Anda di halaman 1dari 30

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas dan Perubahan. www.ijicc.

net
Volume 14, Edisi 3, 2020

Laporan Kinerja Instansi


Pemerintah: Perspektif Value for
Money
Ikhsan Budi Riharjoa, dariSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)
Surabaya, Email: aikhsanbudiriharjo@stiesia.ac.id

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Laporan Kinerja


Instansi Pemerintah yang menjelaskan kinerja pelaksanaan program
dan kegiatan Satuan Kerja Pemerintah Daerah. Studi ini dilakukan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten JPR (bukan nama sebenarnya) di
Indonesia. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara
mendalam dan dokumentasi. Analisis dan pembahasan menggunakan
konsep value for money, yang didasarkan pada ukuran kinerja efisiensi
dan efektivitas. Ini digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program dan kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan dilihat dari segi
teknis dan ekonomis. Perkembangan ukuran kinerja keluaran sebagai
dasar pengukuran efisiensi perlu mendapat perhatian dari satuan kerja
Pemerintah Daerah. Pengukuran efisiensi, yang hanya dilihat dari aspek
teknis dan ekonomi, tidak dapat digunakan untuk menilai ketepatan
pengalokasian sumber daya publik. Oleh karena itu, tidak dapat
mendorong penggunaan sumber daya yang efisien secara agregat.
Pencapaian kinerja efektivitas, dipahami berdasarkan pencapaian hasil
kegiatan yang sesuai atau lebih besar dengan rencana hasil yang telah
ditetapkan.

Kata kunci: Laporan kinerja, value for money, efisien, efektivitas, program dan
kegiatan.

Latar Belakang

Struktur pengendalian dalam suatu organisasi secara konvensional diidentifikasi berdasarkan


pusat tanggung jawab. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia, khususnya organisasi
pemerintah daerah, struktur pengendalian pelaksanaan anggaran daerah dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu pusat pendapatan dan pusat perbelanjaan. Struktur pengendalian suatu
organisasi pemerintah dimaksudkan untuk mendukung sistem pengendalian manajemen yang
efektif, terutama dalam pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan pada setiap unit
organisasi pemerintah daerah pada posisinya sebagai pengguna dan pelaksana anggaran.
234

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Edisi 3, 2020

Pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan didukung oleh pelaporan program yang
wajib dilaporkan secara berkala oleh setiap unit organisasi pemerintah daerah sebagai bentuk
pertanggungjawaban. Anthony dan Govindarajan (2004: 147) menjelaskan bahwa sistem
pengendalian manajemen harus didukung oleh pengembangan ukuran kinerja bagi manajer
yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban, berdasarkan kriteria efisiensi dan
efektivitas yang relevan. Relevansi pengukuran kinerja telah menarik perhatian penelitian
sebelumnya, yang menekankan keterkaitan antara kinerja, perencanaan strategis dan tujuan
organisasi (Atkinson et al., 1997; Mwita, 2000; Robinson, 2003; Cavalluzzo dan Ittner, 2004;
Denton, 2005 ; Halachmi, 2005, dan Andrews R. et al., 2017).

Paradigma baru dalam sistem manajemen pemerintahan di Indonesia menggunakan


pendekatan New Public Management (NPM). Christensen dan Laegreid (2001) dan Hoque
(2005) menjelaskan bahwa pendekatan NPM berfokus pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja, bukan pada kebijakan. Dukungan akuntansi dalam penerapan NPM
terutama perannya dalam memenuhi kebutuhan informasi dalam menjalankan prinsip-prinsip
NPM (Mwita, 2000). Dalam rangka memenuhi hak masyarakat untuk memperoleh informasi,
masyarakat perlu diberi penjelasan tentang berhasil tidaknya pemerintah dalam melaksanakan
program pembangunan sesuai dengan harapannya. Oleh karena itu, dukungan sistem
akuntansi manajemen diperlukan untuk mendukung program pelaporan kinerja instansi
pemerintah dalam membangun mekanisme akuntabilitas, khususnya media
pertanggungjawaban antara instansi pemerintah dengan masyarakat, mengingat masyarakat
menerima manfaat dari program dan kegiatan tersebut. Peran akuntansi dalam mendukung
perubahan paradigma baru manajemen pemerintahan dijelaskan oleh Hoque Z. dan J. Moll
(2001) yang menjelaskan bahwa dalam reformasi sektor publik, akuntansi memegang peranan
penting dalam meningkatkan akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas layanan sektor publik.

