Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ETIKA PROFESI

ETIKA DALAM AUDITING

DOSEN PENGAMPUH: FEBRIANA NUR RAMADHANI, S.Ak., M.Ak

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

KHUSNUL KHATIMAH 220901502122


RAHMAT NUR 220901502126
ELFINA DAMAYANTI A 220901502127
AGUNG RAHMAT WAHYUDI 220901502128

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ini. “Etika dalam Audit” adalah judul
artikel tentang etika kantor akuntan. Tujuan artikel ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman tentang peran etika dalam proses audit atau evaluasi. Apalagi semua pembaca
artikel ini akan lebih memahaminya. Penulis mengakui masih banyak kesalahan dalam
pembuatan karya ini dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memerlukan kritik
dan saran yang membangun demi penyempurnaan artikel ini. Akhir kata, penulis berharap
artikel ini dapat bermanfaat dan menginspirasi pembaca semuanya.

Makassar, 16 Maret 2024

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................2
A. Tugas dan Tanggung Jawab Auditor .......................................................................2
B. Audit Internal dan Audit Eksternal .........................................................................5
C. Independensi Auditor dan kepercayaan publik .......................................................10
D. STUDI KASU .........................................................................................................13
BAB III PENTUP ................................................................................................................14
A. Kesimpulan ...............................................................................................................14
B. Saran ..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang harus memiliki moral untuk berperilaku di dunia sekarang ini. Etika
dinilai sangat penting baik dalam proses ujian maupun dalam kehidupan sehari-hari. Auditor
harus bekerja dan bertindak profesional dalam proses audit. Otoritas Pasar Modal dan Pasar
Keuangan (BAPEPAM) telah menetapkan standar yang harus dipatuhi oleh auditor.
Keputusan auditor mempunyai dampak yang signifikan terhadap masyarakat dan penerima
keputusan. Oleh karena itu auditor diharapkan mampu melakukan audit secara etis. (Shafira,
2017)
Selain aspek pengalaman yang sangat penting untuk meningkatkan keterampilan
auditor, tujuannya juga untuk mengubah perilaku dan sikap auditor. Menurut para psikolog,
peningkatan potensi perilaku disebut perkembangan. Selain itu dikatakan bahwa
perkembangan dapat digambarkan sebagai suatu proses yang membawa seseorang ke tingkat
perilaku yang lebih tinggi (Knoers dan Haditono, 1999, Asih, 2006). Dalam hal ini,
berdasarkan teori tersebut, perkembangan pengalaman auditor menunjukkan bahwa hal
tersebut mendorong perilaku yang lebih baik yang dapat dicapai dengan mengembangkan
keterampilan yang diperlukan untuk keterampilan yang lebih matang. (Penyususn et al.,
2011)
B. Rumusan Masalah
1. Apa Tugas dan Tanggung jawab Auditor?
2. Apa perbedaan antara audit internal dan audit eksternal?
3. Bagaimana independensi auditor dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tugas dan Tanggung jawab Auditor
2. Untuk Mengetahui Internal dan Eksternal Auditor Dalam Perusahaan
3. Untuk Mengetaui Independensi Auditor Dan Kepercayaan Publik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tugas dan Tanggung Jawab Auditor


Definisi evaluasi etis adalah proses sistematis mengumpulkan dan mengevaluasi bukti
tentang opini perusahaan untuk menentukan seberapa sesuai opini tersebut dengan
kenyataan. Selain itu, hasil dari proses ini dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memastikan
bahwa catatan akuntansi bebas dari kesalahan dan penipuan.
Tugas Auditor
Auditor harus melakukan banyak hal sebagai bagian dari tugas pekerjaannya. Berikut
ini adalah beberapa tugas umum auditor:
1. Menyusun Program Audit: Auditor harus menyusun program audit yang mencakup
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses audit. Program audit ini akan
menjadi panduan dalam melaksanakan tugas-tugas audit secara sistematis dan
terstruktur.
2. Pengumpulan dan Analisis Data: Auditor harus mengumpulkan data terkait
perusahaan yang diaudit. Dokumen-dokumen ini dapat mencakup laporan keuangan,
informasi akuntansi, dokumen bisnis dan informasi penting lainnya. Setelah
mengumpulkan data, auditor menilai kepatuhan terhadap aturan dan standar
akuntansi yang berlaku.
3. Melakukan inspeksi fisik: Auditor juga memiliki kemampuan untuk memeriksa
secara langsung aset dan inventaris perusahaan. Hal ini memastikan bahwa aset yang
tercantum dalam laporan keuangan benar-benar ada dan bereputasi baik.
4. Memeriksa Pengendalian Internal: Auditor bertanggung jawab untuk memeriksa
pengendalian internal perusahaan. Hal ini meliputi penilaian terhadap sistem
akuntansi dan prosedur yang digunakan perusahaan dalam mencatat dan

