Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PEMERIKSAAN KEWAJIBAN

JANGKA PENDEK

Disusun Oleh : Kelompok 6

1. Amelia Putri Sari 2062201045


2. Ani Kusuma Ningrum 2062201050
3. Anismawati Halawa 2062201012
4. Elvira Khairani 2062201009
5. Yona Safira 2062201029

Kelas : 5.1 Akuntansi


Dosen Pengampu : Dini Onasis, SE, SH, MM,MH, AK, CA, ACPA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan

rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “PEMERIKSAAN

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya

kepada dosen mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II yang telah memberikan tugas

kepada kami . Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah

bekerja sama dalam pengerjaan makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, keterbatasan waktu dan

kemampuan kami selaku penulis, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa

kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi bagi kita semua

Pekanbaru, 9 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

BAB II : KAJIAN PUSTAKA......................................................................................3

2.1 Definisi Audit.................................................................................................3

2.1.1 Jenis-jenis Audit......................................................................................3

2.1.2 Proses Audit.............................................................................................5

2.1.3 Bukti Audit..............................................................................................6

2.1.4 Standar Audit...........................................................................................8

2.2 Kewajiban Jangka pendek..............................................................................8

BAB III : PEMBAHASAN.........................................................................................11

3.1 Kewajiban Jangka Pendek............................................................................11

3.2 Jenis-Jenis Liabilitas Jangka Pendek............................................................11

3.3 Tujuan Pemeriksaan Kewajiban...................................................................14

iii
3.4 Internal Control.............................................................................................16

3.5 Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek..........................................17

BAB IV : PENUTUP...................................................................................................21

4.1 Kesimpulan...................................................................................................21

4.2 Saran.............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

iv
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan dengan

pengembangan yang dialami, selalu membutuhkan tambahan modal. Pada saat

perusahaan didirikan, pemilik bisa menentukan sumber modal apa yang

dipakai, apakah semuanya bersumber dari modal saham biasa atau perlu ada

hutang jangka.

Hutang yang diambil perusahaan dapat berupa liabilitas jangka pendek

maupun liabilitas jangka panjang. Liabilitas jangka pendek adalah kewajiban

yang harus dilunasi dalam jangka waktu pendek, paling lama satu tahun atau

harus dilunasi dalam jangka waktu satu siklus operasi normal perusahaan

yang bersangkutan. Setiap keputusan yang diambil tentang sumber modal

selalu ada dampaknya. Jika sumber modal berasal dari hutang ada kewajiban

membayar bunga dan pengembalian hutang pada saat jatuh tempo. Dengan

demikian perlu adanya manajemen yang tepat untuk menangani hutang-

hutang perusahaan agar perusahaan dapat memenuhi kewajibannya.

v
1.2 Rumusan Masalah

Maka masalah yang akan diteliti dari latar belakang diatas adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan kewajiban jangka pendek ?

2. Apa tujuan dari pemeriksaan kewajiban jangka pendek ?

3. Apa ciri intenal control yang baik dari kewajiban jangka pendek ?

4. Apa prosedur dalam pemeriksaan kewajiban jangka pendek ?

vi
BAB II : KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Audit

(Agoes, 2015) mendefinisikan audit merupakan suatu pemeriksaan yang

dilakukan oleh pihak independen secara sistematis dan kritis terhadap laporan

keuangan, catatan pembukuan, dan bukti – bukti pendukung lainnya dengan

tujuan agar auditor dapat memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan

tersebut.

Menurut (Jusup, 2014) audit merupakan proses pengumpulan dan

pengevaluasian bukti, berupa informasi yang dapat diukur yang berhubungan

dengan entitas ekonomi untuk menentukan tingkat kepatuhan antara asersi

dengan standar yang ditetapkan serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang

berkepentingan.

Berdasarkan beberapa pengertian audit diatas dapat disimpulkan bahwa

audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh seorang auditor dengan

mengumpulkan dan mengevaluasi bukti sesuai prosedur dan standar yang

berlaku, sehingga dapat memberikan opini kepada klien mengenai kewajaran

sebuah laporan keuangan perusahaan.