Perubahan sistem manajemen pemerintahan di Indonesia dengan pendekatan NPM juga


didukung oleh reformasi penganggaran berbasis kinerja, atau disebut sistem penganggaran
kinerja, yang menekankan pada penilaian kinerja berdasarkan implementasi value for money
(VFM), perkembangan kinerja VFM model pengukuran, dan dimaksudkan untuk mendorong
pemerintah dalam mencapai tujuan dan sasaran anggaran yang efisien dan efektif. Jones dan
Pendlebury (2000: 246) mendeskripsikan pengukuran kinerja VFM berdasarkan tiga elemen
utama pengukuran kinerja, yaitu: ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Besarnya harapan masyarakat atas buah dari reformasi manajemen sektor publik tersebut
lebih berorientasi kinerja adalah pemenuhan barang publik sesuai dengan miliknya harapan.
Dukungan akuntansi diperlukan terutama dalam memenuhi kebutuhan informasi, dari
planning akuntabilitas. Kehadiran akuntansi di entitas pemerintah, seperti yang diamanatkan

235

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas, dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Edisi 3, 2020

dalam Undang-Undang Keuangan Negara, terutama dimaksudkan untuk mewujudkan


transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara dan daerah, serta
mendorong pemerintah untuk melakukannya meningkatkan kinerja yang berorientasi pada
kesejahteraan dan keadilan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan menganalisis laporan kinerja instansi pemerintah yang
menjelaskan kinerja pelaksanaan anggaran untuk program dan aktivitas.

Metode
Penelitian Desain Penelitian Desain

penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interpretif. Penelitian


dilakukan secara alamiah (natural setting), berdasarkan pemahaman tentang fenomena apa
yang dialami subjek penelitian, pada kondisi benda-benda alam. Hasil penelitian ini berfokus
pada makna, dan tidak dimaksudkan untuk generalisasi. Sugiyono (2012: 1) menjelaskan
bahwa realitas sosial atau objek penelitian dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai
sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis dan sarat makna.

Lokasi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten JPR (bukan nama sebenarnya) di
Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik
wawancara dengan informan adalah melalui wawancara mendalam (in-depth interview),
dilakukan secara tidak terstruktur dan informal dalam berbagai situasi. Dokumen yang
digunakan adalah Laporan Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menjelaskan
kinerja pelaksanaan program dan kegiatan di masing-masing SKPD.

Triangulasi teknik dan sumber (triangulasi metode) digunakan peneliti untuk menguji
kredibilitas data yang digunakan dalam analisis dan pembahasan. Teknik triangulasi dilakukan
dengan menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik wawancara mendalam dan
teknik dokumentasi. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mendapatkan data dari sumber
yang berbeda melalui teknik wawancara.

Informan / Peserta Penelitian

Informan / peserta dipilih secara sengaja, berdasarkan posisinya terkait dengan tanggung
jawab pelaksanaan program dan kegiatan di masing-masing SKPD, baik sebagai pengguna
anggaran maupun sebagai pengguna kekuatan anggaran. Selain dari unsur SKPD (eksekutif),
mereka juga menggunakan informan / peserta yang berasal dari legislatif, dengan
pertimbangan legislatif sebagai stakeholders utama Pemerintah Daerah yang secara langsung
menjadi

236

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Edisi 3, 2020

terlibat dalam penetapan program dan kegiatan SKPD, serta terlibat dalam pembahasan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (program dan kegiatan). s
Unit Studi

Unit penelitian adalah sebuah organisasi yang secara langsung berkaitan dengan mekanisme
untuk menentukan, melaksanakan, mengawasi, dan mengambil tanggung jawab untuk
pelaksanaan program dan kegiatan dalam organisasi pemerintah daerah, serta individu di
dalamnya. Organisasi pemerintah daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah
yang dimaksud adalah Pemerintah Daerah (eksekutif). Pihak yang mengemban tanggung
jawab, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif) yang menerima tanggung jawab.

Sebuahnalysis Alat

Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan interpretasi


informan tentang laporan kinerja yang menggambarkan kinerja anggaran implementasi
(program dan kegiatan), analisis dan pembahasan kinerja bpelaksanaanudget dilakukan
dengan menggunakan konsep nilai uang, yang didasarkan pada plangkah-langkaherformance
efisiensi dan efektivitas kinerja, sebagai dasar untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan
program dan kegiatan.