2
mengendalikan transaksi keuangan. Auditor juga akan mengevaluasi efektivitas
pengendalian internal tersebut.
5. Melakukan Pengujian Substansial: Auditor akan melakukan pengujian substansial
terhadap saldo akun dan transaksi yang signifikan dalam laporan keuangan.
Pengujian ini bertujuan untuk memastikan kebenaran dan keandalan informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan.
6. Laporan audit: Di akhir audit, auditor menyiapkan laporan audit berdasarkan temuan
dan kesimpulan. Dalam laporan ini, auditor memberikan pendapatnya mengenai
status keuangan perusahaan yang diaudit.
7. Memberikan Rekomendasi: Auditor juga dapat memberikan rekomendasi kepada
manajemen perusahaan untuk perbaikan atau peningkatan sistem pengendalian
internal dan prosedur akuntansi. Rekomendasi ini bertujuan untuk membantu
perusahaan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasionalnya.

Tanggung Jawab Dasar Auditor


Pada dasarnya serangkaian pekerjaan audior dalam melakukan pemeriksaan terhadap
laporan keuangan, dan dokumen penyerta lainnya adalah untuk memeroleh bukti yang
menjadi dasar dalam memberikan opini atas laporan yang diaudit. Perbedaan opini auditor
bergantung pada kualitas laporan keuangan yang disusun dan direview oleh manajemen. Ada
beberapa pernyataan auditor:
a) adil secara eksklusif,
b) adil secara eksklusif dengan klausul penjelasan,
c) adil dengan pengecualian,
d) tidak masuk akal;
e) ya\tidak) Tidak menyatakan pendapat.
Setelah auditor menelaah laporan sesuai dengan standar audit yang ditetapkan, kategori
dapat diklasifikasikan. Oleh karena itu, hasilnya obyektif dan dapat diandalkan. Kesimpulan
auditor mencerminkan tindakan manajemen selama periode waktu tertentu. Manajemen
bertanggung jawab penuh atas laporan keuangan dan isinya. Auditor dapat memberikan
pendapat pribadi kepada perusahaan, seperti saran, ide, dan formulir pelaporan. Menurut

3
(Prihanto, 2018).
Akuntabilitas juga bisa berarti kepemimpinan yang patut dicontoh dan perbaikan
terus-menerus. Auditor mempunyai tanggung jawab utama di luar tugasnya kepada publik.
Auditor adalah orang yang mempunyai keahlian khusus untuk menelaah operasi dan laporan
keuangan suatu organisasi. Komite kerja auditor dibentuk pada tahun 1980 untuk mengawasi
aktivitas auditor dan memberikan pengawasan terhadap tugas auditor. Salah satu tugas utama
auditor adalah:
1. Perencanaan, manajemen dan dokumentasi.
Perencanaan merupakan bagian penting dalam proses audit karena melibatkan
pembuatan rencana rinci tentang apa yang akan dilakukan dan seberapa luas audit
yang akan dilakukan. Seorang akuntan harus benar-benar memahami bisnis
kliennya. Hal ini sangat penting karena digunakan untuk membentuk fitur, ukuran,
cakupan, dan pemahaman perangkat. Untuk memastikan pemangku kepentingan
memahami apa yang telah dilakukan auditor, maka auditor harus merencanakan,
memantau, dan mencatat tugasnya.
2. Sistem Akuntansi
Akuntan harus memahami sistem pencatatan dan pengolahan transaksi agar dapat
menyusun laporan keuangan yang baik. Menurut standar audit Institut Akuntan
Publik Indonesia, auditor harus melaporkan apakah, menurut pendapatnya, laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia dan, jika demikian, mengungkapkan perbedaan metodenya. . . Prinsip -
prinsip akuntansi. . Digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tahunan periode
berjalan sesuai dengan prinsip akuntansi yang digunakan pada periode keuangan
sebelumnya.
3. Bukti Audit
Segala informasi yang digunakan auditor untuk membentuk kesimpulan (pendapat)
disebut bukti audit. (1) catatan atas laporan keuangan yang disusun sehubungan
dengan laporan keuangan, dan (2) informasi lain yang terkait atau berkaitan dengan
laporan keuangan yang mendukung alasan auditor mengenai kecukupan laporan
keuangan. Oleh karena itu, auditor harus mempunyai bukti yang cukup untuk

