Anda di halaman 1dari 28

PEMERIKSAAN AKUNTANSI I

AUDIT PROGRAM

Dosen Pengampu :

Sumantri Bratakusuma, SE, M. Ak

Disusun Oleh :

1. Alfin Imam Abidin (1934031131)


2. Alfiyyah Rifana Harsy (1934031135)
3. Nadya Veronika Sitepu (1934031122)
4. Noer Aisatul Fitrianingsih (1934031142)
5. Riski Jayanti (1934031140)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Karunia, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Pemeriksaan Akuntansi I ini dengan judul “Audit Program” dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk
memenuhi Tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi I dalam menempuh pendidikan di
Universitas Krisnadwipayana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini menjadi lebih baik.

Jakarta, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................3
1.3 Tujuan ..............................................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................5

2.1 Audit Program .................................................................................................5


2.1.1 Audit Prosedur dan Audit Teknik...........................................................5
2.1.2 Resiko Audit dan Matrealitas.................................................................
2.2 Pengertian Pengendalian Intern .....................................................................11
2.3 Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup Pemeriksaan .........14
2.4 Bagaimana Melakukan Pemahaman dan Evaluasi Atas Pengendalian
Intern .............................................................................................................19
2.5 Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas .....................................................23
2.6 Contoh Kasus ................................................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................32

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten
mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit program sendri adalah daftar
prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, yang dimaksudkan untuk meningkatkan
koordinasi dan integrasi semua bagian-bagian pemerisaan dalam suatu perusahaan.
Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi persaingan
dan globalisasi ekonmi dewasa ini. Era globalisasi akan mempertajam persaingan-
persaingan diantara perusahaan, sehingga perluh strategi yang potensial dan kreatif dalam
pemanfaatan secara optimal berbagai sumber daya yang ada. Selain itu, untuk mampu
bertahan dalam persaingan ini diperluhkan upaya pengawasan dan maksimalisasi kinerja.
Upaya ini secara umum meliputi peningkatan produktivitas, efisiensi serta evektifitas
pencapain tujuan perusahaan. Menghadapi hal ini, berbagai kebijakan dan strategi terus
ditetapkan dan ditingkatkan.Kebijakan yang ditempuh manajemen antara lain
meningkatkan pengawasan dalam perusahaan (internal control). Pengertian pengendalian
internal menurut IAI adalah setiap tindakan yang diambil manajemen untuk
meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Profesi
akuntan publik berkaitan erat dengan internal control dalam suatu organisasi dimana
internal control yang baik mencerminkan organisasi yang sehat, demikian juga dengan
interal control organisasi yang buruk akan mencerminkan organisasi yang tidak sehat.
Organisasi yang sehat serta internal control yang baik akan meyakinkan investor untuk
menanamkan modal pada organisasi, serta dapat meningkatkan produktivitas, efektivitas,
dan efisiensi kinerja organisasi baik berupa operasional, maupun sumber daya manusia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu audit program?
2. Apa itu resiko audit dan matrealitas?
3. Apa itu pengendalian intern?

1
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan apa itu audit program
2. Memaparkan apa itu resiko audit dan matrealitas
3. Menjelaskan apa itu pengendalian intern

1.4 MANFAAT

Mampu memahami definisi audit program, resiko audit dan matrealitas, serta arti dari
pengendalian intern.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 AUDIT PROGRAM

Audit program adalah daftar prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, yang
dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi dan integrasi semua bagian-bagian
pemeriksaan dalam perusahaan

Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor harus
menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan
dijalankan dan dibuat secara terulis.

Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai
pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit program harus mengariskan dengan rinci, prosedur
audit yang menurut keyakinaan auditor diperluhkan untuk mencapai tujuan audit.

Audit program yang baik harus mencantumkan:

 Tujuan pemeriksaan
 Prosedur audit yang akan dijalankan
 Kesimpulan pemeriksaan

Sebagian KAP mnggunakan audit program yang suda distandarisasi dan digunkan
disetiap kliennya, sebagianya lagi menggunakan audit program yang disusun sesuai kondisi
dan situasi diperusahaan. Akan lebih baik juka audit program dibuat terpisah untuk
compliance test dan substantive test.