Assessment of Public Sector Performance: Literature Review


Performance Appraisal and Value for Money (VFM)

Implementasi NPM yang lebih berorientasi pada kinerja pada entitas sektor publik (instansi
pemerintah), secara konvensional dipahami sebagai resep untuk mengoreksi persepsi
kegagalan efisiensi , kualitas dan efektivitas penyediaan layanan publik (Hood, 2000).

Kompleksitas barang publik / layanan publik yang harus disiapkan oleh pemerintah
menyebabkan pengukuran kinerja pada organisasi pemerintahan bersifat multidimensi, karena
tidak ada satupun indikator yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja yang
komprehensif, pengukuran kinerja organisasi tidak hanya dengan menggunakan ukuran
keuangan tetapi juganon
ukuranfinansial (Kaplan dan Norton, 1992; Gosselin, 2005; dan Denton, 2005).

Dukungan terhadap kebutuhan untuk mengukur kinerja non keuangan pada entitas sektor
publik juga dikemukakan oleh Carnegie dan West (2005) yang menjelaskan bahwa
peningkatan akuntabilitas sektor publik diperlukan, karena pengukuran kinerja yang hanya
terfokus pada aspek keuangan dinilai telah gagal. dalam memenuhisektor publik kebutuhan
akuntabilitas.

237

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Edisi 3, 2020

Munculnya wacana good governance di sektor publik dimaksudkan untuk meningkatkan


kinerja pemerintah. Kinerja pemerintah tidak diukur dengan keuntungan, seperti dalam bisnis,
karena orientasi organisasi pemerintah bukanlah untuk mencari keuntungan. Kinerja
pemerintah lebih berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat sebagai pemegang
kedaulatan. Oleh karena itu, pengukuran kinerja pemerintah harus difokuskan pada sejauh
mana program dan kegiatan yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan
masyarakat. Mardiasmo (2005: 121) menjelaskan tujuan pengukuran kinerja sektor publik:

Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu meningkatkan


kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk membantu pemerintah fokus pada
tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sektor publik dalam menyediakan layanan publik. Kedua, ukuran
kinerja sektor publik digunakan untuk alokasi sumber daya dan pengambilan keputusan.
Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan akuntabilitas publik
dan meningkatkan komunikasi kelembagaan.

Penganggaran berbasis kinerja menekankan pada penilaian kinerja berdasarkan implementasi


value for money (VFM) untuk mengukur efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran.
Dengan demikian, pengembangan model pengukuran kinerja PKS di entitas sektor publik
dimaksudkan untuk mendorong pemerintah mencapai tujuan dan sasaran anggaran yang
efisien dan efektif.

Konsep PKS terkait dengan konsep efisiensi dan efektivitas. Adanya fungsi audit
menimbulkan pertanyaan tentang efisiensi dan efektivitas program di arena politik (Heald,
2003).

Jones dan Pendlebury (2000: 246) menjelaskan tiga konsep dasar VFM: ekonomi, efisiensi
dan efektivitas. Berdasarkan ketiga konsep PKS tersebut, Mardiasmo (2005: 131) menjelaskan
dua indikator PKS. Pertama, indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi). Indikator
ekonomi berarti praktik pembelian barang dan jasa dengan tingkat kualitas tertentu dengan
harga terbaik (pengeluaran lebih sedikit). Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis jika
dapat menghilangkan atau mengurangi biaya yang tidak perlu. Proses kegiatan operasional
dikatakan efisien apabila keluaran tertentu dicapai dan dilaksanakan dengan sumber daya dan
dana yang serendah mungkin (pembelanjaan dengan baik).
Indikator PKS kedua adalah kualitas layanan (efektivitas). Efektivitas adalah hubungan antara
keluaran dan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif
apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran kebijakan akhir (belanja secara bijak).

238

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Edisi 3, 2020

Indikator efisiensi dan efektivitas yang menilai kinerja sektor publik harus digunakan
bersama. Pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan secara ekonomis dan
efisien juga harus memastikan pencapaian output sesuai dengan maksud dan tujuan program.
VFM tercapai jika pelaksanaan program dan kegiatan menggunakan biaya input terkecil dan
menghasilkan output yang optimal.

