Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS LABA KOTOR

Disusun Oleh :
Nama : Riski Jayanti
No. DP : 1934031140

Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Krisnadwipayana
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis
Laba Kotor. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Laporan Keuangan
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....………………............………………………….i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Laba Kotor..............................................................3
2.2 Pengertian dan Pentingnya Analisis Laba Kotor......................4
2.3 Faktor – Faktor Analisis Laba Kotor........................................6
2.4 Manfaat Analisis Laba Kotor...................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan utama dari setiap kegiatan bisnis perusahaan adalah untuk mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menekan biaya sekecil-kecilnya (profit
oriented). Laba merupakan sumber utama perusahaan untuk menjaga kelangsungan
hidupnya, hal ini sesuai dengan konsep “going concern” yang beranggapan perusahaan
didirikan untuk hidup terus-menerus dan seolah-olah tidak akan berhenti. Laba kotor
perusahaan merupakan selisih pendapatan penjualan neto dikurangi dengan harga pokok
penjualan. Sedangkan untuk efisiensi laba kotor perusahaan, efisiensi karena kaitannya
dengan jumlah uang atau rupiah, jika kaitannya dengan kinerja karyawan atau pegawai
maka dilihat efektivitasnya.
Sedangkan harga pokok penjualan dipengaruhi oleh persediaan barang jadi awal
ditambah harga pokok produksi dikurangi persediaan barang jadi akhir periode. Dalam
harga pokok produksi terdapat biaya produksi dimana semakin besar biaya produksi
maka semakin kecil laba perusahaan, sebaliknya jika semakin kecil biaya produksinya
maka semakin besar laba perusahaan. Oleh karena itu biaya produksi sangat penting
untuk menjaga kestabilan perusahaan. Jika perusahaan ingin bertahan maka perusahaan
harus memperhatikan betul biaya produksi yang dikeluarkan. Karenanya penulis ingin
sekali mengangkat biaya produksi untuk diteliti, biaya produksi merupakan biaya-biaya
yang dikeluarkan pada saat proses produksi, biaya produksi meliputi biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya (cost) disini berbeda
dengan beban (expense), dalam laporan keuangan biaya masuk dalam laporan harga
pokok produksi (cost of goods manufacture) yang akan digunakan sebagai penambah
harga pokok penjualan (cost of goods sold) yang selanjutnya akan mengurangi penjualan
bersih sehingga didapat laba kotor. Sedangkan beban (expense) masuk dalam laporan
rugi laba yang akan mengurangi laba kotor sehingga didapat laba bersih.

1.2 Indentifikasi Masalah


Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti mempunyai manajmen dalam suatu
kegiatan atau organisasi dalam perusahaan
1. Pengertian Manajemen
2. Fungsi Manajamen

1
3. Efesiensi dan Efektivitas Manajamen
4. Bidang- bidang Manajamen
5. Tingakatan Manager dan Tanggung Jawab
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa paham mengenai
Arti Manajemen dan Organisasi yang diharapkan dapat juga bermanfaat bagi para
pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Sistematika Penulisan
Agar makalah ini dapat dipahami pembaca, maka penulis membuat sistematika penulisan
makalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan berisikan latar belakang mengenai pengertian Manajamen,
identifikasi masalah yang belum masayarakat ketahui mengenai Manajamen,
tujuan dibuatnya makalah, dan sistematika penulisan.
BAB II Teori Pengertian, Fungsi dan Tujuan Manajamen
Bab ini menjelaskan tentang pengertian Manajamen, Fungsi Manajamen, Unsur-
unsur Organisasi, Bidang-bidang Manajamen
BAB IV Kesimpulan
Kesimpulan merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian laba kotor


Tujuan utama dari perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. Untuk mencapai
tujuan tersebut perusahaan harus melakukan kegiatan penjualan yang baik dan kegiatan
penjualan yang baik itu adalah penjualan yang saling menguntungkan. Menurut
Simangunsong (1991:189) terdapat beberapa pengertian laba sebagai berikut:
a. Laba kotor (penjualan dikurangi harga pokok).
b. Laba usaha (laba kotor dikurangi biaya-biaya usaha).
c. Laba sebelum pajak (laba usaha dikurangi hal-hal diluar usaha)

Setiap perusahaan tidak akan terlepas dari kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan
perusahaan, yaitu untuk menghasilkan laba. Walaupun laba bukan merupakan tujuan
satu-satunya, namun laba sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan dan untuk memperoleh kepercayaan dari investor dan kreditor.
Laba menurut Zaki Baridwan (1997:30) adalah: Kenaikan modal (aktiva bersih) yang
berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan
usaha, dan dari semua transaksi kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama
suatu periode kecuali yang timbul dari penjualan aktiva tetap.
Sedangkan pengertian laba menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:267) adalah: “Laba
adalah perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yangtimbul dari transaksi pada
periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode
tersebut”. Keberhasilan manajemen di dalam jangka pendek dapat dilihat apakah laba
yang diperoleh lebih besar atau lebih kecil jika dibandingkan dengan rencana laba yang
semula ingin dicapai. Salah satu indikasi untuk mengetahui apakah suatu kegiatan
perusahaan menguntungkan atau tidak dapat dilihat dari besar kecilnya. Definisi laba
kotor menurut Supriyono (1999:177) adalah: “Laba kotor merupakan selisih antara hasil
penjualan netto dikurangi harga pokok barang yang dijual”. Menurut Dwi Prastowo
(2005:209) pengertian laba kotor adalah: ”Selisih antara harga pokok penjualan dan
penjualan “. Dari definisi di atas maka dapat dilihat bahwa laba kotor perusahaan dalam
hal ini dapat dihitung dengan mempertemukan pendapatan atau penjualan dikurangi
dengan harga pokok penjualan.

