Anda di halaman 1dari 72

SKRIPSI

ANALISIS VALUE FOR MONEY PADA LAPORAN AKUNTABILITAS


KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS TANAMAN
PANGAN HORTIKULTURA DAN PETERNAKAN KABUPATEN
BENGKALIS

Disusun dan diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk mendapatkan gelar Serjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Riau

Oleh:
MUHAMMAD AZLY HAWARI
185311035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022
ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan


Bengkalis. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kinerja keuangan
Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan bengkalis pada tahun 2019
sampai dengan 2021 dengan menggunakan metode Value for money.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang digunakan
adalah data primer yaitu Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan
(LAKIP) Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis tahun
2019 sampai dengan tahun 2021, yang diperoleh langsung dari objek penelitian
yaitu Dinas Tanaman Pangan Hortikultra dan Peternakan Bengkalis.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Tanaman Pangan
Hortikultura dan Peternakan Bengkalis menunjukkan bahwa kinerja keuangan
Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan pada Rasio Ekonomis tahun
2019-2021 sudah baik, tetapi hasil dari Rasio Efisiensi dan Rasio Efektivitasnya
belum dapat dikatakan sebagai kinerja yang efisensi serta belum efektif.

Kata kunci : ekonomis, efisiensi, efektivitas, value for money, kinerja

1
ABSTRACT

This research was conducted at the Department of Horticultural Food Crops and
Animal Husbandry Bengkalis. The purpose of this study was to determine the
financial performance of the Department of Horticultural Food Crops and
Animal Husbandry Bengkalis in 2019 to 2021 using the Value for money.

The type of research used is descriptive qualitative. The data used is primary
data, namely the Government Agency Performance Accountability Report
(LAKIP) of the Horticultural Food Crops and Animal Husbandry Bengkalis from
2019 to 2021, which was obtained directly from the object of research, namely the
Horticultural Food Crops and Animal Husbandry Bengkalis.

The results of the research conducted at the Horticultural Food Crops and
Animal Husbandry Bengkalis showed that the financial performance of the
Horticultural Food Crops and Animal Husbandry Bengkalis on Economic Ratio
in 2019-2021 Economic Ratio was good, but the results from the Efficiency Ratio
and Effectiveness Ratio could not be said to be an efficient and effective
performance. not yet effective.

Keywords: economical, efficiency, effectiveness, value for money, performance

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Instansi pemerintah merupakan bentuk pelayanan pemerintah kepada

masyarakat dalam menjalankan tugas sesuai bidangnya. Instansi pemerintah

adalah satu dari bagian yang penting dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban yang

diberikan oleh pemerintah khususnya dalam melaksanakan pembangunan nasional

(good governance). Berhasil atau tidaknya instansi dalam mensukseskan dan

mewujudkan pembangunan nasional didukung oleh beberapa faktor penting,

diantaranya sistem pelaporan keuangan instansi dan kinerja instansi pemerintah

Kinerja pemerintahan kini telah menjadi perhatian masyarakat karena

meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi

dan transparansi terhadap pelaporan keuangan. Masyarakat yang semakin cerdas

dan kritis menuntut pemerintah untuk melakukan transparansi dalam hal aktivitas

pengelolaan sumber daya publik, penyusunan rencana, dan pelaksanaan program

pemerintah. Sebagai media akuntabilitas publik, laporan keuangan pemerintah

berguna untuk mempertanggungjawabkan penggunaan pengelolaan sumber daya

serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan publik kepada pemerintah dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3
4

Akuntabilitas tidak hanya kemampuan menunjukkan bagaimana sumber

yang diperoleh instansi pemerintah tersebut telah dibelanjakan, akan tetapi

memperhitungkan kemampuan pemerintah dalam menunjukkan sumber dana

instansi pemerintah telah dibelanjakan dan digunakan sesuai dengan

ketentuannya, serta sesuai dengan apa yang telah dianggarkan instansi pemerintah

pada tahun anggaran terkait. Akuntabilitas publik terkait pada kewajiban untuk

menjelaskan serta menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah, sedang

direncanakan, dan akan dilaksanakan organisasi publik.

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Pasal 29 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa Aparat Pengawasan

Internal Pemerintah melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP atau evaluasi

Kinerja pada Kementerian Negara/Lembaga/pemerintah daerah sesuai dengan

kebutuhan berdasarkan kewenangannya. Adapun pedoman penilaian kinerja

tertulis pada pedoman pelaporan kinerja pemerintah PermenPAN dan RB tahun

2015 tentang evaluasi atas implementasi sistem pengukuran kinerja meliputi

kegiatan evaluasi terhadap perencanaan strategis, termasuk di dalamnya perjanjian

kinerja dan sistem pengukuran kinerja, penilaian terhadap penyajian dan

pengungkapan informasi kinerja, evaluasi terhadap program dan kegiatan; dan

evaluasi terhadap kebijakan instansi/unit kerja yang bersangkutan. PermenPAN

dan RB Nomor 12 Tahun 2015 menjelaskan definisi implementasi evaluasi

SAKIP, yaitu suatu aktivitas analisis yang sistematis, pemberian nilai, atribut,

apresiasi, dan pengenalan permasalahan, serta pemberian solusi atas masalah yang
5

ditemukan untuk tujuan peningkatan akuntabilitas dan kinerja instansi/unit kerja

pemerintah.

Value for money merupakan prinsip pengelolaan organisasi sektor publik

yang mendasar pada tiga elemen utama yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektifitas.

Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input

paling kecil untuk mencapai output yang optimal dalam rangka mencapai tujuan

organisasi (Iswahyudi et al.2016). Ekonomis: perolehan input dengan kualitas dan

kuantitas tertentu pada harga terendah. Ekonomis merupakan perbandingan input

dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Efisiensi: pencapaian

output yang maksimum dengan input tertentu untuk penggunaan input yang

terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan

output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah

ditetapkan. Efektifitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang

ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome

dengan input.

Value for money adalah suatu konsep yang menilai kinerja suatu organisasi

sektor publik tidak hanya ditinjau dari aspek keuangan saja, tetapi aspek non

keuangan untuk menilai tingkat keberhasilan suatu program kerja sektor publik.

Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah,

penerapan value for money (VFM) sangat penting karena implementasinya akan

memberi manfaat untuk meningkatkan efektivitas pelayanan publik dalam arttian

pelayanan yang diberikan tepat sasaran, alokasi belanja yang lebih berorientasi

pada kepentingan publik, dan meningkatkan kesadaran akan uang publik sebagai
6

akar pelaksanaan akuntabilitas publik. Sebagai model audit, VFM tidak sekedar

menyampaikan kesimpulan berdasarkan tahapan audit yang telah dilaksanakan,

akan tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan di masa

mendatang (Putra dan Wirawati, 2015). Dalam hal ini tujuan yang diinginkan

oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan Value for

Money, yaitu: ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan dan alokasi sumber

daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya dalam arti

penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan, serta efektif (berhasil

guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran (Mahmudi 2013:80).

Value for money adalah konsep pengukuran kinerja yang berdasarkan pada

elemen ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (Halim dan Kusufi, 2018:128).

Tuntutan ini sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan

Peraturan Kementrian Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah yang menyatakan bahwa pengelolaan keuangan

negara dan daerah harus dikelola secara ekonomis, efisien, efektif, serta

bertanggung jawab yang didasarkan dengan asas keadilan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hatta et.al (2021) dengan judul Analisis

Value For Money Pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) Dinas Pendidikan Provinsi Riau menyimpulkan bahwa kinerja keuangan

Dinas Pendidikan Provinsi Riau belum memenuhi prinsip value for money.

Penelitian Kuswanti (2014) dengan judul Analisis Kinerja Keuangan Melalui

Pendekatan Value For Money Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten

Gunungkidul, menyimpulkan bahwa kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten


7

Gunungkidul pada tahun 2012 mampu mencapai hasil yang

cukup baik. Penelitian Sanjaya dan Priyadi (2019) dengan judul Analisis Value

For Money Dalam Pengukuran Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya

menyimpulkan bahwa pengukuran efektivitasnya sudah berhasil karena dalam

pemrosesannya mencapai tujuan dan sasaran; dalam segi efisiensi sudah berhasil

karena output dari kinerja dinas semakin meningkat; dalam segi ekonomis sudah

berhasil dari realisasi anggaran yang lebih hemat. Penelitian Trilaksono dan

Handayani (2020) dengan judul Analisis Value For Money Dan Akuntabilitas

Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menyimpulkan bahwa Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan telah menjalankan kinerjanya dengan akuntabel. Dan penilaian

dari pelayanan publik yang dikeluarkan telah memenuhi kebutuhan pengguna

layanan publik. Penelitian Harindra dan Sapari (2019) dengan judul Analisis

Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Dalam Perspektif Value For

Money menyimpulkan bahwa Badan Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten Sidoarjo

telah memenuhi kewajibannya dalam menyajikan laporan keuangan dan kinerja

instansi pemerintah.

Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kabupaten

Bengkalis merupakan salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di

lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis sesuai dengan Peraturan

Daerah (PERDA) Nomor 03 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan

Kabupaten Bengkalis mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan

Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan bidang Pertanian.


8

Sebagai bentuk komitmen pelaksanaan atas tugas tersebut telah

ditandatangani perjanjian kinerja tahun 2021 yang meliputi sasaran, indikator dan

target yang harus dicapai. Pengukuran capaian kinerja dilakukan dengan cara

membandingkan antara target sasaran dengan realisasinya. Berdasarkan perjanjian

kinerja tahun 2021, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan

Kabupaten Bengkalis terdapat 2 (dua) sasaran dan terdapat 3 (tiga) indikator untuk

menilai realisasi dan capaian di tahun 2021. Pada dasarnya Laporan Akuntabilitas

Kinerja (LAKIP) merupakan laporan yang memberikan penjelasan mengenai

pencapaian kinerja Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan

Kabupaten Bengkalis selama tahun 2021. Capaian kinerja (performance

agreement) tahun 2021 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan organisasi.

Analisis atas capaian kinerja dari rencana kinerja ini akan memungkinkan

identifikasi sejumlah celah kerja (performance gap) bagi perbaikan kinerja dimasa

yang akan datang. Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan

Kabupaten Bengkalis Tahun 2021 berpedoman pada Peraturan Menteri Nomor 53

Tahun 2014 tentang petunjuk Teknis Perjanjian Kerja, Pelaporan Kinerja dan Tata

Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam rangka

melaksanakan peraturan peraturan tersebut, maka Dinas Tanaman Pangan,

Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Bengkalis mengimplentasikan kinerjanya

dalam Rencana Startegis (Strategic Plan), Rencana Kinerja (Performance Plan),

dan Laporan Pertanggungjawaban Kinerja (Performance Accountability Report)

yang dapat mencerminkan tranparansi dan akuntabilitas tersebut. Laporan


9

pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pada level

sasaran dan kegiatan. Pengukuran dengan menggunakan indikator kinerja pada

level sasaran digunakan untuk menunjukkan secara langsung kaitan antara sasaran

dengan indikator kinerjanya, sehingga keberhasilan sasaran berdasarkan Rencana

Kinerja tahunan dapat dilihat dan dipaparkan dengan jelas.

