Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Pengujian Substantif Saldo Hutang Usaha


Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah
Auditing II

Disusun oleh :

1. Ainur Mutasyah (200302019)


2. Kiki Indrayanti (200302036)

Dosen pembimbing :
Abdullah Mujaddid, S.E., M.M., BKP., AK., A-CPA

Semester 5 / Kelas Akuntansi A / Sore


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami, kelompok empat dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan
kesempatan ini, kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Abdullah Mujaddid, S.E., M.M., BKP., AK., A-CPA selaku dosen mata
kuliah Auditing II.
2. Teman-teman kelompok empat yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan
makalah ini.
3. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan semangat kepada kami.

4. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan-bantuan.


Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga pembuatan makalah yang akan datang dapat lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi para pembaca umumnya.

Gresik, 13 Oktober 2022

Penyusun

ii
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
DAFTAR ISI

Halaman Judul .....................................................................................................i

Kata Pengantar ...................................................................................................ii

Daftar Isi .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................1

1.4 Manfaat Penulisan ...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................3

2.1 Pengertian Hutang Usaha ................................................................................3

2.2 Perbedaan Pengujian Substantif Hutang Lancar Dengan Aktiva Lancar .......3

2.3 Tujuan Pengujian Substantif Hutang Usaha ...................................................4

2.4 Prosedur Pengujian Substantif Terhadap Hutang Usaha ................................5

BAB III PENUTUP .............................................................................................8

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................9

iii
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari
tanggal neraca atau dalams siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara mengurangi
aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara menimbulkan utang
lancar yang lain.
Audit terhadap siklus pengeluaran mencakup dua pendekatan, yaitu pengujian
kepatuhan dan pengujian substantif. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahami
struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar pengujian substantif. Pengujian substantif dimaksudkan untuk melakukan
verifikasi terhadap kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan
prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda
dalam implementasinya. Dalam pembahasan ini, akan membahas audit terhadap siklus
pengeluaran: pengujian substantif terhadap saldo utang usaha.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan utang usaha?
2. Apa perbedaan pengujian substantif utang lancar dengan aktiva lancar?
3. Apa tujuan pengujian substantif utang usaha?
4. Prosedur apa saja yang ada pada pengujian substantif terhadap utang usaha?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini,
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu utang usaha.
2. Untuk mengetahui perbedaan pengujian substantif utang lancar dengan aktiva
lancar.
3. Untuk mengetahui tujuan pengujian substantif utang usaha.
4. Untuk mengetahui Prosedur apa saja yang ada pada pengujian substantif terhadap
utang usaha.

1
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
1.4 Manfaat Penulisan
1. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.
2. Memberikan informasi bagi pembaca.
3. Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
4. Mahasiswa mampu mengetahui materi dari siklus pengeluaran; pengujian
substantif atas saldo hutang usaha.

2
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN HUTANG USAHA


Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang
dari tanggal neraca atau dalams siklus kegiatan normal perusahaan) dengan cara
mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara
menimbulkan utang lancar yang lain.
Utang lancar digolongkan menjadi enam kelompok berikut ini :
1) Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan
penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies).
2) Utang jaminan masuk dari pelanggan.
3) Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).
4) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan ditunjuk sebagai
pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti PPN, PPh pasal 25, utang dana
pensiun, utang asuransi karyawan.
5) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun jumlah uang
tersebut harus ditaksir seperti uang bonus, krediturnya tidak diketahui seperti
utang biaya reparasi untuk produk perusahaan yang dijual dengan garansi, utang
yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya utang sewa,
pendapatan yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya diihitung dari
besarnya deplesi sumber alam.
6) Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti
utang bank (kredit modal kerja), utang jangka panjang yang segera jatuh tempo,
utang pajak penghasilan, utang deviden.

2.2. PERBEDAAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG LANCAR


DENGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA LANCAR
1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditunjukkan untuk menentukan
adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya
(understatement utang lancar), sedangkan pengujian substantif terhadap aktiva
lancar ditunjukkan untuk menentukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih
tinggi dari jumlah yang seharusnya (overstatement aktiva lancar).

3
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah
penentuan kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan)
yang dicantumkan dalam neraca. Penentuan nilai aktiva lancar ini menyangkut
penaksiran apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam pengujian
substantif terhadap utang lancar, auditor menghadapi fakta, menghadapi data
historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa yang lalu, yang
dalam jangka pendek harus dilunasi.