4
memberikan dasar yang masuk akal dalam menentukan bahwa auditor dapat
memperoleh bukti yang cukup dan andal untuk mencapai suatu kesimpulan yang
tepat. Untuk melakukan audit, auditor perlu mendapatkan informasi yang sangat
berguna. Kuantitas atau kualitas bukti disebut bobot bukti. Bukti yang dapat
diandalkan, valid, obyektif dan relevan dianggap valid.
4. Pengendalian Intern
Ketika auditor ingin mengandalkan pengendalian internal, mereka harus memvalidasi
dan mengevaluasi pengendalian tersebut dan mengikuti rencana yang mencakup
struktur, metode, dan alat yang digunakan perusahaan untuk melindungi aset
perusahaan, meningkatkan efisiensi, dan memberikan dukungan finansial untuk
kepatuhan. Secara umum, prosedur yang dikelola dengan baik mencakup: a)
penggunaan wewenang yang diberikan secara tepat untuk melaksanakan suatu tugas
atau peristiwa; b) banyak proyek; c) membuat dan mengakses dokumen dan arsip
yang relevan; d) perlindungan yang memadai terhadap properti dan dokumen; dan (e)
evaluasi kinerja independen.
5. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan
Auditor memverifikasi laporan keuangan terkait seperlunya untuk menarik
kesimpulan berdasarkan materi audit lainnya dan untuk memberikan dasar yang
masuk akal untuk menyatakan opini atas laporan keuangan.

B. Audit Internal dan Audit Eksternal


Audit Internal
Menurut Institute of Internal Auditors (IIA), audit internal adalah kegiatan independen,
rahasia dan konsultatif yang bertujuan untuk meningkatkan operasi perusahaan dan
meningkatkan nilainya. Upaya ini membantu perusahaan mencapai tujuannya dengan
pendekatan yang sistematis dan disiplin. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menilai dan
meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses manajemen. Audit
internal dilakukan dalam konteks hukum dan budaya yang berbeda, dengan tujuan, ukuran
dan struktur organisasi yang berbeda, dan dengan orang-orang di dalam atau di luar
organisasi. Perbedaan-perbedaan ini dapat mempengaruhi praktik profesional audit internal

5
dalam situasi apa pun lingkungan (Standards for the Professional Practice of Internal
Auditing) (Hapsari, 2017)

