Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS KASUS KPMG-SIDDHARTA SIDDHARTA & HARSONO

YANG DIDUGA MENYUAP PAJAK


Dosen Pengampu :
Sumantri Bratakusuma, SE, M. Ak

DISUSUN OLEH :

Nama : Riski Jayanti


NIM : 1934031140

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KASUS KPMG-SIDDHARTA SIDDHARTA & HARSONO

YANG DIDUGA MENYUAP PAJAK”. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Akuntansi

Pemeriksaan di Universitas Krisnadwipayana.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan

maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak

sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penulisan makalah ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penulisan

makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................………………………………………….i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah...........................................................................................................1
1.3 Batasan Masalah.............................................................................................................1
1.4 Tujuan.............................................................................................................................1
1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Standar Profesional.........................................................................................................3
2.2 Tipe Standar
Profesional.................................................................................................3
2.3 Kode Etik Akuntan
Publik..............................................................................................5
BAB III LATAR BELAKANG
3.1 Profil Perusahaan.............................................................................................................8
3.2 Latar Belakang.................................................................................................................8
3.3 Kronologi Kejadian Pelanggaran...................................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kasus KPMG Siddharta-Siddharta &
Harsono..............................................................12
4.2 Analisa
Kasus.................................................................................................................12
4.3 Tanggapan Kejagung dan IAI........................................................................................22
4.4 Berakhir dengan
Damai..................................................................................................23
4.5 Buka Langsung
Klien.....................................................................................................23
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................25
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................................................27

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebagai akuntan publik, profesionalisme merupakan syarat utama profesi ini. Karena selain profesi yang
bekerja atas kepercayaan masyarakat, kontribusi akuntan publik terhadap ekonomi sangatlah besar. Peran
auditor untuk meningkatkan kredibilitas dan reputasi perusahaan sangatlah besar. Selain itu beberapa peneliti
seperti Peursem (2005) melihat bahwa auditor memainkan peranan penting dalam jaringan informasi di
suatu perusahaan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Gjesdal (1981) dalam Suta dan Firmanzah (2006) juga
mengatakan bahwa peranan utama auditor adalah menyediakan informasi yang berguna untuk keperluan
penyusunan kontrak yang dilakukan oleh pemilik atau manajer perusahaan.
Logika sederhananya bahwa agar mesin perekonomian suatu negara dapat menyalurkan dana masyarakat
kedalam usaha-usaha produktif yang beroperasi secara efisien, maka perlu disediakan informasi keuangan
yang andal, yang memungkinkan para investor untuk memutuskan kemana dana mereka akan di
investasikan. Untuk itu dibutuhkan akuntan publik sebagai penilai kewajaran informasi yang disajikan
manajemen. Jadi jelas bahwa begitu besarnya peran akuntan publik dalam perekonomian, khususnya dalam
lingkup perusahaan menuntut profesi ini untuk selalu profesional serta taat pada etika dan aturan yang
berlaku.
Dari penjelasan tentang pentingnya peran akuntan publik tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil
salah satu contoh kasus pelanggaran etika profesi akuntansi tentang KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono
yang diduga menyuap pajak di Indonesia yang diharapkan dapat memberikan informasi lebih nyata tentang
pentingnya etika profesi akuntansi agar pembaca dapat lebih mudah memahaminya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana opini penulis terhadap masalah yang terjadi pada kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono
yang diduga menyuap pajak
Etika profesi apa yang dilanggar pada kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap
pajak
Analisa dan Pembahasan pada kasus KPMG-Siddharta-Siddharta & Harsono

1.3 Batasan Masalah 


Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis hanya membahas kasus KPMG-Siddharta Siddharta &
Harsono yang diduga menyuap pajak.

1.4 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui opini penulis tentang masalah apa yang terjadi pada kasus KPMG-Siddharta Siddharta &
Harsono yang diduga menyuap pajak.
Untuk mengetahui etika profesi apa yang dilanggar pada kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang
diduga menyuap pajak.

1.5. Sistematika Penulisan


Dalam Makalah ini terdapat tiga bab yang utama mengenai pembahasan Analisa Kasus KPMG-Siddharta-
Siddharta & Harsono tentang sistematika penulisan Makalah, yaitu :
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang latar belakang Makalah, tujuan Penulisan, Batasan
Penulisan serta sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Teori
Bab ini menjelaskan tentang standar profesional dan kode etik komitmen akuntan publik
1
BAB III Latar Belakang KAP
Bab ini terdiri dari profil perusahaan, latar belakang, kronologi kejadian pelanggaran

BAB IV Pembahasan
Bab ini menjelaskan kasus dan menganalisa kasus serta tanggapan IAI terhadap kasus KPMG
Siddharta-Siddharta & Harsono

BAB V Penutup
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang didapat dari seluruh pembahasan dan analisa
kasus KPMG Siddharta-Siddharta & Harsono.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Standar Profesional


Akuntan Publik Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan
standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP
dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP
IAPI). Didalam SPAP terdapat beberapa tipe standar profesional yang terbagi menjadi enam tipe standar
profesional yang dikodifikasikan dalam standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi dan review,
standar jasa konsultasi, standar pengendalian mutu, dan aturan etika kompartemen akuntan publik. Etika
dalam Praktek Akuntansi Manajemen Akuntan manajemen mempunyai peran penting dalam menunjang
tercapainya tujuan perusahaan, dimana tujuan tersebut harus dicapaimelalui cara yang legal dan etis, maka
para akuntan manajemendituntut untuk bertindak jujur, terpercaya, dan etis. Akuntan publik adalah akuntan
yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik (lihat di bawah)
di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah.
Akuntan Publik merupakan profesi yang beraktivitas utama dalam pekerjaan audit eksternal. Audit harus
dilakukan secara profesional oleh orang yang independen dan kompeten. Persyaratan auditor, pekerjaan
sampai laporannya diatur oleh audit standar. Standar audit tidak akan terlepas dari etika, apalagi profesi
akuntan publik adalah profesi yang memerlukan tingkat kepercayaan yang tinggi dari publik. Standar audit
ini bekerja sebagai pijakan akuntan publik dalam merencanakan, melakukan aktivitas dan melaporkan hasil
pekerjaan. Sehingga dengan dipakainya audit standar, hal-hal yang dilarang dapat dihindari oleh akuntan
publik, sedangkan hal-hal yang diwajibkan dapat dilaksanakan dengan baik.
Akuntan publik juga dapat merupakan akuntan yang menjalankan fungsi pemeriksaan secara bebas
terhadap laporan keuangan perusahaan atau organisasi lain, serta memberikan jasa kepada pihak-pihak yang
memerlukan.

2.2 Tipe Standar Profesional

a. Standar Auditing Standar


Auditing adalah sepuluh standar yang diterapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan pelaporan beserta
interpretasinya
b. Standar Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang diberikan oleh seorang
yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi :
 Pemeriksaan (examination)
 Review
 Prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures)
c. Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi non-atestasi bagi jasa akuntan
publik yang mencakup jasa akuntansi dan review
jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini antara lain:
 Kompilasi laporan keuangan :Penyajian informasi-informasi yang merupakan pernyataan manajemen
(pemilik) dalam bentuk laporan keuangan.
 Review atas laporan keuangan : Pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan analisis yang
menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak
terdapat modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
3
 Laporan keuangan komparatif : Penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan dua periode atau
lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom.
d. Standar Jasa Konsultansi
Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang menyediakan jasa
konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultansi, para praktisi
menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi.
Jasa konsultansi dapat berupa :
 Konsultasi (consultation) : Memberikan konsultasi atau saran profesional (profesional advise)
berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan klien. Contoh jenis jasa ini adalah review dan
komentar terhadap rencana bisnis buatan klien.
 Jasa pemberian saran profesional (advisory services) : Mengembangkan temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini adalah
pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik.
 Jasa implementasi : Mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber daya dan personel
klien digabung dengan sumber daya dan personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi.
Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang
berkaitan.
 Jasa transaksi : Menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien yang
umumnya dengan pihak ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa pengurusan kepailitan.
 Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya : Menyediakan staf yang memadai (dalam hal
kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang
ditentukan oleh klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan
mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini adalah menajemen fasilitas pemrosesan data.
 Jasa produk : Menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas
instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu. Contoh jenis jasa ini adalah penjualan dan
penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat lunak komputer. 
e. Standar Pengendalian
Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai
standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jenis jasa
audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
 Independensi : Meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus mempertahankan
independensi
 Penugasan personel : Meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang
memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud
 Konsultasi : Meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang
dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement),
dan wewenang memadai
 Supervisi : Meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh
KAP
 Pemekerjaan (hiring) : Meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki karakteristik
semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara kompeten
 Pengembangan profesional : Meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan memadai
sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional
berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai
bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di
KAP
 Promosi (advancement) : Meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk promosi memiliki
kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.
 Penerimaan dan keberlanjutan klien : Menentukan apakah perikatan dari klien akan diterima atau
dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien yang

4
manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian
(prudence)
 Inspeksi : Meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain pengendalian
mutu telah diterapkan dengan efektif

2.3 Kode Etik/Komitmen Profesi Akuntan Publik


Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa
oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan
Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang
bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk
oleh Himpunan setelah memperhatikan dari anggota, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sebagai
penerapan Aturan Etika, tanpa batasan untuk penerapannya. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan
Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan kewajibannya kepada publik, pemakai jasa akuntan,
dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya dan merupakan
landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku
baik, bahkan dengan pengorbanan pribadi. Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawab
dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan
publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat 4 (empat) kebutuan dasar yang harus dipenuhi :
a. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan informasi dan sistem informasi.
b. Profesionalisme. Kebutuhan individu yang denga jelas dapat diindentifikasikan oleh pamakai jasa
akuntan sebagai profesional dibidang akuntansi.
c. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan
stndar kinerja yang tinggi.
d. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika
profesional yang melandasi pemebrian jasa oleh akuntan.
Prinsip Etika Profesi Akuntan :
 Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional setiap anggota harus
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang aktif.
 Kepentingan Publik Setiap anggota kewajiban untuk bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
 Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan, setiap anggota harus memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan setinggi mungkin.
 Obyektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari kepentingan dalam
memenuhi kewajibannya.
  Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa kehati-hatian,
kompetensi dan ketekunan, serta berkewajiban untuk mempertahankan dan keterampilan profesional
pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja matifaat dari jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling
mutakhir.
 Kerahasiaan Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
 Perilaku Profesional Anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi yang baik dan tindakan
anggota dapat mendiskreditkan profesi.
 Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota memiliki
kewajiban untuk penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sesuai dengan integritas dan
obyektivitas.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar
etika profesi, yaitu:
a) Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan profesional
dan hubungan bisnisnya. Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikais atau informasi lainnya
yang diyakininya terdapat :
5
o Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan.
o Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati; atau
o Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang seharusnya
diungkapkan.
b) Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan
atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau
pertimbangan bisnisnya.

c) Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional


Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mewajibkan setiap praktisi
untuk:
o Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin pemberian
jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja; dan
o Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar profesi dan kode
etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
d) Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut :
o Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja tanpat adanya
wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai dengan
ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku; dan
o Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari hubungan profesional dan
hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk mengungkapkan informasi yang bersifat
rahasia atau ketika pengungkapan tersebut dianggap tepat :
1) Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi kerja;
2) Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh :
3) Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang pengadilan; atau
4) Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu pelanggaran hukum; dan
5)  Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk mengungkapan, selama tidak
dilarang oleh ketentuan hukum :
Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh organisasi profesi atau regulator;
Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi profesi atau regulator;
Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang pengadilan; atau
Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia, setiap praktisi harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau pemberi kerja
mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi;
 Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan. Ketika fakta atau
kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak lengkap, pertimbangan profesional
harus digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan yang harus dilakukan; dan
 Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus memastikan tepat
tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
e) Prinsip Perilaku
Profesional Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan terciptanya
kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua
informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan
tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan :

6
 Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan, kualifikasi
yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh dan membuat pernyataan yang merendahkan
atau melakukan perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil perkerjaan praktisi lain.
Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan mengenai hal-hal berikut ini:
 Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
 Seksi 220 Benturan Kepentingan Seksi 230 Pendapat Kedua Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional
dan Bentuk Remunerasi Lainnya
 Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-
Tamahan Lainnya
 Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa Profesional
 Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance

7
BAB III

LATAR BELAKANG
3.1 Profil Perusahaan

KPMG adalah salah satu perusahaan jasa profesional terbesar di dunia. KPMG mempekerjakan 104.000
orang dalam partnership global menyebar di 144 negara. Pendapatan komposit dari anggota KPMG pada 2005
adalah US$15,7 miliar. KPMG memiliki tiga jalur layanan: audit, pajak, dan penasehat. KPMG adalah salah
satu anggota the Big Four auditors, bersama dengan PricewaterhouseCoopers, Ernst & Young dan Deloitte.
KPMG International dipimpin oleh Michael D.V. Rake, Ketua, Mitra Senior KPMG di Britania Raya;
Michael P. Wareing, CEO, Mitra KPMG di Britania Raya; John B. Harrison, Ketua-Wilayah Asia Pasifik,
Mitra KPMG di RRT dan Hong Kong; Timothy P. Flynn, Ketua-Wilayah Amerika, Ketua KPMG di Amerika
Serikat; Ben van der Veer, Ketua-Wilayah Eropa, Timur Tengah dan Afrika, Ketua KPMG di Belanda.