Analisis capaian kinerja yang ditetapkan dalam Rencana Strategis akan

dilakukan selama 5 (lima) tahun, sejak tahun pertama (tahun 2021) sampai tahun

kelima (tahun 2026) dan akan dievaluasi setiap tahun atas kegiatan-kegiatan

tersebut. Hasil capaian kinerja tahun 2021 menunjukkan bahwa Dinas Tanaman

Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Bengkalis berhasil mencapai

sasaran yang telah ditargetkan dalam Rencana Kinerja Tahun 2021, meskipun

capaian belum sepenuhnya 100%. Berikut disajikan data Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Dan

Peternakan Kabupaten Bengkalis Tahun 2019-2021:

Tabel 1.1
Pencapaian Kinerja dan Anggaran
Tahun 2019
Kinerja Anggaran
Sasaran No Indikator Kinerja
% Target Realisasi %
Target Realisasi
Realisasi Realisasi
(Rp) (Rp)

Produktivitas
1 Tanaman Pangan 4,38 *4,000 91,32 7,692,050,000,- 7.607.500.909,- 98,9
(Padi)
1.
Meningkatnya
Produktivitas
produktivitas
2 Tanaman Pangan 14,2 *15,100 106,34 404.259.111,- 382.010.657,- 94,5
tanaman
(Palawija)
pangan dan
hortikultura
Produktivitas
Tanaman
3 2,973 *3,050 102,59 177.111.000,- 174.005.000,- 98,25
Hortikultura
(Sayuran)
10

Produktivitas
Tanaman
4 0,013 *0,013 100 328.774.000,- 263.829.909,- 80,25
Hortikultura
(Buah-buahan)

TOTAL 8.602.194.100,- 8.427.346.475,- 97,97


 
    Kinerja Anggaran

No Indikator Kinerja % %
Target Realisasi Target (Rp) Realisasi (Rp)
    Realisasi Realisasi
Populasi ternak
1 14.780 *16.284 110,18 1.148.035.000,- 1.022.189.500,- 89,04
2. sapi
Meningkatnya
Pengelolaan Persentase
Peternakan peningkatan
2 0,38 8,3 218,42 2.018.500.000,- 1.612.981.155,- 79,91
populasi ternak
sehat

TOTAL 3.166.535.000,- 2.635.170.655,- 83,22

  Kinerja Anggaran

No Indikator Kinerja % %
Target Realisasi Target (Rp) Realisasi (Rp)
  Realisasi Realisasi
Produktivitas
tanaman
1 0,78 *0,858 110 241,275,000,- 204,804,500,- 84,88
perkebunan
(Karet)
Produktivitas
tanaman
2 0,917 *0,703 76,66 171.317.000,- 157.224.520,- 91,77
perkebunan
(Kelapa)
3.
Meningkatnya Produktivitas
Keterpaduan tanaman
3 2,68 *1,945 72,57 125.952.000,- 116.792.436,- 92,73
Produktivitas perkebunan
Perkebunan (Kelapa sawit)

Produktivitas
tanaman
4 1,536 *1,390 90,49 184.650.000,- 167,709.378,- 90,83
perkebunan
(Sagu)
Persentase
peningkatan
produktivitas
5 0,068 25,53 37,54 263.952.000,- 196.619.325,- 74,49
tanaman
perkebunan
rakyat
TOTAL 987,146,000,- 843,150,159- 85,41

Kinerja Anggaran
No Indikator Kinerja Target Realisasi % %
Target (Rp) Realisasi (Rp)
(%) (%)
Realisasi Realisasi
4.
Meningkatnya Produktivitas per
1 246 250 101,63 188.920.430,- 185.320.000,- 98,09
Kualitas kelompok tani
Kelompok Tani
Persentase
peningkatan
2 0,45 0,52 115,56 1.381.200.000,- 1.360.788.000,- 98,52
produktivitas
perkelompok tani
11

  Kinerja Anggaran

No Indikator Kinerja % %
Target Realisasi
Target (Rp) Realisasi (Rp)
  (%) (%)
Realisasi Realisasi
5.
1 Nilai Tukar Petani 84,24 81,06 96,23 186.730.000,- 179.283.000,- 96,01
Meningkatnya
Kesejahteraan
Petani/Pekebun
Persentase petani
dengan
2 penghasilan 58,67 56,79 96,8 428.520.000,- 414.526.096,- 96,73
minimal setara
UMR

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis Tahun 2019

Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis Tahun 2019 mempunyai anggaran

sebesar Rp36.314.926.480,00 dengan alokasi anggaran untuk pelaksanaan belanja

pegawai (Belanja Tidak Langsung) pada Dinas pertanian Kabupaten Bengkalis

sebesar Rp16.609.911.850,00 dengan realisasi sebesar Rp16.186.287.146,00 atau

97,45% dan realisasi fisik 100%. Sedangkan alokasi anggaran pelaksanaan

kegiatan (Belanja Langsung) pada Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis sebesar

Rp19.705.014.630,00 dengan persentase keuangan 94,69% dan realisasi fisik

99,45% dan realisasi belanja sebesar Rp18.658.147.867,00. Dari total anggaran

Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis Tahun 2019 sebesar Rp36.314.926.480,00

realisasi belanja keseluruhan yaitu sebesar Rp34.844.435.013,00 atau 95,95%.

Adapun penyerapan anggaran terbesar terdapat pada sasaran 1 yaitu

Meningkatnya produktivitas tanaman pangan dan hortikultura yaitu sebesar Rp

8.427.346.475,- atau 97,97%. Sementara, penyerapan anggaran yang terkecil pada

sasaran 3 Meningkatnya keterpaduan produktivitas perkebunan yaitu

Rp843.150.159,- atau sebesar 85,41%.


12

Tabel 1.2
Pencapaian Kinerja dan Anggaran
Tahun 2020
Kinerja Anggaran
Indikator
Sasaran No % %
Kinerja Target Realisasi Target (Rp) Realisasi (Rp)
Realisasi Realisasi
Produktivitas
1 Tanaman 4,53 *4,520 99,78 2.323.660.978,- 2.144.235.073,- 96,04
Pangan (Padi)

Produktivitas
2 Tanaman 14,2 *17,072 120,23 1.713.510.000,- 1.600.032.191,- 93,38
Pangan
(Palawija)
1. Meningkatnya
Produktivitas Produktivitas
Tanaman Pangan 3 Tanaman 3,033 *3,150 104,9 748.942.600,- 456.111.000,- 60,9
dan Hortikultura Hortikultura
(Sayuran)

Produktivitas
Tanaman
4 0,014 *0,011 78,57 281.390.000,- 207.270.000,- 73,66
Hortikultura
(Buah-
buahan)
TOTAL 4.976.503.578,- 4.407.648.264,- 88,56
    Kinerja Anggaran
Indikator
No % Target %
Kinerja Target Realisasi Realisasi (Rp)
(Rp)
    Realisasi Realisasi
Populasi 15.04
2. Meningkatnya 1 *16.950 112,7 1.21.540.062,- 1.087.086.100,- 96,93
ternak sapi 0
Pengelolaan
Peternakan Persentase
peningkatan
2 0,21 3,86 1,838 -   -  -
populasi
ternak sehat

TOTAL 1.21.540.062,- 1.087.086.100,- 96,93

  Kinerja Anggaran
Indikator
No. Kinerja % %
Target Realisasi Target (Rp) Realisasi (Rp)
Realisasi Realisasi
Produktivitas
tanaman
3. Meningkatnya 1 0,718 *0,887 123,54 276.648.000,- 215.119.604,- 77,75
perkebunan
Keterpaduan (Karet)
Produktivitas
Perkebunan
Produktivitas
2 tanaman 0,918 *0,873 95,1 35.593.000,- 25.988.000,- 73,01
perkebunan
(Kelapa)

3 Produktivitas 2,681 *2,310 86,16 295.487.000,- 224.892.198,- 76,1


tanaman
13

perkebunan
(Kelapa sawit)

Produktivitas
tanaman
4 1,537 *1,594 103,71 202.789.000,- 150.093.000,- 74,01
perkebunan
(Sagu)

Persentase
peningkatan
produktivitas
5 0,007 25,53 364,71 -  -  - 
tanaman
perkebunan
rakyat
TOTAL 810.517.000,- 616.092.802- 76,01
    Kinerja Anggaran
Indikator
No Target Realisasi % %
Kinerja Target (Rp) Realisasi (Rp)
    (%) (%)
Realisasi Realisasi
Produktivitas
4. Meningkatnya
1 per kelompok 322 363 112,73 2.342.810.000,- 2.070.902.000,- 88,39
Kualitas
tani
Kelompok Tani
Persentase
peningkatan
2 produktivitas 0,31 0,45 145,16 - - -
perkelompok
tani

    Kinerja Anggaran
Indikator
No % %
Kinerja Target Realisasi
    Target (Rp) Realisasi (Rp)
(%) (%)
Realisasi Realisasi
5. Sasaran
Meningkatnya Nilai Tukar
Kesejahteraan 1 Petani 84,58 81,06 95,84 80.670.000,- 64.828.900,- 80,36
Petani/Pekebun
Persentase
petani dengan
2 penghasilan 61 56,79 93,1 -   - - 
minimal setara
UMR
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis Tahun 2020

Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis Tahun 2020 mempunyai anggaran

sebesar Rp28.721.988.091,00 dengan alokasi anggaran untuk pelaksanaan belanja

pegawai (Belanja Tidak Langsung) sebesar Rp16.224.738.952,00 telah terealisasi

sebesar Rp.15.705.863.300,00 atau 96,80% dan realisasi fisik 100%. Sedangkan

alokasi anggaran pelaksanaan kegiatan (Belanja Langsung) pada Dinas Pertanian


14

Kabupaten Bengkalis sebesar Rp.12.497.249.139,00 dengan persentase Realisasi

keuangan 90,52% dan realisasi fisik 97,12%. Secara keseluruhan realisasi belanja

Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis Tahun 2020 sebesar Rp 27.018.476.922

atau 94,07%. Adapun penyerapan anggaran terbesar terdapat pada sasaran 1 yaitu

Meningkatnya produktivitas tanaman pangan dan hortikultura yaitu sebesar

Rp4.407.648.264,- atau 88,56%. Sementara, penyerapan anggaran yang terkecil

pada sasaran 3 Meningkatnya keterpaduan produktivitas perkebunan yaitu

Rp616.092.802,- atau sebesar 76,01%.

Tabel 1.3
Pencapaian Kinerja dan Anggaran
Tahun 2021
Kinerja Anggaran
Indikator
Sasaran No % Target Realisasi %
Kinerja Target Realisasi
Realisasi (Rp) (Rp) Realisasi
Produksi
tanaman
1. 1 20.744,50 * 18.950,14 91,35 10.305.932.225,- 9.871.117.736,- 95,78
pangan (Padi)
Meningkatny
a Produksi
Produksi
Tanaman
2 tanaman 987,05 * 915,5 92,75 1.634.610.100,- 1.438.431.982,- 88
Pangan dan
hortikultura
Hortikultura
TOTAL 11.940.542.325,- 11.309.549.718,- 94,72

Kinerja Anggaran
Indikator
2. No % Target Realisasi %
Kinerja Target Realisasi
Meningkatny Realisasi (Rp) (Rp) Realisasi
a Pengelolaan
Peternakan Populasi
1 16.579 *17.312 104.42.00 2.708.425.940,- 2.297.614.800,- 84,83
ternak sapi
TOTAL 2.708.425.940,- 2.297.614.800,- 84,83
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis Tahun 2021

Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kabupaten

Bengkalis Tahun 2021 mempunyai anggaran sebesar Rp35.992.892.403,00

dengan alokasi anggaran untuk pelaksanaan belanja Gaji dan tunjangan ASN
15

sebesar Rp15.469.836.179,00 telah terealisasi sebesar Rp14.107.975.606,00 atau

91,20% dan realisasi fisik 100%. Sedangkan alokasi anggaran pelaksanaan

kegiatan pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kabupaten

Bengkalis sebesar Rp20.523.056.224,00 dengan persentase Realisasi keuangan

92,64% dan realisasi fisik 98,85%. Secara keseluruhan realisasi belanja Dinas

Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Bengkalis Tahun 2021

sebesar Rp33.120.858.853,00 atau 92,02%. Adapun penyerapan anggaran terbesar

terdapat pada sasaran 1 yaitu Meningkatnya produksi tanaman pangan dan

hortikultura yaitu sebesar Rp11.309.549.718,00 atau 94,72%. Sementara,

penyerapan anggaran pada sasaran 2 Meningkatnya produksi peternakan yaitu

Rp2.297.614.800,00 atau sebesar 84,83%.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian pada

Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Dan Peternakan Kabupaten Bengkalis karena

tanaman pangan hortikultura dan peternakan, merupakan salah satu sektor yang

sangat lekat di kehidupan masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten

Bengkalis.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengajukan

penelitian ini dengan judul Analisis Value For Money Pada Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura Dan Peternakan Kabupaten Bengkalis.


16

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaimanakah kinerja keuangan pada Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura Dan Peternakan Kabupaten Bengkalis dengan menggunakan metode

Value For Money dari aspek ekonomi, efektif dan efisien?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

diatas, maka tujuan penelitian ini adalah supaya mengetahui serta mengukur

kinerja keuangan dengan menggunakan metode Value For Money dari aspek

ekonomi, efektif dan efisien Pada Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Dan

Peternakan Kabupaten Bengkalis.

1.4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hasil dari penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun

manfaatnya yaitu:

1. Bagi penulis hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan

penulis mengenai pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan metode

Value For Money pada Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Dan Peternakan

Kabupaten Bengkalis.

2. Bagi Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Dan Peternakan Kabupaten

Bengkalis hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan dan pertimbangan
17

mengenai pengukuran kinerja keuangan dengan metode Value For Money pada

Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Dan Peternakan Kabupaten Bengkalis.

3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan untuk pertimbangan atau referensi

untuk penelitian yang sama ataupun sejenis, yang bisa digunakan sebagai

pembanding bagi penelitian lebih lanjut atas materi yang sama, dan sehingga

penelitian bisa dapat di sempurnakan.

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan , manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Pada bab ini membahas tentang telaah pustaka berdasarkan literatur yang

tersedia, terutama dari buku serta jurnal ilmiah mengenai kinerja

keuangan, indikator kinerja, tujuan pengukuran kinerja, manfaat

penilaian kinerja keuangan, value for money, indikator value for money,

langkah-langkah pengukuran value for money, manfaat implementasi

value for money, dan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang dilakukan

meliputi desain penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data,

teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.


18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang gambaran umum Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Bengkalis dan analisis data

yang membahas tentang hasil pengukuran kinerja dengan menggunakan

metode value for money pada Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan Kabupaten Bengkalis.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian

yang telah dibuat.


BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Berdasarkan PP No 58 Tahun 2005, kinerja adalah keluaran/hasil dari

kegiatan atau program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan

penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Kinerja

merupakan gambaran mengenai tingkat dari sebuah pencapaian pelaksanaan suatu

program/kegiatan/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, visi dan misi organisasi

yang terdapat pada strategik planning disuatu organisasi. Tingkat dari sebuah

pencapaian pelaksanaan pada program didalam organisasi membutuhkan sistem

pengukuran kinerja.

Kinerja Keuangan merupakan ukuran dari pengelolaan keuangan

organisasi dikaitkan dengan pusat pertanggungjawaban. Menurut Fahmi (2012: 2)

yang dimaksud dengan Kinerja Keuangan adalah hasil atau ukuran suatu analisis

yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu organisasi tertentu telah

melaksanakan kegiatannya dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan

keuangan secara baik dan benar.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan

merupakan gambaran pencapaian atas suatu program/kebijakan yang telah

19
20

direncanakan selama periode tertentu yang dapat diukur dengan menggunakan

indikator keuangan.

2.1.2 Indikator Kinerja

Menurut Indra Bastian dalam Rahajeng (2018), indikator kinerja adalah

ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran

atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan indikator masukan

(input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefits) dan dampak

(impacts). Menurut indikator kinerja Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ada

beberapa indikator kinerja yaitu:

1. Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu dalam hal pendanaan, sumber

daya manusia, dan informasi yang diperlukan untuk melakukan kegiatan

untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

2. Indikator keluaran (output) adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu kegiatan

yang telah dilakukan dalam bentuk barang maupun jasa.

3. Indikator hasil (outcome) adalah hasil suatu kegiatan yang dapat

diterima/diwujudkan oleh pihak/masyarakat lain dalam jangka menengah.

4. Indikator manfaat (benefit) adalah manfaat yang dapat langsung diakui oleh

masyarakat/stakeholder lainnya atas kegiatan pemerintah atau organisasi

tertentu.

5. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan dari kegiatan

yang telah dilakukan. Indikator dampak, misalnya: peningkatan kepentingan

umum dan pengukuran pendapatan masyarakat.


21

2.1.3 Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Mardiasmo (2018) dalam bukunya, tujuan sistem pengukuran

kinerja adalah:

1. Untuk mengomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up).

2. Untuk mengukur kinerja financial dan non finansial secara berimbang

sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan

bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence.

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan

kemampuan kolektif yang rasional.

Tujuan pengukuran kinerja menurut Sinambela (2012: 187) , yaitu untuk

membantu memperbaiki kinerja agar kegiatan terfokus pada tujuan dan sasaran

program unit kerja, melakukan pengalokasian sumber daya dan pembuatan

keputusan, serta mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki

komunikasi kelembagaan.

Penilaian kinerja memiliki kegunaan dari tonggak yang memaparkan

bahwa tingkat ketercapaian tujuan serta apakah sebuah organisasi berjalan sesuai

dengan aturan atau menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, mengoreksi

kinerja periode yang akan datang sehingga pengukuran kinerja dapat digunakan

untuk syarat pembelajaran untuk perbaikan kinerja dimasa yang akan datang.
22

2.1.4 Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan

Menurut Chen (2012) ada beberapa manfaat pengukuran kinerja

diantaranya yaitu: memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan

untuk menilai kinerja manajemen, untuk mengevaluasi tingkat pencapaian kinerja

dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif

untuk memperbaiki kinerja, sebagai dasar untuk memberikan penghargaan secara

obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran

kinerja yang telah disepakati, serta sebagai alat komunikasi antara bawahan dan

pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi.

Pengukuran kinerja sangat penting untuk mengukur akuntabilitas dalam

memutuskan dan menghasilkan pelayanan publik yang lebuh baik. Akuntabilitas

bukan sekedar menunjukkan kemampuan bagaimana uang publik dibelanjakan

tetapi meliputi kemampuan dalam menunjukkan bahwa anggaran telah

dibelanjakan secara efektif dan efisien.

2.1.5 Value For Money

Mardiasmo (2018) menyatakan Value for money merupakan konsep

pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama,

yaitu ekonomi, efisiensi, efektivitas.

a. Ekonomi: terkait analisis sejauh mana organisasi sektor publik dapat

meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari

pengeluaran yang boros dan tidak produktif.


23

b. Efisiensi:  perbandingan output input yang dikaitkan dengan standar

kinerja atau target yang telah ditetapkan. Pencapaian output yang

maksimum dengan input yang terendah menunjukkan efisiensi

c. Efektivitas tingkat pencapaian hasil program dengan target yang

ditetapkan.

Melalui konsep value for money, bisa diperoleh informasi mengenai

sebuah indikator pendanaan yang telah digunakan mampu menghasilkan nilai

tertentu bagi masyarakat.

2.1.6 Indikator Value For Money

Menurut Mardiasmo (2018) Peran indikator kinerja adalah untuk

menyediakan informasi sebagai pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Hal

ini tidak berarti bahwa suatu indikator akan memberikan ukuran pencapaian

program yang definitive. Indikator value for money dibagi menjadi dua bagian

yaitu:

1). Indikator alokasi biaya (ekonomis dan efisiensi).

Menurut Mahsun (2013: 181), ekonomi adalah hubungan antara pasar dan

masukan ( cost of input). Pengertian ekonomi (hemat/tepat guna) sering disebut

kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-hati atau cermat

(prudency) dan tidak ada pemborosan. Suatu kegiatan operasional dikatakan

ekonomis jika dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu.

Menurut Mahsun (2013: 181), efisiensi (daya guna) mempunyai

pengertian yang berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran


24

efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang

dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan

operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu

dapat dicapai serendah-rendahnya (spending well). Jadi, pada dasarnya ada

pengertian yang serupa antara efisinesi dengan ekonomi.

2). Indikator kualitas pelayanan (efektivitas).

Menurut Mahsun (2013: 182), efektivitas (hasil guna) merupakan

hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.

Pengertian efektivitas ini pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan

atau target kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses

kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).

Indikator efisiensi dan efektivitas harus digunakan secara bersama- sama.

Karena di satu pihak, mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara ekonomis

dan efisien akan tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai dengan target yang

diharapkan. Sedang di pihak lain, sebuah program dapat dikatakan efektif dalam

mencapai tujuan, tetapi mungki dicapai dengan cara yang tidak ekonomis dan

efisien. Jika program dapat dilakukan dengan efisien dan efektif maka program

tersebut dapat dikatakan efektivitas biaya (cost-effectivenes).


25

2.1.7 Langkah langkah Pengukuran Value for money

Tahap pertama suatu organisasi adalah menentukan input, output dan

outcome, dari penentuan tersebut dikaitkan dengan tujuan, visi dan misi

organisasi. Skema proses kerja dan pengukuran value for money seperti gambar

dibawah:

Gambar 2.1
Skema proses kerja dan pengukuran value for money

(Sumber : Buku Mahmudi “Manajemen Kinerja Sektor Publik” Tahun 2018)

1. Input. Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan

suatu kebijakan, program dan aktivitas. Contoh input diantaranya seperti

dokter di rumah sakit, guru di sekolah, polisi di kapolda, pegawai di suatu

instansi, input dapat juga dinyatakan dalam bentuk uang, misalnya untuk

biaya dokter, gaji guru, dan harga tanah. 

