Anda di halaman 1dari 14

Audit terhadap Siklus Pengeluaran:

Pengujian Substantif terhadap Saldo


Utang Usaha

Alfred Kristian P. ( 01118034 )


Dwi Ratnasari ( 01118037 )
Ikhmawati Layli ( 01118038 )
Sindi Tri Wahyuni ( 01118042 )
DESKRIPSI UTANG USAHA
Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari
tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi
aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancer atau dengan cara menimbulkan utang lancar
yang lain. Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok yaitu:
1. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku
cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies) Utang usaha dapat digolongkan
menjadi 2 golongan :
 utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau account
payable) dan
 utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan
untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel atau notes payable).
2. Uang jaminan masuk dari pelanggan.
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).
4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk sebagai
pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), utang
Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.
5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:
Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
 Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang
dijual dengan garansi.
 Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa,
pendapatan yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya dihitung dari besarnya deplesi
sumber alam.
6. Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti utang bank
(kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, utang pajak
penghasilan utang deviden.
Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Aktiva Lancar
1. Dalam penyajian aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk menyajikan aktiva tersebut lebih
tinggi dari jumlah yang senyatanya. Kecenderungan ini sering kali didorong oleh motif untuk memberikan
gambaran modal kerja yang lebih baik sehingga kelihatannya perusahaan memiliki likuiditas yang
baik.Gambaran modal kerja yang baik ini juga dapat ditempuh dengan menurunkan nilai hutang lancar,
yaitu umumnya dengan cara tidak mencatat hutang lancar sehingga terdapat hutang yang tidak tercatat
tanggal neraca.
2. Dalam penyajian aktiva lancar klien menghadapi masalah penilaian unsur- nsur aktiva lancar per tanggal
neraca.
Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Hutang Lancar dengan Pengujian sunstantif Terhadap Aktiva
Lancar
3. Pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian hutang lancar
yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya, sedangkan pengujian substantive terhadap aktiva lancar
ditujukan untuk menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya.
4. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah penentuan kewajaran
nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam neraca
PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM
PENYAJIAN UTANG LANCAR DI NERACA
Sebelum membahas penyajian subtantif terhadap utang usaha, perlu diketahui terlebih
dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian utang lancar di
neraca berikut ini :
 Setiap jenis utang usaha lancar harus disjikan secara terpisah, jika jumlahnya material.
 Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan perusahaan harus
dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.
 Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam laporan
keuangan.
 Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
 Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.
TUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP
UTANG USAHA
 Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan utang usaha.
 Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
 Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi
dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
 Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
 Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca.
Program Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha
Program pengujian subtantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk
mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas. Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari
pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci. Berbagai prosedur
audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:

Prosedur audit awal


Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di dalam neracanya
sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara
informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.
Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha yang
dicantumkan di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor
melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasiutang usaha dineraca dengan
catatan akuntansi yang bersangkutan:
 Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang
Usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.
 Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar.
 Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu.
 Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun aktiva tetap dan akumulasi depresiasinya
 Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal yang
bersangkutan.
 Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control
utang usaha di buku besar
Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap utang usaha, pengujian analitik dimaksudkan untuk
membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit
lebih intensif. Untuk ituu, audior melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini :
Ratio Formula
Tingkat perputaran utang usaha Pembelian : Rerata utang usaha
Rasio utang usaha dengan utang lancer Saldo utang usaha : Utang lancar

Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio
tahun yang lalu, rerata ratio industry, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor
untuk mengungkapkan : (1) peristiwa atau transaksi yang tidak biasa (2) perubahan akuntansi (3) perubahan
usaha (4) Fluktuasi acak , atau (5) salah saji.
Pengujian terhadap transaksi rinci
 Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha ke dokumen yang
mendukung timbulnta transaksi tersebut.
 Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas keluar
(voucher), laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian.
 Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas keluar, memo
debit untuk retur pembelian
 Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian dan retur pembelian
 Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
 Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
 Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.
 Periksa adanya utang usaha yang tidak di catat.
Pengujian terhadap saldo akun rinci
Tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk memverifikasi:
 Keberadaan dan keterjadian.
 Kelengkapan.
 Kewajiban.
 Penyajian dan pengungkapan.
Keberadaan, kelengkapan, kewajiban serta penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca di buktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan
rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang
diterima oleh klien dari kreditur.
 Lakukan konfirmasi utang usaha.
 Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha setelah tangal
neraca.
 Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke peryataan piutang bulanan
yang diterima oleh klien dari debitur.
Verifikasi Penyajian dan pengungkapan
 Periksa klasifikasi utang usaha di neraca.
Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya. Jika
jumlahnya material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi tiga golongan: (a)
Utang usaha kepada kreditur usaha (b) Utang usaha kepada perusahaan afiliasi (c)
Utang usaha kepada direksi, pemegang saham utama, manager, dan karyawan
perusahaan.

 Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang non usaha.


Jika utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva tidak lancar,
maka jumlah utang ini tetap disajikan di neraca dalam kelompok utang jangka panjang,
bukan utang lancar untuk menghindari pengaruh signifikan terhadap perhitungan
perubahan posisi keuangan (modal kerja).
 Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha.
Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan secara memadai di neraca atau dalam
penjelasan laporan keuangan.

 Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum diungkap dan utang bersyarat dan
periksa penjelasan yang bersangkutan dengan utang usaha tersebut.
 
 Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaiaan pekerjaan lapangan. Notulen rapat yang
diselenggarakan oleh direksi akan berpotensi menimbulkan utang bersyarat.

 Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.


 
 Mintalah informasi dari pengacar klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan klien.
 Kirimkan konfirmasi ke bank.
Auditor meminta informasi dari bank mengenai kewajiban bersyarat yang menjadi tanggung jawab klien
pada tanggal neraca.
 Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai