Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN BIAYA

ANALISIS CVP ( COST-VOLUME-PROFIT)

(Pembedaan biaya variable dan tetap


Laporan keuangan dengan format direct costing
Analisis BEP
CVP under Uncertainty)

KASUS : SKY VIEW MANOR

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Alfiati Silfi, S.E., M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. JIFRI SYAM ( 2110247579 )


2. DANI PRATAMA ( 2110247842 )
3. JURAIS MUZAFA ( 2110247840 )
4. RIZKY FERNANDA ( 2110247809 )

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah sehinggga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah matakuliah “ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT
(Pembedaan biaya variable dan tetap, Laporan keuangan dengan format direct costing,
Analisis BEP dan CVP under Uncertainty)” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Di dalam penyusunan makalah ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada
dosen ibu Dr. Alfiati Silfi, S.E., M.Si., Ak., CA yang telah memberikan arahan. Tidak
lupa juga kita ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung dalam
penyelesaian makalah. Semoga dengan dukungannya dapat menambah kemampuan
dan semangat untuk belajar meraih kesuksesan dimasa yang akan datang dengan
membawa ilmu yang telah di pelajari.
Penulis berharap makalah ini dapat mendatangkan inspirasi bagi kita, juga
memberi manfaat bagi penulis ataupun yang membaca.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, jika ada kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan senang hati. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Pekanbaru, Juni 2022

Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI

i
ii
3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Cost Volume Profit

Pengertian analisis CVP (cost volume profit) adalah analisis yang digunakan untuk menentukan

bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat mempengaruhi pendapatan operasional (operating

income) perusahaan dan pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui, jumlah produk yang dihasilkan

perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang

dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh

perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi lebih besar atau

lebih kecil. Suatu analisa yang menggambarkan bagaimana perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual,

volume penjualan dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan inilah yang disebut dengan

analisis CVP (cost volume profit).

4
Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang

bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan, misalkan dalam menetapkan harga jual produk.

Proses analisis ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukan pada

pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan. Analisis biaya volume laba (cost profit analysis)

merupakan alat yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya jangka pendek,

karena analisis ini menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang dijual, dan harga. Analisis biaya

volume laba juga dapat menjadi alat yang berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya masalah

ekonomi yang dihadapi perusahaan dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang diperlukan.

2.2. Hubungan Analisis Biaya-Volume-Laba (CVP)

Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki

hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Dan besarnya biaya

yang dikelurkan perusahaan tersebut pada saat dipertemukan dengan nilai penjualan dari produk

yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode akan berpengaruh secara langsung terhadap

besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Analisis untuk melihat hubungan diantara ketiga

variabel tersebut itulah yang disebut dengan analisis biaya-volume-laba.

Analisis Biaya-Volume-Laba adalah suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara

besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dan besarnya volume penjualan serta laba yang

diperoleh pada suatu periode tertentu. Analisis biaya-voleme-laba sangat membantu manajer suatu

perusahaan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan fungsinya. Analisis ini membantu

manajer untuk melihat hubungan antara 5 elemen berikut ini :

1. Harga Produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan.

2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan akan dijual di

dalam suatu periode tertentu.

5
3. Biaya Variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada setiap unit

barang yang diproduksi.

4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu.

5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk – produk perusahaan yang

akan dijual.

Untuk melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa asumsi yang

harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan

diperoleh, yaitu :

1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Berarti harga jual setiap unit produk tidak

berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan.

2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara akurat ke dalam elemen

biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga

harus konstan.

3. Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.

4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah persediaan tidak

berubah.

Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah

maka hasil analisi-biaya-volume pasti akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dan dapat

menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Tetapi tujuan utama dari analisis ini adalah hubungan

diantara elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang lainnya.

Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap, manajemen harus teliti

dalam memasukkan semua biaya variable yang relevan yaitu tidak hanya biaya produksi saja tapi juga biaya

penjualan dan biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per unit. Selain itu,

(pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan

berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan

6
menjadi biaya total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit bahwa pendapatan dan total biaya

adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan

rentang output yang terbatas, total biaya diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.

2.3. Titik Impas Dalam Unit

Titik Impas (break-event point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total

biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Untutk menentukan titik impas dalam unit, maka perlu

memfokuskan pada laba operasi. Pertama menentukan titik impas dan kemudian melihat

bagaimana pendekatan yang telah digunakan itu dapat dikembangkan untuk menentukan jumlah

unit yang harus dijual guna menghasilkan laba yang ditargetkan. `

Keputusan awal perusahaan dalam mengimplementasikan pendekatan unit yang terjual

pada analisis CVP adalah menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit. Bagi perusahaan

manufaktur contoh seperti Procter & Gamble dapat mendefenisikan sebuah unit sebagai satu

batang sabun mandi merk Ivory. Di pihak lain, perusahaan jasa menghadapi pilihan yang lebih

sulit seperti Delta Airlines dapat mendefenisikan sebuah unit sebagai mil penumpang atau sebagai

satu kali perjalanan.

Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen tetap dan variabel.

Analisis CVP menfokuskan pada berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan dalam

komponen laba. Karena kita membahas analisis CVP dalam kerangka unit yang terjual, maka kita

perlu menentukan komponen tetap dan variabel dari biaya serta pendapatan yang berkaitan dengan

unit-unit. Penting untuk disadari bahwa kita sekarang ini memfokuskan pada perusahaan secara

keseluruhan. Oleh karena itu, biaya-biaya yang sedang kita bicarakan adalah merupakan seluruh

biaya dari perusahaan manufaktur, pemasaran dan administratif. Jadi, apabila kita menyebut biaya

variabel, maka yang kita maksudkan adalah semua biaya yang meningkat akibat lebih banyak unit

yang terjual, termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan biaya

7
penjualan dan administratif variabel. Demikian juga, biaya tetap mencakup overhead tetap dan

beban penjualan dan administratif tetap.

2.4. Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP

Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-

biaya perusahaan ke dalam kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat dinyatakan

sebagai berikut:

Laba operasi = Pendapatan penjualan – Beban variabel – Beban tetap

Laba Operasi (Operating income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal

perusahaan. Sedangkan istilah laba bersih (net income) dinyatakan hasil dari laba operasi dikurangi pajak

penghasilan.

Setelah memiliki ukuran unit yang terjual, maka dapat dikembangkanlah persamaan laba operasi

dengan menyatakan pendapatan penjulan dan beban variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara

lebih spesifik, pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual,

dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan demikian,

persamaan laba operasi menjadi:

Laba operasi = (Harga x jumlah unit terjual) – (Biaya variabel per unit x

Jumlah Unit yang terjual) – Total biaya tetap

(M) Contoh berikut ini adalah mencari titik impas dalam unit. Contohnya adalah Thomas Company

memproduksi mesin pemotong rumput. Berikut ini adalah proyeksi laporan laba rugi perusahaan Thomas

Company

Penjualan (1000 unit@$400) $400.000

Dikurangi: Beban variabel 325.000

Margin kontribusi $ 75.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

8
Laba operasi $ 30.000

Hal ini menunjukan bahwasanya Thomas Company mempunyai harga adalah $400 per unit, dan biaya

variabel per unit adalah $325 ($325.000/1000 unit). Biaya tetap adalah $45.000. Maka pada titik impas,

persamaan laba operasi adalah sebagai berikut:

0 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

0 = ($75 x Unit) - $45.000

$75 x Unit = $45.000

Unit = 600

Dengan demikian, Thomas Company harus menjual 600 pemotong rumput untuk menutupi semua

beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk memeriksa jawaban ini adalah dengan

memformulasikan suatu laporan laba rugi berdasarkan 600 unit yang terjual.

Penjualan (600 unit@ $400) $240.000

Dikurangi: beban variabel 195.000

Margin kontribusi $ 45.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 0

Jelaslah, penjualan 600 unit menghasilkan laba nol.

Sebuah keunggulan penting dari pendekatan laba operasi adalah bahwa seluruh persamaan CVP

berikutnya diturunkan dari laporan laba rugi menurut perhitungan biaya variabel. Sehingga setiap persoalan

CVP dapat diselesaikan dengan menggunakan pendapatan ini.

2.5. Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas

Salah satu cara cepat yang digunakan untuk menghitung titik impas dalam unit yaitu dengan

menggunakan margin kontribusi. Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan

dikurangi total biaya variabel. Pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap. Apabila kita

mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel per unit pada persamaan laba

operasi dan memperoleh jumlah unit, maka kita akan mendapatkan persamaan dasar impas sebagai berikut:

9
Jumlah unit = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit

Dengan menggunakan contoh dari Thomas Company margin kontirbusi per unit dapat dihitung

dengan salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama adalah dengan membagi total margin kontribusi

dengan unit yang terjual($75.000/1000) hasilnya $75 .Cara kedua penjualan dikurangi biaya variabel ($400 -

$325) hasilnya $75.Untuk menghitung jumlah unit impas Thomas Company, menggunakan persamaan dasar

impas sebagai berikut:

Jumlah unit = $45.000/($400-$325)

= $45.000/$75

= 600

Tentu saja, jawabannya sama persis dengan yang dihitung dengan menggunakan laporan laba rugi.

2.6. Penjualan dalam unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba

Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, namun kebanyakan perusahaan ingin

memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis CVP menyediakan cara untuk menentukan

berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan target laba tertentu. Target laba operasi dapat dinyatakan

sebagai sebuah jumlah dolar (misalnya, $20.000) atau sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan

(contohnya, 15 persen dari pendapatan). Baik pendekatan laba operasi maupun pendekatan margin kontribusi

dapat dengan mudah disesuaikan untuk mencari target laba.

Target Laba sebagai sebuah Jumlah Dolar Anggaplah bahwa Thomas Company ingin memperoleh

laba operasi sebesar $60.000. Berapakah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk mencapai hasil

ini? Jika menggunakan laporan laba rugi maka hasilnya adalah sebagai berikut:

$60.000 = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$105.000 = $75 x Unit

Unit =1.400

Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan target laba sebesar $60.000

pada biaya tetap dan langsung :

Unit = ($45.000 + $60.000)/($400 - $325)

10
Unit = $105.000/$75

Unit = 1.400

Artinya Thomas harus menjual 1400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba operasi

sebesar $60.000. Laporan laba rugi berikut membuktikan hasil ini:

Penjualan (1400 unit@$400) $560.000

Dikurangi: Bebabn Variabel 455.000

Margin kontribusi $105.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 60.000

Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik impas. Seperti yang

baru saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput, atau 800 lebih banyak dari

volume impas 600 unit, untuk menghasilkan laba sebesar $60.000. Margin kontribusi per mesin pemotong

rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800 unit mesin pemotong rumput diatas impas akan

menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x 800). Hasil ini menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit

untuk setiap unit diatas impas adalah sama persis dengan laba per unit. Karena titik impas telah dihitung,

maka jumlah mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk menghasilkan laba operasi $60.000 dapat

dihitung dengan membagi margin kontribusi per unit ke dalam target laba dan menambahkan hasilnya

dengan volume impas.

Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap laba perusahaan

yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat dinilai dengan mengalikan margin kontribusi

per unit dengan perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh, jika 1.500 mesin pemotong rumput, bukan

1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang akan diperoleh? Perubahan dalam unit yang terjual adalah

suatu kenaikan sebanyak 100 mesin pemotong rumput, dan margin kontribusi per unit adalah $75. Dengan

demikian, laba akan meningkat sebesar $7.500 ($75 x 100).

Target Laba sebagai suatu Persentase dari Pendapatan Penjualan

Target Laba Setelah Pajak

11
Target Laba sebagai suatu Persentase dari Pendapatan Penjualan Anggaplah bahwa Thomas

Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk menghasilkan laba yang

sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan. Pendapatan penjualan adalah harga dikalikan dengan

kuantitas. Dengan menggunakan laporan laba rugi (yang lebih sederhana dalam kasus ini),maka diperoleh:

0,15 ($400) (Unit) = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$60 x Unit = ($400 x Unit) – ($325 x Unit) - $45.000

$60 x Unit = ($75 x Unit) - $45.000

$15 x Unit = $45.000

Unit = 3.000

Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilakn laba yang sama dengan 15

persen dari pendapatan penjualan? Untuk 3000 mesin pemotong rumput, total pendapatan adalah $1,2 juta

($400 x 3.000). Disini laba dapat dihitung tanpa harus menyusun laporan laba rugi yang formal. Ingat, bahwa

diatas impas margin kontribusi per unit adalah laba per unit. Volume impas adalah 600 mesin pemotong

rumput. Jika 3.000 mesin pemotong rumput terjual, maka ada 2.400 (3.000 – 600) mesin pemotong rumput

diatas titik impas yang telah terjual. Jadi, laba sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x 2400), yang merupakan

15 persen dari penjualan ($180.000/$1.200.000).

Target Laba Setelah Pajak Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan. Ini

disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika perusahaan ingin mengetahui

berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih tertentu, maka diperlukan beberapa

pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba bersih adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan

bahwa angka target laba dinyatakan dalam kerangka sebelum pajak. Dengan demikian, ketika target laba

dinyatakan sebagai laba bersih, harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba

operasi.

Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung dengan

mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).

Laba bersih = laba operasi – pajak penghasilan

= laba operasi – (tarif pajak x laba operasi)

12
= laba operasi (1 – tarif pajak)

Atau

Laba operasi = Laba bersih/(1- Tarif Pajak)

Jadi, untuk mengonversi laba setelah pajak menjadi laba sebelum pajak, cukup membagi laba setelah

pajak dengan (1- Tarif pajak).

Misalkan Thomas Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48750 dan tarif pajaknya adalah

35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target laba sebelum pajak, selesaikanlah

langkah-langkah berikut:

$48.750 = Laba operasi – (0,35 x Laba operasi)

$48.750 = 0,65 (Laba operasi)

$75.000 = Laba operasi

Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Thomas Company harus menghasilkan

$75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $48.750 setelah pajak penghasilan. Dengan

pengonversian ini, maka dapat dihitung jumlah unit yang harus dijual:

Unit = ($45.000 + $75.000)/$75

Unit = $120.000/$75

Unit = 1.600

Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan sebanyak 1.600 mesin

pemotong rumput.

Penjualan (1.600 @$400) $640.000

Dikurangi: Beban Variabel 520.000

Margin kontribusi $120.000

Dikurangi: Beban tetap 45.000

Laba operasi $ 75.000

Dikurangi: Pajak penghasilan (tarif pajak 35%) 26.250

Laba bersih $ 48.750

13
2.7. Titik Impas Dalam Dolar Penjualan

Dalam beberapa kasus ketika menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka

menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang terjual.

Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan penjualan

hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Sebagai contoh, titik impas

Thomas Company dihitung pada 600 mesin pemotong rumput. Karena harga jual per unit mesin

pemotong rumput adalah $400, maka volume impas dalam pendapatan penjualan adalah $240.000

($400 x 600).

Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat secara mudah dikonversi

menjadi satu jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan penjualan, tetapi jawaban tersebut bisa

dihitung secara lebih langsung dengan mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan

penjualan. Dalam kasus ini, variabel yang penting adalah dolar penjualan, sehingga pendapatan

maupun biaya variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit. Karena pendapatan penjualan

selalu dinyatakan dalam dolar, maka pengukuran variabel tidak menjadi masalah. Selanjutnya

akan dibahas secara lebih mendalam mengenai biaya variabel dan melihat bagaimana biaya

tersebut dapat dinyatakan dalam ukuran dolar penjualan.

Rasio biaya variabel dapat dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit. Tentu

saja, persentase dari dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi adalah merupakan rasio

margin kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dolar

penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.

Sekarang mari ke contoh berdasarkan Thomas Company untuk mengilustrasikan

pendekatan pendapatan penjualan. Disajikan kembali berikut ini adalah laporan laba rugi

berdasarkan biaya variabel Thomas untuk 1.000 mesin pemotong rumput

Dolar Persentase penjualan

Penjualan $400.000 100,00%

Dikurangi: Biaya variabel 325.000 81,25 %

Margin Kontribusi $ 75.000 18,75%

14
Dikurangi: Biaya tetap 45.000

Laba operasi $ 30.000

Perhatikan bahwa pendapatan penjualan, biaya variabel, dan margin kontribusi telah dinyatakan

dalam bentuk persentase dari penjualan. Rasio biaya variabel adalah 0,8125 ($325.000/$400.000); rasio

margin kontribusi adalah 0,1875 (dihitung dari 1 – 0,8125, atau $75.000/$400.000). Biaya tetap adalah

$45.000. Berdasarkan informasi dalam laporan laba rugi ini, berapakah pendapatan penjualan yang harus

dihasilkan Whittier untuk mencapai impas?

Laba operasi = Penjualan – Biaya variabel – Biaya tetap

0 = Penjualan – (Rasio biaya variabel x Penjualan) – Biaya tetap

0 = Penjualan (1 – Rasio biaya variabel) – Biaya tetap

0 = Penjualan (1 – 0,8125) - $45.000

Penjualan (0,1875) = $45.000

Penjualan = $240.000

Jadi, Thomas harus menghasilkan pendapatan sejumlah $240.000 untuk mencapai impas.

Perhatikan bahwa (1 – 0,8125) adalah rasio margin kontribusi. Sehingga dapat melewati beberapa

langkah dengan mengetahui bahwa Penjualan – (Rasio biaya variabel x Penjualan) adalah sama

dengan Penjualan x Rasio margin kontribusi.

Bagaimana dengan persamaan dasar impas yang digunakan untuk menentukan titik impas dalam

unit? Kita dapat juga menggunakkan pendekatan tersebut dalam kasus ini. Ingat kembali bahwa rumus titik

impas dalam unit adalah:

Unit impas = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)

Jika kita mengalikan kedua sisi persamaan dengan harga, maka sisi kiri akan sama dengan pendapatan

penjualan pada saat impas:

Harga x Unit impas = Harga x [Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)]

Penjualan Impas = Biaya tetap x [Harga/(Harga – Biaya variabel per unit)]

Penjualan Impas = Biaya tetap x (Harga/Margin kontribusi)

Penjualan Impas = Biaya tetap/Rasio margin kontribusi

15
Sekali lagi, dengan menggunakkan data Whittier Company, dolar penjualan impas adalah

($45.000/0,1875), atau $24.000. Hasilnya sama dengan di atas, meskipun menggunakkan

pendekatan yang sedikit berbeda.

Dalam menggambarkan pengaruh biaya tetap terhadap laba, ada tiga

kemungkinan yang muncul:

1. Biaya tetap = marjin kontribusi, artinya laba nol (perusahaan pada titik impas).

2. Biaya tetap < marjin kontribusi, artinya perusahaan memperoleh laba.

3. Biaya tetap > marjin kontribusi artinya perusahaan mengalami kerugian.

2.8. Target Laba Dan Pendapatan Penjualan

Pertimbangkan pertanyaan berikut: Berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Thomas

untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar $60.000? (pertanyaan ini mirip dengan yang ditanyakan

sebelumnya dalam hal unit, tetapi pertanyaannya sekarang adalah langsung dalam hal pendapatan penjualan).

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tambahkanlah target laba operasi sebesar $60.000 kepada biaya tetap

$45.000 dan membagi dengan rasio margin kontribusi:

Penjualan = $45.000 + $60.000)/0,1875

= $105.000/0,1875

= $560.000

Thomas harus menghasilkan pendapatan $560.000 untuk mencapai target laba sebesar $60.000.

Karena impas adalah $240.000 diatas impas harus dihasilkan. Perhatikan bahwa perkalian antara rasio

margin kontribusi dengan pendapatan di atas impas menghasilkan laba sebesar $60.000 (0,1875 x $320.000).

Diatas impas, rasio margin kontribusi merupakan rasio laba; karena itu, rasio tersebut menggambarkan

bagian dari setiap dolar penjualan yang dapat diperuntukkan bagi laba. Dalam contoh ini, setiap dolar

penjualan yang diterima di atas impas akan meningkatkan laba sebesar $0,1875.

Secara umum, dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat

digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan pendapatan penjualan. Untuk

memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan, kalikan rasio margin

16
kontribusi dengan perubahan dalam penjualan. Sebagai contoh, jika pendapatan penjualan adalah $540.000,

bukan $560.000, bagaimana pengaruhnya terhadap laba yang diharapkan? Penurunan pendapatan penjualan

sebesar $20.000 akan mengakibatkan penurunan laba sebesar $3750 (0,1875 x $20.000).

2.9. Membandingkan Kedua Pendekatan

Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas dalam

pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per unit dengan unit yang terjual. Lalu,

mengapa kita menggunakkan rumus terpisah untuk pendekatan pendapatan penjualan? Ada dua alasan untuk

ini. Pertama, rumus pendapatan penjualan memungkinkan kita untuk secara langsung mencari pendapatan

jika hal tersebut yang dikehendaki. Kedua, pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah untuk

digunakan dalam pengaturan multiproduk, seperti yang akan dibahas dalam bagian berikut.

2.10. Analisis Multiproduk

Analisis biaya-volume-laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal. Namun,

kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa. Meskipun kompleksitas

konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multiproduk, namun pengoprasiannya tidak berbeda

jauh. Kita lihat bagaimana mengadaptasi rumus-rumus yang digunakan dalam pengaturan produk tunggal

kedalam pengaturan multiproduk dengan mengembangkan contoh Thomas Company.

Thomas Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin pemotong rumput: mesin

pemotong rumput manual dengan harga jual $400 dan mesin pemotong rumput otomatis dengan harga jual

$800. Departemen pemasaran yakin bahwa sebanyak 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin

pemotong rumput otomatis dapat dijual selama tahun depan. Pengawas perusahaan telah menyusun proyeksi

laporan laba rugi berikut berdasarkan ramalan penjualan:

Mesin Mesin
Manual Otomatis Total
Penjualan $480.000 $640.000 $1.120.000

Dikurangi: Beban variabel 390.000 480.000 870.000

Margin kontiribusi $ 90.000 $160.000 $ 250.000

17
Dikurangi : beban tetap langsung 30.000 40.000 70.000

Margin produk $ 60.000 $120.000 $ 180.000

Dikurangi: beban tetap umum 26.250

Laba Operasi $ 153.750

Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke masing-

masing produk, dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada. Beban tetap umum adalah biaya tetap yang

tidak dapat ditelusuri ke produk, dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk telah dieliminasi.

2.11. Bauran Penjualan

A. Titik Impas dalam Unit

Pemilik Thomas agak cemas terhadap penambahan lini produk baru dan ingin mengetahui

berapa banyak masing-masing model harus terjual untuk mencapai impas. Maka dengan

menggunakan persamaan yang telah kita kembangkan sebelumnya, dimana biaya tetap dibagi

dengan margin kontribusi. Namun persamaan ini menimbulkan beberapa masalah. Persamaan ini

dikembangkan untuk analisis produk tunggal. Untuk dua produk, terdapat dua margin konribusi

per unit. Mesin pemotong rumput manuala memiliki margin kontribusi per unit sebesar $75 ($400

- $325), dan mesin pemotong rumput otomatis memiliki margin kontribusi sebesar $200 ($800 -

$600)

Salah satu pemecahan yang mungkin adalah dengan dengan menerapkan analisis secara terpisah ke

masing-masing lini produk. Dengan cara itu, akan diperoleh titik impas individu jika laba didefenisikan

sebagai margin produk. Impas untuk mesin pemotong rumput manual adalah sebagai berikut:

Unit impas mesin

Pemotong rumput manual = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)

= $30.000/$75

= 400 unit

18
Impas untuk pemotong runput otomatis adalah :

Unit impas mesin

Pemotong rumput otomatis = Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)

= $40.000/$200 = 200 unit

Jadi sebanyak 400 mesin pemotong rumput manual dan 200 mesin pemotong rumput otomatis harus

dijual untuk mencapai margin produk impas. Namun, margin produk impas hanya menutup biaya tetap

langsung, smentra biaya tetap umum masih belum tertutupi. Penjualan kedua mesin pemotong rumput dalam

jumlah tersebut akan menimbulkan kerugian sebesar biaya tetap umum. Belum ada titik impas perusahaan

secara eseluruhan diidentifikasi. Bagaimanapun, biaya tetap umum masih harus diperhitungkan dalam

analisis.

Pengalokasian biaya tetap umum ke masing-masing lini produk sebelum menghitung titik impas

dapat mengtasi kesulitan ini. Permasalahan dalam pendekatan ini adalah bahwa alokasi biaya tetap umum

bersifat acak. Jadi, tidak ada volume impas yang tampak secara langsung.

Pemecahan lainnya yang mungkin adalah dengan mengonversikan masalah multiproduk menjadi

masalah produk tunggal. Jika ini dapat dilakukan, maka seluruh metodologi CVP produk tunggal dapat

diterapkan secara langsung. Kunci dari konversi ini adalah mengidentifikasi bauran penjualan yang

diharapkan dalam unit dari produk-produk yang dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix) adalah kombinasi

relatif dari berbagai produk yang dijual oleh perusahaan.

B. Penentuan Bauran Penjualan (A,H)

Bauran penjualan dapat dikur dalam unit yang terjual atau dalam bagian dari pendapatan. Contohnya,

jika Thomas berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput

otomatis, maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200.800. Biasanya, bauran penjualan diturunkan

sampai bilangan bulat terkecil. Jadi, bauran relatif 1.200.800 dapat diturunkan hingga 12:8 dan selanjutnya

menjadi 3:2. Dengan kata lain, untuk setiap tiga mesin peotong rumput manual yang terjual, ada dua mesin

pemotong otmatis yang terjual.

19
Alternatif lainnya, bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam persentase dari total pendapatan

yang dikontribusikan oleh masing-masing produk. Pada kasus diatas, pendapatan dari mesin pemotong

rumput manual adalah $480.000 ($400 x 1.200), dan pendapatan dari mesin pemotong rumput otomatis

adalah $640.000 ($800 x 800). Mesin pemotong rumput manual mencakup 42,86% dari total pendapatan dan

mesin pemotong rumput otomatis mencakup 57,14% sisanya. Mungkin hal ini terlihat seperti bahwa kedua

bauran penjualan adalah berbeda. Bauran penjualan dalam unit adalah 3:2 yaitu, dari setiap lima mesin yang

terjual, 60% adalah mesin pemotong rumput manual dan 40% mesin pemotong rumput otomatis. Namun,

bauran penjualan berdasarkan pendapatan adalah 42,86% untuk mesin pemotong rumput manual. Apa

perbedaannya? Bauran penjualan dalam pendapatan menggunakkan bauran penjualan dalam unit dan

memberikannnya bobot menurut harga. Jadi, meskipun proporsi mendasari mesin yang terjual tetap 3:2,

namun mesin pemotong rumput manual yang harganya lebih rendah diberi bobot lebih ringan pada saat harga

dimasukkan dalam penghitungan. Untuk analisis CVP, harus menggunakkan bauran penjualan yang

dinyatakan dalam unit.

Sejumlah bauran penjualan yang berbeda dapat digunakkan untuk menetapkan volume impas.

Contohnya, bauran penjualan sebesar 2:1 akan mendapatlan titik impas pada 550 mesin pemotong rumput

manual dan 275 mesin pemotong rumput otomatis. Total margin kontribusi yang dihasilkan oleh bauran ini

adalah $96.250 [($75 x 550) + ($200 x 275)]. Demikian juga, jika 350 mesin pemotong rumput manual dan

350 mesin pemotong rumput otomatis terjual (untuk bauran penjualan 1:1), maka total margin kontribusi

adalah juga $96.250 [($75 x 350) + ($200 x 350)]. Karena total biaya tetap adalah $96.250, maka kedua

bauran penjualan merupakan titik impas.Tetapi menurut studi pemasaran yang dilakukan Thomas, ia

menginginkan bauran penjualan sebesar 3:2. Inilah rasio yang harus digunakan; sementara yang lainnya

dapat diabaikan.

C. Bauran Penjualan dan Analisis CVP

Penetuan bauran penjualan tertentu memungkinkan kita untuk mengonversi masalah multi produk ke

dalam format CVP produk tunggal. Karena Thomas berharap menjual 3 mesin pemotong rumput manual atas

setiap 2 mesin pemotong rumput otomatis, maka Thomas bisa mendefenisikan produk tunggal yang yang

20
dijualnya sebagai suatu paket yang berisi tiga mesin pemotong rumput manual dan dua mesin pemotong

rumput otomatis. Dengan menetapkan produk tersebut sebagai suatu paket, masalah multiproduk dikonversi

menjadi masalah produk tunggal. Untuk menggunakkan titik impas dalam unit, harga jual paket dan biaya

variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket tersebut, bauran penjualan, harga

setiap produk, dan masing-masing biaya variabel diperlukan. Menurut data produk individu yang disajikan

dalam proyeksi laporan laba rugi, niai paket dapat dihitung sebagai berikut:

Berdasarkan margin kontribusi perpaket di atas, persamaan dasar impas dapat digunakan untuk

menentukan jumlah paket yang perlu dijual guna mencapai impas. Dari proyeksi laba rugi Thomas. Dapat

diketahui bahwa total biaya tetap perusahaan adalah$96.250. Jadi titik impasnya adalah:

Paket impas = biaya tetap/margin kontribusi per paket

= $96.250/$625

= 154 paket

Thomas harus menjual 462 mesin pemotong rumput manual (3 x 154) dan 308 mesin pemotong rumput

otomatis (2 x 154) untuk mencapai impas. Laporan laba rugi yang memeriksa kebenaran solusi ini disajikan

dalam tampilan berikut:

Mesin Mesin Total


Manual Otomatis

Penjualan $184.800 $246.400 $431.200

Dikurangi: Beban Variabel 150.150 184.800 334.950

Margin Kontirbusi $ 34.650 $ 61.600 $ 96.250

Dikurangi: Beban Tetap Langsung 30.000 40.000 70.000

Margin Segmen $ 4.650 $ 21.600 $ 26.250

Dikurangi: Beban Tetap Umum 26.250

Laba Operasi $ 0

Untuk bauran penjualan tertentu, analisis CVP dapat digunakan seolah-olah perusahaan menjual

produk tunggal. Namun berbagai tindakan yang mengubah harga masing-masing produk dapat

mempengaruhi bauran penjualan karena pelanggan mungkin membeli relatif lebih banyak atau lebih sedikit

21
produk tersebut. Perlu diingat bahwa sebuah bauran penjualan yang baru akan mempengaruhi unit dari setiap

produk yang perlu dijual untuk mencapai target laba yang diinginkan. Jika bauran penjualan untuk periode

mendatang tidak pasti maka mungkin perlu untu dipertimbangka beberapa bauran yang berbeda. Dengan cara

ini, manajer dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai berbagai hasil yang mungkin dicapai oleh

perusahaan.

Kompleksitas pendekatan titik impas dalam unit meningkat secara dramatis ketika jumlah produk

bertambah. Bayangkan pengguna analisis ini pada perusahaan yang memproduksi ratusan produk. Observasi

ini tampaknya berlebihan dibandingkan keadaan sebenarnya. Komputer dapat dengan mudah menangani

suatu masalah yang melibatkan sangat banyak data. Lagipula, banyak perusahaan menyederhanakan masalah

itu dengan menganalisis kelompok produk daripada produk individu. Cara lain untuk menangani

meningkatnya kompleksitas tersebut adalah dengan beralih dari pendekatan unit yang terjual ke pendekatan

pendapatan penjualan. Pendekatan ini mampu menyelesaikan analisis CVP multiproduk hanya dengan

menggunakkan data ikhtisar yang terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan. Syarat-syarat yang diperlukan

untuk penghitungan jauh lebih sederhana.

D. Pendekatan Dolar Penjualan

Untuk mengilustrasikan titik impas dalam dolar penjualan, contoh yang sama akan digunakan. Akan tetapi,

satu-satunya informasi yang diperlukan adalah proyeksi laporan laba rugi Thomas Company secara

keseluruhan.

Penjualan $1.120.000

Dikurangi: biaya variabel 870.000

Margin kontribusi $ 250.000

Dikurangi: Biaya tetap 96.250

Laba operasi $ 153.750

Perhatikan bahwa laporan laba rugi diatas sesuai dengan kolom total laporan laba rugi

yang lebih terinci yang diperiksa sebelumnya. Proyeksi laporan laba rugi bersandar pada asumsi

bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis akan

22
terjual (bauran penjualan sebesar 3:2). Titik impas dalam pendapatan penjualan juga bersandar

pada bauran penjualan yang diharapkan. (Sama seperti pendekatan unit yang terjual, bauran

penjualan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda).Dengan laporan laba rugi tersebut,

pertanyaan umum mengenai CVP dapat diajukan. Misalnya, berapa pendapatan penjualan yang

harus dihasilkan untuk mnecapai impas? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bagi total biaya

tetap $96.250 dengan rasio margin kontribusi 0,2232 ($250.000/$1.120.000).

Penjualan impas = Biaya tetap/Rasio margin kontribusi

= $96.250/0,2232

= $431.228

Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakkan asumsi bauran penjualan tetapi

pemngabaikan persyaratan penghitungan margin kontribusi per paket. Tidak ada pengetahuan terhadap data

produk individual yang diperlukan. Upaya perhitungannya mirip dengan yang digunakan dalam pengaturan

produk tunggal. Selain itu, jawabannya masih dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Tidak seperti titik

impas dalam unit, jawaban atas pertanyaan CVP yang menggunakkan dolar penjualan tetap dinyatakan dalam

ukuran ikhtisar tunggal. Namun, pendekatan pendapatan penjualan mengorbankan informasi yang berkaitan

dengan kinerja masing-masing produk.

2.12. Penyajian Secara Grafis Hubungan CVP

Untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan CVP dapat dilakukan

melalui penggambaran secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer

melihat perbedaan antar biaya variabel dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka

memahami dengan cepat, demapak kenaikan atau penurunan penjualan terhadap titik impas. Dua

grafik dasar yang penting, grafik laba-volume dan grafik biaya-volume-laba, akan disajikan

berikut ini:

Grafik Laba-Volume (profit-volume graph) menggambarkan secara visual hubungan antara laba dan

volume penjualan. Grafik laba-volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi (Laba operasi = (Harga

23
x Unit) – (Biaya variabel per unit x Unit) – Biaya tetap). Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel

terikat, dan unit merupakan variabel bebas. Biasanya, nilai variabel bebas diukur pada sumbu horiontal dan

nilai variabel terikat pada sumbu vertikal.

Agar pembahasan ini lebih nyata, seperangkat data sederhana akan digunakan. Anggaplah bahwa

Tyson Company memproduksi suatu produk tunggal dengan data biaya dan harga sebagai berikut:

Total biaya tetap $100

Biaya variabel per unit 5

Harga jual per unit 10

Dengan menggunakkan data tersebut, laba operasi dapat dinyatkan sebagi berikut :

Laba Operasi = ($10 x Unit) – ($5 x Unit) - $100

= ($5 x Unit) - $100

Gambar 2.1

Kita dapat membuat grafik hubungan ini dengan meletakkan unit di sepanjang sumbu horizontal dan

laba (rugi) operasi di sepanjang sumbu vertikal. Dua titik diperlukan untuk menggambarkan suatu persamaan

linier. Meskipun dua titik manapun dapat digunakan, kedua titik yang sering dipilih adalah titik-titik yang

menggambarkan volume penjualan nol dan laba nol. Jika unit yang terjual adalah nol, maka Tyson

24
mengalami rugi operasional sebesar $100 (atau laba -$100). Karena itu, titik yang menggambarkan volume

penjualan nol adalah (0, -$100). Dengan kata lain, jika tidak ada penjualan yang dilakukan, perusahaan

mengalami kerugian sebesar total biaya tetap. Jika laba operasi adalah nol, maka unit yang terjual sama

dengan 20. Dengan demikian, titik yang menggambarkan laba nol (impas) adalah (20,$0). Kedua titik

tersebut yang ditunjukkan dalam gambar, membatasi grafik laba yang diperlihatkan disini.

Grafik dapat digunakan untuk menilai laba (rugi) Tyson pada setiap tingkat aktivitas penjualan.

Sebagai contoh, laba yang berkaitan dengan penjualan 40 unit dapat dibaca melalaui grafik dengan (1)

membuat garis vertikal dari sumbu horizontal ke garis laba dan (2) membuat garis horizontal dari garis laba

ke sumbu vertikal. Seperti diilustrasikan dalam gambar , laba dari penjualan 40 unit adalah $100. Grafik

laba-volume, meskipun mudah diinterpretasikan, gagal mengungkapkan bagaimana biaya berubah ketika

volume penjualan berubah. Terdapat sebuah pendekatan alternatif dalam membuat grafik yang dapat

menyediakan rincian ini.

Grafik biaya-volume-laba (cost-volume-profit graph) menggambarkan hubungan antara biaya,

volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci, perlu dibuat grafik dengan dua garis

terpisah: garis total pendapatan dan garis total biaya. Kedua garis ini disajikan, masing-masing, dengan dua

persamaan berikut:

Pendapatan = Harga x Unit

Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit)+ Biaya tetap

Dengan menggunakkan contoh Tyson Company, persamaan pendapatan dan biayanya adalah sebagai

berikut:

Pendapatan = $10 x Unit

Total biaya = ($5 x Unit) + $100

Untuk menggambarkan kedua persamaan tersebut ke dalam grafik yang sama, sumbu vertikal diukur

dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit yang terjual. Dua buah titik itu diperlukan untuk

menggambarkan masing-masing persamaan. Kita akan menggunakkan koordinat-x seperti pada grafik laba-

volume. Untuk persamaan pendapatan, menetapkan jumlah unit sama dengan 20 menghasilkan titik-titik (0,

$100) dan (20, $200). Grafik setiap persamaan tampak dalam n 1.4.Perhatikan bahwa garis total pendapatan

25
dimulai pada titik nol dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan harga jual per unit (kemiringan

sebesar 10). Garis total biaya memotong sumbu vertikal pada sebuah titik yang sama dengan total biaya tetap

dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan biaya variabel per unit (kemiringan sebesar 5). Jika

garis total pendapatan berada dibawah garis total biaya, maka akan muncul daerah laba. Titik dimana garis

total pendapatan dan total biaya berpotongan adalah merupakan titik impas. Untuk mencapai impas, Tyson

Company harus menjual 20 unit dan dengan demikian memperoleh total pendapatan sebesar $200.

2.13. Analisis CVP Dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas

Analisis CVP konvensional mengasumsikan semua biaya perusahaan dapat

dikelompokkan dalam dua kategori : biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan (biaya

variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutnya biaya diasumsikan sebagai

fungsi linier dari volume penjualan.

Pada sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas,biaya di bagi dalam kategori

berdasarkan unit dan non-unit. Penggunaan sistim perhitungan biaya berdasarkan aktivitas tidak

berarrti bahwa analisis CVP kurang bermanfaat. Dalam kenyataannya, analisi CVP menjadi lebih

bermanfaat karena Ia memmberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku biaya.

Persamaan biaya ABC dapat dinyatakan sebagai berikut :

Total = Biaya tetap + (Biaya variabel per Unit x Jumlah unit) + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) +

(Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)

Laba operasi, seperti sebelumnya, adalah total pendapatan dikurangi total biaya.

Hal ini dinyatakan sebagai berikut:

Laba operasi = Total pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah Unit) + (Biaya

pengaturan x Jumlah Pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam rekayasa)]

Menggunakan pendekatan margin kontribusi untuk menghitung titik impas dalam unit. Pada impas, laba

operasi adalah nol, dan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas adalah sebagai berikut:

Unit impas = [(Biaya tetap + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam

rekayasa)] / (Harga – Biaya variabel per unit).

26
Di asumsikan bahwa suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual

untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000. Analisis ini didasarkan pada data

berikut:

Tingkat

penggerak Biaya Variabel Penggerak

aktivitas per unit aktivitas

unit penjualan 10 0

pengaturan 1000 20

rekayasa jam 30 1000

total biaya tetap (konvensional) 100000

total biaya tetap (ABC) 50000

harga jual perunit 20

Table 2.1

Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah yang harus terjual untuk menghasilkan laba sebelum

pajak sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut:

Jumlah unit = (Target laba + Biaya)/(Harga-Biaya variabel per unit)

= ($20.000 + $100.000)/($20-$10)

= $120.000/$10

= 12.000

Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang harus terjual untuk

menghasilkan laba operasi sebesar $20.000 dihitung sebagai berikut:

Jumlah unit = [$20.000 + $50.000 + ($1.000x20) + ($30x1.000)]/($20-$10)

= 12.000 unit

Jumlah unit yang harus dijual adalah sama menurut kedua pendekatan.

Implikasi Strategis: Analisis CVP Konvensinal Versus Analisis ABC

27
Misalkan bahwa setelah di lakukan analisi CVP konvensional, departemen pemasaran menyarankan bahwa

penjualan 12.000 unit mustahil di capai. Hanya 10.000 unit yang mungkin dapat terjual. Presiden direktur

perusahaan kemudian memerintahkan para insinyur perancang produk mencari suatu cara mengurangi biaya

pembuatan produk. Para insyinyur juga di minta untuk mempertahankan persamaan biaya konvensional,

yaitu biaya tetap sebesar $ 100.000 dan biaya variabel $ 10. Biaya variabel per unit sebesar $ 10 terdiri atas

tenaga langsung, $4 ; bahan baku langsung, $5 ; dan overhead variabel , $1.

Guna memenuhi permintaan untuk mengurangi titik impas,departemen teknik memproduksi suatu rancangan

baru yang membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja. Rancangan baru tersebut mengurangi biaya tenaga kerja

langsung sebesar $2 per unit. Rancangan tersebut tidak akan mempengaruhi bahan baku atu overhead

variabel. Dengan demikina,biaya variabel yang baru adalah $8n per unit dan titik impas adalah ssb :

Jumlah unit = biaya tetap : (harga – biaya variable per unit )

= $ 100.000 : ($ 20 - $ 8)

= 8.333 unit

Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual dihitung sbb :

Penjualan ( $ 20 x 10.000 ) $ 200.000

Dikurangi : beban variabel ( $8 x 10.000) 80.000

Margin kontribusi $ 120.000

Dikurangi : beban tetap 100.000

Laba operasi $ 20.000

Satu tahun kemudian,presiden direktur mendapati bahwa peningkatan laba yang di harapkan tidak terjadi.

Sebaliknya,perusahaan mengalami kerugian,mengapa?

Jawabannya di berikan oleh pendekatan ABC pada analysis CVP.

Hubungan biaya ABC awal pada contoh tersebut adalah sbb :

Total biaya = $ 50.000 + ($ 10 x unit ) + ( $ 1000 x pengaturan) + ($ 30.000 x jam rekayasa)

Misalkan bahwa rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih rumit, sehingga meningkatkan

biaya per pengaturan dari $ 1000 menjadi $ 1600.

28
Juga misalkan bahwa rancangan baru itu, karena peningkatan kandungan teknis, membutuhkan dukungan

teknik tambahan sebesar 40 persen (dari 1000 jam menjadi 1400 jam).

Persamaan biaya yabg baru, termasuk pengurangan biaya variabel tingkat unit , adalah sbb :

Total biaya = $ 50.000 + ( $ 8 x unit ) + ($ 1600 x pengaturan) + ($ 30 x jam rekayasa )

Titik impas, dengan laba operasi nol dan menggunaan persamaan ABC, dihitung sbb :

(anggap bahwa 20 pengaturan masih di lakukan)

Jumlah unit = [ ( $ 50.00 + ($ 1600 x 20 ) + ( $ 30.000 x 1400 ) ] : ($ 20 - $ 8)

= $ 124.000 : $ 12

= 10.333 unit.

Dan laba operasi untuk 10.000 unit di hitung sbb :

(ingat kembali bahwa jumlah maksimal yang dapat terjual adalh $ 10.000)

Penjualan ( $ 20 x 10.000 ) $ 200.000

Dikurangi : beban variabel berdasarkan unit ( $ 8 x 10.000) 80.000

Margin kontribusi $120.000

Dikurangi : beban variabel berdasarkan non unit :

Pengaturan ( $ 1600 x 20 ) $ 32.000

Dukungan teknik ( $ 30 x 1400 ) 42.000 74.000

Margin yang dapat di telusuri $ 46.000

Dikurangi : beban tetap 50.000

(rugi) operasional $ (4000)

2.14. Margin Keamanan (Margin of Safety)

Margin of safety atau tingkat keamanan memberikan informasi tentang seberapa jauh

volume penjualan boleh turun dan yang dianggarkan namun perusahaan tidak menderita rugi.

Dengan kata lain, margin of safety merupakan batas keamanan bagi perusahaan dalam hal terjadi

29
penurunan penjualan, berapa pun penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam batasbatas

tersebut perusahaan tidak akan menderita rugi.

Margin keamanan adalah unit yang terjual atau diharapkan dijual atau pendapatan yang diperoleh atau

diharapkan diperoleh diatas volum impas. Margin keamanan dapat dilihat sebagai ukuran kasar dari resiko.

Selalu saja ada kejadian, tidak diketahui pada waktu perencanaan, yang dapat menurunkan penjualan di

bawah tingkat yang awalnya diharapkan.

Margin of safety dapat juga disajikan dalam persentase. Rumus perhitungannya sebagai berikut:

Margin keamanan = TotalPenjualan (aktual) − penjualan titik impas

Margin of safety dapat membantu manajer untuk mengetahui besarnya resiko yang terkandung dalam suatu

rencana penjualan. Bila margin keamanan suatu perusahaan besar (dengan angka penjualan yang diharapkan

pada tahun mendatang), maka resiko untuk menderita kerugian yang harus diambil penjualan suatu putaran

ke bawah akan semakin berkurang daripada margin keamanan yang kecil. (Hansen & Mowen, 2000:450)

Dengan ilustrasi perusahaan X sebelumnya dimana kenaikan penjualan yang dianggarkan sebanyak 400 unit,

berikut perhitungan margin keamanan dan persentase margin keamanan:

Margin keamanan = Total Penjualan (aktual)- penjualan titik impas

= Rp.100.000.000 - Rp.87.500.000

= Rp.12.500.000

Persentase Margin Keamanan = (Margin Keamanan dalam Rupiah/ TotalPenjualan yang dianggarkan) x

100%

Persentase Margin Keamanan = 12.500.000/100.000.000 X 100%

= 0,125 x 100%

=12,5%

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan penurunan penjualan sebesar 12,5% atau Rp.12.500.000,- maka

perusahaan hanya akan berada dalam keadaan impas. Dalam hal ini, Persentase Margin Keamanan = Margin

Keamanan dalam Rupiah TotalPenjualan yang dianggarkan X 100%

30
manajer dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan volum penjualan atau menurunkan biayanya.

Langkah ini akan membantu untuk menurunkan timbulnya resiko kerugian.

2.15. Struktur Biaya (Cost Structure) (R)

Setiap perusahaan juga dapat mempunyai struktur biaya yang berbeda-beda. Struktur biaya adalah

perbandingan relatif antara biaya tetap dan biaya variabel di dalam suatu organisasi. (Supriyono, 1999:540).

Jenis Struktur biaya pada suatu perusahaan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Struktur biaya variabel rendah tetapi biaya tetapnya tinggi.

b. Struktur biaya variabel tinggi tetapi biaya tetapnya rendah.

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pengaruh struktur biaya terhadap laba, berikut ini dibahas

contoh pada dua perusahaan yang mempunyai struktur biaya yang berlawanan. (Garrison, Noreen & Brewer,

2006:341)Pada tingkatan penjualan tertentu, laba pada kedua perusahaan tersebut besarnya dapat sama.

Pengaruh struktur biaya terhadap perubahan laba perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut:

PT. X PT. Y

Jumlah (Rp.) % Jumlah (Rp.) %

Penjualan 1,000,000 100 1,000,000 100

Biaya Variabel 600,000 60 200,000 20

Marjin Kontribusi 400,000 40 800,000 80

Biaya Tetap 200,000 600,000

Laba Bersih 200,000 200,000

a. Jika terjadi kenaikan penjualan maka perusahaan yang struktur biaya variabelnya rendah dan biaya

tetapnya tinggi, mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih tinggi. Akan tetapi, jika

terjadi kenaikan penjualan pada perusahaan yang mempunyai struktur biaya variabelnya tinggi dan biaya

tetapnya rendah, maka akan mengakibatkan kenaikan laba yang tidak begitu tinggi. (kenaikan penjualan =

30%).

b. Sebaliknya, jika terjadi penurunan penjualan maka perusahaan yang struktur biaya variabelnya rendah dan

biaya tetapnya tinggi mempunyai resiko penurunan laba yang tinggi pula.Demikian pula dengan

31
penurunan penjualan maka pada perusahaan ini hanya akan mengalami penurunan laba dalam jumlah

relatif kecil.

PT.X PT.Y

Jumlah (Rp.) % Jumlah (Rp.) %

Penjualan 1,300,000 100 1,300,000 100

Biaya Variabel 780,000 60 260,000 20

Marjin Kontribusi 520,000 40 1,040,000 80

Biaya Tetap 200,000 600,000

Laba Bersih 320,000 440,000

PT.X PT.Y

Jumlah (Rp.) % Jumlah (Rp.) %

Penjualan 700,000 100 700,000 100

Biaya Variabel 420,000 60 140,000 20

Marjin Kontribusi 280,000 40 560,000 80

Biaya Tetap 200,000 600,000

Laba Bersih 80,000 (40,000)

Kedua struktur biaya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor dan kondisi yang dihadapi

perusahaan dan sikap manajemen. Kedua struktur biaya tersebut pun masing-masing memiliki

kelebihan dan kekurangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu trend penjualan dalam

jangka panjang, fluktuasi penjualan dari tahun ke tahun dan sikap manajemen di dalam

menghadapi resiko. Dengan melakukan analisis struktur biaya, manajemen perusahaan akan

mendapatkan gambaran pengaruh tingkat kedua jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

2.16. Leverage Operasi (Operating Leverage)

32
Leverage operasi adalah suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba bersih terhadap

perubahan volume penjualan. Tingkat leverage operasi adalah suatu ukuran berupa persentase

dimana pada tingkat penjualan tertentu, perubahan dalam volume penjualan akan mempengaruhi

laba. Leverage operasi dipegaruhi oleh struktur biaya perusahaan. (Garrison, Noreen & Brewer,

2006:343)

Leverage operasi dapat diilustrasikan dengan kembali pada data yang diberikan sebelumnya tentang PT.X

dan PT.Y. Sebelumnya ditunjukkan bahwa 30% kenaikan penjualan (dari Rp.1.000.000,- menjadi

Rp.13.000.000,- untuk setiap perusahaan) menghasilkan 120% peningkatan laba bersih PT.Y (dari

Rp.200.000,- menjadi Rp.440.000,-) dan 60%

Tingkat Leverage Operasi = Margin kontribusi/Laba Bersih (Y)

peningkatan laba bersih PT.X (dari Rp.200.000,- menjadi Rp.320.000,-). Jadi dapat disimpulkan bahwa PT.Y

memiliki leverage operasi yang lebih besar dari PT.X. Berikut adalah contoh perhitungan tingkat leverage

operasi dimana keadaan penjualan perusahaan adalah sebesarRp.1.000.000,-.