2.1.1 AUDIT PROCEDURES DAN AUDIT TEKNIK

Audit procedures adalah langka-langka yang harus dijalankan auditor dalam


melaksanakan pemeriksaannya dan sangkat diperluhkan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.

3
Audit procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti yang cukup
untuk mendukung pendapat audior atas kewajaran laporan keuangan. Untuk itu diperluhkan
audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit evidence seperti: konfirmasi, observasi,
inspeksi, tanya jawab dan lain-lain.

2.1.2 RESIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

Dalam PSA No. 25 , diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan resiko
Dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan Audit atas laporan keuangan
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia

1. Resiko audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standar auditing khususnya


standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan serta tercermin dalam laporan audit
bentuk baku. Resiko audit dan materialitas, bersama dengan hal hal lain, perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur audit serta dalam
mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
2. Adanya resiko auditdi akui dengan pernyataan dalam penjelasan tentang tanggung
jawab dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat
bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan
memadai, bukan mutlak bahwa saji material terdekteksi.Resiko audit adalah resiko
yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi kan pendapat nya
sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material.
3. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau
keseluruhan adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya
adalah tidak penting.
4. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut
mengandung salah saji yang dampaknya, secara individu wall atau keseluruhan,
cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan atau
kecurangan.

4
5. Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah masalah yang
mungkin material terhadap laporan keuangan, auditor tidak bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
salah saji, yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak material
terhadap laporan keuangan.
6. Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup:
a) Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber
penyusunan laporan keuangan
b) Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau
kesalan tafsir fakta
c) Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan dengan jumlah
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
7. Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukum, kepentingan
Audit auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan
salah saji material dalam laporan keuangan. Dua tipe salah saji yang relevan dengan
pertimbangan auditor dalam audit laporan keuangan-salah Salah saji yang timbul dari
kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak
semestinya terhadap aset. Dua tipe salah saji ini dijelaskan lebih lanjut dalam SA
Seksi 316 ( PSA No. 32 dan PSA No. 70) Pertimbangan atas kecurangan dalam
auditlaporan keuangan.
8. Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab audito rmemperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan Bima salah saji material, tidak ada perbedaan
penting antara kekeliruan dan kecurangan. Namun, terdapat perbedaan dalam hal
tanggapan auditor terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya kekeliruan yang
terisolasi, tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan standar
akuntansi tidak signifikan terhadap Audit Sebaliknya bila kecurangan di deteksi
auditor harus mempertimbangkan implikasi integritas manajemen atau karyawan dan
kemungkinan dampaknya terhadap aspek audit.
9. Pada waktu itu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individu wall atau
secara gabungan, material, auditor biasanya memper timbangkan sifat dan jumlah
dalam kaitan dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit.
sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagai laporan keuangan suatu entitas
mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat

5
yang berbeda. Begitu juga, apa yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu
kemungkinan berubah dari satu periode ke periode lain.
10. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan
memadai dan yang akan menyatakan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditordihubungkan
dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan
atau salah saji dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah
atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi
tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan
memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan
kuantitatif maupun kualitatif.
11. Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit,dan
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara
wajar , dalam semua hal yang material, sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
12. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit dapat
dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya,
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
13. Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya dalam
menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awal mengenai
tingkat materialitas dengan suatu cara yng diharapkan, dalam keterbatasan bawaan
dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
14. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna mendeteksi
salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual atau keseluruhan ,
yang secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.
15. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan
materialitas sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya selesai disusun. Dalam
situasi lain, perencanaannya baru dilakukan setelah laporan keuangan yang diaudit
selesai disusun, namun ia mungkin menyadari bahwa laporan tersebut masih
memerlukan modifikasi yang signifikan.