3
2.2 Pengertian dan Pentingnya Analisis Laba Kotor
A. Pengertian Analisis Laba Kotor
Analisis laba kotor merupakan suatu proses yang kontinu (berkesinambungan)
dan intensif. Analisis laba kotor dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti
yangdilakukan pada analisis biaya standar, meskipun biaya standar atau anggaran
tidak diperlukan (bukan menjadi keharusan).
Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh satu atau kombinasi dari perubahan
atau perbedaan berikut ini :

1 Perubahan atau perbedaan pada harga jual per unit produk, yang disebut dengan
selisih harga jual (sales price variance).
2 Perubahan atau perbedaan pada volume produk yang dijual, yaitu selisih volume
penjualan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga pokok (cost
volume variance) yang mencakup :
1. Perubahan atau perbedaan pada jumlah unit fisik yang dijual, yang disebut
selisih volume penjualan final (final sales volume variance), dan
2. Perubahan atau perbedaan pada jenis produk yang dijual, atau sering disebut
komposisi produk (produk mix) atau komposisi penjualan (sales mix), yang
disebut selisih komposisi penjualan (sales mix variance).
3. Perubahan atau perbedaan pada elemen-elemen biaya, seperti biaya bahan, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead, yang disebut selisih harga pokok (cost price
variance).
Di dalam menganalisis perubahan laba kotor, pembandingan dapat dilakukan antara
anggaran dan realisasi untuk periode berjalan; atau antara realisasi periode berjalan
dan periode sebelumnya.
Salah satu alat Bantu manajemen perusahaan yang dapat digunakan adalah
analisis laba kotor di mana analisis kotor ini digunakan untuk mengevaluasi
penjualan dan menganalisis hasil pelaksanaan atau aktivitas penjualan dalam
perusahaan, dengan cara membandingkan antara anggaran laba kotor yang disusun
dengan realisasi yang terjadi sehingga dapat diketahui hasil yang telah diperoleh
perusahaan.
Pengertian laba kotor menurut Supriyono (1999:179) adalah: “Memecah-
mecah atau membagi bagian-bagian atau elemen-elemen yang lebih kecil dengan

4
tujuan untuk menentukan penyebab penyimpangan laba kotor dan untuk mengetahui
hubungan antara elemen-elemen tersebut”. Menurut Kusnadi (2001:365) mengatakan
bahwa: ”Analisis laba kotor merupakan proses analisis yang berkelanjutan dan harus
dilaksanakan secara intensif”. Sedangkan menurut Dwi Prastowo (2005:209) yang
dimaksud dengan analisis laba kotor adalah: “Analisis laba kotor merupakan suatu
proses yang kontinu dan intensif”. Dari uraian di atas, maka dapat kita lihat bahwa
analisis laba kotor digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan atau
penyimpangan-penyimpangan antara anggaran laba kotor dengan realisasinya.

B. Pentingnya Analisis Laba Kotor


Tujuan utama perusahaan untuk memperoleh laba. Besarnya laba perusahaan
dihitung dengan mempertemukan secara layak semua penghasilan dengan semua
biaya di dalam suatu periode akuntansi yang sama. Keberhasilan manajemen dapat
dilihat dari apakah laba yang diperoleh lebih besar atau lebih kecil dibandingkan
dengan rencana laba yang semula ingin dicapai. Rencana laba dapat berupa laba yang
dianggarkan atau standar laba pada periode akuntansi sebelumnya. Menurut
Supriyono (1999:175) bahwa penyimpangan realisasi laba dengan rencana laba perlu
dianalisis dan diinvestigasi sebab-sebab penyimpangannya, sehingga dapat digunakan
sebagai alat untuk tujuan:
1) Memberikan petunjuk kepada manajemen tentang elemen apa yang menyimpang,
berapa jumlah penyimpangannya dan bagaimana pengaruhnya terhadap laba yang
dicapai perusahaan, apa sebab penyimpangan tersebut, pada kegiatan apa
penyimpangan itu terjadi, siapa yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan
tersebut atau apakah penyimpangan tersebut dapat dikendalikan oleh pusat
kegiatan tertentu.
2) Memberikan petunjuk kepada manajemen guna menyusun anggaran laba periode
berikutnya, dengan investigasi terhadap penyimpangan yang timbul dapat menilai
apakah rencana laba merupakan pengukur yang baik untuk menilai/mengevaluasi
laba. Apabila rencana laba tidak tepat maka akibatnya tidak dapat dipakai sebagai
alat evaluasi dan dalam menentukan rencana laba periode berikutnya harus lebih
teliti.

