Disusun Oleh :
Nama : Riski Jayanti
No. DP : 1934031140
Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Krisnadwipayana
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis
Laba Kotor. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Laporan Keuangan
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....………………............………………………….i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Laba Kotor..............................................................3
2.2 Pengertian dan Pentingnya Analisis Laba Kotor......................4
2.3 Faktor – Faktor Analisis Laba Kotor........................................6
2.4 Manfaat Analisis Laba Kotor...................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Efesiensi dan Efektivitas Manajamen
4. Bidang- bidang Manajamen
5. Tingakatan Manager dan Tanggung Jawab
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa paham mengenai
Arti Manajemen dan Organisasi yang diharapkan dapat juga bermanfaat bagi para
pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Sistematika Penulisan
Agar makalah ini dapat dipahami pembaca, maka penulis membuat sistematika penulisan
makalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan berisikan latar belakang mengenai pengertian Manajamen,
identifikasi masalah yang belum masayarakat ketahui mengenai Manajamen,
tujuan dibuatnya makalah, dan sistematika penulisan.
BAB II Teori Pengertian, Fungsi dan Tujuan Manajamen
Bab ini menjelaskan tentang pengertian Manajamen, Fungsi Manajamen, Unsur-
unsur Organisasi, Bidang-bidang Manajamen
BAB IV Kesimpulan
Kesimpulan merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap perusahaan tidak akan terlepas dari kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan
perusahaan, yaitu untuk menghasilkan laba. Walaupun laba bukan merupakan tujuan
satu-satunya, namun laba sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan dan untuk memperoleh kepercayaan dari investor dan kreditor.
Laba menurut Zaki Baridwan (1997:30) adalah: Kenaikan modal (aktiva bersih) yang
berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan
usaha, dan dari semua transaksi kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama
suatu periode kecuali yang timbul dari penjualan aktiva tetap.
Sedangkan pengertian laba menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:267) adalah: “Laba
adalah perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yangtimbul dari transaksi pada
periode tertentu yang dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode
tersebut”. Keberhasilan manajemen di dalam jangka pendek dapat dilihat apakah laba
yang diperoleh lebih besar atau lebih kecil jika dibandingkan dengan rencana laba yang
semula ingin dicapai. Salah satu indikasi untuk mengetahui apakah suatu kegiatan
perusahaan menguntungkan atau tidak dapat dilihat dari besar kecilnya. Definisi laba
kotor menurut Supriyono (1999:177) adalah: “Laba kotor merupakan selisih antara hasil
penjualan netto dikurangi harga pokok barang yang dijual”. Menurut Dwi Prastowo
(2005:209) pengertian laba kotor adalah: ”Selisih antara harga pokok penjualan dan
penjualan “. Dari definisi di atas maka dapat dilihat bahwa laba kotor perusahaan dalam
hal ini dapat dihitung dengan mempertemukan pendapatan atau penjualan dikurangi
dengan harga pokok penjualan.
3
2.2 Pengertian dan Pentingnya Analisis Laba Kotor
A. Pengertian Analisis Laba Kotor
Analisis laba kotor merupakan suatu proses yang kontinu (berkesinambungan)
dan intensif. Analisis laba kotor dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti
yangdilakukan pada analisis biaya standar, meskipun biaya standar atau anggaran
tidak diperlukan (bukan menjadi keharusan).
Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh satu atau kombinasi dari perubahan
atau perbedaan berikut ini :
1 Perubahan atau perbedaan pada harga jual per unit produk, yang disebut dengan
selisih harga jual (sales price variance).
2 Perubahan atau perbedaan pada volume produk yang dijual, yaitu selisih volume
penjualan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga pokok (cost
volume variance) yang mencakup :
1. Perubahan atau perbedaan pada jumlah unit fisik yang dijual, yang disebut
selisih volume penjualan final (final sales volume variance), dan
2. Perubahan atau perbedaan pada jenis produk yang dijual, atau sering disebut
komposisi produk (produk mix) atau komposisi penjualan (sales mix), yang
disebut selisih komposisi penjualan (sales mix variance).
3. Perubahan atau perbedaan pada elemen-elemen biaya, seperti biaya bahan, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead, yang disebut selisih harga pokok (cost price
variance).
Di dalam menganalisis perubahan laba kotor, pembandingan dapat dilakukan antara
anggaran dan realisasi untuk periode berjalan; atau antara realisasi periode berjalan
dan periode sebelumnya.
Salah satu alat Bantu manajemen perusahaan yang dapat digunakan adalah
analisis laba kotor di mana analisis kotor ini digunakan untuk mengevaluasi
penjualan dan menganalisis hasil pelaksanaan atau aktivitas penjualan dalam
perusahaan, dengan cara membandingkan antara anggaran laba kotor yang disusun
dengan realisasi yang terjadi sehingga dapat diketahui hasil yang telah diperoleh
perusahaan.
Pengertian laba kotor menurut Supriyono (1999:179) adalah: “Memecah-
mecah atau membagi bagian-bagian atau elemen-elemen yang lebih kecil dengan
4
tujuan untuk menentukan penyebab penyimpangan laba kotor dan untuk mengetahui
hubungan antara elemen-elemen tersebut”. Menurut Kusnadi (2001:365) mengatakan
bahwa: ”Analisis laba kotor merupakan proses analisis yang berkelanjutan dan harus
dilaksanakan secara intensif”. Sedangkan menurut Dwi Prastowo (2005:209) yang
dimaksud dengan analisis laba kotor adalah: “Analisis laba kotor merupakan suatu
proses yang kontinu dan intensif”. Dari uraian di atas, maka dapat kita lihat bahwa
analisis laba kotor digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan atau
penyimpangan-penyimpangan antara anggaran laba kotor dengan realisasinya.
5
apakah menguntungkan atau merugikan. Analisis laba kotor merupakan bagian dari
analisis laba. Berdasarkan uraian di atas perubahan laba kotor dipengaruhi oleh
elemen penjualan dan harga pokok penjualan, maka dari itu perlu dilakukan analisis
terhadap perubahan laba kotor antara anggaran laba kotor dengan realisasi laba kotor.
Hal ini dilakukan untuk membantu manajemen menilai, mengevaluasi aktivitas
penjualan dan melakukan tindakan untuk menunjang aktivitas yang berhubungan
dengan penjualan.
Perubahan laba kotor yang disebabkan oleh penjualan ditentukan oleh besarnya:
Harga jual satuan yaitu perubahan yang disebabkan oleh perubahan dalam harga jual
per satuan dihitung berdasarkan jumlah produk yang dijual.
Kuantitas atau volume penjualan yaitu perubahan laba kotor yang disebabkan
perubahan jumlah produk yang terjual dengan harga jual persatuan tetap.
Sedangkan perubahan laba kotor yang dipengaruhi oleh harga pokok penjualan adalah:
Harga pokok penjualan, yaitu perubahan laba kotor yang terjadi karena adanya
perubahan harga pokok per satuan produk dengan anggaran kuantitas penjualan
sama.
Kuantitas atau volume harga pokok penjualan, yaitu perubahan laba kotor yang
disebabkan karena adanya perubahan kuantitas yang dijual dengan anggaran harga
pokok satuan tetap.
Menurut Kusnadi (2001:366) faktor yang mempengaruhi perubahan laba kotor adalah:
6
1) Perubahan harga jual
2) Perubahan volume penjualan
3) Perubahan bauran produk
Perubahan laba kotor dari tahun ke tahun perlu dianalisa untuk mengehtahui faktor-
faktor yang menyebabkan perubahan tersebut, dan para manajer harus memahami betul
setiap perubahan yang terjadi pada laba kotor dan kemungkinan sebab-sebab terjadinya
perubahan tersebut serta ditentukan cara apa yang dipelukan untuk memparbaikinya.
7
Analisis Laba Kotor untuk Satau Jenis Produk (Single Produk
Contoh kasus PT Magista Putra yang menjual satu jenis produk. Berikut ini
disajikan data perubahan (selisih) laba kotor dan data biaya per unit PT Magista
Putra untuk tahun2010, baik yang dianggarkan maupun yang direalisir :
Dari data ini dapat dilihat bahwa dibanding anggaran, penjualan realisasi 2,4%
lebih tinggi (naik). Sedangkan harga pokok penjualannya 2,8% lebih tinggi dibanding
anggarannya (naik). Oleh karena itu groos profit ratio mengalami penurunan dari
20% menjadi 19,70%. Penurunan laba kotor sebesar Rp 1.200,00 ini menunjukkan
penurunan 0,8% dari yang dianggarkan. Jumlah laba kotor harus cukup tinggi untuk
dapat menutup biaya pemasaran., biaya administrasi umum, dan biaya lainnya,
termasuk pajak. Laba kotor juga harus cukup tinggi untuk dapat menutup jumlah laba
yang terkendali (untuk pusat laba) atau jumlah laba yang terkendali (untuk pusat
investasi).
8
Dua angka ratio penting yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan
perubahan laba kotor adalah cost of sales ratio dan gross profit ratio. Setiap
perubahan pada cost of sales ratio dan gross profit ratio tersebut harus dianalisis lebih
jauh ke dalam kemungkinan selisih-selisih berikut ini :
1) Selisih volume (volume variance) : apabila volume penjualan mengalami
perubahan, maka total penjualan dan total harga pokok penjualan juga berubah,
sehingga laba kotor berubah.
2) Selisih harga jual (sales price variance) : apabila harga jual per unit mengalami
perubahan, maka total penjualan juga berubah, sehingga laba kotor berubah.
3) Selisih harga pokok (cost price variance) : apabila harga pokok penjualan per
unit mengalami perubahan, maka total harga pokok penjualan juga berubah,
sehingga laba kotor berubah.
9
Selisih harga jual sebesar Rp48.000,00 menguntungkan ini menunjukkan
keberhasilan manajer pemasaran dalam meningkatkan total penjulan dengan cara
menaikkan harga jual per unit. Ini juga meyakinkan bahwa selisih volume penjulan
Rp6.000,00 tidak menguntungkan (karena volume sesungguhnya dijual 2.000 unit
lebih rendah dari yang dianggarkan) disebabkan adanya kenaikan harga jual per unit.
Selisih harga jual Rp48.000,00 menguntungkan ini cukup besar untuk dapat
mengompensasi selisih volume penjualan Rp6.000,00 tidak menguntungkan. Dengan
demikian, untuk saat ini strategi yang digunakan oleh manajer pemasaran dengan
menaikkan harga jual per unit cukup berhasil, khususnya dalam usahanya
meningkatkan total penjualan.
10
Analisis Laba Kotor untuk Banyak Produk (Multiple-Product)
Perbedaan mendasar antara analisis laba kotor pada single product dan
multiple product terletak pada selisih volume. Pada analisis untuk multiple product,
selisih volume dipecah ke dalam selisih volume final (“pure” volume variance) dan
selisih komposisi (“mix” variance) jika produk-produk tersebut adalah substitusi.
Untuk menjelaskan analisis laba kotor ini digunakan contoh kasus analisis perubahan
laba kotor PT Citra Bumi Damai yang memproduksi dan menjual dua macam produk
yaitu produk P dan Q.
Anggaran laba kotor PT Citra Bumi Damai pada halaman berikut didasarkan
pada anggaran total pasar industry sebesar Rp63.000.000,00. Pada kondisi ini pangsa
pasar yang dianggarkan adalah 20% (Rp12.600.000,00/Rp.63.000.000,00). Sedangkan
realisasi total pasar industri adalah Rp85.000.000,00. Pangsa pasar realisasi pada
periode tersebut adalah 15% (Rp12.750.000,00/Rp85.000.000,00).
Apabila perusahaan mampu mencapai pangsa pasar seperti yang dianggarkan,
maka dengan total pasar industri realisasi (Rp85.000.000,00) yang lebih besar
dibanding pasar industri dianggarkan (Rp63.000.000,00), semestinya laba kotor
realisasi lebih besar dibanding laba kotor yang dianggarkan. Kenyataannya, laba kotor
yang direalisir sama dengan laba kotor yang dianggarkan, seperti tampak pada tabel
berikut:
Jenis Laba Kotor Selisih Laba
L/R
Produk Anggaran Realisasi Kotor
P Rp 2.300.000 Rp 2.700.000 Rp 400.000L L
Q 3.600.000 3.200.000 400.000R R
Rp 5.900.000 Rp 5.900.000 -0- -
Total 25.000 unit Rp504,00* Rp12.600.000,00 Rp268,00* Rp6.700.000,00 Rp236,00* Rp5.900.000,00 47%
11
REALISASI LABA KOTOR
Unit Penjualan Realisasi Harga Pokok Realisasi Laba Kotor Realisasi
Jenis
Terjual Harga/ Harga/
Produk Total Total Per Unit Total %
Realisasi Unit Unit
P 15.000 unit Rp450,00 Rp6.750.000,00 Rp270,00 Rp4.050.000,00 Rp180,00 Rp2.700.000,00 48%
Total 25.000 unit Rp510,00* Rp12.750.000,00 Rp274,00* Rp6.850.000,00 Rp236,00* Rp5.900.000,00 46%
12
Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih harga pokok untuk produk P tidak
menguntungkan (rugi), sementara untuk produk Q tidak terjadi selisih (realisasi
mampu mencapai anggaran). Secara keseluruhan, selisih harga pokok bersifat tidak
menguntungkan.