2. Output. Output merupakan hasil yang dicapai dalam suatu program dan

kebijakan, ukuran output ini menunjukan hasil implementasi dari program

atau aktivitas. Contoh output yang dihasilkan polisi adalah tegaknya


26

hukum dan rasa aman masyarakat ukuran output dapat diperkirakan

dengan turunnya angka kriminalitas. 

3. Outcome. Outcome merupakan dampak yang ditimbulkan dari suatu

aktivitas tertentu, outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives)

atau target yang dikehendaki. Contoh outcome dari dinas kebersihan

adalah terciptanya lingkungan kota yang aman bersih dan sehat.

Berikut penjelasan, cara pengukuran, rumus dan kriteria pengukuran value for

money adalah sebagai berikut:

a. Pengukuran Ekonomis 

Ekonomi adalah pemerolehan sumber daya (input) tertentu pada harga

yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang

dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi

sektor publik dapat meminimalisir input resources dengan menghindari

pengeluaran yang boros dan tidak produktif.

Pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran yang didapat,

sedangkan pengukuran ekonomis hanya mempertimbangkan masukan yang

dipergunakan. Ekonomis merupakan ukuran relatif. Pertanyaan sehubungan

dengan pengukuran ekonomis adalah:

1) Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh

organisasi? 

2) Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang

sejenis yang dapat diperbandingkan? 


27

3) Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara

optimal?

Rumus pengukuran ekonomis adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Input = Realisasi anggaran

Input Value = Anggaran

Menurut Mahsun (2016: 186-187), kriteria ekonomis adalah sebagai berikut:

a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti ekonomis.

b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti ekonomis

berimbang.

c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti tidak ekonomis.

b. Pengukuran Efisiensi 

Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran

efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang di

hasilkan terhadap input yang di gunakan (cost of output). Proses kegiatan

operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu

dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-

rendahnya (spending well). Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok
28

bahasan value for money. Karena jika dibandingkan dengan ekonomis dan

efektivitas, efisiensi merupakan salah satu bagian dari indikator value for money

yang dapat diukur dengan rasio antara output dengan input. Ekonomi hanya

menekankan pada input, sedangkan Efektivitas hanya berbicara masalah output

saja.

Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi

dua, yaitu:

1. Efisiensi alokasi. Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan untuk

mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. 

2. Efisiensi teknis atau manajerial. Efisiensi teknis (manajerial) terkait

dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat

output tertentu.

Rumus pengukuran efisiensi adalah sebagai berikut:

Keterangan: 

Output = Hasil yang dicapai oleh kebijakan program dan aktivitas.

Input = Realisasi anggaran.


29

Menurut Mardiasmo (2018), kriteria penilaian efisiensi adalah sebagai

berikut:

a. Jika diperoleh nilai perbandingan lebih dari 100% maka, Efisien.

b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% maka, berarti efisien

berimbang.

c. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% maka, tidak efisien.

c. Pengukuran Efektivitas 

Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau

target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran

dengan tujuan atau sasaran yang harus di capai. Kegiatan operasional dikatakan

efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan

(spending wisely).

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai

tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi

tersebut dikatakan telah berjalan secara efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat

adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah

dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah

suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
30

Rumus pengukuran efektivitas adalah sebagai berikut:

Keterangan: 

Outcome = Dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan

Output = Hasil yang dicapai oleh kebijakan program

Menurut Mahsun (2016: 187-188), kriteria efektivitas adalah sebagai berikut:

a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti tidak efektif.

b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efektivitas

berimbang

c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti efektif.

2.1.8 Manfaat Implementasi Value For Money

Implementasi analisis Value for Money diyakini dapat memperbaiki

akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik. Manfaat

implementasi konsep Value for Money  menurut Mardiasmo (2017:133) yaitu:

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang

diberikan tepat sasaran.

2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.

3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan

terjadinya penghematan dalam penggunaan input.


31

4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik bukan

golongan atau kelompok tertentu, dan meningkatkan kesadaran akan dana

publik (public cost awareness) sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas

publik.

2.1.9 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Menurut Rahmadan (2014) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) adalah laporan pertanggungjawaban untuk disusun oleh instansi

pemerintah kepada publik dan penjabat berwenang yang merupakan suatu

kewajiban untuk disusun oleh instansi pemerintah.

Pelaporan kinerja didalam pemerintahan di Indonesia biasanya menggunakan

laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah atau yang di singkat dengan

LAKIP yang digunakan untuk media pertanggungjawaban di dalam instansi

pemerintahan. Laporan ini dibuat setiap tahun untuk pelaporan

pertanggungjawaban kinerja suatu instansi didalam pencapaian sasaran yang telah

disusun dan di tetapkan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dievaluasi oleh

KemenPAN-RB, untuk mewujudkan pemerintahan yang efektif dan efiesien,

pelayanan publik yang baik serta berkualiatas, pemerintahan yang bersih dan

bertanggungjawab. LAKIP digunakan sebagai rangkaian sistematik dalam

pertanggungjawaban peningkatan kinerja dan review eveluasi kerja. Tujuan

penggunaan sistem tersebut adalah untuk memastikan pemerintahan dikelola


32

secara berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab, dan bebas dari praktik

Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah dokumen pelaporan

yang memberikan informasi mengenai kinerja yang telah dicapai dan

diperhitungkan atas rencana kinerja yang disusun sebelumnya.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis studi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan studi kualitatif.

Menurut Sugiono (2012:9) metode penelitian kualitatif yakni metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti

sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif

menekankan makna daripada generalisasi. Studi kualitatif adalah informasi yang

diperoleh disusun sedemikian rupa setelah itu dianalisis bersumber pada teori-

teori yang relevan dengan kasus untuk mengambil kesimpulan serta saran.

Sebaliknya metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan dan mendeskripsikan

beberapa variabel yang berkaitan dengan fenomena yang akan diuji.

3.2 Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan Kabupaten Bengkalis. Objek penelitian ini adalah informasi dan data

Pencapaian Realisasi Aggaran yang terdapat pada Laporan Kinerja Intansi

Pemerintah (LAKIP) Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan

Kabupaten Bengkalis.

3.3 Jenis dan Sumber Data

33
34

3.3.1. Data Primer

Data primer didalam penelitian ini ialah data yang berkaitan langsung

dengan permasalahan di dalam penelitian ini yaitu Laporan Capaian Kinerja pada

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Tanaman

Pangan Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Bengkalis pada periode tahun

2019,2020 dan 2021.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengacu kepada

informasi yang dikumpulkan dari sumber yang sudah ada.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dialokasi pada penelitian ini adalah

dengan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah suatu tahapan dalam

mengumpulkan data dengan cara memfotocopy dokumen atau laporan kinerja

intansi pemerintah yang diterima dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan Kabupaten Bengkalis.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan

metode deskriptif yaitu, menganalisa dan mengumpulkan data, yang kemudian

akan disusun berdasarkan kelompok agar data-data tersebut bisa diteliti dengan

berdasarkan teori yang berhubungan dan berkaitan dengan rumusan masalah yang

dibahas dan kemudian akan memperoleh kesimpulan. Pada tahap pertama dari

penelitian, dilakukannya pengumpulan data seperti Laporan Akuntabilitas Kinerja


35

Instansi Pemerintah (LAKIP), lalu data diolah serta dihitung atau dianalisis

dengan menggunakan indikator Value fot Money untuk mendapakan gambaran

mengenai kinerja pada Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan

Kabupaten Bengkalis. Hasil dari perhitungan yang sudah didapat kemudian akan

dijabarkan kedalam bentuk kata untuk mendeskripsikan makna dari angka yang

telah didapat dari hasil perhitungan tersebut. Indikator value for money pada

pengukuran kinerja organisasi sektor publik terdiri dari tiga macam yaitu

ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Berikut ini cara menghitung dari ketiga

indikator tersebut:

1. Rumus Ekonomi menurut Nur Zeni (2020:28) sebagai berikut:

Keterangan:

Input = Realisasi anggaran

Input Value = Anggaran

Kriteria ekonomi menurut Purwiyanti (2019:194) adalah:

a. Apabila hasil yang diperoleh kurang dari 100% (<100%) maka

dinyatakan sebagai ekonomis.

b. Apabila hasil yang diperoleh sama dengan 100% (=100%) maka

dinyatakan sebagai ekonomis berimbang.


36

c. Apabila hasil yang diperoleh lebih dari 100% (>100%) maka dinyatakan

sebagai tidak ekonomis.

2. Rumus efisiensi menurut Mardiasmo (2018) sebagai berikut:

Keterangan: 

Input = Persentase capaian anggaran

Output = Persentase capaian kinerja

Kriteria efisiensi menurut Gabriella et al (2019:356) ialah:

a. Apabila hasil yang diperoleh kurang dari 100%(<100%) maka

dinyatakan tidak efisien.

b. Apabila hasil yang diperoleh sama dengan 100%(=100%) maka

dinyatakan efisiensi berimbang.

c. Apabila memperoleh hasil lebih dari 100%(>100%) maka dinyatakan

sebagai efisien.

3. Rumus efektivitas menurut Mardiasmo (2018) sebagai berikut:

Keterangan:
37

Outcome = Dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan

Output = Hasil yang dicapai oleh kebijakan program

Kriteria efektivitas menurut Mardiasmo (2018) sebagai berikut:

a. Apabila hasil yang diperoleh kurang dari 100% (<100%) maka


dinyatakan tidak efektif.

b. Apabila hasil yang diperoleh sama dengan 100% (=100%) maka


dinyatakan efektif berimbang.

c. Apabila hasil yang diperoleh lebih dari 100% (>100%) maka dinyatakan
efektif.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu Organisasi

Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis

sesuai dengan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 03 Tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Dinas Pertanian Kabupaten

Bengkalis mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan bidang Pertanian.

Dinas Pertanian Kabupaten Bengkalis berkedudukan di jalan Pertanian

Nomor 74 Bengkalis sebagai salah satu unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten Bengkalis yang menyelenggarakan urusan pemerintah dalam bidang

Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Penyuluhan yang

menjadi kewenangan daerah melalui pelaksanaan program/kegiatan pembangunan

yang terarah dan terencana. Tujuan dan sasaran adalah mendukung Pemerintah

Kabupaten Bengkalis sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bengkalis Tahun 2016 – 2021 yakni

“Terwujudnya Kabupaten Bengkalis Sebagai Model Negeri Maju dan Makmur di

Indonesia”.

38
39

4.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kabupaten

Bengkalis mempunyai tugas yakni melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan bidang Pertanian.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Bengkalis menyelenggarakan fungsi

sebagaimana diatur dalam pasal 3 Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 07 Tahun

2019 diantaranya:

1) Perumusan kebijakan teknis bidang pertanian

2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang

pertanian.

3) Pembinaan, fasilitasi, dan pelaksanaan tugas bidang pertanian.

4) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang pertanian.

5) Pelaksanaan kesekretariatan dinas.

6) Penyelenggaraan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.

4.1.2 Visi dan Misi Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan

4.1.2.1 Visi Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan

Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategis, merupakan satu

langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena divisi tersebut akan

dapat mencerminkan apa yang hendak dicapai oleh organisasi serta memberikan
40

arah, strategis yang jelas, mampu menjadi perekat serta menyatukan berbagai

gagasan strategis yang berorientasi terhadap masa depan pembangunan bangsa

dan bahkan menjamin kesinambungan pelaksanaan tugas organisasi tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas dengan mengakar kepada visi

Kabupaten Bengkalis Terwujudnya Kabupaten Bengkalis yang Bermarwah, Maju

dan Sejahtera. Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis

telah menetapkan VISI organisasi adalah:

“TERWUJUDNYA PENGELOLAAN PERTANIAN YANG MAJU”

4.1.2.2 Misi Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, perlu dibuat perumusan

misi secara jelas karena misi merupakan pernyataan untuk menetapkan melalui

penerapan strategi yang telah dipilih. Dinas Tanaman Pangan telah menetapkan 3

(tiga) MISI sebagai berikut:

1. Mewujudkan pengelolaan pertanian yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan

2. Mewujudkan sumber daya manusia yang handal

3. Meningkatkan kualitas kelembagaan dan pelayanan


41

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan

Kabupaten Bengkalis berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor

7 Tahun 2019 tentang perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 3

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan

Bupati Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kedudukan Susunan Organisasi,

Eselonering, Tugas Fungsi dan Uraian Tugas serta Tata Kerja pada Dinas

Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Bengkalis, terdiri dari

Eselon II sebanyak 1 (satu) orang, Eselon III sebanyak 5 (lima) orang dan Eselon

IV sebanyak 15 (lima belas) orang dengan pembagian berikut:

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, terdiri dari:

a. Sub Bagian Penyusunan Program;

b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

c. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan.

3. Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian, terdiri dari:

a. Seksi Lahan dan Irigasi;

b. Seksi Pupuk, Pestisida, Alat dan Mesin; dan

c. Seksi Pembiayaan dan Investasi.


42

4. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, terdiri dari:

a. Seksi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman Pangan dan

Hortikultura;

b. Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; dan

c. Seksi Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan dan

Hortikultura.

5. Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, terdiri dari:

a. Seksi Perbibitan dan Produksi;

b. Seksi Kesehatan Hewan; dan

c. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner, Pengolahan dan

Pemasaran.

6. Bidang Penyuluhan, terdiri dari;

a. Seksi Kelembagaan;

b. Seksi Ketenagaan; dan

c. Seksi Metode dan Informasi.

7. UPTD

8. Kelompok Jabatan Fungsional


43

Gambar 4.1
Bagan Struktur Organisasi

KEPALA DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA DAN PETERNAKAN


KABUPATEN BENGKALIS
90
0
1st
2n d
3dr
4t h
trQ
Q tr
trQ
tQ r

SEKRETARIS

SUB BAGIAN UMUM DAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN


KEPEGAWAIAN PENYUSUNAN PROGRAM KEUANGAN DAN
PERLENGKAPAN

BIDANG PRASARANA DAN BIDANG TANAMAN BIDANG PETERNAKAN BIDANG PENYULUHAN


SARANA PERTANIAN PANGAN DAN DAN KESEHATAN HEWAN
HORTIKULTURA

SEKSI PERBENIHAN DAN SEKSI KELEMBAGAAN


PERLINDUNGAN TPH
SEKSI LAHAN DAN SEKSI PERBIBITAN DAN
IRIGASI PRODUKSI

SEKSI PUPUK, PESTISIDA, SEKSI KETENAGAAN


ALAT DAN MESIN
SEKSI PRODUKSI TPH SEKSI KESEHATAN
HEWAN

SEKSI PEMBIAYAAN DAN SEKSI PENGOLAHAN DAN SEKSI KESMAVET, SEKSIMETODE DAN
INVESTASI PEMASARAN TPH PENGOLAHAN DAN INFORMASI
PEMASARAN

UPTD/BPP
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Sumber: Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis


44

4.2 Hasil Penelitian

Dalam pembahasan ini akan melakukan perhitungan mengenai bagaimana

tingkat ekonomi, efisien, efektif terhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi

Pemerintahan (LAKIP) Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan

Bengkalis Tahun 2019 sampai 2021 dengan menggunakan Value for Money untuk

mengetahui bagaimana kinerja pada Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan Bengkalis.

4.2.1 Hasil Perhitungan Rasio Ekonomis

Kegiatan operasional dapat dikatakan ekonomis jika bisa menghapus atau

menyusutkan timbulnya dari biaya-biaya yang tidak diperlukan. Semakin rendah

nilai dari rasio ekonomis, maka semakin bagus kinerja pada Dinas Tanaman

Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis didalam penggunaan anggaran

yang telah ditetapkan.

Dalam mengukur rasio ekonomis Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan Bengkalis, penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Input
Rasio Ekonomis= x 100
Nilai Input

Kriteria ekonomis menurut Mahsun (2016: 186-187) :

a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti ekonomis.

b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti ekonomis

berimbang.

c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti tidak ekonomis.
45

Analisis perhitungan ekonomis untuk secara keseluruhan kegiatan serta

pada program untuk Tahun 2019, 2020, dan 2021 akan diuraikan pada tabel yang

ada dibawah ini:

Tabel 4.1
Rasio Ekonomis Tahun 2019

No Uraian Kegiatan Input Nilai input Tingkat Keteranga


. Ekonomi n
s

1 Program produktivitas tanaman pangan 8.427.346.475 8.602.194.100,0 97,97% Ekonomis


dan hortikultura 0

a. Produktivitas Tanaman Pangan (Padi) 7.607.500.909 7.692.050.000 98,90% Ekonomis

b. Produktivitas Tanaman Pangan 382.010.657 404.259.111 94,50% Ekonomis


(Palawija)

c. Produktivitas Tanaman Hortikultura 174.005.000 177.111.000 98,25% Ekonomis


(Sayuran)

d. Produktivitas Tanaman Hortikultura 263.829.909 328.774.000 80,25% Ekonomis


(Buah-buahan)

2 Program pengelolaan peternakan 2.635.170.655 3.166.535.000 83,22% Ekonomis

a. Populasi ternak sapi 1.022.189.500 1.148.035.000 89,04% Ekonomis

b. Persentase peningkatan populasi 1.612.981.155 2.018.500.000 79,91% Ekonomis


ternak sehat

3 Program keterpaduan produktivitas 843.150.159 987.146.000 85.41% Ekonomis


perkebunan

a. Produktivitas tanaman perkebunan 204.804.500 241.275.000 84,88% Ekonomis


(Karet)

b. Produktivitas tanaman perkebunan 157.224.520 171.317.000 91.77% Ekonomis


(Kelapa)

c. Produktivitas tanaman perkebunan 116.792.436 125.952.000 92,73% Ekonomis


(Kelapa sawit)

d. Produktivitas tanaman perkebunan 167.709.378 184.650.000 90,83% Ekonomis


(Sagu)

e. Persentase peningkatan produktivitas 196.619.325 263.952.000 74,49% Ekonomis


tanaman perkebunan rakyat
46

4 Program Kualitas Kelompok tani 1.546.108.000 1.570.120.430 98,47% Ekonomis

a. Produktivitas per kelompok tani 185.320.000 188.920.430 98,09% Ekonomis

b. Persentase peningkatan produktivitas 1.360.788.000 1.381.200.000 98,52% Ekonomis


perkelompok tani

5 Program Kesejahteraan Petani/Pekebun 593.809.096 615.250.000 96,52% Ekonomis

a. Nilai Tukar Petani 179283000 186.730.000 96,01% Ekonomis

b. Persentase petani dengan penghasilan 414.526.096 428.520.000 96,73% Ekonomis


minimal setara UMR

Sumber: Data Diolah


47

Tabel 4.2
Rasio Ekonomis Tahun 2020
48

No Uraian Kegiatan Input Nilai input Tingkat Keteranga


. Ekonomi n
s

1 Program meningkatnya produktivitas 4.407.648.264 4.976.503.578 88,56% Ekonomis


tanaman pangan dan hortikultura

a. Produktivitas Tanaman Pangan 2.144.235.073 2.323.660.978 96,04% Ekonomis


(Padi)

b. Produktivitas Tanaman Pangan 1.600.032.191 1.713.510.000 93,38% Ekonomis


(Palawija)

c. Produktivitas Tanaman Hortikultura 456.111.000 748.942.600 60,90% Ekonomis


(Sayuran)

d. Produktivitas Tanaman Hortikultura 207.270.000 281.390.000 73,66% Ekonomis


(Buah- buahan)

2 Program meningkatnya pengelolaan 1.087.086.100 1.21.540.062 96,93% Ekonomis


peternakan

a. Populasi ternak sapi 1.087.086.100 1.21.540.062 96,93% Ekonomis

b. Persentase peningkatan populasi - - - -


ternak sehat

3 Program meningkatnya keterpaduan 616.092.802 810.517.000 76,01% Ekonomis


produktivitas perkebunan

a. Produktivitas tanaman perkebunan 215.119.604 276.648.000 77,75% Ekonomis


(Karet)

b. Produktivitas tanaman perkebunan 25.988.000 35.593.000 73,01% Ekonomis


(Kelapa)

c. Produktivitas tanaman perkebunan 224.892.198 295.487.000 76,10% Ekonomis


(Kelapa sawit)

d. Produktivitas tanaman perkebunan 150.093.000 202.789.000 74,01% Ekonomis


(Sagu)

e. Persentase peningkatan produktivitas - - - -


tanaman perkebunan rakyat

4 Program meningkatnya Kualitas 2.070.902.000 2.342.810.000 88,39% Ekonomis


Kelompok tani

a. Produktivitas per kelompok tani 2.070.902.000 2.342.810.000 88,39% Ekonomis

b. Persentase peningkatan - - - -
produktivitas perkelompok tani

5 Program Meningkatnya Kesejahteraan 64.828.900 80.670.000 80,36% Ekonomis


Petani/Pekebun

a. Nilai Tukar Petani 64.828.900 80.670.000 80,36% Ekonomis

b. Persentase petani dengan - - - -


penghasilan minimal setara UMR
49

Sumber: Data Diolah

Tabel 4.3
Rasio Ekonomis Tahun 2021

No Uraian Kegiatan Input Nilai input Tingkat Keterangan


. Ekonomis

1 Program meningkatnya produksi 11.309.549.718 11.940.542.32 94,72% Ekonomis


tanaman pangan dan hortikultura 5

a. Produksi tanaman pangan (Padi) 9.871.117.736 10.305.932.22 95,78% Ekonomis


5

b. Produksi tanaman hortikultura 1.438.431.982 1.634.610.100 88% Ekonomis


(palawija)

2 Program meningkatnya pengelolaan 2.297.614.800 2.708.425.940 84,83% Ekonomis


peternakan

a. Populasi ternak sapi 2.297.614.800 2.708.425.940 84,83% Ekonomis

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan pada

Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan pada tahun 2019-2021

menunjukkan seluruh program yang dilaksanakan sudah dinyatakan ekonomis

karena hasil dari rasio ekonomis seluruh program Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura dan Peternakan Bengkalis <100%.. Sehingga untuk indikator rasio

ekonomis Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis sudah

mencapai kinerja yang baik, karena dari tahun 2019-2021 (periode penelitian)

telah berhasil mengelola penggunaan anggaran dengan baik.

4.2.2 Hasil Perhitungan Rasio Efisiensi

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara

output yang di hasilkan terhadap input yang di gunakan (cost of output). Proses

kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja
50

tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah

rendahnya (spending well). Pengukuran suatu organisasi sektor publik dikatakan

efisien apabila bisa menghasilkan output yang sebesar-besarnya dan

menggunakan input yang sekecil-kecilnya.

Dalam mengukur rasio efisiensi Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan Bengkalis, penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Output
Rasio Efisiensi= x 100 %
Input

Kriteria efisiensi menurut Gabriella et al (2019:356):

a. Apabila hasil yang diperoleh kurang dari 100% (<100%) maka dinyatakan

tidak efisien.

b. Apabila hasil yang diperoleh sama dengan 100% (=100%) maka

dinyatakan efisiensi berimbang.

c. Apabila memperoleh hasil lebih dari 100% (>100%) maka dinyatakan

sebagai efisien.

Analisis perhitungan efisiensi untuk secara keseluruhan kegiatan pada

program untuk Tahun 2019, 2020, dan 2021 akan diuraikan pada tabel yang ada

dibawah ini:
51

Tabel 4.4
Rasio Efisiensi Tahun 2019

No. Uraian Kegiatan Realisasi Rencana Tingkat Keterangan


Hasil Hasil Efisiensi
(%) (%)

1 Program meningkatnya produktivitas        


tanaman pangan dan hortikultura

a. Produktivitas Tanaman Pangan (Padi) 91,32 98,9 92,34% Tidak efisien

b. Produktivitas Tanaman Pangan 106,34 94,5 112,53% Efisien


(Palawija)

c. Produktivitas Tanaman Hortikultura 102,59 98,25 104,42% Efisien


(Sayuran)

d. Produktivitas Tanaman Hortikultura 100 80,25 124,61% Efisien


(Buah-buahan)

2 Program meningkatnya pengelolaan


peternakan

a. Populasi ternak sapi 110,18 89,04 123,74% Efisien

b. Persentase peningkatan populasi 148,878 79,91 186,31% Efisien


ternak sehat

3 Program meningkatnya produktivitas


tanaman perkebunan

a. Produktivitas tanaman perkebunan 110 84,88 129,59% Efisien


(Karet)

b. Produktivitas tanaman perkebunan 76,66 91,77 83,53% Tidak efisien


(Kelapa)

c. Produktivitas tanaman perkebunan 72,57 92,73 78,26% Tidak efisien


(Kelapa sawit)

d. Produktivitas tanaman perkebunan 90,49 90,83 99,63% Tidak efisien


(Sagu)

e. Persentase peningkatan prodiktivitas 37,54 74,49 50,39% Tidak efisien


tanaman perkebunan rakyat

4 Program Meningkatnya Kualitas


kelompok Petani

a. Produktivitas per kelompok tani 101,63 98,09 103,61% Efisien


52

b. Persentase peningkatan produktivitas 115,56 98,52 117,29% Efisien


perkelompok tani

5 Program meningkatnya Kesejahteraan


Petani/Pekebun

a. Nilai tukar petani 96,23 96,01 100,23% Efisien

b. Persentase petani dengan penghasilan 96,8 96,73 100,07% Efisien


minimal setara UMR

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa program yang

dilaksanakan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis pada

tahun 2019 yang memiliki 15 (lima belas) indikator yang dimana hasil rasio

efisiensi terdapat 10 (sepuluh) indikator dinyatakan efisien dengan capaian

>100%, dan 5 (lima) indikator yang dinyatakan tidak efisien dikarenakan hasil

dari rasio efisiensinya yaitu dengan capaian <100%.

Tabel 4.5
Rasio Efisiensi Tahun 2020

No. Uraian Kegiatan Realisasi Rencana Tingkat Keterangan


Hasil Hasil Efisiensi
(%) (%)

1 Program meningkatnya produktivitas        


tanaman pangan dan hortikultura

a. Produktivitas Tanaman Pangan (Padi) 99,78 96,04 103,89% Efisien

b. Produktivitas Tanaman Pangan 120,23 93,38 128,75% Efisien


(Palawija)

c. Produktivitas Tanaman Hortikultura 104,9 60,9 172,25% Efisien


(Sayuran)

d. Produktivitas Tanaman Hortikultura 78,57 73,66 106,67% Efisien


(Buah-buahan)

2 Program meningkatnya pengelolaan        


peternakan

a. Populasi ternak sapi 112,7 96,93 116,27% Efisien


53

b.Persentase peningkatan populasi 1,838 - -  -


ternak sehat

3 Program meningkatnya produktivitas        


tanaman perkebunan

a. Produktivitas tanaman perkebunan 123,54 77,75 158,98% Efisien


(Karet)

b. Produktivitas tanaman perkebunan 95,1 73,01 130,26% Efisien


(Kelapa)

c. Produktivitas tanaman perkebunan 86,16 76,1 113,22% Efisien


(Kelapa sawit)

d. Produktivitas tanaman perkebunan 103,71 74,01 140,13% Efisien


(Sagu)

e. Persentase peningkatan prodiktivitas 364,71 - - - 


tanaman perkebunan rakyat

4 Program Meningkatnya Kualitas        


kelompok Petani

a. Produktivitas per kelompok tani 112,73 88,39 127,54% Efisien

b. Persentase peningkatan produktivitas 145,16 - - - 


perkelompok tani

5 Program meningkatnya Kesejahteraan        


Petani/Pekebun

a. Nilai tukar petani 95,84 80,36 119,26% Efisien

b. Persentase petani dengan penghasilan 93,1 - -  


minimal setara UMR

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa program yang

dilaksanakan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis pada

tahun 2020 memiliki 11 (sebelas) indikator, yang dimana 11 (sebelas) indikator

tersebut dinyatakan efisien dikarenakan hasil rasio efisiensi dengan capaian

>100%.
54

Tabel 4.6
Rasio Efisiensi Tahun 2021

No. Uraian Kegiatan Realisasi Rencana Tingkat Keterangan


Hasil Hasil Efisiensi
(%) (%)

1 Program meningkatnya produksi        


tanaman pangan dan hortikultura

a. Produksi Tanaman Pangan (Padi) 91,35 95,78 95,37% Tidak efisien

b. Produksi Tanaman Hortikultura 92,75 88 105,39% Efisien


(palawija)

2 Program meningkatnya produksi        


peternakan

a.Populasi ternak sapi 104,42 84,83 123,09% Efisien

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan Dinas

Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis pada tahun 2021 dari 3

(tiga) indikator terdapat 2 (dua) indikator dinyatakan efisien dengan capaian

>100%, dan 1 (satu) indikator yang dinyatakan tidak efisien karena hasil dari rasio

efisiensi tersebut dengan capaian <100%.

4.2.3 Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas

Pengukuran efektivitas mengukur tingkat output dari organisasi sektor

publik. Pengukuran rasio efektivitas memerlukan data-data realisasi pendapatan

dan anggaran atau target pendapatan. Semakin besar kontribusi output terhadap

suatu pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi sektor publik tersebut.

Efektivitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja berupa program

ataupun kegiatan yang telah dijalankan telah mencapai tujuan yang diharapkan.
55

Dalam mengukur rasio efektivitas Dinas Tanaman Pangan Hortikultura

dan Peternakan, penelitian ini menggunakan rumus dan perhitungan sebagai

berikut :

Outcame
Efektivitas= x 100 %
Output

Kriteria efektivitas menurut Mahsun (2016:187-188):

a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100%) berarti tidak efektif.

b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (x = 100%) berarti efektivitas

berimbang

c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (x > 100%) berarti efektif.

Analisis perhitungan efektifitas untuk secara keseluruhan kegiatan pada

program untuk Tahun 2019, 2020, dan 2021 akan diuraikan pada tabel yang ada

dibawah ini:

Tabel 4.7
Rasio Efektivitas Tahun 2019

No. Uraian Kegiatan Outcome Output Tingkat Keterangan


Efektivitas

1 Program meningkatnya produktivitas        


tanaman pangan dan hortikultura

  a. Produktivitas Tanaman Pangan (Padi) 4,000 Ton/Ha 4,380 Ton/Ha 91,32% Tidak
Efektif

  b. Produktivitas Tanaman Pangan 15,100 14,200 106,34% Efektif


(Palawija) Ton/Ha Ton/Ha

  c. Produktivitas Tanaman Hortikultura 3,050 Ton/Ha 2,973 Ton/Ha 102,59% Efektif


(Sayuran)

  d. Produktivitas Tanaman Hortikultura 0,013 Ton/Ha 0,013 Ton/Ha 100% Efektif


(Buah-buahan) Berimbang
56

2 Program meningkatnya pengelolaan


peternakan

  a. Populasi ternak sapi 16.284 Ekor 14,780 Ekor 110,18% Efektif

  b. Persentase peningkatan populasi ternak 830 0,38 218,42% Efektif


sehat

3 Program meningkatnya keterpaduan


produktivitas perkebunan

  a. Produktivitas tanaman perkebunan 0,858 Ton/Ha 0,780 Ton/Ha 110% Efektif


(Karet)

  b. Produktivitas tanaman perkebunan 0,703 0,917 Ton/Ha 76,66% Tidak


(Kelapa) Ton/ Ha Efektif

  c. Produktivitas tanaman perkebunan 1,945 Ton/Ha 2,680 Ton/Ha 72,57% Tidak


(Kelapa sawit) Efektif

  d. Produktivitas tanaman perkebunan 1,390 Ton/Ha 1,536 Ton/Ha 90,49% Tidak


(Sagu) Efektif

  e. Persentase peningkatan produktivitas 25,53 0,068 37,54% Tidak


tanaman perkebunan rakyat Efektif

4 Program meningkatnya kualitas kelompok


tani

  a. Produktivitas per kelompok tani 250 246 101,63% Efektif

  b. Persentase peningkatan produktivitas 0,52 0,45 115,56% Efektif


perkelompok tani

5 Program meningkatnya kesejahteraan


petani/pekebun

  a. Nilai Tukar Petani 81,06 84,24 96,23% Tidak


Efektif

  b. Persentase petani dengan penghasilan 56,79 58,67 96,80% Tidak


minimal setara UMR Efektif

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan pada tabel 4.7, hasil dari perhitungan rasio efektivitas Dinas

Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis pada tahun 2019

memiliki 15 (lima belas) indikator yang dimana hasil rasio efektifitas terdapat 7

(tujuh) indikator yang dinyatakan efektif dengan capaian >100%. dan terdapat 7
57

(tujuh) indikator yang dinyatakan tidak efektif dengan capaian <100%. Sedangkan

1 (satu) indikator dinyatakan efektif berimbang dengan capaian =100%.