Tujuan menganalisis penyimpangan yang terjadi antara realisasi laba dengan


rencana laba. Maka laporan laba rugi perlu diperbandingkan antara realisasi laba

5
apakah menguntungkan atau merugikan. Analisis laba kotor merupakan bagian dari
analisis laba. Berdasarkan uraian di atas perubahan laba kotor dipengaruhi oleh
elemen penjualan dan harga pokok penjualan, maka dari itu perlu dilakukan analisis
terhadap perubahan laba kotor antara anggaran laba kotor dengan realisasi laba kotor.
Hal ini dilakukan untuk membantu manajemen menilai, mengevaluasi aktivitas
penjualan dan melakukan tindakan untuk menunjang aktivitas yang berhubungan
dengan penjualan.

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan Laba Kotor


Laba kotor harus disajikan dan dianalisis sedemikian rupa sehingga manajemen dapat
mengetahui sebab-sebab atau faktor perubahan laba kotor. Analisis laba kotor hendaknya
dilakukan oleh setiap perusahaan dari tahun ke tahun untuk mengetahui faktor-faktor
yang menyebabkan perubahan tersebut, dan setelah perusahaan mengetahui penyebab
perubahan laba kotor maka perusahaan dapat melakukan suatu tindakan untuk
memperbaikinya.
Menurut Supriyono (1999:180) faktor yang menyebabkan perubahan laba kotor
adalah:
a. Penjualan
b. Harga pokok penjualan

Perubahan laba kotor yang disebabkan oleh penjualan ditentukan oleh besarnya:
 Harga jual satuan yaitu perubahan yang disebabkan oleh perubahan dalam harga jual
per satuan dihitung berdasarkan jumlah produk yang dijual.
 Kuantitas atau volume penjualan yaitu perubahan laba kotor yang disebabkan
perubahan jumlah produk yang terjual dengan harga jual persatuan tetap.

Sedangkan perubahan laba kotor yang dipengaruhi oleh harga pokok penjualan adalah:
 Harga pokok penjualan, yaitu perubahan laba kotor yang terjadi karena adanya
perubahan harga pokok per satuan produk dengan anggaran kuantitas penjualan
sama.
 Kuantitas atau volume harga pokok penjualan, yaitu perubahan laba kotor yang
disebabkan karena adanya perubahan kuantitas yang dijual dengan anggaran harga
pokok satuan tetap.

Menurut Kusnadi (2001:366) faktor yang mempengaruhi perubahan laba kotor adalah:

6
1) Perubahan harga jual
2) Perubahan volume penjualan
3) Perubahan bauran produk

Perubahan laba kotor dari tahun ke tahun perlu dianalisa untuk mengehtahui faktor-
faktor yang menyebabkan perubahan tersebut, dan para manajer harus memahami betul
setiap perubahan yang terjadi pada laba kotor dan kemungkinan sebab-sebab terjadinya
perubahan tersebut serta ditentukan cara apa yang dipelukan untuk memparbaikinya.

2.4 Manfaat Analisis Laba Kotor


Manfaat dilakukannya analisis laba kotor menurut Supriyono (1999:179) adalah
sebagai berikut: ”Analisis laba kotor adalah memecah-mecah atau membagi menjadi
bagian-bagian atau elemen-elemen yang lebih kecil dengan tujuan untuk menentukan
penyebab penyimpangan laba kotor dan untuk mengetahui hubungan antara elemen-
elemen tersebut”.
Manfaat analisis laba kotor menurut Dwi Prastowo (2005:210) adalah. “Analisis laba
kotor berguna untuk mengukur kinerja dengan membandingkan antara apa yang
sesungguhnya terjadi dengan apa yang semestinya terjadi”.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa manfaat dilakukannya analisis laba kotor adalah
untuk membandingkan antara anggaran laba kotor dengan realisasinya, karena dengan
cara itu dapat digunakan untuk mengukur kinerja dengan cara membandingkan apa yang
sesungguhnya terjadi dengan apa yang semestinya terjadi selain itu juga manfaat analisis
laba kotor adalah sebagai metode atau alat yang digunakan manajemen dalam menilai
dan mengevaluasi operasi atau aktivitas perubahan terhadap penjualan dan biaya agar
tidak menyimpang dari yang direncanakan manajemen.
A. Analisis Laba Kotor Atas Dasar Anggaran Dan Biaya Standar
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam menganalisis perubahan
laba kotor, pembandingan dapat dilakukan antara laba kotor yang dianggarkan dan
realisasi laba kotor untuk periode berjalan.