2.1.1 Jenis-jenis Audit

Menurut (Arens, et al., 2015) terdapat tiga jenis audit :

vii
1. Audit operasional Audit operasional digunakan untuk mengevaluasi

efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi

organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen mengharapkan

auditor memberikan rekomendasi untuk memperbaiki dan

meningkatkan kinerja operasional dalam suatu organisasi.

2. Audit ketaatan Audit ketaatan bertujuan untuk menentukan apakah

pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu

yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi, seperti pemerintah.

Hasil dari audit ini akan dilaporkan kepada pihak manajemen, bukan

kepada pihak luar, karena pihak manajemen merupakan pihak yang

berkaitan langsung dengan tingkat ketaatan terhadap prosedur dan

peraturan yang telah ditentukan.

3. Audit laporan keuangan Audit laporan keuangan dilakukan dengan

tujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disajikan

secara wajar dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

Menurut (Agoes, 2015) jenis audit hanya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum adalah pemeriksaan laporan keuangan secara

keseluruhan yang bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan tersebut.

2. Pemeriksaan khusus

viii
Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan terbatas atau sesuai dengan

permintaan audit dan pada akhir pemeriksaan auditor tidak perlu

memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara

keseluruhan melainkan hanya masalah tertentu yang diperiksa.

2.1.2 Proses Audit


Menurut (Arens, et al., 2015) terdapat empat tahap dalam proses

audit atas laporan keuangan secara umum yang bertujuan untuk memberi

keyakinan bahwa laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara

wajar sesuai dengan standar akuntansi. Tahap-tahap tersebut yaitu :

1. Menyiapkan dan merancang pendekatan audit Tahap pertama yang

dilakukan seorang auditor sebelum proses audit dilaksanakan adalah

melakukan perencanaan audit agar proses audit di lapangan berjalan

dengan efektif.

2. Melakukan pengujian pengendalian dan substantif atas transaksi

Dalam tahap kedua ini, hal pertama yang dilakukan auditor yaitu

melakukan pengujian pengendalian. Auditor dapat menguji

keefektivitasan melalui sampel faktur dengan dokumen pengiriman

dan pesanan penjualan pelanggan. Auditor juga perlu mengevaluasi

pencatatan transaksi klien dengan memverifikasi jumlah saldo.

Verifikasi ini dikenal dengan pengujian substantif atas transaksi.

ix
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terhadap rincian saldo

Terdapat dua prosedur dalam tahap ini, yaitu prosedur analitis dan

prosedur pengujian rincian saldo. Prosedur analitis merupakan

perbandingan antara keakuratan yang berkaitan dengan transaksi

maupun yang berkaitan dengan saldo. Pengujian terhadap rincian

saldo merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji salah saji

moneter saldo-saldo pada akun tertentu dalam laporan keuangan,

disertai bukti dan konfirmasi dari pihak ketiga.

4. Menyelesaikan audit dan penerbitan laporan audit Apabila audit telah

selesai dilakukan, seorang auditor harus menyimpulkan informasi

yang diperoleh apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,

kemudian menerbitkan laporan audit dan mengeluarkan opini terkait

kewajaran laporan keuangan klien.

2.1.3 Bukti Audit

Auditor memiliki cara masing-masing untuk menemukan bukti

audit. Bukti tersebut terdapat 8 jenis, yaitu :

1. Pemeriksaan fisik Suatu bentuk pemeriksaan yang dilakukan auditor

atas aset berwujud. Jenis bukti ini paling sering digunakan pada akun

aset tetap, persediaan dan kas.

2. Konfirmasi Konfirmasi merupakan penerimaan respons secara

tertulis dari pihak ketiga yang independen untuk memverifikasi

x
keakuratan informasi yang diminta oleh auditor. Kelemahan dari

jenis bukti ini yaitu biayanya mahal dan pihak ketiga sering tidak

nyaman ketika dimintai konfirmasi.

3. Inspeksi Pemeriksaan yang dilakukan auditor atas dokumen serta

catatan yang dimiliki klien terkait informasi yang tersaji pada laporan

keuangan.