6
16. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri atas
Risiko yang meliputi risiko bawaan(inherent risk) dan risiko pengendalian (control
risk) bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan
oleh kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan
keuangan apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan
transaksi lainnya,
Risiko deteksi(detection risk) bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji
tersebut. Cara yang digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen
tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan komponen tersebut dan
kombinasinya melibatkan pertimbangan professional auditor dan tergantung pada
pendekatan audit yang dilakukannya.
 Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian
yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau
golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.sebagai contoh,
perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan
perhitungan yang sederhana.uang tunai lebih mudah dicuri daripada sediaan batu bara.
Akun yang terdiri atas jumlah yang berasal dari estimasi akuntansi cenderung
mengandung risiko besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relative rutin dan
berisi data berupa fakta.
 Risiko pengendaliaan
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian intern entitas.
 Risiko deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Resiko deteksi merupakan fungsi efektifitas
prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.
17. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko
yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan
keuangan , sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat
diubah oleh keputusan auditor itu sendiri.risiko deteksi mempunyai hubungan yang

7
terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan
dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang
dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima.
18. resiko deteksi yang dapat diterima auditor dalam merancang prosedur audit
tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi resiko audit suatu saldo
akun atau golongan transaksi dan tergantung atas penentuan auditor terhadap resiko
bawaan dan resiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap resiko bawaan
dan resiko pengendalian menurun, resiko deteksi yang diterimanya akan meningkat.
Namun auditor tidak boleh sepenuhnya mengandalkan resiko bawaan dan resiko
pengendalian, dengan tidak melakukan pengujian substantif terhadap saldo akun atau
golongan transaksi, yang didalamnya mungkin terkandung salah saji yang mungkin
material jika digabungkan dengan salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan
transaksi lain.

2.2 PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERN

Sebelumnya istilah yang dipakai untuk pengendalian intern adalah sistem pengendalian
intern, system pengawasan intern dan struktur pengendalian intern. Mulai tahun 2001 istilah
resmi yang digunakan IAI adalah pengendalian intern.

Standar Pekerjaan Lapangan yang Kedua menyebutkan (IAPI, 2011: 150.1) :

”Pemahaman memadai atas pengendalian harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat,saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”.

IAPI (2011: 319.2) mendefenisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujian berikut ini : (a)
keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Pengendalian intern tediri atas lima komponen yang saling terkait berikut ini :

8
a. Lingkungan Pengendalian menetapkan corak suatu organisai, mempengaruhi
kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar
untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.
b. Penaksiran Risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang
relevan mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana
resiko harus dikelola.
c. Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manaemen dilaksanakan.
d. Informasi dan Komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka.
e. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu.

Unsur-unsur pengendalian intern dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

1) Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisai dan mempengaruhi


kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk
semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur.
Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini :

a. Integritas dan nilai etika


b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Partisipasi dewan komisaris atau dewan komite audit
d. Struktur organisasi
e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2) Penaksiran Risiko

Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern
maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negative mempengaruhi kemampuan entitas
untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan

9
asersi manajeman dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan
berikut ini :

a. Perubahan dalam lingkungan operasi


b. Personel baru
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produl, atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar akuntansi baru

3) Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa
arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan
yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah
dilaksanakan.

Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat


organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit
dapat digolongkan sebagai kebjiakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini :

a. Review terhadap kinerja


b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian phisik
d. Pemisahan tugas

4) Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi system
akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah,
meringkas dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk
memelihara akuntabilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas
informasi yang dihasilkan dari system tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen

10
untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan
menyiapkan laporan keuangan yang andal.

Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab
individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.

Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang system informasi yang relevan
dengan pelaporan keuangan untuk memahami :

a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.
b. Bagaimana transkasi tersebut dimulai.
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan
yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan
dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti komputer
dan electronic data interchange) yang dapat digunakan untuk mengirim, memproses,
memelihara, dan mengakses informasi.

5) Pemantauan

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang


waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu
dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang
berlangsung secara terus-menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai
kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang
melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi memantau aktivitas entitas. Aktivitas
pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar
seperti keluhan Customers dan komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan
petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.