7
Analisis Laba Kotor untuk Satau Jenis Produk (Single Produk
Contoh kasus PT Magista Putra yang menjual satu jenis produk. Berikut ini
disajikan data perubahan (selisih) laba kotor dan data biaya per unit PT Magista
Putra untuk tahun2010, baik yang dianggarkan maupun yang direalisir :

Data Laba Kotor

Anggaran Realisasi Selisih %


Penjualan Rp 750.000 Rp 768.000 Rp 18.000 2,4
Harga Pokok
600.000 616.000 (16.800) 2,8
Penjualan
Laba kotor Rp 150.000 Rp 151.200 Rp 1.200 0,8
Cost of sales ratio 80% 80,30%
Groos profit ratio 20% 19,70%
Total 100% 100%

Data Biaya Per Unit

Anggaran Realisasi Selisih


Volume (unit) 50.000 48.000 2.000
Harga jual Rp 15,00 Rp 16,00 Rp 1,00
Harga pokok 12,00 12,85 0,85
Laba kotor 3,00 3,15 0,15

Dari data ini dapat dilihat bahwa dibanding anggaran, penjualan realisasi 2,4%
lebih tinggi (naik). Sedangkan harga pokok penjualannya 2,8% lebih tinggi dibanding
anggarannya (naik). Oleh karena itu groos profit ratio mengalami penurunan dari
20% menjadi 19,70%. Penurunan laba kotor sebesar Rp 1.200,00 ini menunjukkan
penurunan 0,8% dari yang dianggarkan. Jumlah laba kotor harus cukup tinggi untuk
dapat menutup biaya pemasaran., biaya administrasi umum, dan biaya lainnya,
termasuk pajak. Laba kotor juga harus cukup tinggi untuk dapat menutup jumlah laba
yang terkendali (untuk pusat laba) atau jumlah laba yang terkendali (untuk pusat
investasi).

8
Dua angka ratio penting yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan
perubahan laba kotor adalah cost of sales ratio dan gross profit ratio. Setiap
perubahan pada cost of sales ratio dan gross profit ratio tersebut harus dianalisis lebih
jauh ke dalam kemungkinan selisih-selisih berikut ini :
1) Selisih volume (volume variance) : apabila volume penjualan mengalami
perubahan, maka total penjualan dan total harga pokok penjualan juga berubah,
sehingga laba kotor berubah.
2) Selisih harga jual (sales price variance) : apabila harga jual per unit mengalami
perubahan, maka total penjualan juga berubah, sehingga laba kotor berubah.
3) Selisih harga pokok (cost price variance) : apabila harga pokok penjualan per
unit mengalami perubahan, maka total harga pokok penjualan juga berubah,
sehingga laba kotor berubah.

Perhitungan Selisih Volume

Volume penjualan dianggarkan : (A) 50.000 unit


Volume penjualan direalisir: (B) 48.000 unit
Selisih volume dalam unit: (D) = (A)-(B) 2000 unit
Laba kotor per unit dianggarakan: (E) Rp 3,00
Selisih volume penjualan (D) x (E) Rp 6.000,00
(Tidak menguntungkan)

Selisih volume sebesar Rp 6.000,00 tidak menguntungkan ini (karena volume


yang sesungguhnya dijula 2.000 unit lebih rendah dari yang dianggarkan)
menunjukkan kegagalan manajer departemen produksi untuk menghasilkan tingkat
aktivitas produktif yang semestinya dihasilkan, atau kegagalan manajer pemasaran
untuk menghasilkan tingkat aktivitas penjualan yang semestinya dihasilkan.

Perhitungan Selisih Harga Jual


Harga jual per unit dianggarkan : (A) Rp 15,00
Harga jual per unit direalisir: (B) 16,00
Selisih Harga jual per unit : (D) = (A)-(B) Rp 1,00
Volume penjualan realisasi : (E) 48.000 unit
Selisih harga jual (D) x (E) Rp 48.000,00
(Menguntungkan)

9
Selisih harga jual sebesar Rp48.000,00 menguntungkan ini menunjukkan
keberhasilan manajer pemasaran dalam meningkatkan total penjulan dengan cara
menaikkan harga jual per unit. Ini juga meyakinkan bahwa selisih volume penjulan
Rp6.000,00 tidak menguntungkan (karena volume sesungguhnya dijual 2.000 unit
lebih rendah dari yang dianggarkan) disebabkan adanya kenaikan harga jual per unit.

Selisih harga jual Rp48.000,00 menguntungkan ini cukup besar untuk dapat
mengompensasi selisih volume penjualan Rp6.000,00 tidak menguntungkan. Dengan
demikian, untuk saat ini strategi yang digunakan oleh manajer pemasaran dengan
menaikkan harga jual per unit cukup berhasil, khususnya dalam usahanya
meningkatkan total penjualan.