Tabel 4.8
Rasio Efektivitas Tahun 2020

No. Uraian Kegiatan Outcome Output Tingkat Keterangan


Efektivitas

1 Program meningkatnya produktivitas        


tanaman pangan dan hortikultura

a. Produktivitas Tanaman Pangan (Padi) 4,520 Ton/Ha 4,530 Ton/Ha 99,78% Tidak
Efektif

b. Produktivitas Tanaman Pangan 17,072 14,200 120,23% Efektif


(Palawija) Ton/Ha Ton/Ha

c. Produktivitas Tanaman Hortikultura 3,150 Ton/Ha 3,033 Ton/Ha 104,90% Efektif


(Sayuran)

d. Produktivitas Tanaman Hortikultura 0,011 Ton/Ha 0,014 Ton/Ha 78,57% Tidak


(Buah-buahan) Efektif

2 Program meningkatnya pengelolaan        


peternakan

a. Populasi ternak sapi 16,950 Ekor 15,040 Ekor 112,70% Efektif

b. Persentase peningkatan populasi ternak 3,86 0,21 1838% Efektif


sehat

3 Program meningkatnya keterpaduan        


produktivitas perkebunan

a. Produktivitas tanaman perkebunan 0,887 Ton/Ha 0,718 Ton/Ha 123,54% Efektif


(Karet)

b. Produktivitas tanaman perkebunan 0,873 Ton Ha 0,918 Ton/Ha 95,10% Tidak


(Kelapa) Efektif

c. Produktivitas tanaman perkebunan 2,310 Ton/Ha 2,681 Ton/Ha 86,16% Tidak


(Kelapa sawit) Efektif

d. Produktivitas tanaman perkebunan 1,594 Ton/Ha 1,537 Ton/Ha 103,71% Efektif


(Sagu)

e. Persentase peningkatan produktivitas 25,53 0,07 375% Efektif


tanaman perkebunan rakyat

4 Program meningkatnya kualitas kelompok        


tani

a. Produktivitas per kelompok tani 363 322 112,73% Efektif


58

b. Persentase peningkatan produktivitas 0,45 0,31 146,28% Efektif


perkelompok tani

5 Program meningkatnya kesejahteraan        


petani/pekebun

a. Nilai Tukar Petani 81,06 84,58 95,84% Tidak


Efektif

b. Persentase petani dengan penghasilan 56,79 61 93,10% Tidak


minimal setara UMR Efektif

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 4.8, hasil dari perhitungan rasio efektivitas Dinas

Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis pada tahun 2020

memiliki 15 (lima belas) indikator yang dimana hasil rasio efektifitas terdapat 9

(sembilan) indikator yang ditanyakan efektif dengan capaian >100%, dan terdapat

6 (enam) indikator yang dinyakatan tidak efektif dengan capaian <100%.

Tabel 4.9
Rasio Efektivitas Tahun 2021

No. Uraian Kegiatan Outcome Output Tingkat Keterangan


Efektivitas
1 Program meningkatnya        
produktivitas tanaman pangan
dan hortikultura
a. Produksi Tanaman Pangan 18.950,14 20.744,50 91,35% Tidak Efektif
(Padi) Ton Ton
b. Produksi Tanaman Pangan 915,5 Ton 987,05 Ton 92,75% Tidak Efektif
(Palawija)
2 Program meningkatnya        
Produksi peternakan
a. Populasi ternak sapi 17.312 ekor 16.579 Ekor 104,42% Efektif
Sumber: Data Diolah
59

Berdasarkan tabel 4.9, Hasil perhitungan rasio efektivitas Dinas Tanaman

Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis pada tahun 2021 terdapat 3 (tiga)

indikator yang dimana terdapat 1 (satu) indikator yang dinyatakan efektif dengan

capaian >100% dan 2 (dua) indikator yang dinyatakan tidak efektif dengan

capaian <100%.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Hasil Perhitungan Rasio Ekonomis Tahun 2019-2021

Hasil perhitungan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan menggunakan rasio

ekonomis pada tahun 2019-2021 dengan menggunakan metode value for money

pada program kinerja keuangan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan sudah dinyatakan kedalam kategori yang ekonomis, hal ini

menunjukkan bahwa anggaran serta realisasi anggaran pada tahun 2019

dinyatakan sudah ekonomis. Pada tahun 2020 program kinerja keuangan Dinas

Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan juga sudah termasuk kedalam

kategori yang ekonomis. Perhitungan ekonomis pada tahun 2021 program kinerja

Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan juga sudah termasuk

kedalam kategori yang ekonomis. Dari data yang sudah diterima dan diolah dapat

disimpulkan bahwa Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan telah

mampu menggunakan anggaran dengan hemat dan bisa dinyatakan ekonomis.

Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan ekonomis kegiatan Dinas

Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis karena adanya komitmen

dan dukungan pimpinan dan jajaran staf untuk mempertahankan dan


60

meningkatkan kinerja dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance dan

clean governance.

4.3.2 Hasil Perhitungan Rasio Efisiensi Tahun 2019-2021

Hasil perhitungan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis

menggunakan rasio efisiensi pada tahun 2019-2021 dengan menggunakan metode

value for money menunjukkan bahwa program yang dilaksanakan Dinas Tanaman

Pangan Hortikultura dan Peternakan masih belum bisa dinyatakan kedalam

kategori yang efisien. Pada tahun 2019 terdapat 15 (lima belas) indikator yang

dimana hasil dari rasio efisiensi terdapat 10 (sepuluh) indikator dinyatakan

efisien, karena nilai efisiensi diperoleh lebih dari 100%. Kemudian, terdapat 5

(lima) indikator dinyatakan tidak efisien karena nilai efisiensi diperoleh kurang

dari 100%. Indikator tersebut adalah indikator produktivitas tanaman pangan

(padi), produktivitas tanaman perkebunan (kelapa), produktivitas tanaman

perkebunan (kelapa sawit), produktivitas tanaman perkebunan (sagu), dan

persentase peningkatan produktivitas tanaman perkebunan rakyat. Beberapa

indikator tersebut menunjukkan hasil kinerja yang diperoleh belum optimal

dikarenakan masih adanya kendala yang ditemui seperti pengaruh bibit yang

digunakan tidak sesuai sehingga produksi rendah, dan adanya musim dimana hasil

produksi akan menurun drastis atau bahkan tidak panen sama sekali (musim trek),

serta pada pemeliharaan tanaman yang belum intensif terutama pada pemupukan.

Pada tahun 2020 program yang dilaksanakan Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura dan Peternakan Bengkalis pada tahun 2020 memiliki 11 (sebelas)


61

indikator, yang dimana 11 (sebelas) indikator tersebut sudah dinyatakan efisien.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil kinerja yang diperoleh secara optimal dengan

anggaran yang serendah mungkin.

Pada tahun 2021 program yang dilaksanakan Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura hanya memiliki 3 (tiga) indikator saja, terdapat 2 (dua) indikator

dinyatakan efisien, karena nilai efisiensi diperoleh lebih dari 100%. Indikator

tersebut adalah indikator produksi tanaman hortikultura (palawija) dan indikator

populasi ternak sapi. Kemudian, terdapat 1 (satu) indikator dinyatakan tidak

efisien karena nilai efisiensi diperoleh kurang dari 100%. Indikator tersebut adalah

indikator produksi tanaman pangan (padi). Indikator ini menunjukkan hasil

kinerja yang diperoleh belum memenuhi target dikarenakan pada tahun 2021 ini

merupakan tahun pertama periode Rencana Strategis (Renstra) tahun 2021-2026

yang menyebabkan masih adanya keterbatasan petani yang belum menerapkan

budidaya pertanian yang baik dan penanganan pasca panen yang baik sehingga

produktivitasnya masih belum optimal yang menyebabkan indikator tersebut

belum memenuhi target capaian kinerja yang telah ditetapkan.

4.3.3 Hasil Perhitungan Rasio Efektivitas Tahun 2019-2021

Hasil perhitungan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis

menggunakan rasio efektivitas pada tahun 2019-2021 dengan menggunakan

metode value for money menunjukkan bahwa program yang dilaksanakan Dinas

Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan masih belum bisa dinyatakan

kedalam kategori yang efektif. Pada tahun 2019 memiliki 15 (lima belas)
62

indikator, yang dimana terdapat 7 (tujuh) indikator yang dinyatakan efektif,

karena nilai efektivitas diperoleh lebih dari 100%. Indikator tersebut adalah

indikator produktivitas tanaman pangan (Palawija), indikator produktivitas

tanaman hortikultura (sayuran), indikator populasi ternak sapi, indikator

persentase peningkatan populasi ternak sehat, indikator produktivitas tanaman

perkebunan (karet), indikator produktivitas perkelompok tani, dan indikator

persentase peningkatan produktivitas perkelompok tani. Beberapa indikator

tersebut mampu menghasilkan kinerja yang melebihi target yang telah

direncanakan. Kemudian, terdapat 7 (tujuh) indikator yang dinyatakan tidak

efektif karena nilai efektivitasnya diperoleh kurang dari 100%. Indikator tersebut

adalah indikator produktivitas tanaman pangan (padi), indikator produktivitas

tanaman perkebunan (kelapa), indikator produktivitas tanaman perkebunan

(kelapa sawit), indikator produktivitas tanaman perkebunan (sagu), indikator

Persentase peningkatan produktivitas tanaman perkebunan rakyat, indikator nilai

tukar petani, dan indikator Persentase petani dengan penghasilan minimal setara

UMR. Sedangkan 1 (satu) indikator dinyatakan efektif berimbang karena nilai

efektivitasnya sama dengan 100% yaitu pada indikator produktivitas tanaman

hortikultura (buah-buahan).

Pada tahun 2020 hasil dari perhitungan rasio efektivitas Dinas Tanaman

Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis yang memiliki 15 (lima belas)

indikator, yang dimana terdapat 9 (sembilan) indikator yang sudah dinyatakan

efektif, karena nilai efektivitas diperoleh lebih 100%. Indikator tersebut adalah

indikator produktivitas tanaman pangan (palawija), indikator produktivitas


63

tanaman hortikultura (sayuran), indikator populasi ternak sapi, indikator

persentase peningkatan populasi ternak sehat, indikator produktivitas perkebunan

(karet), indikator produktivitas tanaman perkebunan (sagu), indikator persentase

peningkatan produktivitas tanaman perkebunan rakyat, indikator produktivitas

perkelompok tani, dan indikator persentase peningkatan produktivitas

perkelompok tani. Indikator tersebut mampu menghasilkan kinerja yang melebihi

target yang telah direncanakan. Kemudian, terdapat 6 (enam) indikator yang

dinyakatan tidak efektif karena nilai efektivitasnya diperoleh kurang dari 100%.

Indikator tersebut adalah indikator produktivitas tanaman pangan (padi), indikator

produktivitas tanaman hortikultura (buah-buahan), indikator produktivitas

tanaman perkebunan (kelapa), indikator produktivitas tanaman perkebunan

(kelapa sawit), indikator nilai tukar petani, dan indikator Persentase petani dengan

penghasilan minimal setara UMR.