3.2 Latar Belakang

Penerapan corporate governance di Indonesia mencuat sejak krisis ekonomi yang melanda Asia. Semakin
diperlukan sejak terkuaknya skandal akuntansi yang mengguncang perusahaan-perusahaan. KPMG-Siddharta
Siddharta & Harsono terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu pada September tahun
2001. Siasatnya, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT
Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok
ini, kewajiban pajak Easman menyusut drastis dari US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Penasihat Anti
Suap Baker khawatir dengan polah anak perusahaannya. Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan
memecat eksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya
dengan Foreign Corrupt Practices Act, Undang-Undang Anti Korupsi untuk perusahaan Amerika di luar
negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker
memohon kepada pengadilan distrik Texas supaya kasus tersebut diselesaikan di luar pengadilan. Maka
KPMG pun terselamatkan. Kasus KAP (Kantor Akuntan Publik) Andersen terungkap saat perusahaan Enron
mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat
hutang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang
dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Andersen mempertahankan Enron
sebagai klien perusahaan. Enron memanipulasi laporan keuangan dan menyatakan bahwa pada periode
pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $ 393 juta.
Perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron pada periode tersebut. (Kompas.com, 2010) Selanjutnya
pada tahun 2009, tiga Direksi PT Waskita Karya dipecat karena bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik
untuk melakukan rekayasa laporan keuangan. Rekayasa yang dilakukan berupa manipulasi laba yang mana
laba dinaikkan hingga Rp 400miliar. ( Tempo.com, 2009 ). Penerapan corporate governance yang kurang
optimal juga ditunjukkan dari kasus PT Jasa Marga pada tahun 2017. Kasus tersebut muncul setelah KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi) berhasil mengungkap kasus penyuapan Harley Davidson oleh salah satu
General Manager (GM) PT Jasa Marga terhadap salah satu auditor BPK. ( Kontan.co.id, 2017 ). Lemahnya
penerapan corporate governance ini haruslah diselesaikan dengan cara pembenahan tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance). Peristiwa yang terjadi seperti di atas dikarenakan oleh kurang baiknya
sistem good corporate governance. Lemahnya penerapan corporate governance ini haruslah diatasi sehingga
tidak terulang kembali. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) juga harus
menjaga

8
kestabilan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) sehingga tercipta ativitas pasar
modal yang jujur,trasparan, aman dan sesuai dengan undang-undang hukum yang berlaku. Jensen dan
Meckling menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan akan
rentan terhadap konflik. Konflik ini merupakan konflik kepentingan antara pemilik perusahaan dengan
manajemen perusahaan sebagai pengelola perusahaan dan sering disebut dengan masalah keagenan (Jensen
dan Meckling, 1976). Konflik ini timbul dikarenakan manajer perusahaan mungkin akan lebih mementingkan
kepentingan dirinya sendiri daripada kepentingan pemegang saham dan pengelolaan aset perusahaan yang
tidak maksimal dalam menghasilkan keuntungan. Hal inilah yang mendorong untuk diterapkannya tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance) dalam perusahaan untuk memberi kepercayaan terhadap
pemilik perusahaan. Apabila tata kelola perusahaan yang dilakukan tidak baik, akan menimbulkan biaya-biaya
yang seharusnya tidak perlu terjadi dalam operasi perusahaan. Biaya tersebut disebut dengan biaya keagenan
dan sangat merugikan pemilik perusahaan terutama pemilik saham minoritas. Jensen dan Meckling (1976)
membagi biaya keagenan menjadi tiga yaitu (1) monitoring cost yakni biaya pemantauan atas tindakan
manajemen, (2) bonding cost yakni biaya untuk mengikat kepentingan manajer terhadap kepentingan pemilik,
dan (3) residual loss yakni kerugian yang diterima pemegang saham atas keputusan manajemen yang tidak
optimal Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu dasar pembentukan Komite Nasional tentang
Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menko Ekuin Nomor:
KEP/31/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG yang menerbitkan Pedoman GCG Indonesia.
Selanjutnya, pada tahun 2004 KNKCG diganti menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
melalui Surat Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 yang didasari
pandangan luas bahwa tata kelola perusahaan yang lebih baik yang berkaitan dengan kinerja yang lebih baik.
Dengan pengelolaan perusahaan yang lebih baik, akan membuat biaya keagenan menjadi berkurang. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap biaya keagenan.
Yegon, et al (2014) meneliti tentang “The Impact of Corporate Governance on Agency Cost : Empirical
Analysis of Quoted Services Firms in Kenya”. Adapun variabel yang dipakai adalah kepemilikan manajerial
yang diukur dengan persentase kepemilikan saham manajer, kepemilikan institusional yang diukur dengan
persentase kepemilikan saham institusi, kepemilikan eksternal yang diukur dengan persentase kepemilikan
saham individu yang tidak berkaitan langsung dengan perusahaan dalam struktur manajemen, sturktur
remunerasi yang diukur dengan jumlah remunerasi yang diberikana terhadap manajemen perusahaan, dewan
komisaris independen yang diukur dengan persentase dewan komisaris independen di dalam susunan dewan
komisaris, pemisahan CEO dan pendiri perusahaan yang dikur dengan dummy, dengan melihat apakah CEO
perusahaan tersebut merangkap sebagai pendiri perusahaan atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan kepemilikan eksternal yang tinggi
akan mengurangi biaya keagenan. Struktur remunerasi dan dewan komisaris independen dapat
meminimumkan biaya keagenan. Pemisahan CEO dan pendiri perusahaan akan mengurangi biaya keagenan.
Berdasarkan hasil ini, mekanisme tata kelola internal perusahaan memiliki sedikit efek pada mengurangi biaya
keagenan.
Bameri dan Jabari (2014) meneliti tentang “A Study on effect of ownership structure and Management
Control on agency costs in Companies listed on the Tehran Stock Exchange”, dengan tujuan untuk
menyelidiki dampak kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, rasio hutang, dan proporsi dewan
komisaris independen terhadap biaya keagenan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Tehran. Adapun
variabel yang dipakai adalah kepemilikan manajerial yang diukur dengan persentase kepemilikan saham
manajer, kepemilikan institusional yang diukur dengan persentase kepemilikan saham institusi, proporsi
dewan komisaris independen diukur dengan persentase komisaris independen didalam struktur dewan
komisaris, biaya hutang diukur dengan leverage dan untuk mengukur biaya keagenan adalah menghitung
tingkat pemanfaatan aset oleh manajemen untuk menghasilkan keuntungan.. Hasil penelitiannya menemukan
bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, proporsi dewan komisaris independen memiliki
pengaruh signifikan terhadap biaya keagenan sedangkan biaya hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap
biaya keagenan. Siddiqui et al. (2013) meneliti tentang ”Internal Corporate Governance Mechanisms and
Agency Cost: Evidence from Large KSE Listed Firms” yang bertujuan untuk menganalisis berbagai
mekanisme tata kelola perusahaan yang mengurangi biaya keagenan. Hasil penelitiannya menemukan bahwa
internal corporate governance mechanisms yang diukur dengan menggunakan CEO tenure dan rapat komite
audit memiliki pengaruh positif pada biaya keagenan, struktur hutang yang diukur dengan leverage tidak

9
memengaruhi biaya keagenan, rapat dewan komisaris, board size, dualitas, dan block ownership berpengaruh
negatif pada biaya keagenan yang diukur dengan asset utilization ratio.
Putri dan Sukartha (2016) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
pada Agency Cost”. Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel non-eksekutif direktur, eksekutif direktur,
komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional dan kompetisi pasar tidak berpengaruh pada
monitoring cost, sedangkan variabel struktur utang dan struktur remunerasi berpengaruh positif pada
monitoring cost. Selain itu, variabel non- eksekutif direktur, eksekutif direktur, komite audit, kepemilikan
institusional dan kompetisi pasar tidak berpengaruh pada bonding cost, sedangkan variabel komisaris
independen, struktur utang dan struktur remunerasi berpengaruh positif pada bonding cost.
Hadiprajitno (2013) melakukan penelitian yang menguji corporate governance (karakter kepemilikan dan
mekanisme corporate governance) terhadap biaya keagenan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan
keluarga, kepemilikan institusi keuangan, kepemilikan pemerintah, dan kepemilikan asing memiliki efek
negatif pada biaya agensi yang diproksi dengan biaya operasi manajerial dan asset turnover yang
dibandingkan dengan kepemilikan publik. Selanjutnya, konsentrasi kepemilikan minimal 5 persen tidak
terbukti memberi efek pada biaya keagenan. Hasil pemeriksaan lainnya menunjukkan bahwa proporsi
komisaris independen dan jumlah rapat dewan komisaris memiliki efek negatif terhadap biaya agensi yang
diproksikan dengan asset turnover. Namun, kedua variabel dan jumlah pertemuan komite audit memiliki efek
sebaliknya dengan biaya keagenan ketika proksi sebagai biaya operasi manajerial. Inkonsistensi ini
disebabkan oleh pelaksanaan secara efektif mekanisme tata kelola perusahaan di Indonesia setelah mencapai
10 tahun pelaksanaan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Bameri dan Jabari (2014). Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang direplikasi tersebut adalah mengganti variabel biaya hutang dan proporsi dewan
komisaris independen dengan variabel komite audit sebagai variabel independen sedangkan variabel
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tetap digunakan di dalam penelitian ini. Moh’d et al
(1998) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institusional dan
shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini karena kepemilkan mewakili sumber kekuasaan
yang dapat digunakan untuk mendukung manajemen atau sebaliknya menentang manajemen. Adanya
kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi atau institusi lain akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manjemen. Kepemilikan
institusional dipilih sebagai variabel independen karena kepemilikan institusional dapat dinyatakan sebagai
perwujudan pengawasan dari pihak luar perusahaan.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial merupakan solusi dalam masalah
keagenan yang dapat membantu penyatuan kepentingan antar pemegang saham dan manajer. Semakin tinggi
proporsi kepemilikan saham manajerial semakin baik kinerja perusahaan. Kepemilikan manajerial dipilih
sebagai variabel independen karena kepemilikan manajerial dapat difungsikan sebagai proses penyatuan
antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan perusahaan sehingga akan mengurangi potensi konflik
keagenan.
Menurut Forker (1992) komite audit dapat mengurangi biaya keagenan dan meningkatkan pengendalian
internal sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Komite audit dipilih sebagai variabel
independen karena komite audit dapat dinyatakan sebagai perwujudan pengawasan dari pihak dalam
perusahaan. Adanya komite audit maka pengendalian terhadap laporan keuangan akan semakin baik sehingga
laporan keuangan yang diumumkan akan berkualitas dan dapat dipercaya oleh pemegang saham. Biaya
keagenan diproksikan dengan asset utilization ratio dikarenakan proksi ini akan menunjukkan seberapa
mampu dan komitmen manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan yang menguntungkan
pemilik perusahaan. ( Ang et al, 2000),. Perbedaan variabel yang digunakan para peneliti merefleksikan
beragamnya indikator mekanisme Corporate Governance. Selain itu, hasil yang didapat berbeda mungkin
dikarenakan perbedaan lokasi penelitian, sampel penelitian dan periode pengamatan yang berbeda. Penelitian
yang dilakukan ini diarahkan untuk memperluas bidang penelitian dengan mempertimbangkan sebuah model
empiris yang mencoba mengaitkan antara mekanisme corporate governance dengan biaya keagenan.
Dilatarbelakangi oleh fenomena masalah dan penelitian terdahulu maka penelitian ini akan memberikan bukti
secara empiris apakah mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh terhadap biaya keagenan. Objek penelitian yang
digunakan adalah sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena sektor Manufaktur
merupakan sektor yang memiliki kontribusi yang relatif besar terhadap perekonomian dan sumber penerimaan

10
pajak yang cukup besar bagi negara. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Biaya Keagenan pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”

3.3 Kronologi Kejadian Pelanggaran pelanggaran etika profesi akunansi

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantor akuntan
publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat,
diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman
Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi
hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya.
Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat
eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign Corrupt
Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja
Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini
akhirnya diselesaikan di luar pengadilan KPMG pun terselamatkan.

11
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantor akuntan
publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat,
diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman
Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok ini,
kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu.
Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang
menanggung risiko lebih besar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign Corrupt
Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir saja
Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini
akhirnya diselesaikan di luar pengadilan KPMG pun terselamatkan.

4.2 Analisis Kasus

Menurut saya, akuntan internal KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono belum sepenuhnya menerapkan 4
prisip etika akuntan. Dari kedelapan prinsip akuntan yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik,
integritas, objektifitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan
standar teknis, prinsip-prinsip etika akuntan yang dilanggar antara lain :
Tanggung jawab profesi, dimana seorang akuntan harus bertanggung jawab secara professional terhadap
semua kegiatan yang dilakukannya. Akuntan Internal KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono kurang
bertanggung jawab karena dia terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu.
Kepentingan Publik, dimana dalam kasus ini akuntan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono diduga tidak
bekerja demi kepentingan publik karena diduga sengaja terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia yang
disiati telah menerbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT
Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York. Hal ini tentu saja
sangat berbahaya, termasuk bagi perusahaan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono. Integritas, dimana
akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini akuntan KPMG-Siddharta tidak
menjaga integritasnya, karena telah melakukan penyogokan aparat pajak di indonesia. Objektifitas, dimana
akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau tidak memihak siapapun. Dalam kasus ini
akuntan KPMG memihak kepada kliennya dan melakukan kecurangan dengan menyogok aparat pajak di
Indonesia. September, 2001 Securities Exchange Commision (SEC) mengumumkan bahwaKPMG-Sidharta
Sidharta & Harsono (KPMG-SSH) terbukti menyuap aparat pajak diIndonesia sebesar US$75 ribu untuk
kepentingan kliennya, PT. Eastman Christensen(PT.EC). PT.EC sendiri merupakan perusahaan yang
mayoritas sahamnnya dimilikioleh Baker Hughes Incorporated (BHI), perusahaan tambang yang bermarkas
diTexas, Amerika Serikat (AS). Penyuapan yang berasal dari perintah oknum di BHIkepada KPMG-SSH
melibatkan jumlah yang sangat signifikan. Penyogokan ini untukmempengaruhi si pejabat kantor pajak di

12
Jakarta agar "memangkas" jumlahkewajiban pajak PT. EC, dari US$3,2 juta menjadi US$270 ribu. Guna
menyamarkanpengeluaran ini, KPMG-SSH menerbitkan invoice ke PT. EC atas imbal jasa sebesarUS$143
ribu, dimana uang suap sebesar US$75 ribu sudah termasuk didalamnya.Alhasil, negara dirugikan sebesar
hampir US$3 juta.Penasihat anti suap BHI di Texas rupanya khawatir akan dampak resiko yang lebihbesar
dari kasus ini, maka dengan sukarela, BHI melaporkan tindakan ini sertamemecat oknum pejabat
eksekutifnya yang terlibat. SEC menjerat kasus ini dengan Undang - Undang anti korupsi bagi perusahaan
AS yang berada di luar negeri(Foreign Corrupt Practice Art). DI Pengadilan Boston, pihak KPMG-SHH dan
Bakertidak mengakui maupun menolak tuduhan yang diajukan SEC dan DepartemenKehakiman AS.
Menurut rilis SEC, penyelesaian dengan pola seperti yang dilakukanKPMG-SSH dan Baker berdampak pada
bebasnya kedua tergugat itu dari sanksipidana ataupun denda. Menurut KPMG-SSH, upaya hukum yang
dilakukan lawyer-nya di AS merupakan sesuatu yang lazim dipraktekkan di AS. Akibat hukum
dariperdamaian itu sendiri adalah bahwa KPMG-SSH dilarang untuk melakukanpelanggaran, memberikan
bantuan dan advis yang berakibat pelanggaran terhadappasal-pasal anti penyuapan dalam FCPA. Sekaligus,
keduanya juga dilarang untukmelanggar pasal-pasal tentang pembukuan dan laporan internal
perusahaanberdasarkan Securities Exchange Act tahun 1934.Dari kasus ini, KPMG-SSH telah melanggar 4
prinsip etika profesi, yaitu:1. Integritas: Menyuap oknum pegawai pajak untuk kepentingan klien.2.
Objektifitas: Lebih mementingkan klien dengan mengorbankan negara(penerimaan negara hilang sebesar
hampir US$3 juta) .3. Kompetensi, Kecermatan dan Kehati KPMG Terlibat Upaya Manipulasi Pajak
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta &Harsono harus menanggung malu. Kantor akuntan
publik ternama initerbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu.Sebagai siasat,
diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesionalKPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman
Christensen, anakperusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.Berkat aksi sogok ini,
kewajiban pajak Easman memang susutdrastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270
ribu.Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan polahanak perusahaannya. Maka,
ketimbang menanggung risiko lebihbesar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan
memecateksekutifnya.Badan pengawas pasar modal AS, Securities & ExchangeCommission, menjeratnya
dengan Foreign Corrupt Practices Act,undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri. 
Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilandistrik Texas. Namun, karena Baker
mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun terselamatan. pembahasan
dari kasus-kasus yang dipaparkan di atas jelas bahwa independensi masih merupakan issue yang besar.
Auditor Indonesiamemiliki norma akuntan yang menjadi patokan resmi dalam berpraktek yaitu SPAP
(Standar Profesi Akuntan Publik) yang disusunoleh IAI. Di antara standar itu pertama, auditor harus
memilikikeahlian teknis, independen dalam sikap mental serta kemahiranprofesional dengan cermat dan
seksama. Kedua, auditor juga wajibmenemukan ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam
suatupengauditan. Hal yang paling ditekankan dalam SPAP adalah betapaesensialnya kepentingan publik
yang harus dilindungi sifatindependensi dan kejujuran seorang auditor dalam berprofesi.Namun, tidak dapat
diketahui dimana fungsi dan etika pengauditanyang secara teknik dapat mendeteksi jika ada penyelewengan
padasistem pemerintahan baik untuk penyusunan anggaran maupunaktivitas keuangan lainnya. Publik
seakan dikelabui dengan berbagaiinformasi dari hasil audit yang selalu wajar-wajar saja.Penyelewengan
tidak menjadi halangan untuk tetap dianggap suatukewajaran bagi auditor dengan jaminan sejumlah upeti
dari pasienyang bersangkutan. Tanpa mengacu pada kode etik maka haltersebut bukan merupakan sebuah
malpraktek bagi auditor.Melirik kode etik di dalam SPAP 1994: 210.1, lebihmenekankan sikap independen
bagi auditor publik (ekstern) yangmemeriksa apakah suatu laporan keuangan badan usaha komersialdisusun
berdasarkan Standar Akuntansi Indonesia dalam suatu audityang bersifat umum. Dalam pengauditan laporan
keuangan usahakomersial auditor diharuskan bebas dari intervensi manajemen,pemilik, kreditur atas suatu
entitas usaha dalam menentukan opiniauditor. Dia harus mewakili kepentingan publik (pemilik saham
danlain-lain) secara seimbang dalam menilai kewajaran suatu laporan.Sikap independensi penting untuk
menopang profesionalisme auditordalam suatu penugasan khusus seperti audit investigasi kegiatantertentu.
Keahlian teknis akan tak bermakna tanpa independensi dankejujuran.
Independensi merupakan salah satu komponen etika yangharus dijaga oleh akuntan publik. Dalam Aturan
Etika Kompartemen
Akuntan Pulik 101 ‟Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap
mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standarprofesional
akuntan publik yang diterapkan oleh IAI. Sikap mentalindependen tersebut harus meliputi independen dalam

13
fakta dan independen dalam penampilan.‟ Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi,
karena iamelaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Akuntan publiktidak dibenarkan memihak
kepentingan siapapun. Auditorberkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan
pemilikperusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yangmeletakkan kepercayaan atas pekerjaan
akuntan publik. Sikap mentalindependen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact)maupun dalam
penampilan (in appearance). Sebagai contoh seorangauditor yang mengaudit suatu perusahaan dan ia
menjabat sebagaidirektur perusahaan tersebut, meskipun ia telah menggunakankeahliannya dengan jujur
namun sulit untuk mengharapkanmasyarakat mempercayainya sebagai seorang yang independen.Kasus-
kasus di atas menunjukan bahwa independensiakuntan publik Indonesia masih mudah terganggu. Mental
melayusebagai kaum inlander masih terbawa hingga ke etika pemeriksaan.Badan pemerintah dan Badan
independen yang berfungsi sebagaipemeriksa jelas mengecewakan. Seperti sikap awal Pimpinan BPKdalam
menangani kasus suap yang dilakukan oleh anggota KPUterhadap salah satu anggotanya yang kurang
simpatik, menyuapaparat pajak sampai dengan kemungkinan kolusi antara kantorakuntan publik dengan
bank yang diperiksa untuk memoleslaporannya sehingga memberikan laporan palsu. Dari kasus-
kasustersebut jelas bahwa auditor tidak independen karena di benaknyasudah ada pemihakan kepada salah
satu pihak yaitu pemberi kerja. Dalam kasus Mulyana yang harus dilakukan auditor BPKadalah melakukan
audit sesuai dengan standar teknik dan prosedurpemeriksaan, auditor BPK harus bisa secara cermat, objektif,
danbenar mengungkapkan bagaimana aliran dana tersebut masuk keKPU dan bagaimana dana tersebut
dikeluarkan atau dibelanjakan.Dengan teknik dan prosedur yang juga telah diatur dalam profesiakuntan,
pasti akan terungkap hal-hal negatif, termasuk dugaankorupsi kalau memang terjadi. Begitupun juga pada 2
kasus yang lain,auditor seharusnya bekerja sesuai dengan standar yang telahditetapkan.Terdapat empat hal
yang menggangu independensi akuntansipublic yaitu:
a) akuntan publik memiliki mutual atau conflictinginterest dengan klien,
b) mengaudit pekerjaan akuntan publik sendiri,
c) berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan
d) bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien.
Akuntan publikakan terganggu independensi jika memiliki hubungan bisnis,keuangan dan manajemen atau
karyawan dengan kliennya. Mutualinterest terjadi jika akuntan publik berhubungan dengan auditcommittee
yang ada di perusahaan, sedangkan conflict intetrest jikaakuntan publik berhubungan dengan
manajemen.Terkait persoalan auditor nakal dapat dianalisis dari dua sisi.Perilaku itu apakah merupakan
kesengajaan ataukah keterpaksaan?Bila yang melatarbelakangi kesengajaan, ini mungkin karena
adanyapeluang dengan memanfatkan posisinya sebagai pihak penilaikewajaran laporan keuangan. Mungkin
juga adanya iming-imingamplop tebal. Selain itu lemahnya sanksi hukuman bila auditormelakukan
penyelewengan (paling hanya dicabut izinnya tanpaadanya sanksi hukum yang lebih keras. Misalnya
kurungan penjaraatau denda cukup besar).Tetapi bila yang melatarbelakangi keterpaksaan, berartiauditor itu
memiliki ketergantungan terhadap klien. Misalnya proporsi total pendapatan Kantor Akuntan Publik milik
auditor itu sebagianbesar berasal dari satu perusahaan atau kelompok perusahaan.Harapan ke depan untuk
akuntan publik sebagai auditoreksternal, tetap menjaga sikap independensi secara konsisten
danmeningkatkan profesionalisme. Sikap ini perlu dijaga untukmenghindari keterlibatan akuntan dari kasus
keuangan. Sebenarnyadi Indonesia sudah ada aturan atau regulasi sebagai salah satu solusimengatasi
penyelewengan akuntan publik. Adanya Surat KeputusanMenteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002
tentang Jasa AkuntanPublik pasal 6 ayat 4 yang mengatur bahwa satu Kantor AkuntanPublik maksimum 5
tahun berturut-turut boleh memeriksa klien yangsama. Selain itu menunjukkan tendensi agar akuntan masih
bisamenjaga independensinya. Hubungan yang semula antara auditordan auditee, bisa menjadi hubungan
konsultansi yang tidak menutupkemungkinan akhirnya bisa menjadi hubungan atasan dan karyawan.Ini bisa
merupakan media bagi auditor untuk melaksanakanmalapraktik. Untuk meningkatkan profesionalisme
sebagai akuntaneksternal, mereka harus mempu untuk mempersempit expectationgap yang muncul pada
pemakai laporan keuangan atas profesinya.Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikapauditor
sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.Kepercayaan masyarakat akan menurun jika
terdapat bukti bahwaindependensi sikap auditor ternyata berkurang. Bahkan kepercayaanmasyarakat dapat
juga menurun disebabkan oleh keadaan yang olehmereka yang berpikiran sehat dianggap akan
mempengaruhiindependensi tersebut. Unutk menjadi independen, ia harus bebasdari setiap kewajiban
terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatukepentingan dengan kliennya, apakah itu manajemen
perusahaanatau pemilik perusahaan. Auditor harus mengelola praktiknya dalamsemangat persepsi

14
independensi dan aturan yang ditetapkan untukmencapai derajat independensi dalam melaksanakan
pekerjaannya.
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harusmenanggung malu. Kantor akuntan
publik ternama ini terbuktimenyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagaisiasat,
diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMGyang harus dibayar kliennya PT Easman
Christensen, anakperusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.Berkat aksi sogok ini,
kewajiban pajak Easman memang susutdrastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270
ribu.Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan polahanak perusahaannya. Maka,
ketimbang menanggung risiko lebihbesar, Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan
memecateksekutifnya. Badan pengawas pasar modal AS, Securities &Exchange Commission, menjeratnya
dengan Foreign CorruptPractices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerikadi luar negeri.
Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret kepengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon
ampun, kasusini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun terselamatan.(kompas,28 september
2001) : Saat ini profesi akuntan semakin berkembang namun demikian,maraknya kejahatan akuntansi ini
membuat kepercayaan parapemakai laporan keuangan mulai menurun. Akibat kejahatan tersebut,para
pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai
pihak indepedenyang menilai kewajaran laporan keuangan. Beberapa kasusmanipulasi yang merugikan
pemakai laporan keuangan melibatkanakuntan publik yang seharusnya menjadi pihak independen.Dari
kasus di atas jelas bahwa independensi masih merupakan issueyang besar. Auditor Indonesia memiliki
norma akuntan yang menjadidalam berpraktek yaitu SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) yangdisusun
oleh IAI. Di antara standar itu pertama, auditor harus memilikikeahlian teknis, independen dalam sikap
mental serta kemahiranprofesional dengan cermat dan seksama. Kedua, auditor juga wajibmenemukan
ketidakberesan, kecurangan, manipulasi dalam suatupengauditan.Hal yang paling ditekankan adalah betapa
esensialnya kepentinganpublik yang harus dilindungi sifat independensi dan kejujuran seorangauditor dalam
berprofesi. Independensi merupakan salah satukomponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik.
ntegritasadalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuanprofesional. Integritas
merupakan kualitas yang melandasikepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagiakuntan
dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Bagi organisasi yang terdesentralisasi, keluaran atau
hasil darisebuah divisi dipakai sebagai masukan bagi divisi lain. Transaksiantar divisi ini menyebabkan
timbulnya suatu mekanisme transferpricing. Transfer pricing didefinisikan sebagai suatu harga jual
khususyang dipakai dalam pertukaran antar divisi untuk pendapatan divisipenjual dan biaya divisi pembeli.
Transfer pricing sering disebut jugaintracompany pricing yang merupakan harga yang diperhitungkanuntuk
keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang
dan jasa antar anggota perusahaan. Bila dicermati secara lebih lanjut,transfer pricing dapat menyimpang
secara signifikan dari harga yangdisepakati. Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkandengan
suatu rekayasa harga secara sistematis yang bertujuan untukmengurangi laba yang nantinya akan
mengurangi jumlah pajak ataubea dari suatu negara.Perlu dibuat beberapa kebijakan dalam usaha untuk
membingkaietika transfer pricing. Kebijakan transfer pricing perlu dibuat secaratersembunyi untuk
menghidari pemeriksaan dari otoritas pajak danaspek lain selain pajak. Hal yang dibahas dalam transfer
pricinghanya dari segi komersial dan kurang memperhatikan perdagangandan harga. Pandangan Neo klasik
perusahaan telah terkonsentrasiuntuk menentukan harga dalam transaksi transfer pricing.Kesalahpahaman
akuntansi yang umum dalam transfer pricing adalahmasalah biaya internal. Transfer pricing menimbulkan
banyak sekalimasalah dalam produksi barang atau jasa pada perusahaan.Bahanbakuyang digunakan dapat
berupa bahanbakudengan kualitasyang rendah. Hal ini berpengaruh terhadapp kualitas barang
yangdihasilkan. Penghindaran pajak untuk maksimalisasi labanya. Carayang digunakan oleh setiap manajer
divisi penjual atau pembeli dalammenggunakan alat yang bernama transfer pricing untuk
menunjukankinerja yang bagus kepada perusahaan. Cara yang digunakanmanajer dapat dengan cara yang
baik atau menghalalkan berbagaicara. Etika dalam Praktek Akuntansi KeuanganEtika dalam akuntansi
seringkali disebut sebagai suatu hal yangklasik. Hal tersebut dikarenakan pengguna informasi
akuntansimenggunakan informasi yang penting serta membuat berbagaikeputusan. Profesi dalam akuntansi
keuangan memegang rasatanggung jawab yang tinggi kepada publik. Tindakan akuntansi yangtidak benar,
tidak hanya akan merusak bisnis, tetapi juga merusakauditor perusahaan yang tidak mengungkapkan salah
saji. Kode etikyang kuat dan tingkat kepatuhan terhadap etika dapat menyebabkankepercayaan investor
sehingga mengarah kepada hal yang kepastiandan merupakan hal yang keamananbagi para investor.Para

15
akuntan dan auditor dapat menghindari dilema etika denganmemiliki pemahaman yang baik tentang
pengetahuan etika. Haltersebut memungkinkan mereka dapat membuat pilihan yang tepat.Mungkin hal itu
tidak berdampak baik bagi perusahaan tetapi dapatmenguntungkan masyarakat yang bergantung pada
akuntan atauauditor. Aturan kode etik yang ada menjadi panutan bagi akuntan danauditor untuk
mempertahankan standar etika dan memenuhikewajiban mereka terhadap masyarakat profesi dan organisasi
yangmereka layani. Beberapa bagian kode yang disoroti adalah integritasdan harus jujur dengan transaksi
mereka, objektivitas dan kebebasandari konflik kepentingan, kebebasan auditor dalam penampilan
dankenyataan, penerimaan kewajiban dan pengungkapan kerahasiaaninformasi non luar, kompetensi serta
memiliki pengetahuan danketerampilan untuk melakukan pekerjaannya.Kewajiban Bagi Seorang Akuntan
Publik ( Ap ) Dan ( Kap )
Terdapat 5 (lima) kewajiban Akuntan Publik dan KAP yaitu, Pertama,Bebas dari kecurangan (fraud),
ketidakjujuran dan kelalaian sertamenggunakan kemahiran jabatannya (due professional care)
dalammenjalankan tugas profesinya. Kedua, Menjaga kerahasiaaninformasi / data yang diperoleh dan tidak
dibenarkan memberikaninformasi rahasia tersebut kepada yang tidak berhak. Pembocoranrahasia data /
informasi klien kepada pihak ketiga secara sepihakmerupakan tindakan tercela. Ketiga, Menjalankan
PSPM04-2008tentang Pernyataan Beragam (Omnibus Statement) StandarPengendalian Mutu (SPM) 2008
yang telah ditetapkan oleh DewanStandar Profesional Akuntan Publik (DSPAP) Institut Akuntan
PublikIndonesia (IAPI), terutama SPM Seksi 100 tentang SistemPengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik
(SPM-KAP). Keempat,Mempunyai staf / tenaga auditor yang profesional dan memilikipengalaman yang
cukup. Para auditor tersebut harus mengikutiPendidikan Profesi berkelanjutan (Continuing Profesion
education)sebagai upaya untuk selalu meningkatkan pengetahuan danketrampilan dalam bidang audit dan
proses bisnis (business process).Dalam rangka peningkatan kapabilitas auditor, organisasi
profesimensyaratkan pencapaian poin (SKP) tertentu dalam kurun / periodewaktu tertentu. Hal ini menjadi
penting, karena auditor harussenantiasa mengikuti perkembangan bisnis dan profesi audit secaraterus
menerus. Kelima, Memiliki Kertas Kerja Audit (KKA) danmendokumentasikannya dengan baik. KKA
tersebut merupakanperwujudan dari langkah-langkah audit yang telah dilakukan olehauditor dan sekaligus
berfungsi sebagai pendukung (supporting) daritemuan-temuan audit (audit evidence) dan opini laporan audit
(auditreport). KKA sewaktu-waktu juga diperlukan dalam pembuktian suatukasus di sidang pengadilan.
Larangan Bagi Seorang Akuntan Publik ( Ap ) Dan ( Kap)
Akuntan Publik dilarang melakukan 3 (tiga) hal, pertama, dilarang memberikan jasa audit umum atas
laporan keuangan (general audit) untuk klien yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 3
tahun.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kolusi
antara Akuntan Publik dengan klien yang merugikan pihak lain. Kedua,apabila Akuntan Publik tidak dapat
bertindak independen terhadap pemberi penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa.Ketiga,
Akuntan Publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak diperbolehkan oleh ketentuan perundang-
undangan / organisasiprofesi seperti sebagai pejabat negara, pimpinan atau pegawai padainstansi
pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta,
atau badan hukum lainnya,kecuali yang diperbolehkan seperti jabatan sebagai dosen perguruantinggi yang
tidak menduduki jabatan struktural dan atau komisarisatau komite yang bertanggung jawab kepada
komisaris atau pimpinanusaha konsultansi manajemen. Sedangkan, KAP harus menjauhi 4(empat) larangan
yaitu, Pertama, memberikan jasa kepada suatupihak, apabila KAP tidak dapat bertindak independen.
Kedua,memberikan jasa audit umum (general audit) atas laporan keuanganuntuk klien yang sama berturut-
turut untuk kurun waktu lebih dari 5(lima) tahun. Ketiga, memberikan jasa yang tidak berkaitan
denganakuntansi, keuangan dan manajemen. Kelima, mempekerjakan atau menggunakan jasa Pihak
Terasosiasi yang menolak atau tidakbersedia memberikan keterangan yang diperlukan dalam
rangkapemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan KAP.1. Competence (Kompetensi) Kompeten adalah
ketrampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk dengan
konsistenmemberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatufungsi pekerjaan spesifik.
Kompeten harus dibedakan dengankompetensi, walaupun dalam pemakaian umum istilah ini
digunakandapat dipertukarkan. Upaya awal untuk menentukan kualitas darimanajer yang efektif didasarkan
pada sejumlah sifat-sifat kepribadiandan ketrampilan manajer yang ideal. Ini adalah suatu pendekatanmodel
input, yang fokus pada ketrampilan yang dibutuhkan untukmengerjakan suatu pekerjaan. Ketrampilan-
ketrampilan ini adalahkompetensi dan mencerminkan kemampuan potensial untukmelakukan sesuatu.