Menurut Mulyad (2002), audit internal adalah fungsi evaluasi independen yang
berlangsung dalam suatu organisasi. Hal ini dilakukan melalui fungsi-fungsi seperti
akuntansi, keuangan, dll., yang ditinjau untuk memungkinkan manajemen memenuhi
tanggung jawabnya. Secara umum peran audit internal menurut Kosashi (1985) meliputi
pelaksanaan tugas audit internal untuk mencapai tujuannya:
1. Membahas dan mengevaluasi seberapa baik dan benar pengendalian akuntansi,
keuangan dan operasional telah dilaksanakan.
2. Memastikan pelaksanaan sesuai dengan kebijakan, rencana dan prosedur yang telah
ditetapkan.
3. Memastikan aset perusahaan tercatat dengan baik dan terlindungi dari potensi
kerugian.
4. Memastikan kepercayaan terhadap akuntansi dan metode lain yang disetujui oleh
perusahaan
5. Mengevaluasi kualitas kinerja tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
Audit Eksternal
Menurut Mulyad (2002), auditor adalah auditor yang memberikan jasa audit kepada
auditor untuk memverifikasi laporan keuangan agar tidak mengandung informasi yang tidak
benar. Auditor eksternal merupakan akuntan profesional yang membantu orang lain terutama
dalam mengaudit laporan keuangan yang disusun oleh kliennya. Pengguna informasi
keuangan perusahaan, seperti investor, lembaga pemerintah, dan masyarakat, mengandalkan
auditor pihak ketiga untuk memberikan informasi yang independen dan tidak memihak.
Messier dkk. (2006), Certified accounting public firms (akuntan publik) disebut juga auditor
eksternal atau auditor independen. Oleh karena itu, auditor ini bertanggung jawab untuk
mengaudit atau mengesahkan laporan keuangan publikasi organisasi dan memberikan opini
atas informasi yang diaudit. Auditor eksternal, juga disebut auditor, dapat menjadi anggota
kantor akuntan atau wiraswasta. Karena mereka tidak termasuk dalam daftar gaji supervisor,
maka mereka disebut orang luar. Auditor eksternal memeriksa laporan tahunan perusahaan

6
negara dan swasta. Standar audit membatasi layanan audit tambahan yang dapat diberikan
auditor eksternal kepada klien audit perusahaan publik. (Hapsari, 2017).

Audit eksternal dan internal mencakup topik-topik berikut:


a) membandingkan fakta yang diidentifikasi oleh auditor dengan standar;
b) tujuannya untuk memberikan rekomendasi perbaikan manajemen audit.
c) dari orang yang berwenang;
d) mematuhi standar audit; dan
e) kegiatan auditor harus mematuhi aturan etika profesi.
1. Perbedaan Pelaksana Auditnya
Auditor yang bekerja di organisasi audit melakukan audit internal; Audit eksternal
dilakukan oleh auditor yang bekerja di luar organisasi audit. Sederhananya, audit
adalah audit eksternal jika auditornya adalah BPK. Namun jika yang menjadi penguji
adalah UKI atau penguji, maka itu merupakan tinjauan internal. Audit internal
meliputi audit terhadap lembaga negara yang dilakukan oleh BPKP. BPKP
bertanggung jawab kepada presiden dan bukan merupakan kementerian atau lembaga.
Oleh karena itu, pengendalian yang dilakukan BPKP masih dianggap sebagai
pengendalian internal.
2. Perbedaan Strategi Pelaksanaannya
Di sini, kemungkinan besar isi rencana implementasi berkaitan dengan penetapan
tujuan audit. Tujuan dari audit internal adalah untuk lebih fokus pada perbaikan
proses kerja internal sebelum terjadi kesalahan. Pada saat yang sama, pemeriksa
eksternal memberikan penilaian akhir atas hasil pemeriksaan. Audit internal
mendukung manajemen sebelum, selama dan setelah audit. (Annisa et al., 2022)

C. Independensi Auditor dan kepercayaan publik

Independensi Auditor
Independensi merupakan faktor penting keberhasilan suatu profesi bahkan dianggap

7
sebagai salah satu landasannya. Independensi berarti sikap mental mandiri yang tidak
bergantung pada orang lain. Selain itu, independensi dapat diartikan sebagai auditor yang
menilai fakta secara jujur dan berpegang pada aspek objektif dan tidak memihak dalam
pernyataan dan pendapatnya. Kompetensi dan independensi merupakan hal yang terpenting
bagi seorang auditor dan tidak dapat dinegosiasikan. Akuntan harus memperhitungkan hal
ini dalam pekerjaannya. Beberapa akademisi mendefinisikan independensi dalam bentuk
wacana yang beragam. Salah satu pendapat yang didefinisikan oleh Mulyadi (2002)
dikemukakan sebagai suatu sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.(Prihanto, 2018)
Kemudian, Arens (2003) membagi independensi menjadi dua kategori:
1. Independensi dalam kebenaran (faktual), yaitu terjadi ketika auditor dapat menjaga
sikap tidak memihak dan netral selama audit.
2. Independensi visual: pendapat auditor lain tentang pelaksanaan audit. Namun
beberapa ahli mengategorikan dalam beberapa jabaran yang agak sedikit berbeda,
tetapi melengkapi yang ada. Independensi sangat memengaruhi masyarakat dalam
menetapkan memakai jasa akuntan, untuk itu pengaruhnya sangat besar dengan
kepercayaan publik.
Auditor harus memiliki dan menerapkan pengendalian mutu untuk menghindari
konflik kepentingan di masa depan. Independensi auditor terdiri dari empat bagian.

