DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
i
ii
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian analisis CVP (cost volume profit) adalah analisis yang digunakan untuk menentukan
bagaimana perubahan dalam biaya dan volume dapat mempengaruhi pendapatan operasional (operating
income) perusahaan dan pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui, jumlah produk yang dihasilkan
perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang
dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi lebih besar atau
lebih kecil. Suatu analisa yang menggambarkan bagaimana perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual,
volume penjualan dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan inilah yang disebut dengan
4
Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan, misalkan dalam menetapkan harga jual produk.
Proses analisis ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukan pada
pemahaman terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan. Analisis biaya volume laba (cost profit analysis)
merupakan alat yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya jangka pendek,
karena analisis ini menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang dijual, dan harga. Analisis biaya
volume laba juga dapat menjadi alat yang berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya masalah
ekonomi yang dihadapi perusahaan dan membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang diperlukan.
Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki
hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Dan besarnya biaya
yang dikelurkan perusahaan tersebut pada saat dipertemukan dengan nilai penjualan dari produk
yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode akan berpengaruh secara langsung terhadap
besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Analisis untuk melihat hubungan diantara ketiga
Analisis Biaya-Volume-Laba adalah suatu metode analisis untuk melihat hubungan antara
besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dan besarnya volume penjualan serta laba yang
diperoleh pada suatu periode tertentu. Analisis biaya-voleme-laba sangat membantu manajer suatu
perusahaan untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan fungsinya. Analisis ini membantu
1. Harga Produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan akan dijual di
5
3. Biaya Variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada setiap unit
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode tertentu.
5. Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk – produk perusahaan yang
akan dijual.
Untuk melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa asumsi yang
harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan
diperoleh, yaitu :
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Berarti harga jual setiap unit produk tidak
2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara akurat ke dalam elemen
biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga
harus konstan.
4. Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah persediaan tidak
berubah.
Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah
maka hasil analisi-biaya-volume pasti akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dan dapat
menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Tetapi tujuan utama dari analisis ini adalah hubungan
Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap, manajemen harus teliti
dalam memasukkan semua biaya variable yang relevan yaitu tidak hanya biaya produksi saja tapi juga biaya
penjualan dan biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per unit. Selain itu,
(pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat diartikan sebagai biaya tetap yang diperkirakan
berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan
6
menjadi biaya total, dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit bahwa pendapatan dan total biaya
adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan
rentang output yang terbatas, total biaya diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
Titik Impas (break-event point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total
biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Untutk menentukan titik impas dalam unit, maka perlu
memfokuskan pada laba operasi. Pertama menentukan titik impas dan kemudian melihat
bagaimana pendekatan yang telah digunakan itu dapat dikembangkan untuk menentukan jumlah
pada analisis CVP adalah menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit. Bagi perusahaan
manufaktur contoh seperti Procter & Gamble dapat mendefenisikan sebuah unit sebagai satu
batang sabun mandi merk Ivory. Di pihak lain, perusahaan jasa menghadapi pilihan yang lebih
sulit seperti Delta Airlines dapat mendefenisikan sebuah unit sebagai mil penumpang atau sebagai
Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen tetap dan variabel.
Analisis CVP menfokuskan pada berbagai faktor yang mempengaruhi perubahan dalam
komponen laba. Karena kita membahas analisis CVP dalam kerangka unit yang terjual, maka kita
perlu menentukan komponen tetap dan variabel dari biaya serta pendapatan yang berkaitan dengan
unit-unit. Penting untuk disadari bahwa kita sekarang ini memfokuskan pada perusahaan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, biaya-biaya yang sedang kita bicarakan adalah merupakan seluruh
biaya dari perusahaan manufaktur, pemasaran dan administratif. Jadi, apabila kita menyebut biaya
variabel, maka yang kita maksudkan adalah semua biaya yang meningkat akibat lebih banyak unit
yang terjual, termasuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel, dan biaya
7
penjualan dan administratif variabel. Demikian juga, biaya tetap mencakup overhead tetap dan
Laporan laba rugi merupakan suatu alat yang berguna untuk mengorganisasikan biaya-
biaya perusahaan ke dalam kategori tetap dan variabel. Laporan laba rugi dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Laba Operasi (Operating income) hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal
perusahaan. Sedangkan istilah laba bersih (net income) dinyatakan hasil dari laba operasi dikurangi pajak
penghasilan.
Setelah memiliki ukuran unit yang terjual, maka dapat dikembangkanlah persamaan laba operasi
dengan menyatakan pendapatan penjulan dan beban variabel dalam jumlah unit dolar dan jumlah unit. Secara
lebih spesifik, pendapatan penjualan dinyatakan sebagai harga jual per unit dikali jumlah unit yang terjual,
dan total biaya variabel adalah biaya variabel per unit dikali jumlah unit yang terjual. Dengan demikian,
Laba operasi = (Harga x jumlah unit terjual) – (Biaya variabel per unit x
(M) Contoh berikut ini adalah mencari titik impas dalam unit. Contohnya adalah Thomas Company
memproduksi mesin pemotong rumput. Berikut ini adalah proyeksi laporan laba rugi perusahaan Thomas
Company
8
Laba operasi $ 30.000
Hal ini menunjukan bahwasanya Thomas Company mempunyai harga adalah $400 per unit, dan biaya
variabel per unit adalah $325 ($325.000/1000 unit). Biaya tetap adalah $45.000. Maka pada titik impas,
Unit = 600
Dengan demikian, Thomas Company harus menjual 600 pemotong rumput untuk menutupi semua
beban tetap dan variabel. Suatu cara yang baik untuk memeriksa jawaban ini adalah dengan
memformulasikan suatu laporan laba rugi berdasarkan 600 unit yang terjual.