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Robinson (2003) menjelaskan bahwa laporan yang dihasilkan melalui sistem pengukuran
kinerja seharusnya memberikan kesempatan kepada publik untuk melihat bagaimana
pemerintah memenuhi akuntabilitasnya. Hoque (2006) menegaskan bahwa entitas sektor
publik yang melaksanakan program reformasi tidak melaksanakannya untuk mencapai tingkat
efisiensi yang lebih tinggi, tetapi bermaksud
untuk melegitimasi diri mereka sendiri di luar berbagai bentuk tekanan dan pengaruh
kelembagaan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang disajikan oleh setiap unit organisasi
pemerintah (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dimaksudkan untuk menjelaskan efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan anggaran. Informasi yang disajikan dalam laporan kinerja berisi
perbandingan antara target dengan realisasi aktual dari setiap program dan kegiatan di setiap
unit organisasi pemerintahan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, ditegaskan bahwa Laporan
Kinerja memuat ringkasan keluaran dari setiap kegiatan dan hasil yang dicapai dari
masing-masing program sebagaimana diatur dalam anggaran. dokumen eksekusi. Studi
Robinson (2003), yang meneliti sistem akuntabilitas dan pengukuran kinerja pemerintah
daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, menemukan bahwa pengukuran kinerja
pemerintah dipromosikan sebagai cara untuk membuat setiap unit pemerintahan lebih efisien
dan efektif.

Kendala utama yang dihadapi dalam pembentukan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah adalah belum adanya dukungan model pengukuran kinerja yang telah disepakati,
terutama kesepakatan antara dua unsur penyelenggara pemerintahan (eksekutif dan legislatif).
Konsensus model pengukuran kinerja yang didasarkan pada efisiensi dan efektivitas kinerja
diperlukan sebagai pedoman dalam menilai berhasil tidaknya pemerintah dalam melaksanakan
program dan kegiatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP), seluruh pemerintah daerah di Indonesia telah menyusun laporan kinerja internal
dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ( LAKIP). LAKIP disusun
dan disajikan oleh masing-masing Karya Daerah

239

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Edisi 3, 2020

Satuan (SKPD) sebagai media pertanggungjawaban atas kinerja pelaksanaan program dan
kegiatan yang menjadi tugas pokok dan fungsinya. Selanjutnya sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada masyarakat, pada akhir tahun Kepala Daerah wajib
menyampaikan Surat Pernyataan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) sebagai unsur pemerintah daerah. Selain LKPJ, berdasarkan pasal 69
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah di
tingkat Kabupaten / Kota juga wajib menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (LPPD) yang ditujukan kepada pemerintah ( kepada menteri melalui gubernur), dan
Laporan Informasi Administrasi Pemerintahan Daerah (ILPPD), yang ditujukan kepada
masyarakat. Isi informasi yang terdapat dalam LKPJ, LPPD, dan ILPPD adalah sama, dan
disajikan berdasarkan PP Nomor 3 Tahun 2007.

LKPJ, LPPD, dan ILPPD disampaikan oleh Pemerintah Daerah. Di dalamnya terdapat
informasi mengenai pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan selama satu tahun
anggaran yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang efisiensi penggunaan
anggaran dan efektivitas pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan. Penilaian kriteria
efisiensi dan efektivitas yang tercermin dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP),
serta LKPJ, LPPD, ILPPD, selama ini dibatasi pada kriteria keuangan, yaitu membandingkan
anggaran dan realisasinya. Biasanya, LAKIP sebagai produk SAKIP mendukung pelaksanaan
anggaran kinerja. Namun secara operasional,
SAKIP seringkali diterapkan hanya untuk memenuhi aspek formalitas saja. Laporan kinerja
yang hanya memenuhi kewajiban formal tidak hanya gagal memberikan arti bagi pengguna,
tetapi juga dapat menimbulkan keputusan yang menyesatkan, terutama keputusan yang
diambil oleh kedua unsur penyelenggara pemerintah daerah untuk memenuhi harapan
masyarakat penerima manfaat program dan kegiatan. .

Hasil dan Pembahasan


Memahami Kinerja Pelaksanaan Program dan Kegiatan

Tujuan penilaian kinerja pemerintah pada dasarnya dimaksudkan untuk mengevaluasi


keberhasilan atau kegagalan pemerintah dalam melaksanakan program dan kegiatan yang
diatur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Evaluasi atas informasi
kinerja yang disajikan dalam LAKIP dilakukan dalam rangka mengawal pelaksanaan
program, dan melakukan tindakan korektif bila diperlukan, sehingga Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dapat mencapai kinerja yang dipersyaratkan terkait program dan kegiatan
tertentu.

Pentingnya penyerapan anggaran untuk mengevaluasi kinerja pelaksanaan anggaran


dikemukakan oleh Mas (anggota legislatif):

240

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas, dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Edisi 3, 2020

Biasanya kami mengevaluasi pelaksanaan anggaran program dan kegiatan di masing-masing


SKPD dengan melihat persentase penyerapan anggaran yang dilaporkan dalam Laporan
Realisasi Anggaran dan Laporan Kinerja yang disusun oleh masing-masing SKPD. Menurut
kami, aktivitas berjalan jika serapannya optimal.

Hal senada dikemukakan Har (anggota legislatif):

Tugas kita dalam mengawasi pelaksanaan anggaran adalah memastikan bahwa pemerintah
melaksanakan anggaran sesuai dengan yang direncanakan. Artinya apa yang sudah tertuang
dalam anggaran harus dilaksanakan. Pemerintah juga harus memperhatikan konsensus yang
telah kita sepakati, oleh karena itu kami akan mendorong SKPD yang penyerapan
anggarannya masih rendah, agar lebih optimal dalam menyerap penggunaan anggaran.

Sejalan dengan pergeseran paradigma sistem manajemen yang berorientasi pada kinerja,
konsep pengukuran kinerja pemerintah yang diuraikan sebelumnya, pada dasarnya mencakup
tiga aspek pengukuran. Ini adalah ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Aspek ekonomi
berkaitan dengan penyediaan sumber daya input, sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang
dibutuhkan, dan dengan biaya rendah (pengeluaran lebih sedikit). Dalam organisasi
pemerintahan, menurut konsep ekonomi Rai (2008: 22) merupakan konsep yang paling
sederhana dibandingkan dengan konsep efisiensi dan efektivitas, penilaiannya hanya
berdasarkan masukan. Evaluasi aspek ekonomi terkait dengan evaluasi kesesuaian
penggunaan dana sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja ekonomi
dan efisiensi sebenarnya memiliki tujuan yang sama dalam kaitannya dengan indikator
alokasi biaya yang sama-sama membutuhkan pengurangan biaya (Jones dan Pendlebury,
2000: 248; Mardiasmo 2005: 131).

Mengukur Kinerja Efisiensi

Secara umum, kinerja efisiensi dapat dinilai berdasarkan efisiensi teknis dan efisiensi
ekonomi. Efisiensi teknis digunakan untuk menilai kemampuan unit kerja mengubah input
menjadi output. Pengukuran nilai input relatif mudah dilakukan, karena penggunaan sumber
daya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dapat dengan mudah diubah menjadi nilai
moneter
sebagai ukuran input. Namun pengukuran keluaran (hasil) kegiatan lebih menantang, karena
banyak unit kerja yang tidak berwujud dalam keluarannya. Penilaian efisiensi teknis dapat
dilihat dari efisiensi input dan efisiensi output. Efisiensi input diartikan sebagai pencapaian
hasil kegiatan yang sesuai dengan target yang direncanakan, dengan input yang lebih rendah
(realisasi pengeluaran), sedangkan efisiensi output diartikan sebagai penggunaan input
(realisasi pengeluaran) yang sama dengan yang dianggarkan, dengan memperoleh a tingkat
output (hasil) yang lebih besar.

241

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas, dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Edisi 3, 2020

Efisiensi ekonomi pada dasarnya sama dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi
ekonomi didasarkan pada rasio antara keluaran dan masukan. Dalam hal evaluasi efisiensi
ekonomi harus dikaitkan dengan standar efisiensi yang ditetapkan dalam anggaran, yaitu rasio
antara input dan output yang direncanakan. Rai (2008: 23) menjelaskan bahwa untuk dapat
mengukur tingkat efisiensi yang sebenarnya harus dibandingkan dengan standar efisiensi.
Dalam konteks pelaksanaan anggaran, standar efisiensi dapat dilihat dari hasil yang
direncanakan dan anggaran yang digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan.