Konrath (2002: 205), mengutip AICPA Profesional Standards, mendefenisikan


internal control sebagai berikut :

“The process effected by an entity’s board of directors, management, and other


personnel designed to provide reasonable assurance the achievement of objectives in the
following categories :

11
 Operations Controls-relating to the effective and efficient use of the entity’s
resources;
 Financial reporting controls-relating to the preparation of reliable published
financial statements; and
 Compliance Controls-relating to the entity’s compliance with applicable laws and
regulations.

AICPA Profesional Standards, seperti yang dikutip Konrath (2001; 2015, 206)
mengidentifikasikan lima komponen internal controlyaitu :control environtment, risk
assessment, information and communication, control activities and montoring.

Komponen pertama, control environment, merupakan pondasi dari keempat komponen


lainnya seperti yang digambarkan berikut ini :

Sumber : Konrath (2002: 207)

2.3 HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP (Scope)


PEMERIKSAAN

Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya
kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan
publik, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini
tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan
tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya.

12
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas
pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak
berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan
substantive test.
Misalnya :
 Pada waktu mengirim konfirmasi piutang, jumlah konfirmasi yang dikirimkan harus
lebih banyak.
 Pada waktu melakukan observasi dan stock opname, tes atas perhitungan fisik
persediaan harus lebih banyak
Sebaiknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif maka,
scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bias dipersempit.

2.4 BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN EVALUASI ATAS


PENGENDALIAN INTERN

Auditor harus mendokumentasikan pemahamannya tentang komponen pengendalian


entitas yang diperoleh untuk merencankan audit. Bentuk dan isi dokumentasi dipengaruhi
oleh ukuran dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern entitas. Contohnya,
dokumentasi pemahaman tentang pengendalian intern entitas yang besar dan kompleks dapat
mencakup bagian alir (flowcart), kuesioner, atau tabel keputusan.

Pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern akan memberikan bagian yang sangat
penting dalam proses pemeriksaan oleh akuntan publik. Karena baik buruknya pengendalian
intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadpa :

o Keamanan harta perusahaan


o Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
o Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
o Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik

Gambaran mengenai cara melakukan pemahaman dan evaluasi pengendalian intern


dapat dilihit di buku halaman 107.

Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan publik, yaitu :

1. Internal Control Questionnaires

13
2. Flow Chart
3. Narrative

a) Internal Control Questionnaires

Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena lebih sederhana
dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar, yang bisa digunakan
untuk memahami dan mengevaluasi pengendalian intern diberbagai jenis perusahaan.

ICQ biasanya dikelompokkan sebagai berikut :

 Umun
Biasanya pertanyaan menyangkut struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung
jawab, akta pendirian dan pertanyaan umum lainnya mengenai keadaan perusahaan.
 Akuntansi
Yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai keadaan pembukuan perusahaan, misalnya
apakah proses pembukuan dilakukan secara manual atau komputer.
 Siklus Penjualan-Piutang-Penerimaan Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat di perusahaan
dalam siklus penjualan (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
 Siklus Pembelian-Utang-Pengeluaran Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat di perusahaan
dalam siklus pembelian (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
 Persediaan
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur penyimpanan dan
pengawasan fisik persediaan, sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan dan
stock opname.
 Surat Berharga (Securities)
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut surat berharga, otorisasi untuk pembelian dan
penjualan surat berharga dan penilaiannya.
 Aset Tetap
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur penambahan dan
pengurangan aset tetap, pencatatan dan penilaian aset tetap.

14
 Gaji dan Upah
Pertanyan-pertanyaan menyangkut kebijakan personalia serta sistem dan prosedur
pembayaran gaji dan upah.

Contoh ICQ mengenai keadaan umum perusahaan dan akuntansi dapat dilihat di buku
halaman 108 dan 110. Yang perlu diperhatikan seorang auditor dalam menggunakan ICQ
adalah :

a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan kepada staf klien dan


tidak menyerahkan ICQ kepada klien untuk diisi sendiri.
b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut harus di
mutakhirkan (mengupdate) berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien.
c. Ada kecendrungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan-akan pengendalian
intern cukup baik.

Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan efektifitas
dari pengendalian intern klien.

b) Bagan Arus (Flow Chart)

Flow Chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu unit usaha,
misalnya dalam flow chart untuk sitem dan prosedur pembelian, utang dan pengeluaran kas,
digambarkan arus dokumen mulai dari permintaan pembelia, order pembelian sampai dengan
pelunasan utang yang berasal dari pembelian tersebut.

Untuk auditor yang terlatih, penggunaan flow chart lebih disukai, karena auditor bisa lebih
cepat melihat apa saja kelemahan-kelemahan apakah terdapat perubahan-perubahan sistem
dan prosedur.

Untuk penugasan tahun-tahun berikutnya, auditor harus selalu mengupdate flow chart
tersebut untuk mengetahui apakah terdapat perubahan-perubahan dalam sistem dan prosedur
perusahaan.

Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil dua
atau tiga dokumen untuk mengetes apakah prosedur yang dijalankan sesuai dengan apa yang
digambarkan dalam flow chart. Misalnya auditor mengambil satu set dokumen untuk
pelunasan utang yang berasal dari pembelian persediaan secara kredit atau tunai. Periksa

15
apakah semua dokumen sudah di proses sesuai dengan prosedur yang digambarkan dalam
flow chart pembelian, utang dan pengeluaran kas.

c) Narrative

Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan prosedur akuntansi
yang berlaku di perusahaan, misalnya prosedur pengeluaran kas. Cara ini bisa digunakan
untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana. Contoh bentuk narrative untuk prosedur
pengeluaran kas dan bank dapat dilihat di buku halaman 113.

2.5 KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS

Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern hanya dapat
memberikan keyakinan menandai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan
pencapaian tujuan pengendalianintern entitas.kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi
oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern. Disamping itu
pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih atau
manajemen mengsampingkan pengendalian intern.

Faktor yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak
boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Oleh karena itu,
manajemen melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam menilai
hubungan biaya-manfaat terssbut.

Tabel 5-1 Cara Melakukan Pemahaman dan Evaluasi Atas Pengedalian Intern

DAPATKAN MELAKUKAN BUAT LAKUKAN


GAMBARAN COMPLIANCE KESIMPULAN SUBSTANTIVE TEST
MENGENAI ICQ TEST (TEST OF AKHIR (FINAL (PEMERIKSAAAN
YANG ADA DI RECORDER EVALUATION ATAS KEWAJARAN
PERUSAHAAN TRANSACTIONS) TERHADAP SALDO) POS-POS
(SECARA INTERNAL LAPORAN POSISI
TEORITIS) CONTROL KEUANGAN
KLIEN) (NERACA) DAN LABA

16
RUGI
KOMPREHENSIF)
1. Pelajari accouting & Untuk membuktikan : Jika Internal Control
Operation Manual 1. Apakah Internal Baik, Scope
2. Pelajari Bagan Control yang ada pemeriksaan
Organisasi& Job betul (Substantive Test)
Describtion seperti yang bisa dioersempit Tarik kesimpulan
3. Lakukan Tanya digambarkan dalam Jika Internal Control mengenai Kewajran Pos-
Jawab dengan A, Lemah, Scope Pos Laporan Posisi
petugas B dan C Pemeriksaan Keuangan (neraca) dan
klien 2. Sistem & Prosedur (Substantive Test) Laba Rugi Komprehensif
DOKUMENTASIKA yang digambarkan harus diperluas.
N DALAM BENTUK : dalam A, B dan C
A. INTERNAL betul-betul Buat :
CONTROL diterapkan 1. Daftar Audit
perusahaan. Adjusment
QUESTIONNAIRES TES DILAKUKAN 2. (Draft) Audit Report
B. FLOW CHART TERHADAP : 3. Management Letter
C. NARRATIVE 1. Transaksi Penjualan, Minta :
(MEMO) Client Representation
Piutang dan Letter
LAKUKAN WALK Penerimaan Kas
THROUGH : 2. Transaksi Pembelian,
Ambil 2 atau 3
dokumen, periksa Utang dan
apakah pemrosesannya Pengeluaran
sesuai dengan yang Kas
dijelaskan dalam A, B 3. Pembayaran Gaji
dan C. Jika diperlukan 4. Journal Voucher
sesuaikan A, B dan C Sebelumnya perlu
ditentukan Cara
Buat Kesimpulan Pemilihan Sampel :
Sementara a. Judgement/Random
(Preliminary Sampling

17
Evaluation) terhadap b. Block Sampling
Internal Control klien : c. Statical Sampling
 Baik
 Sedang
 Lemah
Jika Kesimpulan
Sementara menyatakan
Internal Control lemah,
langsung lakukan
Substantive Test yang
diperluas. Jika I/C baik
atau sedang, buktikan
dengan melakukan
Compliance Test.