Laba operasi $ 0
Sebuah keunggulan penting dari pendekatan laba operasi adalah bahwa seluruh persamaan CVP
berikutnya diturunkan dari laporan laba rugi menurut perhitungan biaya variabel. Sehingga setiap persoalan
Salah satu cara cepat yang digunakan untuk menghitung titik impas dalam unit yaitu dengan
menggunakan margin kontribusi. Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan
dikurangi total biaya variabel. Pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap. Apabila kita
mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel per unit pada persamaan laba
operasi dan memperoleh jumlah unit, maka kita akan mendapatkan persamaan dasar impas sebagai berikut:
9
Jumlah unit = Biaya tetap/Margin kontribusi per unit
Dengan menggunakan contoh dari Thomas Company margin kontirbusi per unit dapat dihitung
dengan salah satu dari dua cara berikut. Cara pertama adalah dengan membagi total margin kontribusi
dengan unit yang terjual($75.000/1000) hasilnya $75 .Cara kedua penjualan dikurangi biaya variabel ($400 -
$325) hasilnya $75.Untuk menghitung jumlah unit impas Thomas Company, menggunakan persamaan dasar
= $45.000/$75
= 600
Tentu saja, jawabannya sama persis dengan yang dihitung dengan menggunakan laporan laba rugi.
2.6. Penjualan dalam unit yang Diperlukan untuk Mencapai Target Laba
Meskipun titik impas merupakan informasi yang berguna, namun kebanyakan perusahaan ingin
memperoleh laba operasi lebih besar daripada nol. Analisis CVP menyediakan cara untuk menentukan
berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan target laba tertentu. Target laba operasi dapat dinyatakan
sebagai sebuah jumlah dolar (misalnya, $20.000) atau sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan
(contohnya, 15 persen dari pendapatan). Baik pendekatan laba operasi maupun pendekatan margin kontribusi
Target Laba sebagai sebuah Jumlah Dolar Anggaplah bahwa Thomas Company ingin memperoleh
laba operasi sebesar $60.000. Berapakah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk mencapai hasil
ini? Jika menggunakan laporan laba rugi maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Unit =1.400
Jika menggunakan persamaan dasar impas, maka perlu menambahkan target laba sebesar $60.000
10
Unit = $105.000/$75
Unit = 1.400
Artinya Thomas harus menjual 1400 mesin pemotong rumput untuk menghasilkan laba operasi
Cara lain untuk memeriksa jumlah unit ini adalah dengan menggunakan titik impas. Seperti yang
baru saja ditunjukkan, Whittier harus menjual 1.400 mesin pemotong rumput, atau 800 lebih banyak dari
volume impas 600 unit, untuk menghasilkan laba sebesar $60.000. Margin kontribusi per mesin pemotong
rumput adalah $75. Perkalian antara $75 dengan 800 unit mesin pemotong rumput diatas impas akan
menghasilkan laba sebesar $60.000 ($75 x 800). Hasil ini menunjukkan bahwa margin kontribusi per unit
untuk setiap unit diatas impas adalah sama persis dengan laba per unit. Karena titik impas telah dihitung,
maka jumlah mesin pemotong rumput yang akan dijual untuk menghasilkan laba operasi $60.000 dapat
dihitung dengan membagi margin kontribusi per unit ke dalam target laba dan menambahkan hasilnya
Secara umum, dengan mengasumsikan biaya tetap tidak berubah, dampak terhadap laba perusahaan
yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang terjual dapat dinilai dengan mengalikan margin kontribusi
per unit dengan perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh, jika 1.500 mesin pemotong rumput, bukan
1.400 yang terjual, maka berapa jumlah laba yang akan diperoleh? Perubahan dalam unit yang terjual adalah
suatu kenaikan sebanyak 100 mesin pemotong rumput, dan margin kontribusi per unit adalah $75. Dengan
11
Target Laba sebagai suatu Persentase dari Pendapatan Penjualan Anggaplah bahwa Thomas
Company ingin mengetahui jumlah mesin pemotong rumput yang harus dijual untuk menghasilkan laba yang
sama dengan 15 persen dari pendapatan penjualan. Pendapatan penjualan adalah harga dikalikan dengan
kuantitas. Dengan menggunakan laporan laba rugi (yang lebih sederhana dalam kasus ini),maka diperoleh:
Unit = 3.000
Apakah volume sebanyak 3.000 mesin pemotong rumput menghasilakn laba yang sama dengan 15
persen dari pendapatan penjualan? Untuk 3000 mesin pemotong rumput, total pendapatan adalah $1,2 juta
($400 x 3.000). Disini laba dapat dihitung tanpa harus menyusun laporan laba rugi yang formal. Ingat, bahwa
diatas impas margin kontribusi per unit adalah laba per unit. Volume impas adalah 600 mesin pemotong
rumput. Jika 3.000 mesin pemotong rumput terjual, maka ada 2.400 (3.000 – 600) mesin pemotong rumput
diatas titik impas yang telah terjual. Jadi, laba sebelum pajak adalah $180.000 ($75 x 2400), yang merupakan
Target Laba Setelah Pajak Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan. Ini
disebabkan karena pajak yang dibayar atas laba nol adalah nol. Namun, ketika perusahaan ingin mengetahui
berapa unit yang harus dijual untuk menghasilkan laba bersih tertentu, maka diperlukan beberapa
pertimbangan tambahan. Ingat kembali, bahwa laba bersih adalah laba operasi setelah pajak penghasilan dan
bahwa angka target laba dinyatakan dalam kerangka sebelum pajak. Dengan demikian, ketika target laba
dinyatakan sebagai laba bersih, harus menambahkan kembali pajak penghasilan untuk memperoleh laba
operasi.
Umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba setelah pajak dihitung dengan
12
= laba operasi (1 – tarif pajak)
Atau
Jadi, untuk mengonversi laba setelah pajak menjadi laba sebelum pajak, cukup membagi laba setelah
Misalkan Thomas Company ingin memperoleh laba bersih sebesar $48750 dan tarif pajaknya adalah
35 persen. Untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target laba sebelum pajak, selesaikanlah
langkah-langkah berikut:
Dengan kata lain, jika tarif pajak adalah 35 persen, maka Thomas Company harus menghasilkan
$75.000 sebelum pajak penghasilan untuk memperoleh $48.750 setelah pajak penghasilan. Dengan
pengonversian ini, maka dapat dihitung jumlah unit yang harus dijual:
Unit = $120.000/$75
Unit = 1.600
Sekarang buktikan lah dengan laporan laba rugi berdasarkan penjualan sebanyak 1.600 mesin
pemotong rumput.
13
2.7. Titik Impas Dalam Dolar Penjualan
Dalam beberapa kasus ketika menggunakan analisis CVP, manajer mungkin lebih suka
menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan daripada unit yang terjual.
Suatu ukuran unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan penjualan
hanya dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual. Sebagai contoh, titik impas
Thomas Company dihitung pada 600 mesin pemotong rumput. Karena harga jual per unit mesin
pemotong rumput adalah $400, maka volume impas dalam pendapatan penjualan adalah $240.000
($400 x 600).
Setiap jawaban yang dinyatakan dalam unit yang terjual dapat secara mudah dikonversi
menjadi satu jawaban yang dinyatakan dalam pendapatan penjualan, tetapi jawaban tersebut bisa
dihitung secara lebih langsung dengan mengembangkan rumus terpisah untuk kasus pendapatan
penjualan. Dalam kasus ini, variabel yang penting adalah dolar penjualan, sehingga pendapatan
maupun biaya variabel harus dinyatakan dalam dolar, bukan unit. Karena pendapatan penjualan
selalu dinyatakan dalam dolar, maka pengukuran variabel tidak menjadi masalah. Selanjutnya
akan dibahas secara lebih mendalam mengenai biaya variabel dan melihat bagaimana biaya
Rasio biaya variabel dapat dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit. Tentu
saja, persentase dari dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variabel tertutupi adalah merupakan rasio
margin kontribusi. Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dolar
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.
pendekatan pendapatan penjualan. Disajikan kembali berikut ini adalah laporan laba rugi
14
Dikurangi: Biaya tetap 45.000
Perhatikan bahwa pendapatan penjualan, biaya variabel, dan margin kontribusi telah dinyatakan
dalam bentuk persentase dari penjualan. Rasio biaya variabel adalah 0,8125 ($325.000/$400.000); rasio
margin kontribusi adalah 0,1875 (dihitung dari 1 – 0,8125, atau $75.000/$400.000). Biaya tetap adalah
$45.000. Berdasarkan informasi dalam laporan laba rugi ini, berapakah pendapatan penjualan yang harus
Penjualan = $240.000
Jadi, Thomas harus menghasilkan pendapatan sejumlah $240.000 untuk mencapai impas.
Perhatikan bahwa (1 – 0,8125) adalah rasio margin kontribusi. Sehingga dapat melewati beberapa
langkah dengan mengetahui bahwa Penjualan – (Rasio biaya variabel x Penjualan) adalah sama
Bagaimana dengan persamaan dasar impas yang digunakan untuk menentukan titik impas dalam
unit? Kita dapat juga menggunakkan pendekatan tersebut dalam kasus ini. Ingat kembali bahwa rumus titik
Jika kita mengalikan kedua sisi persamaan dengan harga, maka sisi kiri akan sama dengan pendapatan
Harga x Unit impas = Harga x [Biaya tetap/(Harga – Biaya variabel per unit)]
15
Sekali lagi, dengan menggunakkan data Whittier Company, dolar penjualan impas adalah
1. Biaya tetap = marjin kontribusi, artinya laba nol (perusahaan pada titik impas).
Pertimbangkan pertanyaan berikut: Berapakah pendapatan penjualan yang harus dihasilkan Thomas
untuk memperoleh laba sebelum pajak sebesar $60.000? (pertanyaan ini mirip dengan yang ditanyakan
sebelumnya dalam hal unit, tetapi pertanyaannya sekarang adalah langsung dalam hal pendapatan penjualan).
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, tambahkanlah target laba operasi sebesar $60.000 kepada biaya tetap
= $105.000/0,1875
= $560.000
Thomas harus menghasilkan pendapatan $560.000 untuk mencapai target laba sebesar $60.000.
Karena impas adalah $240.000 diatas impas harus dihasilkan. Perhatikan bahwa perkalian antara rasio
margin kontribusi dengan pendapatan di atas impas menghasilkan laba sebesar $60.000 (0,1875 x $320.000).
Diatas impas, rasio margin kontribusi merupakan rasio laba; karena itu, rasio tersebut menggambarkan
bagian dari setiap dolar penjualan yang dapat diperuntukkan bagi laba. Dalam contoh ini, setiap dolar
penjualan yang diterima di atas impas akan meningkatkan laba sebesar $0,1875.
Secara umum, dengan asumsi bahwa biaya tetap tidak berubah, rasio margin kontribusi dapat
digunakan untuk mengetahui dampak terhadap laba atas perubahan pendapatan penjualan. Untuk
memperoleh total perubahan dalam laba yang diakibatkan oleh perubahan pendapatan, kalikan rasio margin
16
kontribusi dengan perubahan dalam penjualan. Sebagai contoh, jika pendapatan penjualan adalah $540.000,
bukan $560.000, bagaimana pengaruhnya terhadap laba yang diharapkan? Penurunan pendapatan penjualan
sebesar $20.000 akan mengakibatkan penurunan laba sebesar $3750 (0,1875 x $20.000).
Untuk pengaturan produk tunggal, pengubahan titik impas dalam unit menjadi impas dalam
pendapatan penjualan hanya merupakan masalah pengalian harga jual per unit dengan unit yang terjual. Lalu,
mengapa kita menggunakkan rumus terpisah untuk pendekatan pendapatan penjualan? Ada dua alasan untuk
ini. Pertama, rumus pendapatan penjualan memungkinkan kita untuk secara langsung mencari pendapatan
jika hal tersebut yang dikehendaki. Kedua, pendekatan pendapatan penjualan jauh lebih mudah untuk
digunakan dalam pengaturan multiproduk, seperti yang akan dibahas dalam bagian berikut.
Analisis biaya-volume-laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal. Namun,
kebanyakan perusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau jasa. Meskipun kompleksitas
konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam situasi multiproduk, namun pengoprasiannya tidak berbeda
jauh. Kita lihat bagaimana mengadaptasi rumus-rumus yang digunakan dalam pengaturan produk tunggal
Thomas Company telah memutuskan untuk menawarkan dua model mesin pemotong rumput: mesin
pemotong rumput manual dengan harga jual $400 dan mesin pemotong rumput otomatis dengan harga jual
$800. Departemen pemasaran yakin bahwa sebanyak 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin
pemotong rumput otomatis dapat dijual selama tahun depan. Pengawas perusahaan telah menyusun proyeksi
Mesin Mesin
Manual Otomatis Total
Penjualan $480.000 $640.000 $1.120.000
17
Dikurangi : beban tetap langsung 30.000 40.000 70.000
Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah biaya tetap yang dapat ditelusuri ke masing-
masing produk, dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada. Beban tetap umum adalah biaya tetap yang
tidak dapat ditelusuri ke produk, dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk telah dieliminasi.
Pemilik Thomas agak cemas terhadap penambahan lini produk baru dan ingin mengetahui
berapa banyak masing-masing model harus terjual untuk mencapai impas. Maka dengan
menggunakan persamaan yang telah kita kembangkan sebelumnya, dimana biaya tetap dibagi
dengan margin kontribusi. Namun persamaan ini menimbulkan beberapa masalah. Persamaan ini
dikembangkan untuk analisis produk tunggal. Untuk dua produk, terdapat dua margin konribusi
per unit. Mesin pemotong rumput manuala memiliki margin kontribusi per unit sebesar $75 ($400
- $325), dan mesin pemotong rumput otomatis memiliki margin kontribusi sebesar $200 ($800 -
$600)
Salah satu pemecahan yang mungkin adalah dengan dengan menerapkan analisis secara terpisah ke
masing-masing lini produk. Dengan cara itu, akan diperoleh titik impas individu jika laba didefenisikan
sebagai margin produk. Impas untuk mesin pemotong rumput manual adalah sebagai berikut:
= $30.000/$75
= 400 unit
18
Impas untuk pemotong runput otomatis adalah :
Jadi sebanyak 400 mesin pemotong rumput manual dan 200 mesin pemotong rumput otomatis harus
dijual untuk mencapai margin produk impas. Namun, margin produk impas hanya menutup biaya tetap
langsung, smentra biaya tetap umum masih belum tertutupi. Penjualan kedua mesin pemotong rumput dalam
jumlah tersebut akan menimbulkan kerugian sebesar biaya tetap umum. Belum ada titik impas perusahaan
secara eseluruhan diidentifikasi. Bagaimanapun, biaya tetap umum masih harus diperhitungkan dalam
analisis.
Pengalokasian biaya tetap umum ke masing-masing lini produk sebelum menghitung titik impas
dapat mengtasi kesulitan ini. Permasalahan dalam pendekatan ini adalah bahwa alokasi biaya tetap umum
bersifat acak. Jadi, tidak ada volume impas yang tampak secara langsung.
Pemecahan lainnya yang mungkin adalah dengan mengonversikan masalah multiproduk menjadi
masalah produk tunggal. Jika ini dapat dilakukan, maka seluruh metodologi CVP produk tunggal dapat
diterapkan secara langsung. Kunci dari konversi ini adalah mengidentifikasi bauran penjualan yang
diharapkan dalam unit dari produk-produk yang dipasarkan. Bauran penjualan (sales mix) adalah kombinasi
Bauran penjualan dapat dikur dalam unit yang terjual atau dalam bagian dari pendapatan. Contohnya,
jika Thomas berencana menjual 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput
otomatis, maka bauran penjualan dalam unit adalah 1.200.800. Biasanya, bauran penjualan diturunkan
sampai bilangan bulat terkecil. Jadi, bauran relatif 1.200.800 dapat diturunkan hingga 12:8 dan selanjutnya
menjadi 3:2. Dengan kata lain, untuk setiap tiga mesin peotong rumput manual yang terjual, ada dua mesin
19
Alternatif lainnya, bauran penjualan juga dapat dinyatakan dalam persentase dari total pendapatan
yang dikontribusikan oleh masing-masing produk. Pada kasus diatas, pendapatan dari mesin pemotong
rumput manual adalah $480.000 ($400 x 1.200), dan pendapatan dari mesin pemotong rumput otomatis
adalah $640.000 ($800 x 800). Mesin pemotong rumput manual mencakup 42,86% dari total pendapatan dan
mesin pemotong rumput otomatis mencakup 57,14% sisanya. Mungkin hal ini terlihat seperti bahwa kedua
bauran penjualan adalah berbeda. Bauran penjualan dalam unit adalah 3:2 yaitu, dari setiap lima mesin yang
terjual, 60% adalah mesin pemotong rumput manual dan 40% mesin pemotong rumput otomatis. Namun,
bauran penjualan berdasarkan pendapatan adalah 42,86% untuk mesin pemotong rumput manual. Apa
perbedaannya? Bauran penjualan dalam pendapatan menggunakkan bauran penjualan dalam unit dan
memberikannnya bobot menurut harga. Jadi, meskipun proporsi mendasari mesin yang terjual tetap 3:2,
namun mesin pemotong rumput manual yang harganya lebih rendah diberi bobot lebih ringan pada saat harga
dimasukkan dalam penghitungan. Untuk analisis CVP, harus menggunakkan bauran penjualan yang
Sejumlah bauran penjualan yang berbeda dapat digunakkan untuk menetapkan volume impas.
Contohnya, bauran penjualan sebesar 2:1 akan mendapatlan titik impas pada 550 mesin pemotong rumput
manual dan 275 mesin pemotong rumput otomatis. Total margin kontribusi yang dihasilkan oleh bauran ini
adalah $96.250 [($75 x 550) + ($200 x 275)]. Demikian juga, jika 350 mesin pemotong rumput manual dan
350 mesin pemotong rumput otomatis terjual (untuk bauran penjualan 1:1), maka total margin kontribusi
adalah juga $96.250 [($75 x 350) + ($200 x 350)]. Karena total biaya tetap adalah $96.250, maka kedua
bauran penjualan merupakan titik impas.Tetapi menurut studi pemasaran yang dilakukan Thomas, ia
menginginkan bauran penjualan sebesar 3:2. Inilah rasio yang harus digunakan; sementara yang lainnya
dapat diabaikan.
Penetuan bauran penjualan tertentu memungkinkan kita untuk mengonversi masalah multi produk ke
dalam format CVP produk tunggal. Karena Thomas berharap menjual 3 mesin pemotong rumput manual atas
setiap 2 mesin pemotong rumput otomatis, maka Thomas bisa mendefenisikan produk tunggal yang yang
20
dijualnya sebagai suatu paket yang berisi tiga mesin pemotong rumput manual dan dua mesin pemotong
rumput otomatis. Dengan menetapkan produk tersebut sebagai suatu paket, masalah multiproduk dikonversi
menjadi masalah produk tunggal. Untuk menggunakkan titik impas dalam unit, harga jual paket dan biaya
variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket tersebut, bauran penjualan, harga
setiap produk, dan masing-masing biaya variabel diperlukan. Menurut data produk individu yang disajikan
dalam proyeksi laporan laba rugi, niai paket dapat dihitung sebagai berikut:
Berdasarkan margin kontribusi perpaket di atas, persamaan dasar impas dapat digunakan untuk
menentukan jumlah paket yang perlu dijual guna mencapai impas. Dari proyeksi laba rugi Thomas. Dapat
diketahui bahwa total biaya tetap perusahaan adalah$96.250. Jadi titik impasnya adalah:
= $96.250/$625
= 154 paket
Thomas harus menjual 462 mesin pemotong rumput manual (3 x 154) dan 308 mesin pemotong rumput
otomatis (2 x 154) untuk mencapai impas. Laporan laba rugi yang memeriksa kebenaran solusi ini disajikan
Laba Operasi $ 0
Untuk bauran penjualan tertentu, analisis CVP dapat digunakan seolah-olah perusahaan menjual
produk tunggal. Namun berbagai tindakan yang mengubah harga masing-masing produk dapat
mempengaruhi bauran penjualan karena pelanggan mungkin membeli relatif lebih banyak atau lebih sedikit
21
produk tersebut. Perlu diingat bahwa sebuah bauran penjualan yang baru akan mempengaruhi unit dari setiap
produk yang perlu dijual untuk mencapai target laba yang diinginkan. Jika bauran penjualan untuk periode
mendatang tidak pasti maka mungkin perlu untu dipertimbangka beberapa bauran yang berbeda. Dengan cara
ini, manajer dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai berbagai hasil yang mungkin dicapai oleh
perusahaan.
Kompleksitas pendekatan titik impas dalam unit meningkat secara dramatis ketika jumlah produk
bertambah. Bayangkan pengguna analisis ini pada perusahaan yang memproduksi ratusan produk. Observasi
ini tampaknya berlebihan dibandingkan keadaan sebenarnya. Komputer dapat dengan mudah menangani
suatu masalah yang melibatkan sangat banyak data. Lagipula, banyak perusahaan menyederhanakan masalah
itu dengan menganalisis kelompok produk daripada produk individu. Cara lain untuk menangani
meningkatnya kompleksitas tersebut adalah dengan beralih dari pendekatan unit yang terjual ke pendekatan
pendapatan penjualan. Pendekatan ini mampu menyelesaikan analisis CVP multiproduk hanya dengan
menggunakkan data ikhtisar yang terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan. Syarat-syarat yang diperlukan
Untuk mengilustrasikan titik impas dalam dolar penjualan, contoh yang sama akan digunakan. Akan tetapi,
satu-satunya informasi yang diperlukan adalah proyeksi laporan laba rugi Thomas Company secara
keseluruhan.
Penjualan $1.120.000
Perhatikan bahwa laporan laba rugi diatas sesuai dengan kolom total laporan laba rugi
yang lebih terinci yang diperiksa sebelumnya. Proyeksi laporan laba rugi bersandar pada asumsi
bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis akan
22
terjual (bauran penjualan sebesar 3:2). Titik impas dalam pendapatan penjualan juga bersandar
pada bauran penjualan yang diharapkan. (Sama seperti pendekatan unit yang terjual, bauran
penjualan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda).Dengan laporan laba rugi tersebut,
pertanyaan umum mengenai CVP dapat diajukan. Misalnya, berapa pendapatan penjualan yang
harus dihasilkan untuk mnecapai impas? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bagi total biaya
= $96.250/0,2232
= $431.228
Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakkan asumsi bauran penjualan tetapi
pemngabaikan persyaratan penghitungan margin kontribusi per paket. Tidak ada pengetahuan terhadap data
produk individual yang diperlukan. Upaya perhitungannya mirip dengan yang digunakan dalam pengaturan
produk tunggal. Selain itu, jawabannya masih dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Tidak seperti titik
impas dalam unit, jawaban atas pertanyaan CVP yang menggunakkan dolar penjualan tetap dinyatakan dalam
ukuran ikhtisar tunggal. Namun, pendekatan pendapatan penjualan mengorbankan informasi yang berkaitan
Untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan CVP dapat dilakukan
melalui penggambaran secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer
melihat perbedaan antar biaya variabel dan pendapatan. Hal itu juga dapat membantu mereka
memahami dengan cepat, demapak kenaikan atau penurunan penjualan terhadap titik impas. Dua
grafik dasar yang penting, grafik laba-volume dan grafik biaya-volume-laba, akan disajikan
berikut ini:
Grafik Laba-Volume (profit-volume graph) menggambarkan secara visual hubungan antara laba dan
volume penjualan. Grafik laba-volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi (Laba operasi = (Harga
23
x Unit) – (Biaya variabel per unit x Unit) – Biaya tetap). Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel
terikat, dan unit merupakan variabel bebas. Biasanya, nilai variabel bebas diukur pada sumbu horiontal dan
Agar pembahasan ini lebih nyata, seperangkat data sederhana akan digunakan. Anggaplah bahwa
Tyson Company memproduksi suatu produk tunggal dengan data biaya dan harga sebagai berikut:
Dengan menggunakkan data tersebut, laba operasi dapat dinyatkan sebagi berikut :
Gambar 2.1
Kita dapat membuat grafik hubungan ini dengan meletakkan unit di sepanjang sumbu horizontal dan
laba (rugi) operasi di sepanjang sumbu vertikal. Dua titik diperlukan untuk menggambarkan suatu persamaan
linier. Meskipun dua titik manapun dapat digunakan, kedua titik yang sering dipilih adalah titik-titik yang
menggambarkan volume penjualan nol dan laba nol. Jika unit yang terjual adalah nol, maka Tyson
24
mengalami rugi operasional sebesar $100 (atau laba -$100). Karena itu, titik yang menggambarkan volume
penjualan nol adalah (0, -$100). Dengan kata lain, jika tidak ada penjualan yang dilakukan, perusahaan
mengalami kerugian sebesar total biaya tetap. Jika laba operasi adalah nol, maka unit yang terjual sama
dengan 20. Dengan demikian, titik yang menggambarkan laba nol (impas) adalah (20,$0). Kedua titik
tersebut yang ditunjukkan dalam gambar, membatasi grafik laba yang diperlihatkan disini.
Grafik dapat digunakan untuk menilai laba (rugi) Tyson pada setiap tingkat aktivitas penjualan.
Sebagai contoh, laba yang berkaitan dengan penjualan 40 unit dapat dibaca melalaui grafik dengan (1)
membuat garis vertikal dari sumbu horizontal ke garis laba dan (2) membuat garis horizontal dari garis laba
ke sumbu vertikal. Seperti diilustrasikan dalam gambar , laba dari penjualan 40 unit adalah $100. Grafik
laba-volume, meskipun mudah diinterpretasikan, gagal mengungkapkan bagaimana biaya berubah ketika
volume penjualan berubah. Terdapat sebuah pendekatan alternatif dalam membuat grafik yang dapat
volume, dan laba. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci, perlu dibuat grafik dengan dua garis
terpisah: garis total pendapatan dan garis total biaya. Kedua garis ini disajikan, masing-masing, dengan dua
persamaan berikut:
Dengan menggunakkan contoh Tyson Company, persamaan pendapatan dan biayanya adalah sebagai
berikut:
Untuk menggambarkan kedua persamaan tersebut ke dalam grafik yang sama, sumbu vertikal diukur
dalam dolar dan sumbu horizontal dalam unit yang terjual. Dua buah titik itu diperlukan untuk
menggambarkan masing-masing persamaan. Kita akan menggunakkan koordinat-x seperti pada grafik laba-
volume. Untuk persamaan pendapatan, menetapkan jumlah unit sama dengan 20 menghasilkan titik-titik (0,
$100) dan (20, $200). Grafik setiap persamaan tampak dalam n 1.4.Perhatikan bahwa garis total pendapatan
25
dimulai pada titik nol dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan harga jual per unit (kemiringan
sebesar 10). Garis total biaya memotong sumbu vertikal pada sebuah titik yang sama dengan total biaya tetap
dan meningkat dengan kemiringan yang sama dengan biaya variabel per unit (kemiringan sebesar 5). Jika
garis total pendapatan berada dibawah garis total biaya, maka akan muncul daerah laba. Titik dimana garis
total pendapatan dan total biaya berpotongan adalah merupakan titik impas. Untuk mencapai impas, Tyson
Company harus menjual 20 unit dan dengan demikian memperoleh total pendapatan sebesar $200.
dikelompokkan dalam dua kategori : biaya yang berubah sejalan dengan volume penjualan (biaya
variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap). Selanjutnya biaya diasumsikan sebagai
berdasarkan unit dan non-unit. Penggunaan sistim perhitungan biaya berdasarkan aktivitas tidak
berarrti bahwa analisis CVP kurang bermanfaat. Dalam kenyataannya, analisi CVP menjadi lebih
bermanfaat karena Ia memmberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku biaya.
Total = Biaya tetap + (Biaya variabel per Unit x Jumlah unit) + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) +
Laba operasi, seperti sebelumnya, adalah total pendapatan dikurangi total biaya.
Laba operasi = Total pendapatan – [Biaya tetap + (Biaya variabel per unit x Jumlah Unit) + (Biaya
Menggunakan pendekatan margin kontribusi untuk menghitung titik impas dalam unit. Pada impas, laba
operasi adalah nol, dan jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas adalah sebagai berikut:
Unit impas = [(Biaya tetap + (Biaya pengaturan x Jumlah pengaturan) + (Biaya rekayasa x Jumlah jam
26
Di asumsikan bahwa suatu perusahaan ingin menghitung jumlah unit yang harus dijual
untuk menghasilkan laba sebelum pajak sebesar $20.000. Analisis ini didasarkan pada data
berikut:
Tingkat
unit penjualan 10 0
pengaturan 1000 20
Table 2.1
Dengan menggunakan analisis CVP, jumlah yang harus terjual untuk menghasilkan laba sebelum
= ($20.000 + $100.000)/($20-$10)
= $120.000/$10
= 12.000
Dengan menggunakan persamaan ABC, jumlah unit yang harus terjual untuk
= 12.000 unit
Jumlah unit yang harus dijual adalah sama menurut kedua pendekatan.
27
Misalkan bahwa setelah di lakukan analisi CVP konvensional, departemen pemasaran menyarankan bahwa
penjualan 12.000 unit mustahil di capai. Hanya 10.000 unit yang mungkin dapat terjual. Presiden direktur
perusahaan kemudian memerintahkan para insinyur perancang produk mencari suatu cara mengurangi biaya
pembuatan produk. Para insyinyur juga di minta untuk mempertahankan persamaan biaya konvensional,
yaitu biaya tetap sebesar $ 100.000 dan biaya variabel $ 10. Biaya variabel per unit sebesar $ 10 terdiri atas
Guna memenuhi permintaan untuk mengurangi titik impas,departemen teknik memproduksi suatu rancangan
baru yang membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja. Rancangan baru tersebut mengurangi biaya tenaga kerja
langsung sebesar $2 per unit. Rancangan tersebut tidak akan mempengaruhi bahan baku atu overhead
variabel. Dengan demikina,biaya variabel yang baru adalah $8n per unit dan titik impas adalah ssb :
= $ 100.000 : ($ 20 - $ 8)
= 8.333 unit
Satu tahun kemudian,presiden direktur mendapati bahwa peningkatan laba yang di harapkan tidak terjadi.
Misalkan bahwa rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih rumit, sehingga meningkatkan
28
Juga misalkan bahwa rancangan baru itu, karena peningkatan kandungan teknis, membutuhkan dukungan
teknik tambahan sebesar 40 persen (dari 1000 jam menjadi 1400 jam).
Persamaan biaya yabg baru, termasuk pengurangan biaya variabel tingkat unit , adalah sbb :
Titik impas, dengan laba operasi nol dan menggunaan persamaan ABC, dihitung sbb :
= $ 124.000 : $ 12
= 10.333 unit.
(ingat kembali bahwa jumlah maksimal yang dapat terjual adalh $ 10.000)
Margin of safety atau tingkat keamanan memberikan informasi tentang seberapa jauh
volume penjualan boleh turun dan yang dianggarkan namun perusahaan tidak menderita rugi.
Dengan kata lain, margin of safety merupakan batas keamanan bagi perusahaan dalam hal terjadi
29
penurunan penjualan, berapa pun penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam batasbatas
Margin keamanan adalah unit yang terjual atau diharapkan dijual atau pendapatan yang diperoleh atau
diharapkan diperoleh diatas volum impas. Margin keamanan dapat dilihat sebagai ukuran kasar dari resiko.
Selalu saja ada kejadian, tidak diketahui pada waktu perencanaan, yang dapat menurunkan penjualan di
Margin of safety dapat juga disajikan dalam persentase. Rumus perhitungannya sebagai berikut:
Margin of safety dapat membantu manajer untuk mengetahui besarnya resiko yang terkandung dalam suatu
rencana penjualan. Bila margin keamanan suatu perusahaan besar (dengan angka penjualan yang diharapkan
pada tahun mendatang), maka resiko untuk menderita kerugian yang harus diambil penjualan suatu putaran
ke bawah akan semakin berkurang daripada margin keamanan yang kecil. (Hansen & Mowen, 2000:450)
Dengan ilustrasi perusahaan X sebelumnya dimana kenaikan penjualan yang dianggarkan sebanyak 400 unit,
= Rp.100.000.000 - Rp.87.500.000
= Rp.12.500.000
Persentase Margin Keamanan = (Margin Keamanan dalam Rupiah/ TotalPenjualan yang dianggarkan) x
100%
= 0,125 x 100%
=12,5%
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan penurunan penjualan sebesar 12,5% atau Rp.12.500.000,- maka
perusahaan hanya akan berada dalam keadaan impas. Dalam hal ini, Persentase Margin Keamanan = Margin
30
manajer dapat mempertimbangkan untuk meningkatkan volum penjualan atau menurunkan biayanya.
Setiap perusahaan juga dapat mempunyai struktur biaya yang berbeda-beda. Struktur biaya adalah
perbandingan relatif antara biaya tetap dan biaya variabel di dalam suatu organisasi. (Supriyono, 1999:540).
Jenis Struktur biaya pada suatu perusahaan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pengaruh struktur biaya terhadap laba, berikut ini dibahas
contoh pada dua perusahaan yang mempunyai struktur biaya yang berlawanan. (Garrison, Noreen & Brewer,
2006:341)Pada tingkatan penjualan tertentu, laba pada kedua perusahaan tersebut besarnya dapat sama.
Pengaruh struktur biaya terhadap perubahan laba perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut:
PT. X PT. Y
a. Jika terjadi kenaikan penjualan maka perusahaan yang struktur biaya variabelnya rendah dan biaya
tetapnya tinggi, mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih tinggi. Akan tetapi, jika
terjadi kenaikan penjualan pada perusahaan yang mempunyai struktur biaya variabelnya tinggi dan biaya
tetapnya rendah, maka akan mengakibatkan kenaikan laba yang tidak begitu tinggi. (kenaikan penjualan =
30%).
b. Sebaliknya, jika terjadi penurunan penjualan maka perusahaan yang struktur biaya variabelnya rendah dan
biaya tetapnya tinggi mempunyai resiko penurunan laba yang tinggi pula.Demikian pula dengan
31
penurunan penjualan maka pada perusahaan ini hanya akan mengalami penurunan laba dalam jumlah
relatif kecil.
PT.X PT.Y
PT.X PT.Y
Kedua struktur biaya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor dan kondisi yang dihadapi
perusahaan dan sikap manajemen. Kedua struktur biaya tersebut pun masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu trend penjualan dalam
jangka panjang, fluktuasi penjualan dari tahun ke tahun dan sikap manajemen di dalam
menghadapi resiko. Dengan melakukan analisis struktur biaya, manajemen perusahaan akan
mendapatkan gambaran pengaruh tingkat kedua jenis biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
32
Leverage operasi adalah suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba bersih terhadap
perubahan volume penjualan. Tingkat leverage operasi adalah suatu ukuran berupa persentase
dimana pada tingkat penjualan tertentu, perubahan dalam volume penjualan akan mempengaruhi
laba. Leverage operasi dipegaruhi oleh struktur biaya perusahaan. (Garrison, Noreen & Brewer,
2006:343)
Leverage operasi dapat diilustrasikan dengan kembali pada data yang diberikan sebelumnya tentang PT.X
dan PT.Y. Sebelumnya ditunjukkan bahwa 30% kenaikan penjualan (dari Rp.1.000.000,- menjadi
Rp.13.000.000,- untuk setiap perusahaan) menghasilkan 120% peningkatan laba bersih PT.Y (dari
peningkatan laba bersih PT.X (dari Rp.200.000,- menjadi Rp.320.000,-). Jadi dapat disimpulkan bahwa PT.Y
memiliki leverage operasi yang lebih besar dari PT.X. Berikut adalah contoh perhitungan tingkat leverage
Jika tingkat operating leverage PT.X adalah 2 maka kenaikan penjualan 30% akan
menaikkan laba sebesar 60%. Sedangkan jikatingkat operating leverage PT.X adalah 4 maka
kenaikan penjualan 30% akan menaikkan laba sebesar 120%. Tinggi rendahnya tingkat leverage
operasi berpengaruh pada struktur biaya dan dapat dilihat bahwa tingkat leverage operasi searah
dengan biaya tetap di suatu perusahaan sehingga tingkat leverage operasi dapat digunakan sebagai
suatu pengukur tingkat biaya tetap. Seorang manajer juga dapat mengunakan tingkat leverage
operasi untuk memperkirakan seberapa cepat pengaruh berbagai persentase perubahan dalam
penjualan terhadap laba. Hal ini memungkinkan manajer merumuskan strategi untuk
mengoptimalkanlaba tanpa harus mempersiapkan laporan laba rugi yang lengkap terlebih dahulu.
33
RINGKASAN KASUS
Skyview Manor merupakan sebuah perusahaan yang hanya bergerak di bidang usaha hotel,
tanpa ada restoran atau bar. Tujuan utamanya adalah memberikan para wisatawan sebuah tempat
penginapan yang baik dan berkualitas tetapi dengan harga yang cukup terjangkau. Skyview
Manor hanya beroperasi selama 120 hari dalam setahun, yaitu pada saat musim dingin dimana
banyak wisatawan datang untuk bermain ski. Skyview Manor memiliki 50 kamar di sisi timur
dengan tarif
$15 dan $20 untuk hunian tunggal dan ganda. Sedangkan untuk sisi barat Skyview Manor,
terdapat 30 kamar dengan tarif yang lebih mahal daripada sisi timur. Hal tersebut dikarenakan
pada sisi barat pemandangan tiap kamar sangat bagus, tarif per kamar adalah $20 dan $25 untuk
masing- masing hunian tunggal dan ganda. Selama beroperasi pada tanggal 2 Desember sampai
dengan akhir Maret, normalnya hotel penuh saat weekend dan rata-rata saat weekday terisi 50
samapi 60 kamar. Akan tetapi saat akhir musim hotel akan mengalami peningkatan sebesar 80%.
Perbandingan antara hunian tunggal dan ganda adalah 2:8.
Tuan Kachek, manajer hotel, merekomendasikan kepada pemilik Skyview Manor untuk
tetap beroperasi sepanjang tahun untuk kamar-kamar di sisi barat agar dapat mengurangi
kerugian selama off season (di luar musim ski). Perkiraan dari Tuan Kachek adalah kamar di sisi
barat akan terisi sebesar 20% sampai 40%, tetapi dengan menurunkan harg aper kamar menjadi
34
$15 untuk hunian tunggal dan $20 untuk ganda. Dengan beroperasi selama off season maka
biaya pemasaran yang diperkirakan muncul sebesar $4,000, sedangkan untuk pemeliharaan
sebesar $2,000.
Selama beroperasi, Nyonya Kacheck akan dibayar $20 per hari dengan tugas mengawasi
pelayan hotel dan membantu bagian resepsionis. Saat musim ski Nyonya Kacheck akan digaji 7
hari kerja seminggu dan saat off season hanya digaji untuk 5 hari kerja. Rata-rata gaji karyawan
administrasi dan pelayan sebesar $24 dan $15. Pajak pendapatan dan tunjangan lain yang
diperoleh sebesar 20% gaji. Biaya asuransi diperkiraan akan meningkat sebesar $500 dalam
tahun tersebut. Peralatan kebersihan dan setengah biaya lain-lain akan dibebankan menjadi biaya
langsung untuk tiap kamar yang dihuni. Sedangkan setengah sisanya akan dicatat menjadi biaya
tetap. Saat hotel beroperasi, maka biaya listrik yang muncul akan tergantung penggunaan listrik
setiap kamar.
Mr. Kacheck menambahkan catatan terkait dengan kolam renang tertutup yang hangat.
Dengan adanya fasilitas tersebut, kemungkinan tingkat hunian kamar hotel akan melebihi 30%.
Biaya investasi untuk kolam renang tersebut adalah sebesar $40,000 yang dapat disusutkan
selama
35
36
37
38
39
40
sesuai dengan target yang disampaikan oleh Tuan Kachek yaitu occupcy rate di atas 36%.
Walaupun dengan pembuatan kolam renang indoor memiliki fixed cost yang tinggi tetapi
occupcy rate yang di atas 30% yang diharapkan meningkatkan contribution margin.
Melihat occupancy rate dari ketiga alternative diatas maka kami memilih tingkat occupancy rate
yang paling tinggi yaitu alternative dengan membangun kolam renang air panas tertutup karena
dengan membangun kolam renang , dapat meningkatkan jumlah kunjungan tamu di hotel.
7. Evaluasi profitabilitas hotel sebagai investasi untuk pemilik hotel. Apakah merubah
keputusan no 6?
Pemilik hotel mempunyai tiga alternative yaitu alternative pertama dengan menyewakan ruangan
sebelah barat pada saat off season. Alternatif kedua, pemilik hotel membangun kolam renang air
hangat tertutup sedangkan alternatif ketiga pemilik hotel membangun kolam renang terbuka.
Perhitungan masing-masing alternative adalah sebagi berikut:
41
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa jika pemilik hotel membangun kolam renang maka
profitabilitasnya akan negative. Sedangkan jika pemilik hotel membuka sewa pada saat off season tanpa
membangun kolam renang maka profitabilitasnya positif. Kemudian kami mencoba menggabungkan
pendapatan Hotel pada saat ski season dan off season untuk mengetahui proyeksi laba yang akan
dihasilkan hotel dalam satu tahun.
42
43
Off Season tanpa Kolam Renang Kolam renang
Keterangan
kolam renang Tertutup terbuka
44
45
Margin kontribusi (contribution margin) adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya
Rasio biaya variable (variable cost ratio) pada contoh ini merupakan bagian dari setiap dolar
penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variable. Rasio biaya variable dapat
dihitung dengan menggunakan data total maupun data per unit. Tentu saja, persentase dari
dolar penjualan yang tersisa setelah biaya variable tertutupi merupakan rasio margin
kontribusi. Rasio margin kontribusi(contribution margin ratio) adalah bagian dari setiap dolar
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba.
46
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:Salemba.2009.
https://yogisunpriakuntansi.blogspot.com/2014/01/analisis-cvp.html
47