Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KOS-VOLUME-LABA

DISUSUN OLEH:
KADEK JULI SUWARTANA MANIK (09)
I NENGAH BASMA WIJAYA (13)
DEWA AGUNG GEDE PUTRAYASA (24)
YASTIKA AYU SAPITRI (11)
NI KADEK WIDYAWATI (03)
NI NENGAH SUJATI (05)

PROGRAM STUDI MANAGEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNMAS DENPASAR

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul Analisis Kos-Volume-Laba ini
dapat tersusun tepat waktu. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca agar ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahua n maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih.

Bangli, 21 Oktober 2017

Penulis,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i


Daftar Isi........................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II Pembahasan
2.1 Definisi analisis biaya volume laba ............................................................... 3
2.2 Asumsi Analisis Biaya Volume Laba ............................................................ 4
2.3 Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis) ........................................ 5
2.4 Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan ..................... 9
2.5 Marjin Keamanan ........................................................................................... 12

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 14
3.2 Saran .............................................................................................................. 14

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Analisis Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume Profit
Analysis (CVPA) merupakan suatu alat yang sangat tepat untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan terkait dengan biaya variable per unit, kuantitas yang
terjual, harga produk (prices of products), volume produksi, dan semua informasi
keuangan perusahaan yang terkandung di dalamnya yang sangat mempengaruhi
tingkat laba.
Analisis CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang
harus dijual untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik
impas, serta dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP
memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji
dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba.
Sementara tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang
maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan sepanjang waktu,
maka perlu dilakukan analisis terhadap biaya volume laba perusahaan. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana analisis cost volume profit (CVP)
agar manajer dapat dengan bijak mengambil keputusan yang pasti dan tidak
mengandung resiko yang dapat merugikan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi analisis biaya volume laba?
2. Bagaiman Asumsi Analisis Biaya Volume Laba?
3. Bagaimana Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)?
4. Bagaimana Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan?
5. Apa yang dimaksud dengan Marjin Keamanan?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui definisi analisis biaya volume laba

1
2. Mengetahui Asumsi Analisis Biaya Volume Laba
3. Mengetahui Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)
4. Mengetahui Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan
5. Mengetahui yang dimaksud dengan Marjin Keamanan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Analisis Biaya Volume Laba


Pengertian analisis CVP (cost volume profit) adalah analisis yang digunakan
untuk menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat
mempengaruhi pendapatan operasional (operating income) perusahaan dan
pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui, jumlah produk yang
dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan
langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu
dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan, laba
perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi lebih
besar atau lebih kecil. Suatu analisa yang menggambarkan bagaimana perubahan
biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume penjualan dan bauran penjualan akan
mempengaruhi laba perusahaaninilah yang disebut dengan analisis CVP (cost
volume profit).
Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan, misalkan dalam menetapkan harga jual produk. Proses analisis ini
memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan
bertumpukan pada pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya
perusahaan. Analisis biaya volume laba (cost profit analysis) merupakan alat yang
berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya jangka pendek,
karena analisis ini menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang dijual,
dan harga. Analisis biaya volume laba juga dapat menjadi alat yang berharga untuk
mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi yang dihadapi perusahaan
dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang diperlukan.
Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal, diantaranya
adalah :
1. Menentukan harga jual produk atau jasa.
2. Memperkenalkan produk atau jasa baru.
3. Mengganti peralatan.

3
4. Memutuskan apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam
perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan.
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh
manajemen.

2.2 Asumsi Analisis Biaya Volume Laba


Analisis biaya-volume-biaya tergantung pada sejumlah asumsi yang
membatasi. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya :
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variable ataupun biaya tetap.
Dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti biaya campuran, dapat dipilah-
pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya
konstan pada saat aktivitas berubah, dan biaya variabel per unit itidak berganti
ketika aktivitas berubah. Efisiensi dan produktivitas proses produktif serta
tenaga kerja dianggap konstan pula.
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih
dalam kisaran relavan kegiatan usaha normal.
3. Fungsi jumlah kegiatan pendapatan adalah linier dalam kisaran relavan. Harga
jual per unit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini
menyiratkan pasar yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah
pendapatan berubah sebanding dengan perubaha volume penjualan unit
produk. Harga jual rata-rata perrunit produk adalah konstan.
4. Analisisnya untuk sebuah produk atau bauran penjualan dari bermacam-
macam produk adalah konstan dalam kisaran relavan. Apabila produk-produk
mempunyai harga jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan bauran
penjualan akan mempengaruhi hasil-hasil analisis biaya-volume-laba.
5. Hanya terdapat satu pemicu biaya: volume unit produk atau rupiah penjualan.
6. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode
adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama
periode berjalan sama dengan unit yang dijual.

Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja
berubah maka hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan kesimpulan

4
yang berbada dan dapat menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Meskipun
tujuan utama dari analisis ini adalah untuk melihat hubungan diantara elemen-
elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang lainnya.
Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap,
Manajemen harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang relevan
yaitu tidak hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi.
Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per unit. Selain itu, (pada
analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat diartikan sebagai biaya tetap
yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru. Pada saat
biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan menjadi biaya total, dapat diasumsikan
dengan analisis cost volume profit bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear
pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak
relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya diharapkan meningkat
mendekati tingkat yang linear.
Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat
diterapkan dalam banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa,
memperkenalkan produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan apakah
produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari
luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu
dipilih oleh manajemen.

2.3 Analisis Titik Impas (Break-Even Point Analysis)


Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak
mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat
didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau
sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Tujuan
analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan dan
hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya.
Perusahaan tidak mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas. Oleh
karena itu hanya penjualan, biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai untuk
menghitung titik impas. Titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja
yang diharapkan, namun titik impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan

5
yang disyariatkan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik
impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh
perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting ketika sebuah perusahaan
memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru. Dalam kedua
kondisi tersebut, Perusahaan harus mengawasi secara hati-hati potensi penjualan
dan membandingkanya dengan titik impas.
Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode
persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit
penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan
dalam transaksi bisnis.
1. Metode Persamaan
Titik impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Dari kasus diatas misalkan:
X = jumlah speaker terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
Karena laba pada titik impas sama dengan nol maka faktor laba dalam
persamaan tersebut dapat diabaikan. Dengan demikian titik impas dalam unit
dapat dihitung sebagai berikut:

3.500x = 2625x + 75.000 + 0


3.500x 2.625x = 75.000 + 0
875x = 75.000 + 0
X = 75.000/875
X = 85,71 unit
Dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung
dengan mengalikan 85,71unit (impas dalam unit) dengan Rp. 3.500 (harga jual
per unit produk) = Rp. 300.000. Namun apabila data tidak tersedia untuk
menggunakan cara tersebut maka dengan menggunakan data dari kasus di atas
titik impas dalam rupiah dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:

6
x = 0,25x + Rp. 75.000 + Rp. 0
0,25x = Rp. 75.000
x = Rp. 75.000/0,25
x = Rp. 300.000

2. Metode Marjin Kontribusi


Metode ini merupakan penyingkatan dari formula metode persamaan
dalam menghitung titik impas. Langkah awal dalam melihat hubungan antara
biaya volume dan laba suatu perusahaan adalah dengan mengerti dan melihat
besarnya marjin kontribusi yang diperoleh suatu perusahaan pada berbagai
tingkat kegiatan. Pada setiap kegiatan perusahaan akan memiliki kemampuan
menghasilkan marjin kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya marjin kontribusi
per unit yang dapat diperoleh suatu perusahaan akan menentukan kecepatan
perusahaan tersebut menutup biaya tetapnya dan kemampuannya menghasilkan
laba. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban tetap dan sisanya
akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban
tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode tersebut. Ketika titik
impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai dengan margin kontribusi per
unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk memperkirakan pengaruh
kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer cukup
mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi yang
per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan. Hal
itu terlihat pada formula dibawah ini yang angkanya sama dengan baris kedua
dari terakhir pada penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.

Sehingga impas dalam unit = 75.000/875


= 85,71 unit, dan
Impas dalam Rp = 75.000/25%
= Rp. 300.000
Dalam perhitungan formula diatas perlu diperhatikan bahwa rasio marjin
kontribusi per unit produk akan selalu sama dengan rasio marjin kontribusi dari

7
total unit penjualan. Kesamaan tersebut disebabkan perhitungan marjin
kontribusi dan rasionya hanya mempertimbangkan biaya-biaya variabel. Dengan
demikian perubahan unit penjualan akan diikuti oleh kenaikan total pejualan,
biaya variabel, dan marjin kontribusi secara proposional. Karena kenaikan
penjualan tidak akan diikuti oleh kenaikan atau perubahan rasio marjin
kontribusi.
Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit @Rp
3.500 dan biaya variabel per unit Rp 2.625, marjin kontribusinya = Rp 875 per
unit. Dari marjin kontribusi tersebut rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%.
Tingkat rasio marjin kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume
penjualan berubah menjadi 150 unit dimana total penjualan menjadi Rp 525.000.
kenaikan nilai penjualan ini akan diikuti kenaikan biaya variabel dalam
presentasi yang sama menjadi Rp 393.750 sehingga marjin kontribusi untuk 150
unit penjualan akan menjadi (131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25%
seperti marjin kontribusi untuk penjualan 1 unit.
Demikian perubahan ini akan valid perhitungannya pada berbagai level
perubahan unit penjualan sepanjang pada kedua alternatif jumlah unit penjualan
tidak diikuti oleh peruahan struktur biaya dan harga jual dalam satuan uang yang
digunakan.

3. Metode grafik
Selain menggunakan dua pendekatan diatas analisis impas juga dapat
dibuat dengan menggunakan grafik. Grafik tersebut dapat dibuat dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit produk dan sebuah
garis vertikal (y) untuk menunjukan nilai penjualan dan biaya.
b. Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45 yang ditarik
dari titik 0 perpotongan garis x dan garis y sebagai garis penjualan.
c. Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap pada berbagai
level unit penjualan.
d. Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai level unit
penjualan yang ditarik dari perpotongan garis y dengan garis biaya tetap.

8
Daerah yang berada di antara garis ini dengan garis biaya tetapdi bawahnya
menunjukan kisaran biaya variabel.
e. Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis total biaya.
Tarik garis ke kiri untuk menunjukan jumlah penjualan dalam satuan uang
dan tarik garis vertikal ke bawah untuk menunjukan titik impas dalam unit
penjualan.
f. Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan sebaliknya arsir
daerah segitiga di sebelah kiri bawah titik impas sebagai daerah rugi. Daerah
arsiran ini menunjukan bahwa penjualan yang lebih kecil dari titik impas
akan menimbulkan rugi dan sebaliknya penjualan yang lebih besar akan
memberikan laba.

2.4 Pemanfaatan Analisis Cost-Volume Profit untuk Perencanaan


1. Analisis Target Laba
Analisis target laba dalam aplikasi hubungan biaya volume dan laba pada
dasarnya sama dengan analisis titik impas. Perbedaannya hanya terletak pada
jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya. Dalam perhitungan titik
impas target laba sama dengan nol, sementara dalam analisis target laba seperti
yang dimaksudkan di atas jumlah laba yang diperhitungkan dalam formulanya
disesuaikan dengan jumlah laba yang diinginkan, biasanya lebih besar dari pada
nol.
Misalkan dari komposisi biaya dan penjualan dari laporan laba rugi di
atas, perusahaan menginginkan laba Rp. 100.000 maka dengan menggunakan
formula metode persamaan selanjutnya target penjualan untuk mendapatkan laba
dimaksud dapat dihitung sebagai berikut:

Misalkan:
x = jumlah unit terjual
3.500 = harga jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
100.000 = laba bersih yang diinginkan

9
Metode persamaan: penjualan + biaya tetap + laba
Sehingga penjualan dalam unit menjadi:
3.500x = 2.625x + 75.000 + 100.000
3.500x 2.625x = 75.000 + 100.000
875x = 175.000
X = 175.000/875
Unit penjualan (x) = 200 unit

Atau penjualan dalam rupiah:


x = 0,75x + rp. 75.000 + rp. 100.000
0,25x = rp. 75.000 + rp. 100.000
x = rp. 175.000/0,25
x = Rp. 187.500
200 unit x Rp. 3.500 = Rp. 700.000

Metode marjin kontribusi:


Penujualan dalam unit = (biaya tetap + target laba)/CM per unit
= (75.000 + 100.000)/875
= 175.000/875
= 200 unit
Penjualan dalam Rp = (biaya tetap + target laba)/rasio marjin kontribusi
= (75.000 + 100.000)/25%
= 175.000/25%
= Rp 700.000
Impas dalam satuan waktu. Bagi sebuah perusahaan yang baru beroperasi
titik impas ini tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat, misalnya
setahun. Industri-industri berat biasanya mencapai titik impas setelah beberapa
tahun beroperasi. Proyeksi pencapaian titik impas dalam satuan waktu ini dapat
dihitung dengan formula-formula di atas. Hasil perhitungannya dapat
dihubungkan dengan biaya, volume dan laba tahunan. Misalnya sebuah
perusahaan diperkirakan akan mencapai titik impas setelah menjual 300 unit
produksi traktor mini. Bila dalam setahun diproduksi rata-rata 100 unit traktor

10
maka titik impas akan dicapai setelah genap beroperasi selama tiga tahun atau
300 traktor impas dalam unit/100 traktor produksi pertahun x 1 tahun = 3 tahun.