1. Pola pikir independen


Auditor harus selalu menjaga pola pikir independensi dalam segala hal yang
berkaitan dengan proyek yang ditugaskan kepadanya. Independensi intelektual
berarti auditor jujur dalam mempertimbangkan fakta dan mempunyai sudut
pandang yang objektif dan tidak memihak dalam menyatakan pendapatnya.
Independensi audit terdiri dari pelaksanaan pengujian audit yang tidak memihak,
mengevaluasi hasil dan menyiapkan laporan audit. Hal ini disebabkan karena
banyak pengguna jasa audit yang meyakini bahwa ekspektasi mereka terhadap
laporan keuangan bergantung pada hasil laporan audit eksternal yang independen.
2. Independensi Penampilan

8
Siapapun yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan yang diaudit dan
mengetahui hubungan auditor dengan klien, menganggap auditor sebagai orang
yang independen. Auditor yang mempunyai hubungan tertentu dengan kliennya,
seperti ikatan keluarga atau keuangan, tidak dianggap independen. Independensi
yang nyata berarti auditor harus menghindari tindakan yang dapat memberikan
kesan kepada publik bahwa mereka bertindak independen. Persepsi masyarakat
terhadap independensi auditor berkaitan dengan munculnya independensi. Oleh
karena itu, auditor tidak hanya harus bertindak sesuai kebenaran, tetapi juga
menghindari situasi yang menimbulkan keraguan. Pasal 290 mengatur sebagai
berikut: 113 dalam Kode B dan C: Jika suatu perusahaan audit atau jaringan
perusahaan audit secara langsung memiliki klien auditnya, risiko terhadap
kepentingannya sangat besar, dan tidak ada jaminan yang dapat diterapkan untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima. Agar PPG dapat
memenuhi kewajibannya, satu-satunya pilihan yang tepat adalah melepaskan
kepemilikan finansial atas klien audit.
3. Independensi Praktisi (Practitioner Independence)
Menurut Mautz, independensi seorang auditor tidak hanya mencakup
independensi sikap dan semangat, namun juga independensi seorang praktisi
profesional. Independensi praktisi adalah kemampuan seorang praktisi individu
untuk memberikan perspektif yang adil dan tidak memihak mengenai rancangan
program, sertifikasi proyek, dan pelaporan audit. Independensi ini memiliki tiga
aspek: independensi program, independensi penelitian, dan independensi
pelaporan.
4. Independensi Profesi (Profession Independence)
Mautz kemudian mengatakan bahwa selain kebebasan auditor, penting untuk
memadukan kebebasan profesional dengan sikap masyarakat terhadap auditor.
Jika masyarakat memandang akuntan secara positif atau negatif, mereka
cenderung lebih mandiri dalam pekerjaannya. Hal ini hampir sama dengan sikap
masyarakat terhadap akuntan. Masyarakat mempunyai pandangan positif dan
negatif terhadap perilaku akuntan.