2.6 CONTOH KASUS

 Profil Perusahaan Phar Mor Inc


Phar Mor Inc adalah perusahan terbesar di Amerika Serikat. Perusahaan
inimerupakan perusahaan retail yang menjual produk yang cukup bervariasi, seperti furniture,
obat-obatan,elektronik, pakaian olahraga, hingga vidiotape.Phar Mor Inc didirikan oleh
Michael I. Monus atau biasa disebut Mickey Monus danDavid S. Shapira di tahun 1982.
Beberapa toko menggunakan nama Pharmhouse and Rx Place.Slogan Phar-Mor adalah
”Phar -Mor power buying gives you Phar-Mor buying power”.Padamasa puncaknya, Phar
Mor Inc mempunyai 300 outlet besar hampir di seluruh negara bagiandan mempunyai 23.000
orang karyawan yang berpusat di Youngstown, Ohio, United States.

 Kasus Phar Mor Inc.


Eksekutif Phar Mor sengaja melakukan fraud untuk mendapat keuntungan
financialyang masuk ke dalam saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan.
Saatmelakukan fraud, top manajemen Phar Mor membuat dua laporan keuangan yaitu
laporaninventory dan laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Kedua laporan

18
tersebutkemudian dibuat ganda oleh pihak manajemen. Satu set laporan inventory berisi
laporaninventory yang benar (true report), sedangkan satu set laporan lainnya berisi informasi
tentanginventory yang di adjusment dan ditujukan untuk auditor eksternal. Demikian juga
denganlaporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar berisi tentang kerugian yang
dideritaoleh perusahaan yang ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif. Laporan lainnya
adalah laporanyang telah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan mendapat
keuntungan yang berlimpah.Demikian juga dengan laporan bulanan keuangan, laporan
keuangan yang benar berisitentang kerugian yang diderita oleh perusahaan, ditujukan hanya
untuk jajaran eksekutif.Laporan lainnya adalah laporan yang telah dimanipulasi sehingga
seolah-olah perusahaanmendapat keuntungan yang berlimpah.Saat mempersiapkan laporan-
laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrutstaf dari akuntan publik (KAP)
Cooper &Lybrand. Staf -staf tersebut kemudian turut dimainkandalam fraud tersebut dan
sebagai imbalan telah membuat laporan ganda mereka diberikankedudukan jabatan penting.

 Penyebab Terjadinya Kasus Fraud pada Phar Mor Inc


Dari penjelasan kasus diatas, penyebab terjadinya fraud  pada Phar Mor Inc ini
berasaldari top manajemen perusahaan yang menyalahgunakan posisi atau jabatannya
tersebut.Manajemenmembuat dua laporan keuangan yang berupa laporan inventory
danlaporan bulanan keuangan. Pada kedua laporan tersebut, pihak manajemen menggandakan 
laporantersebut.Pada laporan inventory berisi laporan inventory yang benar dan set laporan
yanglainnya berisi tentang informasi ditujukan untuk auditor eksternal. Sedangkan pada
laporankeuangan bulanan berisi tentang kerugian pada perusahaan tersebut yang ditujukan
hanya untuk jajaran eksekutif.Inti dari terjadinya fraud  pada Phar Mor Inc ini adalah laporan
keuangan perusahaanini sengaja dimanipulasi oleh pihak manajemen. Para pihak menajemen
melakukan pemalsuanlaporan keuangan ini agar seolah-olah perusahaan ini mendapat
keuntungan yang berlimpah. Karena dengan laporan yang telah di manipulasi tersebut dengan
keuntunganyang
berlimpah bertujuan untuk menarik dan mempertahankan investor yang berinvestasi pada per
usahaan tersebut, sehingga pihak-pihak investor ingin menanamkan modalnya pada
perusahaan ini.
Penyebab terjadinya  fraud pada perusahaan ini berkaitan dengan farud triangle, yaitu:
1. TekananKetika manajemen atau karyawan mendapat tekanan, sehingga berniat
untukmelakukanfraud 