16
Dengan munculnya manajemen ilmiah, perhatianorang-orang berbalik lebih pada perilaku para manajer
efektif danpada hasil manajemen yang sukses. Pendekatan ini adalah suatumodel output, dengan mana
efektivitas manajer ditentukan, yangmenunjukkan bahwa seseorang telah mempelajari
bagaimanamelakukan sesuatu dengan baik.Terdapat perbedaan konsep tentang kompetensi menurut
konsepInggris dan konsep Amerika Serikat. Menurut konsep Inggris,kompetensi dipakai di tempat kerja
dalam berbagai cara. Pelatihansering berbasiskan kompetensi. Sistem National Council
VocationalQualification (NCVQ) didasarkan pada standar kompetensi.Kompetensi juga digunakan dalam
manajemen imbalan, sebagaicontoh, dalam pembayaran berdasarkan kompetensi. Penilaiankompetensi
adalah suatu proses yang perlu untuk menyokonginsisiatif-inisiatif ini dengan menentukan kompetensi-
komptensi apayang karyawan harus perlihatkan.Pendapat yang hampir sama dengan konsep Inggris
dikemukakanoleh Kravetz (2004), bahwa kompetensi adalah sesuatu yangseseorang tunjukkan dalam kerja
setiap hari. Fokusnya adalah pada perilaku di tempat kerja, bukan sifat-sifat kepribadian atau ketrampilan
dasar yang ada di luar tempat kerja ataupun di dalam tempat kerja.Kompetensi mencakup melakukan
sesuatu, tidak hanya pengetahuanyang pasif. Seorang karyawan mungkin pandai, tetapi jika merekatidak
meterjemahlkan kepandaiannya ke dalam perilaku di tempatkerja yang efektif, kepandaian tidak berguna.
Jadi kompetensi tidakhanya mengetahui apa yang harus dilakukan. 
Akuntan manajemen memiliki tanggung jawab untuk :
1 Mempertahankan tingkat yang memadai kompetensi profesionaldengan pengembangan pengetahuan dan
keterampilan,
2 Melakukan tugas mereka sesuai dengan hukum yang berlaku,peraturan, standar profesional dan standar
teknis,
3 Membuat laporan yang jelas dan komprehensif untuk memperlolehinformasi yang relevan dan dapat
diandalkan.Dimensi-Dimensi Kompetensi
Menurut Cut Zurnali (2010), mengelompokkan kompetensi menjaditiga dimensi, yaitu:
 Kompetensi kognitif (cognitive competencies);
 Kompetensi kecerdasan emosional (emotional intelligencecompetencies); dan
 Kompetensi kecerdasan sosial (social intelligence competencies).
 Lebih lanjut Cut Zurnali (2010) menyatakan bahwa dimensi-dimensiini dirasakan sangat rasional
dalam menganalisis kompetensi parapekerja/karyawan dalam suatu perusahaan dikarenakan dapat
mendeskripsikan kompetensi yang dimiliki sekaligus apa-apa sajayang mesti ditingkatkan pada diri seorang
pekerja/karyawan agardapat menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diinginkan olehperusahaan atau
organisasi.Kompetensi kognitif (cognitive competencies)Dimensi pertama adalah kompetensi kognitif.
Dimensi ini didefinisikansebagai suatu kemampuan untuk berfikir dan menganalisis informasidan situasi
yang menuntun atau menyebabkan timbulnya keefektifanatau kinerja yang superior. Penekanan dimensi ini
pada pemikiransistem dan pengenalan pola para pekerja/karyawan dalammelaksanakan pekerjaannya
(Boyatzis dalam Cut Zurnali : 2010).Kompetensi kecerdasan emosional (emotional
intelligencecompetencies)Dimensi kedua adalah kompetensi kecerdasan emosional. Dimensi
inididefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mengenali,memahami, dan menggunakan informasi
emosional mengenai dirisendiri yang menuntun atau menyebabkan keefektifan atau kinerjayang superior.
Penekanan dimensi ini, pada kesadaran diri dankompetensi manajemen diri para pekerja/karyawan berupa
kesadaranemosional diri dan pengendalian emosional diri, dalam melaksanakanpekerjaannya (Boyatzis
dalam Cut Zurnali : 2010).Kompetensi kecerdasan sosial (social intelligence competencies)Dimensi ketiga
adalah kompetensi kecerdasan sosial. Dimensi ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengenali,
memahami, danmenggunakan informasi emosional mengenai orang lain yangmenuntun atau menyebabkan
keefektifan atau kinerja yang superior.Penekanan dimensi ini pada kesadaran sosial dan kompetensi
manajemen hubungan para pekerja/karyawan berupa empati dan kerja tim yang semestinya dimiliki dalam
menjalankan pekerjaannya (Boyatzis dalam Cut Zurnali : 2010).Contoh Kasus :Kasus Suap Walikota
Tomohon Terhadap Auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Dua orang auditor BPK Sulawesi Utara diduga
menerimasesuatu atau hadiah berupa uang senilai Rp 600 juta, pemberianuang suap ini supaya laporan
keuangan Walikota Tomohon dinyatakan berstatus Wajar.2. Confidentiallity (Kerahasiaan)Setiap anggota
harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak
boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,kecuali bila ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.Kepentingan umum dan profesi menuntut
bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
17
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
 Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaaninformasi tentang klien atau pemberi
kerja yang diperoleh melalui jasaprofesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan
setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasaberakhir. Akuntan manajemen
memiliki tanggung jawab untuk :
a. Merahasiakan informasi yang diperoleh dalam pekerjaan, kecualibila diizinkan oleh yang berwenang
atau diperlukan secara hukum.
b. Berdasarkan sub ordinat informasi mengenai kerahasiaan informasiadalah sebagai bagian dari pekerjaan
mereka untuk memantau danmempertahankan suatu kerahasiaan informasi.
c. Tidak menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dalampekerjaan untuk mendapatkan keuntungan
ilegal atau tidak etismelalui pihak ketiga.Contoh Kasus :
Kasus audit PT Telkom oleh KAP “Eddy
Pianto & Rekan”. Dalam kasus ini laporan keuangan audit PT Telkom tidak diakui oleh SEC(pemegang
otoritas pasar modal di Amerika Serikat) dan keterlibatan10 KAP yang melakukan audit terhadap bank beku
operasi dan bankbeku kegiatan usaha. Selain itu terdapat kasus penggelapan pajak yang melibatkan KAP
“KPMG Sidharta Sidharta & Harsono” (KPMG-SSH) yang menyarankan kepada kliennya (PT.
EasmanChristensen/PTEC) untuk melakukan penyuapan kepada aparatperpajakan Indonesia untuk
mendapatkan keringanan atas jumlahkewajiban pajak yang harus dibayarnya.3. Integrity (Integritas)
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnyapengakuan profesional. Integritas
merupakan kualitas yang melandasikepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagianggota
dalam menguji keputusan yang diambilnya. integritas adalahmempertahankan dan memperluas keyakinan
publik, para anggotaharus menunjukkan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat integritas
tertinggi.Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain,
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerimakesalahan
yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur,tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan
prinsip.Tanggung jawab akuntan manajemen :1. Menghindari konflik kepentingan yang tersirat maupun
tersurat.2. Menahan diri dan tidak terlibat dalam segala aktivitas yang dapatmenghambat kemampuan.3.
Menolak hadiah, permintaan, keramahan atau bantuan yang akanmempengaruhi segala macam tindakan
dalam pekerjaan.4. Mengetahui dan mengkomunikasikan batas-batas profesionalitas.5. Mengkomunikasikan
informasi yang baik maupun tidak baik6. Menghindari diri dalam keikutsertaan atau membantu
kegiatanyang akan mencemarkan nama baik profesi.Contoh Kasus :
Kasus Enron. Terdapat manipulasi laporan keuangan denganmencatat keuntungan $600 juta padahal
perusahaan rugi, dengantujuan agar investor tetap tertarik pada saham Enron. KAP Andersendiberhentikan
sebagai auditor Enron. Enron dan KAP Andersendituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk
penghancurandokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutanEnron.4. Objectivity Of
Management AccountantSetiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas daribenturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai
atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskananggota bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidakberprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan ataudibawah
pengaruh pihak lain. anggota harus mempertahankanobyektivitas dan terbebas dari konflik antar
kepentingan dalammelaksanakan tanggung jawab profesionalnya, anggota yangberpraktek bagi publik harus
berada dalam posisi yang independen baik dalam penampilan maupun dalam kondisi sesungguhnya
ketikamenyediakan jasa audit maupun jasa astetasi lainnya.
  Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harusmenunjukkanobyektivitas
mereka dalam berbagai situasi. Anggotadalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan,
sertakonsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporankeuangan sebagai seorang bawahan,
melakukan jasa audit internaldan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya diindustri,
pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam
profesi. Apapun jasadan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannyadan memelihara
obyektivitas. Akuntan manajemen memiliki tanggung jawab untuk :1. Mengkomunikasikan informasi secara
adil dan obyektif.2. Sepenuhnya mengungkapkan semua informasi yang relevan yangdapat diharapkan untuk
menghasilkan suatu pemahaman daripenggunaan laporan, pengamatan dan rekomendasi