4. Pelaksanaan ulang Pengujian auditor mengenai prosedur yang

dilakukan oleh klien. Prosedur pengujian terkait dengan prosedur

pembukuan dan pengendalian internal klien.

5. Rekalkulasi Pada jenis bukti ini auditor melakukan perhitungan ulang

untuk memastikan keakuratan perhitungan yang dilakukan klien.

6. Observasi Auditor mengumpulkan bukti jenis ini dengan mengamati

dan menilai aktivitas yang sedang dilakukan oleh klien pada saat

mengunjungi lokasi pabrik atau kantor. Namun, observasi kurang

dapat diandalkan karena adanya resiko perubahan tingkah laku klien

ketika menyadari bahwa aktivitasnya sedang diawasi oleh auditor.

7. Prosedur analitis Pada prosedur analitis ini, auditor akan

membandingkan antara data keuangan dan nonkeuangan. Data yang

digunakan seperti laporan keuangan tahun lalu dan tahun berjalan.

8. Wawancara dengan klien Auditor memperoleh bukti ini dengan cara

mengajukan beberapa pertanyaan kepada klien. Bukti ini perlu

didukung oleh bukti lainnya untuk 14 dapat dijadikan kesimpulan,

xi
hal ini disebabkan oleh jawaban yang dikeluarkan klien bukan dari

sumber yang independen dan sangat memungkinkan terjadi bias.

2.1.4 Standar Audit

Berdasarkan PSA No. 01 (SA 150), standar audit berbeda dengan

prosedur audit, jika prosedur merupakan tindakan yang harus

dilaksanakan, sedangkan standar merupakan kriteria atau ukuran mutu

kinerja suatu tindakan yang bertujuan untuk mencapai prosedur tersebut.

Akan tetapi, dalam proses audit mengharuskan adanya standar sebagai

pedoman dalam pemeriksaan. Di Indonesia standar audit yang berlaku

adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), yang berisi mengenai

panduan audit atas laporan keuangan historis dalam bentuk Pernyataan

Standar Auditing (PSA). PSA dibagi menjadi tiga kategori yaitu: Standar

umum, Standar pekerjaan lapangan dan Standar pelaporan

2.2 Kewajiban Jangka pendek

Menurut Munawir (2004:18), hutang adalah semua kewajiban keuangan

perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini

merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.

Menurut Kieso et. Al (2008:172) yang dimana menjelaskan hutang

merupakan kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat ekonomi

yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu untuk mentransfer aktiva

xii
atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya dimasa depan sebagai hasil dari

transaksi atau kejadian masa lalu.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) liabilitas adalah: “... utang

perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya

diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang

mengandung manfaat ekonomi”.

IAI (2004 : 44) mengatakan bahwa suatu kewajiban diklasifikasikan

sebagai kewajiban jangka pendek, jika :

a. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal

operasi perusahaan, atau

b. jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca.

Yusuf (2005 : 230) mendefinisikannya sebagai berikut “kewajiban

lancar adalah hutang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam jangka waktu

satu tahun atau siklus akuntansi operasi normal perusahaan, (2) dengan

menggunakan aktiva lancar atau hasil pembentukan kewajiban lancar yang

lain”.

Niswonger, et al. (2000 : 441) berpendapat bahwa “kewajiban lancar

adalah kewajiban yang harus dibayar dengan aktiva lancar serta jatuh tempo

dalam jangka pendek, biasanya satu tahun”. Sebagian besar kewajiban lancar

berasal dari dua transaksi dasar yaitu : barang atau jasa yang telah diterima

xiii
tetapi belum dibayarkan, dan pembayaran yang telah diterima tetapi barang

atau jasa tersebut belum dikirimkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

hutang jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu

satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan dan harus dilunasi dengan

menggunakan aktiva lancar, serta kewajiban tersebut berdasarkan transaksi

yang telah terjadi.

xiv
BAB III : PEMBAHASAN

3.1 Kewajiban Jangka Pendek

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:172), Liabilitas (Obligation) kini

entitas yang timbul dari peristiwa lalu, penyelesaiannya diharapkan

mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung

manfaat ekonomi. Penyelesaian liabilitas biasanya melibatkan pembayaran

kas, penyerahan aset lain, pemberian jasa, penggantian dengan liabilitas lain

atau konversi liabilitas menjadi ekuitas.