19
2.PeluangLemah ataupun tidak efektifnya internal control, peluang
terjadinyafraud  sangatlah besar.
3.Attitude Fraud   terjadi akibat kondisi nilai-nilai etika lokal. Jika seseorang
menjunjungtingginilai-nilai etika, pasti fraud  tidak akan terjadi.

 Dampak dari Kasus Phar Mor Inc


Pihak Top Management dan Auditor Internal telah melakukan fraud demi
kepentingan pribadi mereka. Phar Mor terbukti telah melakukan fraud dengan memberikan
insentive berupaimbalan kepada auditor internal (insentive). Auditor Internal dari suatu
organisasi berfungsisesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen
senior atau dewan.Tindakan seperti itu akan menghasilkan resiko yang sangat besar yaitu
kebangkrutan perusahaan itu sendiri.  eksekutif di perusahaanPhar Mor secara sengaja
melakukan fraud untuk mendapatkan keuntungan financial yangmasuk ke saku pribadi
individu di jajaran top manajemen perusahaan, sangat disayangkankarena perusahaan Phar
Mor ini termasuk dalam perusahaan retail terbesar di Amerika Serikatnamun pada bulan
Agustus 1992 dinyatakan bangkrut.

Pelanggaran Etika Profesi yang dilakukan oleh Prusahaan Phar Mor Inc

1. Prinsip Tanggung Jawab


Pihak eksekutif manajemen Phar Mor Inc melanggara prinsip tanggung jawab dalam mengolah
perusahaan secara baik dan benar. Sebaiknya sebagai seorang pemimpin dia harus lebih
independen dalam menjalankan tugasnya sebagai Top manjemen dalam perusahaan. Namun dia
tidak menjalankan tuganya dengan baik dan mencoba mencari cara untuk menguntungkan pihak-
pihak tertentu.
2. Prinsip integritas moral
Dimana pihak auditor internal sendiri dia tidak tegas dan jujur dalam menjalankan
tugasnya sebagai auditor. Tugas auditor sendiri menggungkapkan ketidak wajaran
atau kecurangan dalam pembuatan Lapotan Keuangan perushaan namun sebaliknya
dia bekerjasama dengan manajemen perusahan untuk memanipulasi Laporan
Keuangan perusahaan sehingga merugikan banyak pihak.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional.
Dimana auditor dan pihak eksekutif manajemen menyalagunakan kedudukan dan
profesinya serta kompetensinya dibidang tersebut dan dengan sengaja memanipulasi
laporan keuangan dengan tidak berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan.

20
4. Prinsip perilaku profesional
Pihak auditor tidak menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik akuntan publik
namun menyimpang dari kode etik dan mengakibatkan kerugian bagi pihak eksternal
perusahan dalam hal ini investor, kreditor, pemegang saham demi kepentingan pribadi
dan golongan.
5. Prinsip kerahasiaan
Dimana auditor internal merahasiakan kecurangan yang dilakukan oleh Prusahaan
Phar Mor Inc dan bekerja sama untuk menutupi hal tersebut demi kepentingan pribadi
dan merugikan banyak pihak.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

21
Peran audit program sendri adalah membantu auditor dalam memberikan perintah kepada
asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit procedures adalah langka-langka
untuk melaksanakan pemeriksaannya dan sangkat diperluhkan oleh asisten agar tidak
melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Audit procedures
dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti yang cukup untuk mendukung
pendapat audior atas kewajaran laporan keuangan.