18
yangdisampaikan.Contoh Kasus :Kasus Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI. Dalam kasus
tersebut,terdeteksi adanya kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Inimerupakan suatu bentuk
penipuan yang dapat menyesatkan investordan stakeholder lainnya.5. Whistle BlowingMerupakan tindakan
yang dilakukan oleh seseorang atau beberapaorang karyawan untuk membocorkan kekurangan yang
dilakukan olehperusahaan atau atasannya kepada pihak lain, berkaitan dengankecurangan yang merugikan
perusahaan sendiri maupun pihak lain.Yang menjadi persoalan pelik disini adalah bahwa whistle
blowingsering disamakan begitu saja dengan membuka rahasia perusahaan.Padahal keduanya tidak sama.
Rahasia perusahaan adalah sesuatuyang konfidensial dan memang harus dirahasiakan, dan pada umumnya
tidak menyangkut efek yang merugikan apapun bagi pihaklain, entah itu masyarakat atau perusahaan lain.
Whistle blowingumumnya menyangkut kecurangan tertentu yang merugikan baikperusahaan sendiri maupun
pihak lain, dan yang kalau dibongkarmemang akan mempunyai dampak yang merugikan perusahaan,paling
kurang merusak nama baik perusahaan tersebut.Whistle Blowing dalam perusahaan (misalnya atasan) dapat
disebutsebagai perilaku menyimpang tipe O jika termotivasi oleh identifikasiperasaan yang kuat terhadap
nilai dan misi yang dimiliki perusahaan,dengan kepedulian terhadap kesuksesan perusahaan itu sendiri.
Sedangkan tindakan whistle blowing yang bersifat ”pembalasandendam” dikategorikan sebagai perilaku
menyimpang tipe D karena ada usaha untuk menyebabkan suatu bahaya. Perilaku whistleblowing
berkembang atas beberapa alasan. Pertama, pergerakandalam perekonomian yang berhubungan dengan
peningkatan kualitaspendidikan, keahlian, dan kepedualian sosial dari para pekerja.Kedua, keadaan ekonomi
sekarang telah memberi informasi yangintensif dan menjadi penggerak informasi. Ketiga, akses informasi
dankemudahan berpublikasi menuntun whistle blowing sebagai fenomenayang tidak bisa dicegah atas
pergeseran perekonomian ini(Rothschild & Miethe, 1999). Perilaku whistle blowing dapat terjadisebagai
akibat dari penanaman nilai yang kuat atas suatu organisasi,mencakup bagaimana dan apa nilai-nilai serta
budaya yang terdapatdalam organisasi tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkanbahwa pengaruh sosial
dan budaya organisasi merupakan pengaruhyang kuat terhadap terjadinya whistle blowing. Pada awalnya
Whistleblowing dianggap sebagai tidakan tidak bermoral karenamengkhianati perusahaan, tetapi seiring
berjalan waktu, whistleblowing mulai mendapat pengakuan dari pemerintah dan dianggapsebagai perbuatan
heroik karana berani mengunggapkan fakta tersembunyi.
Negara juga memberikan fasilitas perlindungan terhadap pelaku whistle blowing dengan konsekuensi
bukti dan faktaakurat berisi kebenaran.Whistle bowing dibedakan menjadi 2 yaitu :
 Whistle blowing internalTerjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yangdilakukan
karyawan kemudian melaporkan kecurangan tersebutkepada atasannya
 Whistle blowing eksternalTerjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yangdilakukan oleh
perusahaan lalu membocorkannya kepada masyarakatkarena kecurangan itu akan merugikan
masyarakat.
Biasanya tipe inimelaporkan segala tindakan melanggar hukum kepada Media,penegak hukum, ataupun
pengacara, bahkan agen-agen pengawaspraktik korupsi ataupun institusi pemerintahan lainnya. Secara
umumseorang •whistle blower tidak akan dianggap sebagai•orangperusahaan karena tindakannya
melaporkan tindakan pelanggaranhukum yang dilakukan oleh pihak perusahaan.Contoh Kasus :Salah satu
contoh kasus wistleblowing yang dilakukan oleh KomjenPol Drs. Susno Duadji. Setelah jabatan
Kabareskrim lepas daritangannya, setidaknya ada dua peristiwa membawanya dari titik zeroke posisi hero di
mata publik, yakni Ia ketika muncul memberikankesaksian terbuka mengenai skandal Bank Century di
Pansus DPRdan tak selang berapa lama memberikan kesaksian yangmengejutkan dalam persidangan kasus
Antasari Azhar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Pada tanggal 17-18 Maret 2010, SusnoDuadji
melontarkan ungkapan adanya makelar kasus gentayangan diMabes Polri. Berdasarkan informasi tersebut
diketahui setidaknya tiga jenderal polisi dan seorang komisaris besar bekerjasama untukmenutupi kasus
Gayus Tambunan, seorang pegawai DirektoratJenderal Pajak, yang mencairkan dana hampir 25 milyar
rupiah darirekening tersangka yang dibekukan di masa Susno menjadiKabareskrim. Susno Duadji
mengeluarkan testimoni yangmengejutkan mengenai adanya sejumlah pejabat di Polri yang `biasa`menjadi
makelar kasus. Tanpa tedeng aling-aling, Susno Duadjimenyebut dua perwira tinggi Mabes Polri yaitu
mantan Direktur IIEkonomi dan Khusus Bareskrim Mabes Polri Edmond Ilyas danDirektur II Ekonomi dan
Khusus Bareskrim Mabes Polri Raja Erizman. AnalisisBagi Polri tindakan Susno Duadji merupakan
pukulan telak, karenafakta ini menunjukkan bahwa selama ini upaya pembinaan internal kedalam, termasuk
komunikasi internal di tubuh Polri amat lemah sehingga tak ada satu suara keluar dari tubuh lembaga
ini.Sebagai sebuah organisasi, Polri saat ini sedang dirundung masalahterkait dengan komunikasi internal.
19
Bahkan saat ini citra lembagapenegak hukum ini tengah terpuruk akibat tidak terkontrolnyakomunikasi
internal. Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota
organisasi yang terjadiuntuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinandengan bawahan
dan antara sesama bawahan. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun
komunikasikelompok. Komunikasi juga bisa berupa proses komunikasi primer maupun sekunder
(menggunakan media nirmassa). Polri tidak bisadan tidak mampu mengendalikan sepak terjang anggota
organisasi (dalam hal ini Susno Duadji) sehingga akhirnya dia mengeluarkanpendapat yang berbeda ke
publik. Jika dilihat dari struktur organisasi Polri tersebut, dapat disimpulkanbahwa bentuk organisasi Polri
adalah struktur organisasi hybrid.Dalam kasus Susno Duadji, Susno menjadi kepala badan resersekriminal
(Kabareskrim) dan dibawahnya memiliki struktur internal dariunit Bareskrim. Kabareskrim memiliki jalur
komando langsung dariKapolri. Jika dilihat dari struktur berarti Kabareskrim melaporlangsung dan
menerima perintah langsung dari Kapolri.Dalam kasus whistleblowing yang dilakukan oleh Susno
Duadjiberkaitan dengan struktur organisasi Polri, jika ada anggootaBareskrim yang tidak puas dengan
sistem atau kebijakan, anggotatersebut seharusnya melaporkan ke atasan atau kepala unit, dalamhal ini
Kabareskrim, tetapi jika yang tidak puas adalah Kepala Unitdalam hal ini Kabareskrim, Kabareskrim
melaporkan ataumengajukan keberatan kepada Kapolri. Kapolri sebagai pucukpimpinan Polri harus
memfasilitasi keluhan dan memberikantanggapan.6. Creative AccountingSemua proses dimana beberapa
pihak menggunakan kemampuanpemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar,teknik,
dll) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporankeuangan (Amat, Blake dan Dowd, 1999).
Berbagai macam pola yang dilakukan dalam rangka „creativeaccounting‟ menurut Scott [1997] sebagai
berikut:
1 Taking Bath, atau disebut juga „big bath‟. Pola ini dapat terjadiselama ada tekanan organisasional pada
saat pergantian manajemenbaru yaitu dengan mengakui adanya kegagalan atau defisitdikarenakan
manajemen lama dan manajemen baru ingin menghindari kegagalan tersebut. Teknik ini juga dapat
mengakuiadanya biaya-biaya pada periode mendatang dan kerugian periodeberjalan ketika keadaan
buruk yang tidak menguntungkan yang tidakbisa dihindari pada periode berjalan. Konsekuensinya,
manajemen
melakukan „pembersihan diri‟ dengan membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang dan
melakukan „clear the decks‟. Akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
2 Income minimization. Cara ini mirip dengan „taking bath‟ tetapi kurang ekstrem. Pola ini dilakukan pada
saat profitabilitas perusahaansangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapatkan perhatian olehpihak-
pihak yang berkepentingan (aspek political-cost). Kebijakanyang diambil dapat berupa write-off atas
barang modal dan aktiva takberwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan pengembangan,metode
successfull-efforts untuk perusahaan minyak bumi dansebagainya. Penghapusan tersebut dilakukan bila
dengan teknik yanglain masih menunjukkan hasil operasi yang kelihatan masih menarikminat pihak-
pihak yang berkepentingan. Tujuan dari penghapusan iniadalah untuk mencapai suatu tingkat return on
assets yangdikehendaki.
3 Income maximization. Maksimalisasi laba dimaksudkan untukmemperoleh bonus yang lebih besar,
dimana laba yang dilaporkantetap dibawah batas atas yang ditetapkan.
4 Income smoothing. Perataan laba merupakan cara yang palingpopuler dan sering dilakukan. Perusahaan-
perusahaan melakukannyauntuk mengurangi volatilitas laba bersih. Perusahaan mungkin jugameratakan
laba bersihnya untuk pelaporan eksternal dengan maksudsebagai penyampaian informasi internal
perusahaan kepada pasardalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan.
5 Timing revenue and expense recognition. Teknik ini dapatdilakukan dengan membuat kebijakan tertentu
berkenaan dengan saat atau timing suatu transaksi seperti adanya pengakuan yang prematus atas
penjualan.
Di dalam creative accounting ada pendapat yang mengatakancreative accounting di bagi dua jenis, yaitu yang
legal dan illegal.Maksud dari legal di sini adalah yang sesuai dengan perundang-undangan atau sesuai
peraturan yang berlaku, sedangkan yang illegal adalah yang menyalahi peraturan atau perundang-undangana
yang berlaku.Contoh kasus (Legal) :Perusahaan PT. ABC lebih menggunakan metode FIFO dalammetode
arus persediaannya. Karena dari sisi FIFO akan menghasilkan profit lebih besar dibandingkan LIFO, atau
Average.Hal ini dilakukan karenaAsumsi Inflasi Besar. FIFO dapat dianggapsebagai sebuah pendekatanyang
logis dan realistis terhadap arusbiaya ketika penggunaan metodeidentifikasi khusus tidakmemungkinkan atau
tidak praktis.FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralleldengan arus fisik yang terjual.