Menurut (PSAK) IAI, 2009 : 1.8), suatu liabilitas diklasifikasikan

sebagai liabilitas jangka pendek jika :

1. Diperkiraan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus norma

perusahaan

2. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal laporan

posisi keuangan.

3.2 Jenis-Jenis Liabilitas Jangka Pendek

Jenis-jenis liabilitas jangka pendek menurut Kieso, et al (2018) yaitu:

1. Account payable (Utang dagang atau utang usaha)

Utang dagang atau utang usaha (account payable atau trade account

payable) adalah utang yang timbul sebagai akibat adanya pembelian

barang atau jasa yang dilakukan secara kredit. Pembelian secara kredit

xv
adalah pembelian yang mempunyai kesenjangan waktu antara penerimaan

barang atau jasa dengan pembayarannya, dimana penerimaan barang atau

jasa tersebut mendahului pembayarannya.

2. Notes payable (Utang wesel)

Utang wesel adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang

tertentu pada tanggal yang telah ditentukan di masa yang akan datang.

Utang wesel timbul dari pembelian, pendanaan, atau transaksi lainnya.

Utang wesel yang terdapat pada kewajiban lancar diklasifikasikan dalam

wesel jangka pendek.

3. Current maturities of long-term debt (Bagian utang jangka panjang yang

jatuh tempo pada periode sekarang)

Utang ini timbul karena terdapat utang jangka panjang perusahaan

yang akan jatuh tempo pada periode sekarang. Bagian dari obligasi, wesel

hipotik, dan utang jangka panjang lainnya yang jatuh tempo dalam tahun

fiskal berikutnya. Utang jangka panjang yang akan jatuh tempo saat ini

tidak boleh dicatat sebagai kewajiban lancar jika: diselesaikan dengan

menggunakan aset tetap, didanai kembali atau dilunasi dari hasil

penerbitan utang baru yang jatuh tempo lebih dari satu tahun, dan

dikonversi menjadi saham biasa.

4. Short-term obligation expected to the refinanced

Kewajiban jangka pendek harus dikeluarkan dari kewajiban lancar

hanya jika kedua kondisi berikut dipenuhi, yaitu: memiliki rencana untuk

xvi
mendanai kembali kewajiban atas dasar jangka panjang, dan harus

memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban

setidaknya 12 bulan setelah tanggal pelaporan.

5. Dividend payable (Utang dividen)

Utang dividen adalah jumlah yang terutang oleh perusahaan kepada

pemegang sahamnya sebagai hasil otorisasi dewan direksi.

6. Customer advances and deposits

Kewajiban lancar dapat mencakup setoran tunai yang dikembalikan

dan diterima dari pelanggan dan karyawan. Perusahaan dapat menerima

simpanan dari pelanggan untuk menjamin kinerja suatu kontrak atau

layanan atau sebagai jaminan untuk menutupi pembayaran kewajiban

yang akan datang.

7. Unearned revenues (Pendapatan diterima dimuka)

Pembayaran yang diterima sebelum barang dikirimkan atau jasa

telah dilakukan.

8. Sales and value-added taxes payable

Pajak konsumsi umumnya berupa pajak penjualan atau pajak

pertambahan nilai. Perusahaan harus mengumpulkan pajak penjualan atau

pajak pertambahan nilai dari pelanggan atas transfer properti pribadi

berwujud dan atas jasa-jasa tertentu yang kemudian diserahkan kepada

pemerintah.

xvii
9. Income taxes payable (Utang pajak penghasilan)

Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan pada

penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak badan dengan tarif tertentu

pada akhir periode fiskal. Jumlah pajak yang terhitung sesuai dengan

peraturan perpajakan harus segera dibayarkan ke kas negara. Bila

perusahaan tidak segera membayar pajak pada akhir periode akuntansi

(periode pelaporan keuangan) maka pajaknya menjadi pajak terutang dan

harus dilaporkan dalam laporan keuangan.