Pengendalian intern tediri atas lima komponen yang saling terkait berikut ini :

a. Lingkungan Pengendalianmenetapkan corak suatu organisai, mempengaruhi


kesadaran pengendalian orang-orangnya.
b. Penaksiran Risikoadalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan
mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko
harus dikelola.
c. Aktivitas Pengendalianadalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manaemen dilaksanakan.
d. Informasi dan Komunikasiadalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran
informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan
tanggung jawab mereka.
e. Pemantauanadalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu.

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN RISIKO DAN AUDIT INTERNAL

Manajemen risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bentuk manajemen sebuah
perusahaan berkualitas. Manajemen risiko ini sendiri kerap dikaitkan dengan proses audit
internal yang dilakukan secara berkala oleh pihak perusahaan itu sendiri.

Fungsi utama dari manajemen risiko adalah untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko
yang ada, sementara tugas utama dari audit internal adalah untuk memastikan bahwa semua
risiko yang dihadapi perusahaan telah ditangani dengan maksimal. Di sisi lain, tuntutan dari
berbagai aspek, baik internal maupun eksternal perusahaan membuat keberadaan audit
internal sebagai pelengkap sistem manajemen risiko menjadi semakin dibutuhkan.

Tuntutan tersebut hadir dalam berbagai bentuk yaitu:

22
1. Tuntutan dari para pemegang kebijakan dan pemegang saham yang mengharuskan
pihak perusahaan untuk lebih meningkatkan kontrol, tanggung jawab, dan disiplin.
Ketidakmampuan dalam mematuhi aturan yang ada akan merugikan reputasi dan
keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Proses audit internal akan memastikan
persentase dari program risiko dan kepatuhan yang telah dijalankan oleh perusahaan.

2. Risiko dalam hal keuangan yang semakin kompleks. Kebijakan dalam hal investasi,
pinjaman, dana cadangan perusahaan, serta portofolio nilai kredit perusahaan
membutuhkan pengawasan secara terus menerus untuk memastikan bahwa semua
kemungkinan risiko yang dapat terjadi sewaktu-waktu telah diantisipasi sebelumnya.

3. Risiko keamanan dari pihak penyedia. Pihak manajemen sebuah perusahaan,


khususnya bagian manajemen risiko perlu lebih mempersiapkan diri menghadapi
risiko yang dibawa oleh pihak penyedia atau supplier. Pihak supplier yang melanggar
kontrak atau menghadapi permasalahan finansial akan berdampak buruk bagi pihak-
pihak yang terkait termasuk juga pihak perusahaan.

4. Risiko keamanan yang semakin bertambah. Risiko keamanan yang dihadapi pihak
perusahaan menjadi semakin bertambah dari waktu ke waktu, mulai dari kasus
pencurian yang dilakukan oleh karyawan hingga pembobolan jaringan komputer oleh
peretas. Proses audit internal perlu dilakukan untuk memastikan bahwa sistem dan
kebijakan yang ada memiliki kemampuan untuk menangkan semua serangan tersebut.

5. Risiko tuntutan hukum atas kelalaian yang terjadi. Saat ini, risiko mendapat tuntutan
hukum dari pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain menjadi semakin besar.
Kasus-kasus seperti ini dapat berujung pada kerugian baik secara finansial ataupun
bisnis. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pihak yang mendapat tuntutan juga
akan berkurang, yang nantinya akan merugikan pihak tersebut. Pelaksanaan audit
internal akan memastikan bahwa segala celah yang rentan akan tuntutan hukum telah
memiliki jaring pengaman.

Dengan adanya semua tuntutan tersebut, keberadaan audit internal menjadi sangat penting
dan berdiri sejajar dengan proses manajemen risiko. Keberadaan manajemen risiko sendiri

23
tidak akan lengkap tanpa adanya audit internal untuk melakukan review terhadap efektivitas
kebijakan pihak manajemen untuk kebaikan perusahaan itu sendiri.

Daftar Pustaka

24
Sawyer, Lawrence, at all. 2005. Sawyer’s Internal Auditing, Florida : The Institute of

Internal Auditors

https://www.belajarakuntansionline.com/pengertian-audit-program-dan-tujuan-audit-
program/\

http://cinndyrq.blogspot.co.id/2013/09/sistem-pengendalian-intern-dan.html

25

Anda mungkin juga menyukai