9
Dalam beberapa buku auditing yang ditulis dan menjadi referensi, independensi lebih
banyak yang diprioritaskan/menitikberatkan pada independensi sikap mental dan
penampilan. Dalam perjalanan aktivitas audit, banyak sekali hal yang akan berupaya untuk
menggoyahkan dan memengaruhi independensi ini. Kendati sanksi dan kode etik telah
ditetapkan oleh lembaga dan asosiasi, masih saja terdapat pihak atau dari auditor sendiri yang
tidak menginginkan independensi tetap kokoh berdiri. Independensi akuntan publik dapat
terpengaruh jika akuntan publik memunyai kepentingan keuangan atau memunyai hubungan
usaha dengan klien yang diaudit.(Prihanto, 2018)
Lanvin yang dikutip oleh Supriyono (1988) mengemukakan bahwa independensi
auditor dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1) Ikatan keuangan dan usaha dengan klien.
2) Jasa-jasa lain selain jasa audit yang diberikan klien
3) Lamanya hubungan kantor akuntan publik dengan klien.
Masih dalam kaitannya dengan independensi yang dikemukakan oleh Supriyono,
sebelumnya Shockley (1981) memilih dalam sudut pandang yang berbeda mengenai
independensi. la menuturkan bahwa independensi akuntan publik dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang sangat potensial, seperti:
1) Persaingan antarakuntan publik;
2) Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien;
3) Ukuran KAP;
4) Lamanya hubungan antara KAP dengan klien.

Pernyataan di atas belum lengkap. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemerdekaan


berubah seiring berjalannya waktu seiring dengan meningkatnya polarisasi politik, hukum,
budaya, komersial dan ekonomi, serta perkembangan teknologi dan informasi. Hal ini
diperkuat dengan adanya sejumlah penelitianakuntansi yang kian berkembang, penelitian
tersebut banyak yangmengkaji tentang sejumlah variabel internal maupun eksternal dari
auditor dalam kaitannya terhadap kualitas laporan hasil audit. (Nasution, 2013)

Kepercayaan Publik

10
Menurut Morgan dan Hunt (1994), kepercayaan dapat terjadi ketika salah satu pihak
yakin bahwa pihak lain yang terlibat dalam pertukaran itu jujur dan dapat dipercaya.
Kemudian jelaskan beberapa manfaat kepercayaan.
1. Kepercayaan dapat memotivasi pemasar untuk melakukan yang terbaik dalam
menjaga hubungan baik dengan pelanggan.
2. Dana ini memprioritaskan manfaat jangka panjang yang diharapkan dari
mempertahankan mitra yang ada dibandingkan alternatif jangka pendek.
3. Keyakinan bahwa pesaing tidak akan mengambil risiko yang dapat merugikan pasar
dapat mendorong pelaku pasar untuk mengambil risiko yang besar.

Kepercayaan masyarakat merupakan keinginan seseorang untuk mempercayai orang


lain yang mempercayainya. Rasa percaya diri merupakan suatu keadaan pikiran yang
didasarkan pada keadaan dan lingkungan sosial seseorang. Ketika seseorang mengambil
suatu keputusan, biasanya mereka mengambil keputusan tersebut berdasarkan keinginan
orang lain, dan akuntan perlu memahaminya agar dapat memperoleh kepercayaan dari klien.
Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sangat penting bagi perkembangan auditor.
Kepercayaan masyarakat meningkatkan minat klien dalam menggunakan jasa akuntansi.
Untuk mendapatkan kepercayaan klien, auditor harus selalu mempertanggungjawabkan
laporan yang telah diaudit dan memberikan hasil yang jujur.
Menurut McKnight, Kacmar dan Choudry sebagaimana dikutip Bachmann dan Zaheer
(2006), kepercayaan terjadi dalam proses bisnis dan antara pihak-pihak yang tidak saling
mengenal dengan baik dalam berkomunikasi. McKnight dkk. (2002) Kepercayaan konsumen
memiliki dua dimensi:
1. Trusting Belief: Ini mengacu pada sejauh mana seseorang memercayai orang lain
dalam situasi simpatik. Kepercayaan merupakan sikap pihak yang dipercaya
(konsumen atau klien) terhadap pihak yang dipercaya (saksi), dimana saksi
mempunyai sifat yang bermanfaat bagi konsumen. Ia kemudian berpendapat bahwa
kasih sayang, kebenaran, dan kompetensi adalah tiga faktor yang membentuk opini
yang dapat diandalkan.
a. Tata krama yang baik merupakan keyakinan tenaga penjual dalam