10. Employee-related liabilities

Jumlah yang terutang kepada karyawan untuk gaji atau upah yang

dilaporkan sebagai kewajiban lancar. Kewajiban lancar yang

berhubungan dengan kompensasi karyawan juga termasuk pemotong gaji,

absensi yang dikompensasi, dan bonus.

3.3 Tujuan Pemeriksaan Kewajiban

Tujuan pemeriksaan liabilitas jangka pendek adalah untuk memeriksa

apakah:

1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek. Jika

internal control atas liabilitas jangka pendek disimpulkan cukup baik oleh

auditor maka ruang lingkup pemeriksaan atas liabilitas jangka pendek

dapat dipersempit dan sebaliknya jika internal control lemah maka ruang

lingkup pemeriksaan harus diperluas. Dengan internal control yang

xviii
memadai auditor dapat mempertimbangkan mengurangi substantif tes

( pengujian terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan neraca dan

laba rugi) atau mengurangi scope.

2. Liabilitas jangka pendek yang tercantum dalam laporan posisi keuangan

didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang

benar-benar terjadi.

3. Semua liabilitas jangka pendek perusahaan tercatat per tanggal neraca.

Auditor harus memeriksa semua perjanjian yang dibuat perusahaan

dengan pihak ketiga, memeriksa notulen rapat direksi dan pemegang

saham dan mengirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan.

4. Accrued expense (biaya yang belum dibayarkan) jumlahnya reasonable

(masuk akal/ wajar atau tidak), untuk itu auditor harus memeriksa dasar

perhitungan accrued expense yang dibuat perusahaan, apakah masuk akal

dan konsisten dengan tahun sebelumnya.

5. Kewajiban leasing (sewa) jika ada, sudah dicatat sesuai dengan PSAK 30.

6. Seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata uang asing per

tanggal neraca, sudah dikonversikan kedalam rupiah dengan

menggunakan kurs tengan BI per tanggal neraca dan selisih kurs yang

terjadi sudah dibebankan pada laba rugi tahun berjalan.

7. Biaya Bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka pendek telah

dicatat per tanggal neraca.

xix
8. Biaya bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada tanggal neraca

benar terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan.

9. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan

sehingga tidak terjadi “bank default”.

10. Penyajian liabilitas jangka pendek dalam neraca dan CALK sesuai

dengan SAK.

3.4 Internal Control


Beberapa ciri internal control yang baik atas kewajiban jangka pendek :

1. Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian, bagian penerimaan

barang, bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian keuangan.

2. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak

(prenumbered) untuk permintaan pembelian (purchase requisition), order

pembelian (purchase order), dan laporan penerimaan barang (receiving

report).

3. Adanya sistem otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan hutang.

4. Digunakannya sistem tender untuk pembelian dalam jumlah yang besar,

dimana beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran

tertulis dalam amplop tertutup ke panitia tender.

5. Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk hutang dagang, dan

setiap akhir bulan jumlah saldo hutang dagang menurut subsidiary ledger

harus dibandingkan (direconcile) dengan saldo hutang dagang menurut

xx
general ledger yang merupakan perkiraan pengendali (controlling

account).

6. Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (supplier

invoice) harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam

receiving report dan purchase order, untuk mencegah pembayaran atas

barang yang dibeli melebihi jumlah barang yang dipesan dan yang

diterima.

7. Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas

(stamp paid) untuk menghindari digunakannya dokumen-dokumen

tersebut untuk proses pembayaran yang kedua kalinya

3.5 Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek.

2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, baik utang usaha maupun

kewajiban lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta

cocokkan saldonya dengan saldo utang di buku besar.

3. Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier dengan

saldo menurut subsidiary ledger utang usaha.

4. Secara test basis, periksa bukti pendukung dari saldo utang kepada

beberapa supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase

requisition, purchase order, receiving report dan supplier invoice.

xxi
Periksa juga perhitungan matematis dari dokumen-dokumen tersebut

dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.

5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka

harus dilakukan rekonsiliasi antara saldo utang menurut statement of

account tersebut dengan saldo subsidiary ledger utang.Pertimbangkan

untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang

saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun

sebelumnya.

6. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraca (subsequent payment) untuk

mengetahui apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorded

liabilities) per tanggal neraca dan untuk menyakinkan diri mengenai

kewajaran saldo utang per tanggal neraca.

7. Seandainya ada utang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal

kerja, kredit investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi

ke bank, periksa surat perjanjian kreditnya dan buatkan excerpt dari

perjanjian kredit tersebut, dan periksa otorisasi dari direksi untuk

perolehan kredit bank tersebut.

8. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari

perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang

akan datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan

periksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.

xxii
9. Seandainya ada utang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah

sesuai dengan standar akuntansi sewa, dan apakah bagian yang jatuh

tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat sebagai

utang jangka pendek.

10. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan

secara akurat dan tiap jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah

yang tercantum pada laporan rugi laba. Perhatikan juga aspek

pajaknya.

11. Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka harus ditelusuri

apakah ini merupakan uang muka pembelian atau karena

adanya pengembalian barang yang dibeli tetapi sudah dilunasi

sebelumnya. Kalau jumlahnya besar harus direklasifikasikan sebagai

piutang.

12. Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal laporan posisi

keuangan, periksa bukti pendukungnya dan periksa apakah saldo

tersebut sudah diselesaikan di periode berikutnya misalnya dengan

mengirimkan barang yang dipesan oleh pembeli.

13. Seandainya ada kredit jangka panjang , harus diperiksa apakah bagian

yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasikan

sebagai utang jangka pendek.

14. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo

tersebut per tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan

xxiii
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal neraca, dan

selisih kurs yang terjadi dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.

15. Untuk utang PPh 21 dan PPN periksa apakah utang tersebut sudah

dilunasi pada periode berikutnya. Seharusnya hutang PPh 21 dan PPN

per 31 Desember dilunasi di bulan Januari tahun berikutnya. Sedangkan

untuk PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu mengisi dan

memasukan SPT PPh Badan, perusahaan telah membayar PPh 29.

16. Periksa dasar perhitungan accrued expense yang dibuat oleh perusahaan,

apakah reasonable dan konsisten dasar perhitungan tahun sebelumnya.

Selain itu harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal neraca.

17. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-

perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk

mengetahui apakah semua kewajiban yang tercantum dalam notulen dan

perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal neraca.

18. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.

19. Periksa apakah penyajian utang jangka pendek di laporan posisi

keuangan dan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum (SAK).

xxiv
BAB IV : PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang kami bahas dapat disimpulkan bahwa:

hutang jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam

waktu satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan dan harus dilunasi

dengan menggunakan aktiva lancar, serta kewajiban tersebut berdasarkan

transaksi yang telah terjadi. Jenis – jenis kewajiban jangka pendek, yaitu :

utang usaha, utang wesel, pendapatan diterima dimuka, utang penghasilan,

utang dividen dll.

Tujuan audit atau auditing kewajiban jangka pendek (current liability)

adalah memeriksa apakah penyajiannya di Laporan Keuangan sudah sesuai

dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Dan perlu dilakukannya

prosedur pemeriksaan dimana hal ini penting untuk mengetahui apakah

internal kontrolnya sudah baik atau belum.

4.2 Saran

Untuk pembaca disarankan agar mencari lebih banyak informasi-informasi


mengenai pemeriksaan kewajiban jangka pendek ini, baik itu dari artikel, berita,
buku dan sumber berbeda. Karena makalah ini masih banyak kekurangan
terutama di segi kelengkapan isi makalah.

xxv
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31962006/
PEMERIKSAAN_LIABILITAS_JANGKA_PENDEK (diakses tanggal “15 Oktober
2022”)

https://id.scribd.com/document/349059835/Pemeriksaan-Liabilitas-Jangka-
Pendek (diakses tanggal “15 Oktober 2022”)

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/
123456789/23855/17212024%20Reinissa%20Ramadhani.pdf?
sequence=1&isAllowed=y (diakses tanggal “15 Oktober 2022”)

https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-20191026024904.pdf
(diakses tanggal “15 Oktober 2022”)

xxvi

Anda mungkin juga menyukai