Perhitungan Selisih Harga Pokok

Harga pokok per unit dianggarkan : (A) Rp 12,00


Harga pokok per unit direalisir: (B) 12,85
Selisih Harga pokok per unit : (D) = (A)-(B) Rp 0,85
Volume penjualan realisasi : (E) 48.000 unit
Selisih harga pokok (D) x (E) Rp 40.800,00
(Tidak Menguntungkan)

Selisih harga pokok sebesara Rp40.800,00 tidak menguntungkan ini


menunjukkan kegagalan manajer departemen produksi dalam menjaga pengendalian
yang ketat atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik
Dengan demikian, total perubahan (selisih) laba kotor sebesar Rp1.200,00
menguntungkan dapat diringkas sebagai berikut:

Selisih volume Rp 6.000,00 Tidak Menguntungkan


Selisih harga jual 48.000,00 Menguntungkan
Selisih harga pokok 40.800,00 Tidak Menguntungkan
Selisih laba kotor Rp 1.200,00 Menguntungkan

10
Analisis Laba Kotor untuk Banyak Produk (Multiple-Product)

Perbedaan mendasar antara analisis laba kotor pada single product dan
multiple product terletak pada selisih volume. Pada analisis untuk multiple product,
selisih volume dipecah ke dalam selisih volume final (“pure” volume variance) dan
selisih komposisi (“mix” variance) jika produk-produk tersebut adalah substitusi.
Untuk menjelaskan analisis laba kotor ini digunakan contoh kasus analisis perubahan
laba kotor PT Citra Bumi Damai yang memproduksi dan menjual dua macam produk
yaitu produk P dan Q.
Anggaran laba kotor PT Citra Bumi Damai pada halaman berikut didasarkan
pada anggaran total pasar industry sebesar Rp63.000.000,00. Pada kondisi ini pangsa
pasar yang dianggarkan adalah 20% (Rp12.600.000,00/Rp.63.000.000,00). Sedangkan
realisasi total pasar industri adalah Rp85.000.000,00. Pangsa pasar realisasi pada
periode tersebut adalah 15% (Rp12.750.000,00/Rp85.000.000,00).
Apabila perusahaan mampu mencapai pangsa pasar seperti yang dianggarkan,
maka dengan total pasar industri realisasi (Rp85.000.000,00) yang lebih besar
dibanding pasar industri dianggarkan (Rp63.000.000,00), semestinya laba kotor
realisasi lebih besar dibanding laba kotor yang dianggarkan. Kenyataannya, laba kotor
yang direalisir sama dengan laba kotor yang dianggarkan, seperti tampak pada tabel
berikut:
Jenis Laba Kotor Selisih Laba
L/R
Produk Anggaran Realisasi Kotor
P Rp 2.300.000 Rp 2.700.000 Rp 400.000L L
Q 3.600.000 3.200.000 400.000R R
Rp 5.900.000 Rp 5.900.000 -0- -

ANGGARAN LABA KOTOR


Unit Harga Pokok
Penjualan Dianggarkan Laba Kotor Dianggarkan
Jenis Terjual Dianggarkan
Produk Dianggarka Harga/ Harga/
Total Total Per Unit Total %
n Unit Unit
P 10.000 unit Rp480,00 Rp4.800.000,00 Rp250,00 Rp2.500.000,00 Rp230,00 Rp2.300.000,00 48%

Q 15.000 unit 520,00 7.800.000,00 280,00 4.200.000,00 240,00 3.600.000,00 46%

Total 25.000 unit Rp504,00* Rp12.600.000,00 Rp268,00* Rp6.700.000,00 Rp236,00* Rp5.900.000,00 47%

*Rata-rata tertimbang (total rupiah dibagi total unit terjual)

11
REALISASI LABA KOTOR
Unit Penjualan Realisasi Harga Pokok Realisasi Laba Kotor Realisasi
Jenis
Terjual Harga/ Harga/
Produk Total Total Per Unit Total %
Realisasi Unit Unit
P 15.000 unit Rp450,00 Rp6.750.000,00 Rp270,00 Rp4.050.000,00 Rp180,00 Rp2.700.000,00 48%

Q 10.000 unit 600,00 6.000.000,00 280,00 2.800.000,00 320,00 3.200.000,00 53%

Total 25.000 unit Rp510,00* Rp12.750.000,00 Rp274,00* Rp6.850.000,00 Rp236,00* Rp5.900.000,00 46%

*Rata-rata tertimbang (total rupiah dibagi total unit terjual)


Analisis terhadap laba kotor yang dianggarkan dan yang realisir secara rinci dilakukan
untuk selisih-selisih berikut:
1) Selisih harga jual (sales price variance)
2) Selisih volume penjulan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga
pokok (cost volume variance) yang dipecah ke dalam selisih :
 Selisih volume penjualan final (final sales volume variance) , dan
 Selisih komposisi penjualan (sales mix variance).
3) Selisih harga-harga pokok (cost price variance)

SELISIH HARGA JUAL


Harga/Unit Harga/Unit Volume Selisih
Produk L/R
Anggaran Realisasi Realisasi Harga Jual
P Rp 480,00 Rp 450,00 15.000 Rp 450.000 R
Q 520,00 600,00 10.000 800.000 L
Total Rp 350.000 L

Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih harga jual produk Q


menguntungkan (laba), sementara untuk produk P tidak menguntungkan (rugi).