11
memperlakukan pelanggan atau klien dengan baik. Kesediaan akuntan untuk
melayani kepentingan orang lain disebut keberanian.

b. Integritas mengacu pada kepercayaan seseorang terhadap kejujuran akuntan


dalam menjaga dan memenuhi kontrak dengan klien atau pelanggan.
c. Keyakinan seorang akuntan terhadap kemampuannya dalam membantu klien atau
konsumen melakukan apa yang dibutuhkannya disebut kompetensi. Kualifikasi
tersebut didasarkan pada seberapa baik akuntan dapat memenuhi keinginan
kliennya. Kemampuan seorang akuntan dalam memenuhi kebutuhan klien dan
pelanggan merupakan inti keahliannya.
2. Trusting intention trusting intention adalaah Kepercayaan pribadi secara sadar
terhadap orang lain dalam situasi tertentu dan pengaruh langsung terhadap orang lain
disebut “niat mempercayai”. Keyakinan yang disengaja bergantung pada keyakinan
kognitif orang lain. Lebih lanjut dikemukakan bahwa niat untuk percaya mempunyai
dua bagian: keinginan untuk percaya dan kemampuan subyektif untuk percaya.
a. Willingness to depend willingness to depend adalah konsumen untuk
mempercayai auditor dan menerima potensi risiko atau konsekuensi negatif.
b. Subjective probability of depending subjective probability of depending adalah
Kesediaan konsumen atau klien untuk memberikan informasi pribadi kepada
auditor, untuk melakukan bisnis, dan untuk mematuhi rekomendasi atau
persyaratan auditor disebut probabilitas klien.
Kepercayaan masyarakat sebagai pengguna jasa audit independen sangat penting bagi
perkembangan profesi audit. Jika auditor tidak independen, maka kepercayaan publik akan
terkikis. Hal ini juga dapat terjadi karena pendapat independen peneliti seharusnya
mempengaruhi status kesehatan (reasonable) orang tersebut.
Untuk menjadi independen, seorang auditor harus jujur secara intelektual, bebas dari
kewajiban apa pun kepada klien, dan tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi dengan
klien, baik manajer maupun pemilik bisnis. Pekerjaan tersebut sekedar memenuhi kebutuhan
profesional auditor yang bekerja dengan jujur dan benar.

12
STUDI KASUS

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kepala Cabang Tapung Raya Masril (40) ditangkap
polisi. Ia kedapatan memanipulasi laporan keuangan dan mentransfer uang senilai Rp 1,6
miliar. Pada Rabu, 23 Februari 2011, Pemilik, Pengawas, dan Inspektur BRI Cabang
Bangkinang mengetahui Tommy menjadi tersangka dalam penyidikan BRI Cabang Tapung.
Hasil pengendalian menunjukkan kuantitas dan keseimbangan tidak seimbang. Setelah
ditelusuri secara menyeluruh, diketahui bahwa pada 14 Februari 2011, Masril melakukan
penangguhan setoran tunai sebesar INR 1,6 miliar dari BRI Pasir Pengarian II ke BRI
Tapung, namun tidak dilakukan transfer fisik. “Petugas Polsek BRI Tapung Raya ditetapkan
sebagai tersangka dan ditangkap di sel Polsek Kampar karena mentransfer Rp 1,6 miliar dan
memalsukan tagihan,” kata Kapolsek Kampar AKBP MZ Muttaqien.
Hal tersebut diungkapkan Pemimpin Cabang BRI Bangkinang Sudarman dan Staf
Cabang BRI Bangkinang Rustian Martha. Masril melakukan tindak pidana dengan
memberikan informasi palsu pada rekening atau laporan atau dokumen yang menjelaskan
kegiatan usaha, laporan keuangan atau rekening bank (TP Banking). Menurut Kapolres,
tersangka dijerat dengan pasal yang disangkakan yakni H. UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Pasal 7 Ayat 1 UU Perbankan Tahun 1992 dengan ancaman hukuman 10 tahun
penjara. Polsek Kampar bekerja sama dengan pihak berwenang lainnya menyita petunjuk
dan dokumen BRI, menyelidiki dan menangkap tersangka, mewawancarai enam saksi dan
memperoleh keterangan ahli.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika dalam Auditng adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria - kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen. Dari beberapa jurnal dan referensi yang saya peroleh, dapat disimpulkan bahwa
dalam hal ini auditor juga harus memiliki etika-etika perilaku profesional yang sangat penting
dalam lingkup auditing sebagai panduan mereka agar meminimalisir kecurangan dan
kesalahan. Kualitas audit yang di ukur KAP yang telah menetapkan sembilan unsur kendali
mutu yang harus dipenuhi oleh kantor akuntan dalam melakukan profesinya. Auditor harus
kompeten dan independen mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan
likuiditas akhirnya perusahaan itu akanberada dalam keadaan likuid apabila sewaktu- waktu
ada tagihan.
Suatu proses yang dilakukan oleh badan yang berkualifikasi dan independen untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti tentang entitas yang terukur untuk mengidentifikasi
dan melaporkan informasi yang relevan berdasarkan kriteria. Etika adalah prinsip audit. Itu
saja, hal-hal tersebut dapat diungkapkan baik dalam laporan audit maupun dalam diri auditor
sebagai perilaku profesional, yang sangat penting untuk mengurangi kesalahan audit. KAP
menetapkan sembilan standar kualitas audit. Akuntan harus kompeten dan mandiri dalam
menghasilkan laba (profitabilitas) tanpa memandang likuiditas, karena dengan adanya
invoice maka perusahaan menjadi likuid.