Indikator yang dinyatakan tidak efektif pada tahun 2020 ini disebabkan

karna masih ditemui beberapa kendala, seperti pada indikator produktivitas

tanaman pangan (padi) yang diduga karena distribusi bibit yang terlambat yang

menyebabkan produksinya belum bisa memenuhi target. Pada indikator tanaman

hortikultura (buah-buahan) disebabkan karena fase pembuahan terjadi tidak tepat

pada musimnya dan nutrisi banyak belum terpenuhi sehingga banyak bunga atau

pembuahan kurang sempurna yang menyebabkan produksi buah-buahan belum

bisa memenuhi target. Pada indikator produktivitas perkebunan (kelapa)

disebabkan karena masih adanya kendala yang dialami oleh petani kelapa yaitu

pengaruh bibit atau musim trek sehingga menyebabkan produksi rendah. Pada
64

indikator produktivitas perkebunan (kelapa sawit) produktivitasnya cenderung

menurun, dikarenakan harga pasar untuk tanaman kelapa sawit menurun sehingga

petani tidak mau terlalu memberikan perawatan yang intensif, dan pengaruh bibit

yang digunakan tidak sesuai sehingga produksi menjadi rendah.

Pada tahun 2021 hasil dari perhitungan rasio efektifitas Dinas Tanaman

Pangan Hortikultura dan Peternakan Bengkalis yang memiliki 3 (tiga) indikator,

yang dimana terdapat hanya 1 (satu) indikator yang dinyatakan efektif, karena

nilai efektivitas diperoleh lebih 100%. Indikator tersebut adalah indikator populasi

ternak sapi. Indikator tersebut mampu menghasilkan kinerja yang melebihi target

yang telah direncanakan. Kemudian, terdapat 2 (dua) indikator yang dinyatakan

tidak efektif, karena nilai efektivitasnya diperoleh kurang dari 100%. Indikator

tersebut adalah indikator produksi tanaman pangan (padi), dan indikator produksi

tanaman pangan (palawija).

Indikator yang tidak dinyatakan efektif karena masih adanya ditemui

beberapa kendala yaitu, pada indikator produksi tanaman pangan (padi)

disebabkan masih adanya keterbatasan petani yang belum menerapkan budidaya

pertanian yang baik sehingga menyebabkan hasil produksi nya rendah dan tidak

memenuhi target. pada indikator produksi tanaman hortikultura (palawija)

disebabkan karena menurunnya permintaan pasar yang menyebabkan harga

produksinya turun sehingga hasil kinerja nya masih belum memenuhi target.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul

Analisis Value For Money Pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (LAKIP) Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan

Bengkalis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ditinjau dari rasio ekonomis Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan Bengkalis pada tahun 2019-2021. Dari rata-rata nilai ekonomis

keseluruhan pada tahun 2019-2021 sudah dinyatakan ekonomis karena

menunjukkan persentase nilai ekonomis <100%. Maka dapat dikatakan

program/kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Tanaman Pangan

Hortikultura dan Peternakan di tahun 2019-2021 telah dinyatakan

ekonomis

2. Ditinjau dari rasio efisiensi Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan pada tahun 2019-2021. Dari rata-rata nilai efisiensi

keseluruhan pada tahun 2019-2021 sudah dinyatakan efisien karena

menunjukkan persentase nilai efisiensi >100%. Jika ditinjau dari masing-

masing program/kegiatan pada tahun 2019 dan 2021 masih dinyatakan

tidak efisien. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa program/kegiatan

yang belum mencapai target yang telah ditentukan. Berbeda pada tahun

65
66

2020, seluruh program/kegiatan telah dinyatakan efisien karena seluruh

program/kegiatan sudah mencapai target yang telah ditentukan.

3. Ditinjau dari rasio efektivitas Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan

Peternakan pada tahun 2019-2021 dinyatakan tidak efektif karena masih

terdapat beberapa kendala yang ditemui yaitu pengaruh bibit sehingga

produksi rendah yang mengakibatkan hasil produksi turun drastis atau

bahkan tidak panen sama sekali, serta pemeliharaan tanaman yang belum

intensif terutama pada pemupukan yang memerlukan biaya yang cukup

besar, dan diduga karena pengaruh musim trek.

5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari penelitian ini terdapat beberapa

saran dari peneliti untuk Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan

Bengkalis :

1. Melakukan monitoring, evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan

pekerjaan dilapangan, serta meningkatkan pengawasan pekerjaan yang

dilaksanakan dari pihak ketiga.

2. Meningkatkan kecermatan perencanaan yang diikuti dengan pengawasan

yang ketat agar rencana kegiatan yang dibuat dapat berdayaguna dan

berhasil guna secara maksimal.

3. Memperbaiki mekanisme pengumpulan data kinerja sehingga setiap

justment yang terkait dengan penetapan target indikator kinerja dapat

didukung dengan data yang lebih akurat.


67

4. Lebih meningkatkan efisiensi, efektivitas dan keekonomisan pelaksanaan

kegiatan agar dapat mencapai sasaran dan tujuan kegiatan dikaitkan

dengan upaya mewujudkan Visi dan Misi yang telah ditetapkan.


68

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, R. D., & Anang, Subarjo. 2017. Konsep Value for Money dalam
Mengukur Kinerja Pelayanan Sektor Publik. Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi, 6 (6): 1–15.

Anggito, A., & Setiawan, J. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:


CV Jejak.

Ardila, Isna., & Ayu Anindya Putri. 2015. Analisis Kinerja Keuangan Dengan
Pendekatan Value for Money Pada Pengadilan Negeri Tebing Tinggi.
Riset Akuntansi Dan Bisnis, 15 (1): 52–64.

Ardila, Lisa. 2013. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran


dengan Ambiguitas Peran dan Asimetri Informasi Sebagai Pemoderasi.
Padang: ejournal.unp.ac.id.

Bastian, Indra. 2017. Akuntansi Manajemen Sektor Publik. Jakarta: Salemba


Empat.

Chen, Tser-Yieth, Tsai-Lien Yeh and Mao-ming Chung. 2012. Financial


Performance of Township Governments and its Four Budget Cycles.
African Journal of Business Management. 6(2): h: 530-537.
Halim, Abdul., & Muhammad Syam Kusufi. 2018. Teori, Konsep, dan Aplikasi
Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Harindra, Isham dan Sapari. 2019. Analisis Pengukuran Kinerja Instansi


Pemerintah Daerah Dalam Perspektif Value For Money. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 2, Februari 2019.

Hatta, Zulhelmy et.al. 2021. Analisis Value For Money Pada Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan
Provinsi Riau. Economics, Accounting and Business Journal, Vol. 1 No. 1,
Hlm. 198-211, September 2021.
Irham, Fahmi. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Iswahyudi, Aries, Iwan Triyuwono dan M. Achsin. 2016. “Hubungan Pemahaman
Akuntabilitas, Transparansi, Partisipasi, Value For Money Dan Good
Governance”. Jurnal Ilmiah Akuntansi 1 (2).
Kuswanti, Niken Dwi. 2014. Analisis Kinerja Keuangan Melalui Pendekatan
Value For Money. Studi Kasus pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Gunungkidul. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
69

Mahmudi. 2015. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP STIM YKPN.


Yogyakarta.

Mahsun, Mohamad. 2013. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta:


BPFE.

Mahsun, Mohamad. 2016. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE-


Yogyakarta.

Mardiasmo. 2017. Perpajakan. Yogyakarta: Andi.

Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Polii, I. R. A., Saerang, D. P. E., Tangkuman, S. J. 2020. Analisis Pengukuran


Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan
Konsep Value for Money. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 8 (4): 781–788.
https://doi.org/10.35794/emba.v8i4.31072.

Pratiwi, W. 2016. Audit Sektor Publik. Bogor: In Media.

Purwiyanti, D. 2017. Analisis Kinerja Berbasis Konsep Value For Money pada
Kegiatan Fisik Pekerjaan Irigrasi Donggala Kodi. Katalogis, 5(3), 190–
200.

Putra, A.P.A. dan Wirawati, N.G.P. (2015), “Penilaian Kinerja berbasis Value for
Money atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tabanan”,
EJurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 11, No. 1, hal. 252-268.

Putri, Nur Zeni Amilia. 2020. Analisis Value for Money pada Kinerja Keuangan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel: Surabaya.

Rahman, Winia Aulia. 2021. Analisis Value For Money Pada Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Energi Dan
Sumber Daya Mineral Provinsi Riau. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Riau: Pekanbaru.
Ramdhan. 2014. Implikasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dalam Rangka Mewujudkan Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah
Berdasarkan Good Governance (studi di Dinas Pendapatan Kabupaten
Banyuwangi). Jurnal Universitas Brawijaya Fakultas Hukum Malang.
Rempowatu, Jelin & Victorina Tirayoh. 2016. Pengukuran Kinerja Keuangan
Pada Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2011-2014. Jurnal
EMBA Vol.4 No.1 Maret 2016, Hal. 982-989.
70

Riadi,M.2014. Pengertian, Indikator dan faktor yang mempengaruhi kinerja.


(https://www.kajian pustaka.com/2014/01/pengertianindikator- faktor-
mempengaruhi-kinerja.html. diakses tanggal 11 april 2020).

Saraswati, Dwi & Yunita Sari Rioni. 2019. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Ukuran Pemerintah Daerah, Leverage, Terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah. Vol. 9 No.2 Februari 2019.
Sanjaya, Dika Husni dan Maswar Patuh Priyadi. 2019. Analisis Value For Money
Dalam Pengukuran Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi : Volume 8, Nomor 12, Desember 2019.
Sekaran, U., & Bougie, R. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta:
Salemba Empat.

Setiawan, A. B., & Gustia, W. (2016). Analisis Value for Money pada Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) Balai Penelitian Ternak
Ciawi Bogor. Jurnal Akunida, 2(2), 14–26.
Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai: Teori Pengukuran dan Implikasi.
Hal. 186– 187. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed methods). Cetakan ketiga.


Alfabeta. Bandung.
Trilaksono, Benny Agus dan Nur Handayani. 2020. Analisis Value For Money
Dan Akuntabilitas Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi : Volume 9 Nomor 4 April 2020.
Wicaksono, K. W. 2015. Akuntabilitas Organisasi Sektor Publik. JKAP (Jurnal
Kebijakan Dan Administrasi Publik), 19 (1): 4. Pemerintah Indonesia.
2003. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Yang Mengatur Tentang
Keuangan Negara.

Wuwungan, Gabriela Thalia et. al. 2019. Penerapan Metode Value For Money
Sebagai Tolok Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada Organisasi Sektor
Publik Di Dinas Kesehatan Kota Manado. Going Concern : Jurnal Riset
Akuntansi 14(4), 2019, 354-361.

Modul Pengukuran dan Analisis Kinerja di Lingkungan Instansi Pemerintah


Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara 2008.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
71

https://djpb.kemenkeu.go.id/kanwil/sulteng/id/data-publikasi/berita-terbaru/2836-
laporan-keuangan-pemerintah-sebagai-wujud-akuntabilitas-pengelolaan-
keuangan-negara

https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/21-18/pjpk/persyaratan-proyek/value-for-
money-vfm

https://sulselprov.go.id/welcome/post/pengukuran-kinerja-pemerintah

Anda mungkin juga menyukai