SELISIH HARGA POKOK


Harga Harga
Selisih
Pokok Per Pokok Per Volume
Produk Harga L/R
Unit Unit Realisasi
Pokok
Anggaran Realisasi
P Rp 250,00 Rp 270,00 15.000 Rp 300.000 R
Q 280,00 280,00 10.000 -0- -
Total Rp 300.000 R

12
Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih harga pokok untuk produk P tidak
menguntungkan (rugi), sementara untuk produk Q tidak terjadi selisih (realisasi
mampu mencapai anggaran). Secara keseluruhan, selisih harga pokok bersifat tidak
menguntungkan.

SELISIH VOLUME
Volume Volume Laba Kotor Selisih
Produk L/R
Anggaran Realisasi Anggaran Volume
10.000 15.000 Rp 230,00 Rp L
P
1.150.000
Q 15.000 10.000 240,00 1.200.000 R
Total Rp 500.000 R
Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih volume untuk produk P
menguntungkan (laba), sementara untuk produk Q selisihnya tidak menguntungkan
(rugi).
Laba kotor rata-rata anggaran dihitung dengan cara sebagai berikut :
Total laba kotor dianggarkan
=
Total unit dianggarkan

Rp5.900.000,00
=
25.000

= Rp236,00 per unit

Sedangkan selisih volume final (“pure” final volume variance) dihitung dengan cara
sebagai berikut :

SELISIH VOLUME FINAL


(Produk substitusi)
Volume Volume Laba Kotor Selisih
Produk L/R
Anggaran Realisasi Anggaran Volume
P 10.000 15.000 Rp 236,00 Rp L

13
1.180.000
Q 15.000 10.000 236,00 1.180.000 R
Total Rp -0- -

Pada satu sisi, selisih volume final untuk produk P menguntungkan, sementara pada sisi lain
selisih volume final produk Q tidak menguntungkan.

Selisih komposisi produk dihitung dengan cara sebagai berikut :

Selisih
Volume Volume Selisih
Produk Laba Kotor L/R
Anggaran Realisasi Volume
Anggaran
P 10.000 15.000 Rp 600,00 Rp 30.000 R
Q 15.000 10.000 -4,00 20.000 R
Total Rp 50.000 R
*) Produk P= Rp236,00-Rp230,00 = Rp6,00
Produk Q= Rp236,00-Rp240,00 = -Rp4,00

Selisih harga jual, harga pokok, volume penjualan, volume penjualan final dan selisih
komposisi tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut (dengan asumsi produk P dan Q
adalah produk substitusi):

Selisih Produk P Produk Q Total


Harga jual Rp 450.000 R Rp 800.000 L Rp 350.000 L
Harga pokok 300.000 R -0- 300.000 R
Volume final 1.180.000 L 1.180.000 R -0-
Komposisi 30.000 R 20.000 R 50.000 R
RP 400.000 L Rp 400.000 R -0-
R=Tidak menguntungkan (rugi)
L=Menguntungkan (laba)

Selisih volume final sebesar Rp0,00 tersebut lebih jauh dapat dipecah ke dalam selisih pasar
industri dan selisih bagian pasar (pangsa pasar), dengan cara perhitungan sebagai berikut :

14
SELISIH PASAR INDUSTRI

Total penjualan industri-anggaran Rp 63.000.000


Total penjualan industri-realisasi 85.000.000
Selisih penjualan industry Rp 22.000.000
(Bagian pasar x % laba kotor)-anggaran : 20% x 46,83% 0.09365
Selisih pasar industry Rp 2.060.318
(laba)

SELISIH BAGIAN PASAR

Laba kotor pada penjualan realisasi,


bila bagian pasar, % laba kotor seperti anggaran:
=Rp85.000.000 x 20% x 46,83% Rp 7.960.318
Laba kotor pada penjualan dan bagian pasar
Realisasi (komposisi dan % laba kotor seperti anggaran) : Rp 5.900.000
=25.000 x Rp236,00
Selisih bagian pasar Rp 2.060.318
(rugi)

Selisih pasar industri menguntungkan, yang berarti bahwa realisasi total penjualan
industri lebih besar dibanding total penjulan industri yang dianggarkan.

ANALISIS LABA KOTOR ATAS DASAR DATA PERIODE YANG LALU


Analisis Laba Kotor Untuk Satu Jenis Produk
Berikut disajikan data laba kotor yang diperoleh dari laporan rugi-laba komparatif PT
Bina Putera Sejahtera untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009 dan 2010:

2009 2010
Unit Total Unit Total
Penjualan 2.000 Rp 6.000.000 2.200 Rp 6380.000
Harga pokok penjualan 2.000 5.000.000 2.200 6.050.000
Laba kotor 1.000.000 Rp 330.000

15
Selisih harga jual,harga pokok, dan volume penjualan dihitung sebagai berikut :

Penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Rp 6.380.000


Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 :
2.200 x Rp3.000,00 6.600.000
Selisih harga jual Rp 220.000
(Rugi)

Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Rp 6.600.000


Penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 6.000.000
Selisih volume penjualan Rp 600.000
(Laba)

Selisih harga jual terjadi, karena harga jual per unit tahun 2010 (sebagai harga realisasi) tidak
sama dengan harga jual per unit tahu 2009 (sebagai standar). Oleh karena harga realisasi
(Rp2.900,00) lebih kecil dari harga standar (Rp3.000,00), maka selisih harga jualnya tidak
menguntungkan (rugi).