2. Analisis Multi Produk


Analisis multi produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran
penjualan(sales mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual
perusahaan. Dengan menentukan suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi
produk dapat diubah ke dalam analisis produk tunggal. Namun untuk analisis
CVP kita harus menggunakan bauran penjualan dalam unit. Perusahaan dapat
menyelesaikan masalah multiproduk dengan mengkonversinya menjadi produk
tunggal, yaitu menetapkan produk-produk tersebut sebagai suatu paket, misal
suatu paket terdiri dari 3 produk A dan 2 produk B.
Berdasar titik impas sebesar 82 paket ini, maka titik impas akan terjadi
pada penjualan produk A sebanyak 246 paket (3 x 82) dan produk B sebanyak
164 paket (2 x 82).

3. Analisis Sensivitas
Salah satu aspek penting dalam analisis cost-volume-profit ini bahwa
adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisis,
dapat diadakan penilain atau evaluasi. Aspek ini sangat penting bagi manajemen
dalam proses penyusunan atau perencanaan anggaran, karena hal ini
memungkinkan diadakan testing untuk menentukan akibat adanya perubahan
faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif. Metode yang digunakan
adalah laporan laba rugi komparatif.
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap
perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan
melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari
perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.
Contoh: Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat
kelayakan. Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk
mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:

11
a. Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi,
biaya bahan-baku, produksi, dsb.
b. Penurunan produktivitas.
c. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek. Setelah melakukan analisis dapat
diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan
proyek: pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan.

2.5 Marjin Keamanan (margin of safety)


Marjin keamanan (margin of safety) merupakan kelebihan penjualan yang
dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada titik impas. Hasil
perhitungannya menunjukan jumlah sampai seberapa besar penjualan dapat turun
sehingga sampai pada titik impas. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit,
satuan uang dan presentase. Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi
manajemen agar lebih berhati-hati dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah
di capai, agar perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu
tingkat yang merugikan.
Pada kasus diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp. 3.500 dengan
titik impasnya 85,71 unit. Dengan menggunakan formula:
Dimana:
Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan
dalam periode tertentu
Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus tercapai dimana dalam
kondisi ini perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi.
Contoh:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya variabel
per unit Rp 2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi maksimal 150 unit
dan kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20% maka margin pengamanan
penjualannya sebesar:
MOS = (3.500 x 150) ( Rp 300.000)
= Rp 525.000 Rp 300.000
= Rp 225.000

12
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk
bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin
keamanan. Dalam rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis
hubungan biaya, volume dan laba termasuk perhitungan seperti ini akan
memberikan isyarat kepada manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam
pencapaian tujuan atau perolehan laba perusahaan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume
laba (cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang
mendsari hubungan-hubungan antara biaya, volume, dan laba. Analisi biaya-
volume-laba kerap pula disebut analisis impas (break-even analysis) karena
signifikansisme mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan,
yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan
laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena
hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya
atau sebagian diluar kendali manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak
mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat
didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau
sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik
impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan,
metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan
maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi
bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya volume laba dapat dimanfaatkan dengan
menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan analisis sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk
bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin
keamanan.

3.2 Saran
Setelah membahas dan mempelajari analisis biaya volume laba ini, diharapkan
kita dapat menganalisis biaya volume laba pada suatu perusahaan tertentu sebagai
skill penunjang bagi seorang manajer.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sugiri, S., dan Sulastiningsih. 2000. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia
Anonym.2015. Cost Volume Profit (CVP). Tersedia pada
http://dinapramudianti.blogspot.co.id/2015/02/makalah-cost-volume-profit-
cvp.html (diakses tanggal 20 Oktober 2017)
Anonym. 2015. ANALISIS COST VOLUME PROFIT (CVP) Tersedia pada http://www.e-
akuntansi.com/2015/09/analisis-cost-volume-profit-cvp.html (diakses tanggal 20
Oktober 2017)
Anonym. 2015. Cost Volume Profit Analysis. Tersedia pada
https://www.academia.edu/11848920/COST_VOLUME_PROFIT_ANALYSIS
(diakses tanggal 20 Oktober 2017)

15

Anda mungkin juga menyukai