SELISIH VOLUME
Volume Volume Laba Kotor Selisih
Produk L/R
Anggaran Realisasi Anggaran Volume
10.000 15.000 Rp 230,00 Rp L
P
1.150.000
Q 15.000 10.000 240,00 1.200.000 R
Total Rp 500.000 R
Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih volume untuk produk P
menguntungkan (laba), sementara untuk produk Q selisihnya tidak menguntungkan
(rugi).
Laba kotor rata-rata anggaran dihitung dengan cara sebagai berikut :
Total laba kotor dianggarkan
=
Total unit dianggarkan
Rp5.900.000,00
=
25.000
Sedangkan selisih volume final (“pure” final volume variance) dihitung dengan cara
sebagai berikut :
13
1.180.000
Q 15.000 10.000 236,00 1.180.000 R
Total Rp -0- -
Pada satu sisi, selisih volume final untuk produk P menguntungkan, sementara pada sisi lain
selisih volume final produk Q tidak menguntungkan.
Selisih
Volume Volume Selisih
Produk Laba Kotor L/R
Anggaran Realisasi Volume
Anggaran
P 10.000 15.000 Rp 600,00 Rp 30.000 R
Q 15.000 10.000 -4,00 20.000 R
Total Rp 50.000 R
*) Produk P= Rp236,00-Rp230,00 = Rp6,00
Produk Q= Rp236,00-Rp240,00 = -Rp4,00
Selisih harga jual, harga pokok, volume penjualan, volume penjualan final dan selisih
komposisi tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut (dengan asumsi produk P dan Q
adalah produk substitusi):
Selisih volume final sebesar Rp0,00 tersebut lebih jauh dapat dipecah ke dalam selisih pasar
industri dan selisih bagian pasar (pangsa pasar), dengan cara perhitungan sebagai berikut :
14
SELISIH PASAR INDUSTRI
Selisih pasar industri menguntungkan, yang berarti bahwa realisasi total penjualan
industri lebih besar dibanding total penjulan industri yang dianggarkan.
2009 2010
Unit Total Unit Total
Penjualan 2.000 Rp 6.000.000 2.200 Rp 6380.000
Harga pokok penjualan 2.000 5.000.000 2.200 6.050.000
Laba kotor 1.000.000 Rp 330.000
15
Selisih harga jual,harga pokok, dan volume penjualan dihitung sebagai berikut :
Selisih harga jual terjadi, karena harga jual per unit tahun 2010 (sebagai harga realisasi) tidak
sama dengan harga jual per unit tahu 2009 (sebagai standar). Oleh karena harga realisasi
(Rp2.900,00) lebih kecil dari harga standar (Rp3.000,00), maka selisih harga jualnya tidak
menguntungkan (rugi).
Selisih volume penjualan terjadi karena volume penjualan tahun 2010 (realisasi) tidak sama
dengan volume tahun 2009 (standar). Oleh karena volume realisasi (2.200 nit) lebih besar
disbanding volume standar (2.000 unit), maka selisih volumenya menguntungkan (laba).