20
Beban dikenakan pada biaya yangdinilai melekat pada barang Jika perusahaan dengan tingkatpersediaan
yang tinggi sedang mengalami kenaikan biaya persediaanyang signifikan, dan kemungkinan tidak akan
mengalamipenurunanpersediaan di masa depen, maka LIFO memberikan keuntungan aruskas yang
substansial dalam hal penundaan pajak.Ini adalah alasan utama dari penerapan LIFO oleh
kebanyakanperusahaan. Bagi banyak perusahaan dengan tingkat persediaanyang kecil atau dengan biaya
persediaan yang datar atau menurun, maka LIFO hanyamemberikan keuntungan kecil dari pajak.Perusahaan
seperti ini memilih untuk tidak menggunakan LIFO.7. Fraud (Kecurangan)Fraud merupakan suatu perbuatan
melawan hukum yang dilakukanoleh pihak didalam maupun luar organisasi, dengan maksud
untukmendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok yang secaralangsung merugikan orang
lain.Karakteristik KecuranganDilihat dari pelaku fraud maka secara garis besar kecurangan
bisadikelompokkan menjadi dua jenis :1. Oleh pihak perusahaan, yaitu :a. Manajemen untuk kepentingan
perusahaan, yaitu salah saji yangtimbul karena kecurangan pelaporan keuangan (misstatementsarising from
fraudulent financial reporting).b. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang
berupapenyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriationof assets).2. Oleh pihak di luar
perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, danpihak asing yang dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.8. Fraud AuditingUpaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi
komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial
memerlukan gabungandua keterampilan, yaitu sebagai auditor yang terlatih dan kriminalinvestigator. Apabila
suatu kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut merupakan kecurangan (fraudulent). Istilah
“Irregulary” merupakan kesalahan penyajian keuangan yang disengaja atas informasikeuangan. Auditor
terutama tertarik pada pencegahan, deteksi, danpengungkapan kesalahan-kesalahan karena alasan berikut ;a.
Eksistensi kesalahan dapat menunjukan bagi auditor bahwacatatan akuntansi dari kliennya tidak dapat
dipercaya dan dengandemikian tidak memadai sebagai suatu dasar untuk penyusunan laporan keuangan.
Adanya sejumlah besar kesalahan dapat mengakibatkan auditor menyimpulakan bahwa catatan
akuntansiyang tepat tidak dilakukan.b. Apabila auditor ingin mempercayai pengendalian intern, ia harus
memastikan dan menilai pengendalian tersebut dan melakukanpengujian ketaatan atas operasi. Apabila
pengujian ketaatan menunjukan sejumlah besar kesalahan, maka auditor tidak dapat mempercayai
pengendalian intern.c. Apabila kesalahan cukup material, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi kebenaran
(truth) dan kewajaran (fairness) laporantersebut. Penyebab Terjadinya Kecurangan J.S.R. Venables dan KW
Impley dalam buku “Internal Audit” (1988,hal 424) mengemukakankecurangan terjadi karena :Penyebab
Utama :a. Penyembunyian (concealment)Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai kemungkinan
darideteksi dan hukuman sebagai akibatnya.b. Kesempatan/Peluang (Opportunity)Pelaku perlu berada pada
tempat yang tpat, waktu yang tepat agarmendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system
dan juga menghindari deteksi.c. Motivasi (Motivation)Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan
aktivitas demikian,suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kerakusan dan motivatoryang lain.d. Daya
tarik (Attraction) Sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik bagi pelaku.e. Keberhasilan
(Success) Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat diukur baikmenghindari penuntutan atau deteksi.
.Penyebab Sekunder :
a) “A Perk” Kurang pengendalian, mengambil keuntungan aktiva organisasidipertimbangkan sebagai suatu
tunjangan karyawan.
b) Hubungan antar pemberi kerja/pekerja yang jelekYaitu saling kepercayaan dan penghargaan telah gagal.
Pelaku dapatmengemukakan alasan bahwa kecurangan hanya menjadikewajibannya.
c) Pembalasan dendam (Revenge) Ketidaksukaan yang hebat terhadap organisasi dapat
mengakibatkanpelaku berusaha merugikan organisasi tersebut.
d) Tantangan (Challenge)Karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja mereka dapat mencari stimulasi
dengan berusaha untuk “memukul sistem”, sehingga mendapatkan suatu arti pencapaian (a sense
ofachievement), atau pembebasan frustasi (relief of frustation)
Tanda-Tanda Peringatan Untuk Kecurangan Meskipun pada suatukesempatan pemeriksa intern melakukan
penugaan langsung dalampenyelidikan kecurangan yang dicurigai atau aktual, bagian yang lebihbesar dari
usahanya yang berorientasi kecurangan merupakan suatubagian yang integral dari penugasan audit yang lebih
luas. Usaha yngberorientasi pada kecurangan ini dapat dalam bentuk prosedurkhusus, termasuk dalam
program audit yang lebih luas. Usaha yangberorientasi kecurangan tersebut dapat termasuk seluruh
darikesiapsiagaan umum dari pemeriksa intern ketika ia melaksanakanseluruh bagian dari penugasan audit

21
ini. Kesiapsiagaan ini termasukberbagai area, kondisi dan pengembangan yang memberikan tanda-tanda
peringatan.
Berikut ini beberapa contoh yang mengungkapkan ketidakberesan :
1) Modal kerja yang tidak cukupHal ini dapat menunjukkan masalah seperti ekspansi yang
berlebihan,penurunan pendapatan, transfer atau pemindahan dana keperusahaan yang lain, kredit yang
tidak memadai, dan pengeluaran yang berlebihan. Pemeriksa intern berhati-hati terhadap pengalihandana
ke penggunaan pribadi melalui metode-metode sepertipenjualan yang tidak tercatat dan pengeluaran yang
fiktif.
2) Perputaran yang cepat dalam posisi keuanganKehilangan personil akuntansi dan keuangan dan yang
penting dapatmenandai kinerja yang tidak memadai dan mengakibatkan kelemahandalam pengendalian
intern. Akuntabilitas untuk dana dan sumberdaya yang lain harus ditetapkan ketika pemberhentian kerja.
3) Penggunaan procuremen pemasokan sendiri (sole-sourceprocurement)Praktik-praktik procuremen yang
baik mendorong kompetisi untukmemastikan bahwa organisasi memperoleh material atau peralatanyang
diperlukan dengan harga yang paling baik. Procuremenpemasokan sendiri, apabila tidak cukup
dijustifikasi menunjukkanfavoritisme atau pembayaran kembali (kickbacks) yang potensial.
4) Biaya perjalanan yang berlebihanDalam menelaah perjalanan, auditor perlu berhati-hati untukperjalanan
yang tidak diotorisasi atau pribadi, dan perjalanan ataubiaya-biaya lain yang tidak disokong.
5) Pemindahan dana antara perusahaan afiliasi atau divisiSuatu pola pemindahan dana antar perusahaan atau
divisi mungkinmenunjukkan pinjaman yang tidak diotorisasi, penutupan kekurangan,atau pengendalian
yang tidak memadai atas dana.
6) Perubahan auditor luarDalam kasus tertentu, perubahan auditor luar dapat menunjukkanperbedaan opini
mengenai metode yang sesuai dalam menanganitransaksi tertentu. Mungkin terdapat suatu keengganan
darimanajemen untuk mengungkapkan masalah atas kejadian yangpenting.
7) Biaya konsultan atau honor legal yang berlebihanHal ini dapat merupakan indikasi adanya
penyalahgunaan dalammemperoleh jasa yang dilakukan diluar, favoritisme, dan masalahyang tidak
diungkapkan dalam organisasi yang memerlukanpekerjaan legal ekstensif
8) Benturan kepentingan (Conflict of interest)Benturan kepentingan yang dilaporkan Auditor harus sadar
mengenaidesas-desus atau alasan-alasan dari pertentangan kepentingan yangberhubungan dengan
pemekerjaan luar, pengaturan pemasok, danhubungan antara karyawan. Transaksi perusahaan dengan
pejabatatau karyawan harus secara hati-hati diteliti dengan cermat.
9) Kekurangan yang tidak dapat dijelaskan dalam aktiva fisik.Penyimpanan fisik yang tidak memadai dapat
mengakibatkanpencurian atau pengalihan aktiva yang lain. Kekurangan dalam aktivaharus dianalisis
secara teliti untuk menentukan penggunaan aktivatersebut.
10) Penurunan dalam kinerjaSalah satu divisi perusahaan dapat kurang berprestasi dibandingkandengan divisi
lain. Lagipula, mungkin terjadi suatu penurunan dalamkinerja dari pengalaman sebelumnya. Alasan harus
ditentukan untukindikasi atas pengelolaan yang buruk atau adanya kemungkinanperbuatan yang salah.
11) Pengendalian manajemen oleh sedikit individualDominasi dari organisasi oleh satu atau sedikit individual
dapatmenciptakan kesempatan untuk pengalihan aktiva atau manipulasiyang lain.
12) Kesulitan penagihanMasalah dalam menagih piutang dagang harus dianalisis untukmenentukan apakah
terdapat penjualan yang fiktif atau pengalihandana yang diterima dari penagihan.
13) Banyak Akun BankPenggunaan banyak akun bank melebihi apa yang secara normaldiperlukan mungkin
menunjukkan pengalihan dana atau penutupantransaksi yang illegal.
14) Laporan yang terlambatLaporan mungkin selalu terlambat disampaikan karena penyusunlaporan dapat
memanipulasi data untuk menutup tindakan curang.
15) Copy digunakan untuk pembayaran kepada krediturDaripada menggunakan pembayaran berdasarkan
faktur orisinil/asli,copy dapat digunakan untuk menutup pembayaran ganda danpembayaran kembali
(kickback).
16) Kekurangan, kelebihan dan kondisi yang tidak seimbangHal diatas dapat merupakan gejala dari suatu
masalah yang lebihbesar dan penjelasan harus diperoleh mengenaipenyimpangan/varian tersebut.
17) Cek atau dokumen yang ditulis dalam angka bulat.Misalnya, suatu cek mungkin tercantum Rp
10.000.000,- atau Rp3.500.000,- padahal cek atau dokumen tersebut secara normaldiharapkan dalam
angka tidak bulat misalnya Rp 10.000.261,34 atauRp 3.500.032,28.

22
Contoh Kasus :Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission(COSO). Penelitian
COSO menelaah hampir 350 kasus dugaankecurangan pelaporan keuangan oleh perusahaan-perusahaan
publikdi Amerika Serikat yang diselidiki oleh SEC. Diantaranya adalah :
 Kecurangan keuangan memengaruhi perusahaan dari semuaukuran, dengan median perusahaan memiliki
aktiva dan pendapatanhanya di bawah $100juta.
 Berita mengenai investigasi SEC atau Departemen Kehakimanmengakibatkan penurunan tidak normal
harga saham rata-rata 7,3persen.
 Dua puluh enam persen dari perusahaan-perusahaan yang terlibatdalam kecurangan mengganti auditor
selama periode yang ditelitidibandingkan dengan hanya 12 persen dari perusahaan-perusahaanyang tidak
terlibat.

4.3 Tanggapan dari Kejagung dan IAI


Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, Bachtiar Fachry Nasution, meminjamkan akan mempelajari
kasus dugaan suap ini: apakah kasus ini termasuk korupsi atau pidana perpajakan. Namun, dia mengaku
bahwa sampai saat ini, belum mengetahui adanya dugaan suap yang dilakukan oleh KPMG-SSH atau Sonny
Harsono.
Sementara itu, komentar kasus ini, Ketua Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), E Riyana
Hardjapame, mengatakan bahwa sebelum ada yang kuat, KPMG-SSH harus tidak melakukan suap tersebut.
"Karena KPMG-SSH seharusnya mengerti dan menguasai nilai-nilai dan kode etik. Tapi realitas di
Indonesia mungkin saja mengubah profesi.  nilai-nilai itu," jelas Erry.
Erry mengatakan, kadang   customer service diartikan salah oleh sebagian KAP, hingga melupakan nilai-
nilai profesi. Padahal, customer service berarti kualitas kerja, bukan membantu klien untuk
"mencuri". "Efisiensi pajak tidak apa, tapi penghindaran pajak  penghindaran pajak itu bisa ditarik ke
korupsi," tegas Erry lagi.
Ketika menanyakan apakah IAI akan meminta klarifikasi dari KPMG-SSH soal dugaan itu, Erry
menjelaskan bahwa selama tidak ada pengaduan dari klien, maka Majelis Kehormatan IAI tidak dapat
melakukan hal itu.
Majelis Kehormatan IAI, tambah Erry, tingkatnya banding seperti Mahkamah Agung. Karena itu, pengaduan
harus lewat proses pengadilan tingkat pertama, yaitu Badan Pertimbangan Profesi Akuntan Publik.
Terlepas dari benar tidaknya tuduhan suap atas KPMG-SSH dan Sonny Harsono, Erry berpendapat bahwa
praktik suap jelas bertentangan dengan kode etik profesi akuntan.
Seharusnya, jika semua pelanggan bekerja untuk menyogok pejabat wajib menolak, bahkan untuk
pekerjaan. Memfasilitasi penyogokan saja tidak boleh, apalagi memberi saran, tandas Erry. Jika benar
dugaan ini, kasus skandal penyuapan pajak ini merupakan tamparan keras bagi profesi akuntan. Karena
seharusnya, akuntan harus menjunjung tinggi kode etika profesi.