Tingkat Leverage Operasi PT. X = Rp .400.000/Rp .200.000 = 2

Tingkat Leverage Operasi PT. Y = Rp .800.000/Rp .200.000 = 4

Jika tingkat operating leverage PT.X adalah 2 maka kenaikan penjualan 30% akan

menaikkan laba sebesar 60%. Sedangkan jikatingkat operating leverage PT.X adalah 4 maka

kenaikan penjualan 30% akan menaikkan laba sebesar 120%. Tinggi rendahnya tingkat leverage

operasi berpengaruh pada struktur biaya dan dapat dilihat bahwa tingkat leverage operasi searah

dengan biaya tetap di suatu perusahaan sehingga tingkat leverage operasi dapat digunakan sebagai

suatu pengukur tingkat biaya tetap. Seorang manajer juga dapat mengunakan tingkat leverage

operasi untuk memperkirakan seberapa cepat pengaruh berbagai persentase perubahan dalam

penjualan terhadap laba. Hal ini memungkinkan manajer merumuskan strategi untuk

mengoptimalkanlaba tanpa harus mempersiapkan laporan laba rugi yang lengkap terlebih dahulu.

33
RINGKASAN KASUS

Skyview Manor merupakan sebuah perusahaan yang hanya bergerak di bidang usaha hotel,
tanpa ada restoran atau bar. Tujuan utamanya adalah memberikan para wisatawan sebuah tempat
penginapan yang baik dan berkualitas tetapi dengan harga yang cukup terjangkau. Skyview
Manor hanya beroperasi selama 120 hari dalam setahun, yaitu pada saat musim dingin dimana
banyak wisatawan datang untuk bermain ski. Skyview Manor memiliki 50 kamar di sisi timur
dengan tarif
$15 dan $20 untuk hunian tunggal dan ganda. Sedangkan untuk sisi barat Skyview Manor,
terdapat 30 kamar dengan tarif yang lebih mahal daripada sisi timur. Hal tersebut dikarenakan
pada sisi barat pemandangan tiap kamar sangat bagus, tarif per kamar adalah $20 dan $25 untuk
masing- masing hunian tunggal dan ganda. Selama beroperasi pada tanggal 2 Desember sampai
dengan akhir Maret, normalnya hotel penuh saat weekend dan rata-rata saat weekday terisi 50
samapi 60 kamar. Akan tetapi saat akhir musim hotel akan mengalami peningkatan sebesar 80%.
Perbandingan antara hunian tunggal dan ganda adalah 2:8.
Tuan Kachek, manajer hotel, merekomendasikan kepada pemilik Skyview Manor untuk
tetap beroperasi sepanjang tahun untuk kamar-kamar di sisi barat agar dapat mengurangi
kerugian selama off season (di luar musim ski). Perkiraan dari Tuan Kachek adalah kamar di sisi
barat akan terisi sebesar 20% sampai 40%, tetapi dengan menurunkan harg aper kamar menjadi

34
$15 untuk hunian tunggal dan $20 untuk ganda. Dengan beroperasi selama off season maka
biaya pemasaran yang diperkirakan muncul sebesar $4,000, sedangkan untuk pemeliharaan
sebesar $2,000.
Selama beroperasi, Nyonya Kacheck akan dibayar $20 per hari dengan tugas mengawasi
pelayan hotel dan membantu bagian resepsionis. Saat musim ski Nyonya Kacheck akan digaji 7
hari kerja seminggu dan saat off season hanya digaji untuk 5 hari kerja. Rata-rata gaji karyawan
administrasi dan pelayan sebesar $24 dan $15. Pajak pendapatan dan tunjangan lain yang
diperoleh sebesar 20% gaji. Biaya asuransi diperkiraan akan meningkat sebesar $500 dalam
tahun tersebut. Peralatan kebersihan dan setengah biaya lain-lain akan dibebankan menjadi biaya
langsung untuk tiap kamar yang dihuni. Sedangkan setengah sisanya akan dicatat menjadi biaya
tetap. Saat hotel beroperasi, maka biaya listrik yang muncul akan tergantung penggunaan listrik
setiap kamar.

Mr. Kacheck menambahkan catatan terkait dengan kolam renang tertutup yang hangat.
Dengan adanya fasilitas tersebut, kemungkinan tingkat hunian kamar hotel akan melebihi 30%.
Biaya investasi untuk kolam renang tersebut adalah sebesar $40,000 yang dapat disusutkan
selama

35
36
37
38
39
40
sesuai dengan target yang disampaikan oleh Tuan Kachek yaitu occupcy rate di atas 36%.
Walaupun dengan pembuatan kolam renang indoor memiliki fixed cost yang tinggi tetapi
occupcy rate yang di atas 30% yang diharapkan meningkatkan contribution margin.

6. Alternatif mana yang direkomendasikan?

Melihat occupancy rate dari ketiga alternative diatas maka kami memilih tingkat occupancy rate
yang paling tinggi yaitu alternative dengan membangun kolam renang air panas tertutup karena
dengan membangun kolam renang , dapat meningkatkan jumlah kunjungan tamu di hotel.

7. Evaluasi profitabilitas hotel sebagai investasi untuk pemilik hotel. Apakah merubah
keputusan no 6?

Pemilik hotel mempunyai tiga alternative yaitu alternative pertama dengan menyewakan ruangan
sebelah barat pada saat off season. Alternatif kedua, pemilik hotel membangun kolam renang air
hangat tertutup sedangkan alternatif ketiga pemilik hotel membangun kolam renang terbuka.
Perhitungan masing-masing alternative adalah sebagi berikut:

Profitabilitas Saat offseason

41
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa jika pemilik hotel membangun kolam renang maka
profitabilitasnya akan negative. Sedangkan jika pemilik hotel membuka sewa pada saat off season tanpa
membangun kolam renang maka profitabilitasnya positif. Kemudian kami mencoba menggabungkan
pendapatan Hotel pada saat ski season dan off season untuk mengetahui proyeksi laba yang akan
dihasilkan hotel dalam satu tahun.

Profitabilitas Ski Season dan Off Season

42
43
Off Season tanpa Kolam Renang Kolam renang
Keterangan
kolam renang Tertutup terbuka

Total Biaya Tetap 14,413 68,213 48,613

Laba Operasi 24,465.61 (13,457.13) 748.56

44
45
Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya

variable. pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap.

Rasio biaya variable (variable cost ratio) pada contoh ini merupakan bagian dari setiap dolar

penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variable. Rasio biaya variable dapat

dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit. Tentu saja, persentase dari

dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variable tertutupi merupakan rasio margin

kontribusi. Rasio margin kontribusi(contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dolar

penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.

46
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Don R & Maryanne M. Mowen.Akuntansi Manajerial, edisi 8.

Jakarta:Salemba.2009.

https://yogisunpriakuntansi.blogspot.com/2014/01/analisis-cvp.html

47

Anda mungkin juga menyukai