B. Saran

14
1. Untuk meningkatkan kualitas audit yang baik yang maka perlu ditingkatkan dengan
Etika profesi dalam suatu tanggung jawab dilihat dari jawaban responden yang cukup
baik maka sebaiknya Auditor lebih memerhatikan dan mematuhi ketentuan kode etik
dan standar Profesi akuntan publik yang berlaku agar kualitas audit yang dihasilkan
baik.

2. Untuk meningkatkan kualitas audit, auditor harus menjadi lebih independen terutama
dalam mengelola hubungan klien. Berdasarkan tanggapan positif dari responden,
auditor harus lebih memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
dampaknya terhadap perlindungan reputasi auditor dan pelaporan keuangan
multilateral untuk mencegah penipuan yang merugikan.

3. Untuk meningkatkan kualitas audit yang baik, auditor harus meningkatkan


keterampilannya, terutama pengetahuannya. Berdasarkan jawaban yang memuaskan
dari responden, sebaiknya kantor akuntan memberikan bimbingan teknis kepada
auditor secara berkala. Ini membantu auditor memahami dan memahami bagaimana
meningkatkan kualitas audit. yang akan membantu auditor lebih memahami dan
mengerti untuk meningkatkan kualitas audit.

15
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, N., Sianturi, R., & Gajah, R. S. (2022). Etika Profesi Akuntan Dan Tanggung Jawab
Etika Dalam Auditing (Jurnal). Research In Accounting Journal, 2(3), 323–328.
http://journal.yrpipku.com/index.php/raj%7C
Hapsari, E. D. (2017). Pengaruh Fungsi Audit Internal Terhadap Fee Auditor Eksternal.
Diponegoro Journal Of Accounting, 02, 1–10.
Nasution, I. (2013). Pengaruh Karateristik Personal Auditor, Etika Audit Dan Pengalaman
Auditor Terhadap Tingkat Penyimpangan Perilaku Dalam Audit. Skripsi, 160.
Penyususn, N., Nurmalita Sari Nomor Induk Mahasiswa, N., Judul Skripsi, A., Pembimbing,
D., Laksito, H., & Adv, M. (2011). Halaman Pengesahan Skripsi.
Prihanto, H. (2018). ETIKA BISNIS DAN PROFESI: Sebuah Pencarian. PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Shafira, J. dkk. (2017). Etika Dalam Auditing. Blogspot.Com, 1–7.
http://inaasyahprinayah.blogspot.com/2017/04/etika-dalam-auditing.html

16

Anda mungkin juga menyukai