4.4 Berakhir dengan Damai

Harsono mengatakan bahwa permasalahan tersebut telah selesai. Sonny mengemukakan bahwa telah
melakukan suatu upaya hukum yang menyatakan, baik KPMG-SSH maupun dirinya secara pribadi. tidak
mengakui atau menolak tuduhan yang diajukan SEC dan Depkeh dan tidak dikenakan sanksi apapun.
"Perusahaan (KPMG-SSH-red) dan saya telah menyelesaikan perkara ini di Pengadilan di Houston. Baik
saya maupun perusahaan tidak mengakui tuduhan tuduhan dari pemerintah Amerika," jelas Harsono.
Menurut rilis SEC, penyelesaian dengan pola seperti yang dilakukan KPMG-SSH dan Harsono berdampak
pada bebasnya kedua tergugat dari sanksi atau denda. Menurut Harsono, upaya hukum yang dilakukan
pengacara-nya di AS tersebut adalah sesuatu yang lazim dipraktekkan di AS.
Harsono mengatakan bahwa dirinya tidak menghadiri secara langsung proses "perdamaian" antara
pengacaranya dengan pengadilan di AS. Ia juga mengaku bahwa kabar tentang penyelesaian gugatan
pemerintah AS terhadap dirinya baru mengetahui dari kantornya.
Akibat hukum dari perdamaian itu sendiri adalah bahwa para tergugat, baik KPMG-SSH dan Harsono,
dilarang melakukan pelanggaran, memberikan bantuan dan nasihat yang mengakibatkan pelanggaran
terhadap pasal-pasal anti penyuapan dalam FCPA. Sekaligus, keduanya juga dilarang untuk melanggar
pasal-pasal tentang pembukuan dan laporan internal perusahaan berdasarkan Securities Exchange Act tahun
1934.
23
Dari dua undang-undang yang berbeda, ada tiga pasal yang tidak bersalah telah dilanggar oleh KPMG-SSH
dan Harsono. Untuk FCPA, KPMG-SSH dan Harsono didakwa melanggar Pasal 104A(a)(1), (2) dan
(3). Sedangkan untuk Undang-undang Bursa Efek  UU Pasar Modal AS -, Pasal 30A(a)(1), (2), (3) serta
Pasal 13(b)(2)(B).
Terhadap pelanggaran pasal-pasal anti penyuapan yang diatur dalam FCPA, SEC atau Depkeh dapat
mengajukan gugatan dengan denda sampai dengan AS$10 ribu. Gugatan tersebut tidak hanya dapat
dialamatkan pada perusahaan yang melanggar, namun juga terhadap para direktur, pejabat, karyawan, atau
agen dari perusahaan yang bersangkutan. Bahkan, juga termasuk para pemegang sahamnya.
Untuk kasus-kasus tertentu, denda yang dapat diajukan baik oleh SEC ataupun oleh pihak kejaksaan dapat
berkisar pada jumlah AS$5.000 hingga AS$100.000 orang tertentu, dan AS$50.000 AS$500.000 untuk yang
lainnya. Upaya hukum yang diambil oleh KPMG-SSH dan Harsono sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
para tergugat lainnya di AS. Benar, memang ada tergugat lainnya di luar para pihak yang ada di Indonesia,
yang terkait baik dengan Baker Hughes ataupun dengan PTEC.
Dari rilis SEC diketahui bahwa pada saat yang sama, SEC juga mengajukan gugatan terhadap akuntan yang
disewa oleh Baker Hughes, yaitu Mattson and Harris. Namun, Mattson dan Harris hanya terkena pasal-pasal
tentang laporan keuangan Securities Exchange Act, bukan FCPA

4.5 Buka Langsung Klien


Ada apa di balik dugaan praktik penyuapan yang tidak bersalah terhadap KPMG-SSH yang notabene
berkantor di Indonesia? Lagi pula, praktek suap yang tidak bersalahkan oleh kedua lembaga pemerintah AS
itu pun terjadi di Indonesia. Jadi, masalah ini menjadi tanda tanya besar bagi publik, khususnya bagi mereka
yang telah bertahun-tahun menggunakan jasa KPMG-SSH.
Tidak ada secepatnya kalau tidak ada api. "Api" yang menyala di Indonesia, "asapnya" mengembara sampai
ke AS. Kronologisnya begini, AS memiliki undang-undang yang melanggar Foreign Corrupt Practices Act
(FCPA), yaitu undang-undang yang melarang praktik korupsi yang dilakukan di ranah asing. UU ini
mendukung pemerintah AS melakukan aksi hukum terhadap warga asing yang diduga terlibat korupsi
dengan pihak AS, baik korporat maupun perorangan.
Dalam kasus gugatan terhadap KPMG-SSH mitra bisnis dari kantor akuntan multinasional KPMG
International ini, salah satu pihak yang terlibat secara langsung adalah PT Eastman Christensen
(PTEC). PTEC ini adalah perusahaan Indonesia yang sahamnya dipegang oleh Baker Hughes Incorporated,
perusahaan pertambangan yang bermarkas di Texas, AS.
PTEC ini sendiri adalah pihak yang, menurut gugatan SEC dan Departemen Kehakiman AS, meminta
KPMG-SSH untuk menyogok pejabat kantor pajak Jakarta Selatan (PTEC berdomisili di Jakarta Selatan-
red). Perintah itu mungkin agar jumlah kewajiban bagi PTEC dibuat seminim mungkin.
Penyuapan yang terlupakan digagas oleh Harsono melibatkan jumlah yang sangat signifikan. Menurut
gugatan itu, KPMG-SSH telah menyetujui untuk melakukan pembayaran ilegal tersebut. Penyogokan ini
untuk mempengaruhi kantor kantor pajak agar "memangkas" jumlah pajak PTEC, dari AS$3,2 juta menjadi
AS$270 ribu.
Sebelumnya, Harsono mewajibkan instruksi langsung dari Baker Hughes (dan bukan dari PT EC) kepada
KPMG-SSH untuk pejabat pejabat kantor pajak. Di atas dasar instruksi itu, menulis rilis SEC, kantor
KPMG-SSH membuka praktik haram (illicit) tersebut.
Cerita singkat, transaksi suap-menyuap antara sang pegawai yang telah diberi mandat oleh Harsono dengan
pejabat kantor pajak itupun terjadi. Kemudian, menulis rilis SEC, untuk mengubur penyuapan itu Harsono
memerintahkan pegawainya agar mengeluarkan tagihan (faktur) atas nama KPMG.
Tagihan tersebut kemudian didesain tidak hanya untuk membayar uang suap kepada petugas kantor
pajak. Namun, sekaligus untuk fee atas imbal jasa KPMG-SSH bagi PTEC.
Meskipun dibuat seolah-olah sebagai biaya atas jasa KPMG-SSH, tagihan 'fiktif' itu sebenarnya mewakili
dana sogokan senilai AS$75 ribu yang akan diberikan pada pejabat kantor. Sementara sisanya adalah biaya
jasa KAP dan pajak yang sesungguhnya.
Setelah menerima tagihan tersebut, PTEC membayar KPMG-SSH sebesar AS$143 ribu dan kemudian
memasukkan transaksi ke dalam buku perusahaan sebagai pembayaran atas jasa profesional yang telah
diberikan KPMG-SSH.
Hasil "kerja keras" KPMG-SSH serta Harsono baru terlihat beberapa minggu kemudian. Pada 23 Maret
1999, PTEC menerima hasil penghitungan pajak yang besarnya kurang lebih AS$270 ribu dari

24
pemerintah. Jumlah itu hampir AS$3 juta lebih kecil dibandingkan penghitungan yang sebenarnya. Jika
tuduhan itu benar, maka selisih pajak yang digelapkan adalah jumlah kerugian yang diderita negara.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mengacu pada kasus di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa masih ada praktisi yang bertindak curang
demi keuntungan pribadi maupun klien tanpa mempertimbangkan dan menghiraukan risiko yang ada.
Perilaku ini tidak melindungi kepentingan publik, karena tidak dilandasi kejujuran, hasilnya pasti tidak bisa
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan yang benar. Setiap pemberian jasa profesional, praktisi harus
selalu mengacu pada kode etik akuntan publik. Seorang praktisi harus berlaku sebagai wakil dari pengguna
kepentingan publik. Untuk itu, tidak boleh ada penyelewengan selama kerjasama jasa profesional dilakukan.
Tingkat kewajaran laporan yang diberikan harus berdasarkan pertimbangan dan bukti-bukti data yang valid.
Laporan yang tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang, tidak hanya mempengaruhi reputasi praktisi dan perusahaan terkait, namun juga
reputasi profesi. Oleh karena itu, setiap praktisi harus memiliki pengetahuan atau pemahaman berkelanjutan,
keahlian teknis, profesionalitas, mental serta karakter yang jujur dan independen.
Dari hasil pembahasan diatas maka menghasilkan kesimpulan, sebagai berikut:
Jadi pihak KPMG telah menyuap aparat pajak senilai UU$ 75.000. Cara untuk menutupi itu semua, sehingga
diterbitkanlah faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman
Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.
Solusi untuk kasus tersebut adalah sebagai berikut:
Harus adanya upaya untuk memperbaiki kesalahan yang telah ada sebelumnya dan tidak mengulanginya
lagi.
Dilakukannya perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
di perusahaan.

25
Lebih selektif dan teliti lagi dalam memilih calon auditor atau auditor yang benar-benar kompeten dan
profesional untuk bekerja dikantor tersebut untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap KPMG-
Siddharta Siddharta & Harsono. Maka dari itu, berdasarkan kasus yang terjadi di dalam KPMG-Siddharta
Siddharta & Harsono kami menyimpulkan bahwa telah terjadi adanya kode etik profesi diantaranya sebagai
berikut:
a. Tanggung jawab
Seorang akuntan harus bertanggung jawab secara profesional terhadap semua kegiatan yang
dilakukan. Akuntan Internal KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono kurang bertanggung jawab karena
dia terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia US$ 75 ribu.
b. Kepentingan Publik
Atas kepercayaan yang diberikan kepada publik kepadanya, seorang akuntan harus terus menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Akuntan KPMG-Siddharta
Siddharta & Harsono dilupakan tidak bekerja demi kepentingan publik karena sengaja terbukti
menyogok aparat pajak di Indonesia yang menerbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG
yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat
di bursa New York. Hal ini tentu saja sangat berbahaya, termasuk bagi perusahaan KPMG-Siddharta
Siddharta & Harsono.
c. Integrasi
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dibuka oleh
keuntungan pribadi. Akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus ini
akuntan KPMG-Siddharta tidak menjaga integritasnya, karena telah melakukan penyogokan aparat
pajak di Indonesia.
d. Objektifitas
Akuntan harus bertindak secara objektif dan independen atau tidak memihak siapapun. Dalam kasus ini
akuntan KPMG kepada kliennya dan melakukan penipuan dengan menyogok aparat pajak di Indonesia.

Solusinya adalah harus adanya upaya untuk memperbaiki kesalahan yang telah ada sebelumnya dan tidak
mengulanginya lagi.  Dilakukannya perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi
yang Berlaku Umum di perusahaan. Lebih selektif dan teliti lagi dalam memilih calon auditor atau auditor
yang benar-benar kompeten dan profesional untuk bekerja dikantor tersebut untuk mengembalikan
kepercayaan publik terhadap KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono.

26
Daftar Pustaka
Anwar, Syamsul, 2006, Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah Majelis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah, Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP).

http://rmardhatilla.blogspot.com/2011/11/tugas-2-softskill.html 

https://prezi.com/_lt3zj8dpxlf/kasus-penyuapan-pajak-kpmg-siddharta-siddharta-harsono/

http://id.wikipedia.org/wiki/KPMG

27
28

Anda mungkin juga menyukai