanan yang diterima oleh klien dari kreditur.

Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan

9. Bandingkan penyajian utang usaha dengan prinsip akuntansi berterima umum.

a. Periksa klasifikasi utang usaha di neraca.

b. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha.

c. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang non-usaha.


d. Mintalah informasi dari klien untuk menenukan komitmen yang belum
diungkapkan dan utan bersyarat dan periksa penjelasan yang bersangkutan dengan
utang tersebut.

Auditor melakukan enam prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsoliasi
informasi utang usaha di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:

Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun utang usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar.

Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar.

Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu.

Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun utang usaha.

Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke dalam jurnal yang
bersangkutan.

Lakukan rekonsoliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol utang usaha di
buku besar.

Berikut ini prosedur analitik untuk menghitung rasio oleh para auditor:

Rasio Formula

Tingkat perputaran utang usaha

Rasio utang usaha dengan utan lancar

Pembelian / rerata utang usaha

Saldo utang usaha / utang lancar

kemudian rasio tersebut dibandingkan dengan harapan auditor.


Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi yang dikredit
dan didebitkan ke dalam akun utang usaha berikut ini:

Transaksi pembelian kredit.

Transaksi return pembelian.

Trnsaksi pembayaran kas untuk pelunasan utang usaha.

Untuk memeriksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha ke dokumen
yang mendukung timbulnya transaksi tersebut, dapat dengan mengambil sampel berikut
ini:

Smpel akun debitur yang akan diperikas transaksi mutasinya.

Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan.

Adanya utang yang belum tercatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat dari
keadaan berikut ini:

Adanya dokumen-dokumen yang belum diproses untuk pembayaran pada tanggal


neraca, dan baru dibuatkan bukti kas keluar setelah tanggal neraca.

Adanya barang yang diterima sebelum tanggal neraca, namun faktur dari pemasok baru
diterima setelah tanggal neraca.

Klien menggunakan basis tunai (cash basis) dalam melaksanakan sisitem bukti kas
keluarnya (voucher system).

Adanya jasa yang telah dinikmati oleh klien sebelum tanggal nerac, namun penjual jasa
baru menagih harga jasa tersebut setelah tanggal neraca.

Prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang belum tercatat adalah sebagai
berikut:

Periksa bukti-bukti yang mendukung transaksi pengeluaran kas yang dicatat setelah
tanggal neraca.

Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.


Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk.

Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien.

Lakukan review terhadap anggaran modal, perintah kerja, dan kontrak pembangunan
untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum dicatat.

Anda mungkin juga menyukai