2.3. TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA


1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian
mengenai kewajaran saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca, ia
harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan
akuntansi yang mendukung informasi utang usaha yang disajikan dalam neraca.
Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo utang usaha yang
dicantumkan dalam neraca dengan akun Utang Usaha dalam buku besar dan
selanjutnya ke register bukti kas keluar dan register cek.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca. Pengujian
dilakukan dengan tujuan untuk menemukan kemungkinan adanya unrecorded
liabilities. Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva dan keterjadian
transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar, auditor melakukan berbagai
pengujian substantif berikut ini: pengujian analitik, pemeriksaan bukti
pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha, pemeriksaan pisah
batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha, konfirmasi piutang usaha,
dan rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan
akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
Tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlaku terhadap saldo utang usaha
pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih
ditujukan untuk mencari adanya unrecorded liabilities pada tanggal tersebut.
Untuk membukikan bahwa utang usaha yang dicantumkan di neraca mencakup
semua kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca dan mencakup

4
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
semua transaksi yang berkaitan dengan utang usaha dalam tahun yang diaudit,
auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini: pengujian analitik,
pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha,
pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha,
konfirmasi piutang usaha, dan rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke
pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari krediturnya.
Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya utang usaha
mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha
pada tanggal neraca, sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas
transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha akan berdampak langsung
terhadap perhitungan akun Utang Usaha dan Pembelian (purchases). Oleh
karena itu harrus dilakukan pengujian substantif untuk membuktikan asersi
kelengkapan utang usaha yaitu pemerikasaan terhadap ketepatan pisah batas
transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca. Untuk
membuktikan kewajiban klien yang tercermin dalam utang usaha yang
dicantumkan di neraca, auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha,
konfirmasi piutang usaha, dan rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke
pernyataan piutang yang diterima oleh klien dari krediturnya.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca. Pengujian substantif terhadap utang usaha diarahkan untuk mencapai
salah satu tujuan untuk membuktikan apakah unsur utang usaha telah disajikan
dan diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum. Pengujian substantif untuk membuktikan asersi penyajian dan
pengungkapan utang usaha di neraca adalah: konfirmasi utang usaha,
rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima
oleh klien dari krediturnya, dan pembandingan penyajian utang usaha di neraca
dengan prinsip akuntansi berterima umum yang diaudit dengan prinsip
akuntansi berterima umum.

2.4. PROSEDUR PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA


A. Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh klien di

5
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
dalam neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal
neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang
dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Auditor
melakukan enam prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi
tersebut:
1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang
Usaha yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk akun Utang Usaha,
jika perusahaan menggunakan sistem bukti kas keluar (voucher system)
dalam pengendalian kasnya, akun Utang Usaha ini disebut dengan akun
Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar (Voucher Payable).

2. Hitung kembali saldo akun Utang Usaha di buku besar. Auditor


menghitung kembali saldo akun Utang Usaha dan Utang Wesel dengan
cara menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dan
menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.

3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun yang lalu.

4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun Aktiva Tetap dan Akumulasi Depresesiasinya.

5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal


yang bersangkutan.

6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun kontrol


Utang Usaha di buku besar.

B. Prosedur Analitik
1. Auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini:

a. Tingkat perputaran utang usaha = Pembelian ÷ rerata utang usaha.

b. Ratio utang usaha dengan utang lancar = saldo utang usaha ÷


utang lancer.

6
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
2. Auditor melakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan,
atau data lain.

3. Auditor membandingkan akun biaya dengan akun biaya yang sama tahun
lalu atau biaya yang dianggarkan untuk mendapatkan indikasi
kemungkinan adanya understatement utang lancar.

7
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva
lancar, yang berdampak terhadap pengujian subtantif terhadap utang lancar. Dalam
menyajikan aktiva lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan aktiva
tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatnya. Di lain pihak, dalam menyajikan
utang lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan utang tersebut lebih
rendah dari jumlah yang senyatanya. Kecendrungan ini di dorong oleh keinginan untuk
menyajikan gambaran modal kerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu,
pegujian subtantif terhadap utang lancer di tujukan untuk menemukan adanya penyajian
utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya (understatment Utang
Lancar).

Pengujian subtantif terhadap utang usaha di tujukan untuk memperoleh keyakinan


tentang keandalan catatan akuntansi bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan
keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan deangan utang usaha
yang dicantumkan di neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam
catatna akuntansi serta membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang
usaha di neraca.

8
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Auditing. buku 2 Edisi 6 Jakarta: PT Salemba Empat, 2002.


Boynton, Johnson, Kell. Modern Auditing, Seventeen Edition. Erlangga, 2003.
Arens, Alvin A, Rendal J. Elder dan Mark S. Beasly. Auditing and Assurance Servies, Global
Edition: Sixteen Edition. 2017.

9
SIKLUS PENGELUARAN; PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA

Anda mungkin juga menyukai