Laporan Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (lihat Lampiran 1) menunjukkan realisasi
belanja seluruh program dan kegiatan lebih rendah dari anggaran yang ditetapkan. Realisasi
keluaran atas semua program dan kegiatan sama dengan hasil yang direncanakan yang
ditetapkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran. Hasil ini dimaknai oleh penyelenggara
pemerintah daerah bahwa pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaporkan dalam Laporan
Kinerja berhasil mencapai kinerja efisiensi, baik dari segi teknis maupun ekonomis. Efisiensi
teknis diperoleh melalui pencapaian hasil kegiatan sesuai dengan target yang direncanakan,
dengan penggunaan sumber daya input (realisasi belanja) yang lebih rendah dari anggaran
(efisiensi input). Pencapaian efisiensi ekonomi ditunjukkan dengan rasio input-output yang
lebih baik dari standar efisiensi yang digunakan. Rasio input-output dikatakan lebih baik
karena realisasi hasil yang dilaporkan sama dengan hasil yang direncanakan, sedangkan
realisasi belanja yang digunakan untuk melaksanakan program dan kegiatan lebih rendah dari
anggaran.

Penilaian efisiensi anggaran yang hanya dipandang sebagai efisiensi teknis dan efisiensi
ekonomi tidak dapat digunakan untuk menilai ketepatan dalam mengalokasikan sumber daya
publik. Harapan masyarakat untuk mendapatkan barang publik yang lebih baik harus
diperhatikan dalam pengalokasian anggaran. Oleh karena itu, pertimbangan sosiologis
diperlukan untuk mengalokasikan sumber daya pada program dan kegiatan yang sesuai. Hal
ini dimungkinkan jika ruang partisipasi publik berjalan efektif, bukan sekedar formalitas yang
cenderung mendistorsi kepentingan masyarakat yang menjadi sasaran program dan kegiatan.

Pilihan program dan kegiatan sebagai alternatif harus diberikan dan ditawarkan kepada
masyarakat, sebelum ditetapkan dalam rencana kerja dan anggaran pemerintah sebagai dasar
pengalokasian sumber daya publik. Keterlibatan masyarakat dalam menentukan pilihan harus
menjadi pertimbangan utama unit kerja, karena masyarakat akan merasakan dampak langsung
dari pelaksanaan program dan kegiatan. Tentunya pelibatan masyarakat dapat terlaksana
secara efektif apabila struktur kekuasaan yang ada pada dua elemen organisasi pemerintah
daerah secara bersama-sama mendorong partisipasi masyarakat secara penuh dalam
perencanaan program dan kegiatan. Keterlibatan DPRD (legislatif) dalam menjalankan
aspirasi masyarakat juga diperlukan guna mengawal pilihan program dan kegiatan dalam
ajang pembahasan rencana dan penganggaran pembangunan daerah. Dengan

242

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas, dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Edisi 3, 2020

Pilihan program dan kegiatan, dimungkinkan untuk mendorong peningkatan efisiensi secara
agregat, karena alokasi sumber daya publik digunakan untuk program dan kegiatan yang
benar-benar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ilustrasi pentingnya asesmen efisiensi yang digunakan dalam penentuan alokasi anggaran
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dapat didasarkan pada evaluasi kegiatan yang
ada untuk setiap mata anggaran. Ini terkait dengan tujuan penerapan program dan kegiatan
semacam itu. Misalnya, untuk menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan, program
pengembangan industri kecil dan menengah (lihat Lampiran 1 kode program 531)
merencanakan dan melaksanakan kegiatan terkait pelatihan dan bimbingan teknis yang
diberikan kepada pelaku industri kecil dan menengah. Dalam pembahasan perencanaan
pembangunan daerah, terdapat permasalahan yang direalisasikan oleh kedua unsur
penyelenggara pemerintahan daerah tersebut. Yakni, sulitnya pelaku industri kecil dan
menengah mengakses pendanaan dari lembaga keuangan akibat persyaratan formal yang tidak
dapat mereka penuhi. Kegiatan alternatif dapat dilakukan untuk mendukung pelaksanaan
program pengembangan industri kecil dan menengah. Misalnya melalui kegiatan membangun
kemitraan dan kerjasama dengan pihak ketiga untuk memberikan bantuan atau pinjaman
modal kerja kepada pengusaha industri kecil dan menengah.