Harga pokok penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Rp 5.500.000
Harga pokok penjualan tahun 2009 (sebagai standar) 5.000.000
Selisih volume harga pokok Rp 500.000
(Rugi)
16
Total selisih laba kotor sebesar Rp670.000,00 tidak menguntungkan (laba kotor tahun 2008
Rp330.000,00 dibanding laba kotor tahun 2009 Rp1.000.000,00), dapat diringkas sebagai
berikut:
Berikut ini disajikan sebagian data laba kotor yang diperoleh dari laporan rugi-laba
komparatif PT Bina Puteri Sejati untuk tahun yang berakhir 31 desember 2009 dan 2010 :
Disbanding tahun 2009, penjualan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp2.000,00 dan
harga pokok penjualan meningkat dengan Rp60.000,00, sehingga laba kotor mengalami
penurunan sebesar Rp62.000,00.
Dari berbagai catatan yang berhasil didapat, diperoleh tambahan data tentang harga jual per
unit, harga pokok per unit, dan volume penjualan sebagai berikut :
17
Volume Penjualan tahun 2009 HPP 2010
Produk
(unit) Per unit Total Per unit Total
X 5.000 Rp160,00 Rp 800.000 Rp 140,00 Rp 700.000
Y 4.200 120,00 504.00 97,50 409.500
Z 1.200 95,00 114.000 90,00 108.000
Rp 1.418.000 Rp 1.217.500
18
SELISIH HARGA POKOK DAN VOLUME HARGA POKOK
19
Rp262.500,00
=
10.500
Laba kotor rata-rata per unit produk yang dijual tahun 2009 Rp25,00 ini bila dikalikan
dengan jumlah unit yang dijual tahun 2010 (10.400 unit), akan menghasilkan laba kotor
sebesar Rp260.000,00, yang merupakan laba kotor yang akan dicapai bila semua unit
tersebut dijual pada laba kotor rata-rata per unit tahun 2009.
Selisih komposisi dan selisih volume final dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
SELISIH KOMPOSISI
Penjualan tahun 2010 pada harga jual 2009 Rp 1.374.000
Penjualan tahun 2010 pada harga pokok 2009 1.125.000
Selisih Rp 249.000
Penjualan tahun 2010 pada laba kotor rata-rata 2009 260.000
Selisih komposisi Rp 11.000
(Rugi)
Cek:
Selisih komposisi Rp11.000,00 (Rugi)
Selisih Volume final Rp 2.500,00 (Rugi)
Selisih volume bersih Rp13.500,00 (Rugi)
Selisih komposisi dan selisih volume final tersebut juga dapat dihitung dengan cara
sebgai berikut :
20
Penjualan tahun 2010 pada
Laba kotor per Selisih
Produk Komposisi tahun
Unit 2009 komposisi
2010 2009
X 5.000 unit 5.943 unit Rp 30,00 Rp 28.285 R
Y 4.200 unit 3.467 unit 20,00 14.660 L
Z 1.200 unit 990 unit 12,50 2.625 L
Total 10.400 unit 10.400 unit Rp 11.000 R
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ringkasan-ringkasan dan analisis sebelumnya telah memberikan cukup motivasi bagi
manajemen untuk memulai suatu pemeriksaan, yang akan membawa kepada berbagai
kemungkinan tindakan koreksi, khususnya analisis yang menunjukkan perbedaan tidak
menguntungkan (rugi) antara anggaran dan realisasi. Sebagai contoh, bila terjadi
penurunan dari penjualan yang dianggarkan dari produk yang memiliki laba tinggi, maka
perlu disarankan untuk melakukan peningkatan biaya iklan pada periode berikutnya, agar
dapat menutup kembali penurunan penjualan tersebut.
Analisis laba kotor yang didasarkan pada anggaran atau biaya standar dapat
memberikan gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode tersebut. Dengan
demikian, manajemen akan mampu untuk menguraikan tindakan-tindakan perbaikan
yang diperlukan untuk mengoreksi situasi. Laba kotor menjadi tanggung jawab bersama
dari fungsi pemasaran dan fungsi produksi. Analisis laba kotor membawa bersama kedua
fungsi tersebut dan meyakinkan perlunya dilakukan studi lebih lanjut oleh keduanya.
Fungsi pemasaran harus dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada
harga jual per unit, pergeseran komposisi penjualan dan penurunan total unit yang dijual,
sementara fungsi produksi harus mempertanggungjawabkan terjadinya kenaikan harga
pokok. Agar lebih bernilai, selisih harga pokok harus dianalisis lebih lanjut untuk dapat
menentukan selisih-selisih yang terjadi pada biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik.
22
DAFTAR PUSTAKA
23