Selisih volume penjualan terjadi karena volume penjualan tahun 2010 (realisasi) tidak sama
dengan volume tahun 2009 (standar). Oleh karena volume realisasi (2.200 nit) lebih besar
disbanding volume standar (2.000 unit), maka selisih volumenya menguntungkan (laba).

SELISIH HARGA POKOK DAN VOLUME HARGA POKOK

Harga pokok penjualan tahun 2010 Rp 6.050.000


Harga pokok penjualan tahun 2010
pada harga pokok tahun 2009 :
2.200 x Rp2.500,00 5.500.000
Selisih harga pokok Rp 550.000
(Rugi)

Harga pokok penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Rp 5.500.000
Harga pokok penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 5.000.000
Selisih volume harga pokok Rp 500.000
(Rugi)

16
Total selisih laba kotor sebesar Rp670.000,00 tidak menguntungkan (laba kotor tahun 2008
Rp330.000,00 dibanding laba kotor tahun 2009 Rp1.000.000,00), dapat diringkas sebagai
berikut:

Harga jual Rp 220.000, Tidak Menguntungkan


Volume penjualan 600.000,00 Menguntungkan
Harga pokok 550.000,00 Tidak Menguntungkan
Volume harga pokok 500.000,00 Tidak Menguntungkan
Selisih laba kotor Rp 670.000,00 Tidak Menguntungkan

Analisis Laba Kotor untuk Banyak Produk (Multiple Product)

Berikut ini disajikan sebagian data laba kotor yang diperoleh dari laporan rugi-laba
komparatif PT Bina Puteri Sejati untuk tahun yang berakhir 31 desember 2009 dan 2010 :

2009 2010 Perubahan


Penjualan (bersih) Rp 1.420.000 Rp 1.418.000 Rp 2.000
Harga okok penjualan 1.157.000 1.217.500 60.000
Laba kotor Rp 262.500 Rp 200.500 Rp 62.000

Disbanding tahun 2009, penjualan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp2.000,00 dan
harga pokok penjualan meningkat dengan Rp60.000,00, sehingga laba kotor mengalami
penurunan sebesar Rp62.000,00.

Dari berbagai catatan yang berhasil didapat, diperoleh tambahan data tentang harga jual per
unit, harga pokok per unit, dan volume penjualan sebagai berikut :

Volume Penjualan tahun 2009 HPP 2010


Produk
(unit) Per unit Total Per unit Total
X 6.000 Rp150,00 Rp 900.000 Rp 120,00 Rp 720.000
Y 3.500 120,00 420.00 100,00 350.000
Z 1.000 100,00 100.000 87,50 87.500
Rp 1.420.000 Rp 1.156.500

17
Volume Penjualan tahun 2009 HPP 2010
Produk
(unit) Per unit Total Per unit Total
X 5.000 Rp160,00 Rp 800.000 Rp 140,00 Rp 700.000
Y 4.200 120,00 504.00 97,50 409.500
Z 1.200 95,00 114.000 90,00 108.000
Rp 1.418.000 Rp 1.217.500

Analisis selisih penjualan ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai


berikut:

1. Menghitung selisih harga jual dan volume penjualan


2. Menghitung selisih harga pokok dan volume harga pokok
3. Selisih volume penjualan dan volume harga pokok dianalisis lebih jauh ke dalam
selisih:
a. Selisih komposisi, dan
b. Selisih volume final
SELISIH HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN

Penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Rp 1.418.000


Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 :
X: 5.000 x Rp150,00 : Rp750.000
Y: 4.200 x Rp120,00 : Rp504.000
Z: 1.200 x Rp100,00 : Rp120.000 1.374.000
Selisih harga jual Rp 44.000
(Laba)

Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Rp 1.374.000


Penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 1.420.000
Selisih volume penjualan Rp 46.000
(Rugi)

18
SELISIH HARGA POKOK DAN VOLUME HARGA POKOK

Harga pokok penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Rp 1.217.500


Penjualan tahun 2010 pada harga pokok tahun 2009 :
X: 5.000 x Rp120,00 : Rp 600.000
Y: 4.200 x Rp100,00 : Rp 420.000
Z: 1.200 x Rp 87,50 : Rp 105.000 1.125.000
Selisih harga pokok Rp 92.500
(Rugi)

Penjualan tahun 2010 pada harga pokok penjualan 2009 Rp 1.125.000


Harga pokok penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 1.157.000
Selisih volume harga pokok Rp 32.500
(Laba)
Hasil analisis ini telah dapat menjelaskan alasan atau sebab-sebab penurunan laba
kotor sebesar Rp62.000,00 sebagai berikut:

Selisih harga jual (Laba) Rp 44.000


Selisih volume bersih terdiri atas:
- Volume harga pokok (Laba) Rp 32.500
- Volume penjualan (Rugi) 46.000
Selisih volume bersih (Rugi) Rp 13.500
Rp30.500
Kurang: selisih harga pokok (Rugi) 92.500
Penurunan bersih laba kotor Rp 62.000

Selisih volume bersih Rp13.500,00 tidak menguntungkan (rugi) merupakan kombinasi


dari selisih volume penjualan Rp46.000,00 (tidak menguntungkan) dan selisih volume
harga pokok Rp32.500,00 menguntungkan (laba). Selisih bersih ini harus dianalisis lebih
jauh untuk menentukan selisih komposisi dan selisih volume final. Untuk dapat
melakukan analisis ini, harus dihitung lebih dahulu laba kotor rata-rata standar (tahun
2009), dengan cara sebagai berikut :

Total laba kotor tahun 2009 (standar)


=
Total unit yang dijual tahun 2009

19
Rp262.500,00
=
10.500

= Rp25,00 per unit

Laba kotor rata-rata per unit produk yang dijual tahun 2009 Rp25,00 ini bila dikalikan
dengan jumlah unit yang dijual tahun 2010 (10.400 unit), akan menghasilkan laba kotor
sebesar Rp260.000,00, yang merupakan laba kotor yang akan dicapai bila semua unit
tersebut dijual pada laba kotor rata-rata per unit tahun 2009.
Selisih komposisi dan selisih volume final dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

SELISIH KOMPOSISI
Penjualan tahun 2010 pada harga jual 2009 Rp 1.374.000
Penjualan tahun 2010 pada harga pokok 2009 1.125.000
Selisih Rp 249.000
Penjualan tahun 2010 pada laba kotor rata-rata 2009 260.000
Selisih komposisi Rp 11.000
(Rugi)

SELISIH VOLUME FINAL


Penjualan tahun 2010 pada laba kotor rata-rata 2009 Rp 260.000
Penjualan 2009 (standar) Rp1.420.000
Harga pokok penjualan 2009 1.157.000
Selisih Rp 262.500
Selisih volume final 2.500
(Rugi)

Cek:
Selisih komposisi Rp11.000,00 (Rugi)
Selisih Volume final Rp 2.500,00 (Rugi)
Selisih volume bersih Rp13.500,00 (Rugi)
Selisih komposisi dan selisih volume final tersebut juga dapat dihitung dengan cara
sebgai berikut :

20
Penjualan tahun 2010 pada
Laba kotor per Selisih
Produk Komposisi tahun
Unit 2009 komposisi
2010 2009
X 5.000 unit 5.943 unit Rp 30,00 Rp 28.285 R
Y 4.200 unit 3.467 unit 20,00 14.660 L
Z 1.200 unit 990 unit 12,50 2.625 L
Total 10.400 unit 10.400 unit Rp 11.000 R

SELISIH VOLUME FINAL


Total penjualan 2010 (dalam unit) 10.400 unit
Total penjualan 2009 (dalam unit) 10.500 unit
Selisih penjualan (dalam unit) 100 unit
Laba kotor rata-rata 2009 Rp 25,00
Selisih volume final Rp 2.500
(Rugi)

21
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Ringkasan-ringkasan dan analisis sebelumnya telah memberikan cukup motivasi bagi
manajemen untuk memulai suatu pemeriksaan, yang akan membawa kepada berbagai
kemungkinan tindakan koreksi, khususnya analisis yang menunjukkan perbedaan tidak
menguntungkan (rugi) antara anggaran dan realisasi. Sebagai contoh, bila terjadi
penurunan dari penjualan yang dianggarkan dari produk yang memiliki laba tinggi, maka
perlu disarankan untuk melakukan peningkatan biaya iklan pada periode berikutnya, agar
dapat menutup kembali penurunan penjualan tersebut.
Analisis laba kotor yang didasarkan pada anggaran atau biaya standar dapat
memberikan gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode tersebut. Dengan
demikian, manajemen akan mampu untuk menguraikan tindakan-tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk mengoreksi situasi. Laba kotor menjadi tanggung jawab bersama
dari fungsi pemasaran dan fungsi produksi. Analisis laba kotor membawa bersama kedua
fungsi tersebut dan meyakinkan perlunya dilakukan studi lebih lanjut oleh keduanya.
Fungsi pemasaran harus dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada
harga jual per unit, pergeseran komposisi penjualan dan penurunan total unit yang dijual,
sementara fungsi produksi harus mempertanggungjawabkan terjadinya kenaikan harga
pokok. Agar lebih bernilai, selisih harga pokok harus dianalisis lebih lanjut untuk dapat
menentukan selisih-selisih yang terjadi pada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik.

22
DAFTAR PUSTAKA

 Munawir. S Analisa Laporan Keuangan. Liberty.. Liberty. Yogyakarta. 2004


 http://yana-anggraini.blogspot.com/2013/06/perubahan-laba-kotor_4.html

23

Anda mungkin juga menyukai