Berdasarkan dua alternatif kegiatan untuk mendukung program pengembangan industri kecil
dan menengah, apabila anggaran dialokasikan kembali dari kegiatan yang semula hanya
ditujukan untuk kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis, maka sebagian dialokasikan untuk
kegiatan yang berkaitan dengan pemberian bantuan / pinjaman modal kerja. Padahal, hal
tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha kecil dan menengah, yang
berarti efisiensi agregat meningkat. Dengan demikian, penilaian efisiensi yang
mempertimbangkan aspek sosiologis dalam pengalokasian sumber daya publik juga
diharapkan dapat memberikan makna dalam menciptakan rasa keadilan dan kemakmuran bagi
masyarakat sebagai sasaran pelaksanaan program dan kegiatan. Hal tersebut juga mendorong
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, yang berkontribusi pada terciptanya kesejahteraan
masyarakat secara umum.

Mengukur Efektivitas Kinerja Efektivitas

pelaksanaan anggaran tidak hanya diukur dari pencapaian hasil kegiatan yang sesuai atau
lebih besar, dibandingkan dengan hasil yang direncanakan, dan sebagaimana dipahami oleh
eksekutif dan sebagian besar anggota legislatif. Beberapa pejabat di lingkungan Pemerintah
Daerah Kabupaten JPR menjelaskan keberhasilan pelaksanaan program anggaran sebagai
berikut:

Efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program intensifikasi dan ekstensifikasi diukur dengan
biaya yang kecil untuk membuahkan hasil yang besar. Hal ini terlihat dari Laporan Realisasi
Anggaran. Selain itu, ada parameter lain yang digunakan untuk menilai keberhasilan

243

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas, dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Edisi 3, 2020

SKPD dalam pencapaian kinerja program dan kegiatan dilaporkan dalam Laporan Kinerja.
(Anw-Kepala SKPD).

Hal senada diungkapkan salah seorang pejabat di lingkungan SKPD:

Kalau kita di SKPD, yang penting tetap efisiensi penggunaan anggaran. Kami memastikan
realisasi belanja tidak melebihi anggaran, dan pencapaian hasil kinerja sesuai dengan
rencana… jadi kami berhati-hati saat menentukan anggaran agar tidak merepotkan saat
membuat laporan pertanggungjawaban. (Al-SKPD)

Sejalan dengan pemahaman eksekutif, beberapa legislator menjelaskan:

Berhasil melaksanakan anggaran ya ... pada dasarnya pemerintah melakukan kegiatan


sesuai dengan dokumen perencanaan, artinya efisien dan efektif. (Anggota Legislatif Luk).

Pelaksanaan anggaran harus efisien dan efektif ... efisien adalah menabung, menabung dari
segi anggaran yang telah ditentukan dan menghemat dari segi waktu. Efektif tepat sasaran
... terlihat dari laporan SKPD bahwa output yang disepakati dapat dicapai atau
direalisasikan. (Anggota legislatif).

Berdasarkan pemahaman para pelaksana dan beberapa anggota DPRD di atas terlihat bahwa
terdapat pemahaman yang sama bahwa keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan
(efektivitas), didasarkan pada pencapaian realisasi kinerja (output) yang dilaporkan dalam
Laporan Kinerja SKPD, dibandingkan dengan rencana kinerja yang tercantum dalam
dokumen pelaksanaan anggaran dan ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran (lihat
Lampiran 1).

Keberhasilan pemerintah dalam mencapai output sesuai dengan rencana, dan dilaporkan
dalam Laporan Kinerja SKPD, dilihat sebagai keberhasilan pemerintah dalam mencapai
efektivitas pelaksanaan anggaran (program dan kegiatan). Berdasarkan Laporan Kinerja
SKPD, tidak ada satupun keluaran ukuran yang digunakan untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan program dan kegiatan yang menyimpang (melebihi atau kurang) dari rencana
yang telah ditetapkan (lihat Lampiran 1). Meski kondisi ini tidak masuk akal, dalam
pembahasan tanggung jawab pelaksanaan anggaran antara eksekutif dan legislatif, tidak ada
satupun yang mempersoalkan pencapaian realisasi output yang 100% sama dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya. Di antara mereka juga belum ada kesadaran bahwa
manusia memiliki keterbatasan untuk melihat masa depan yang sebenarnya penuh dengan
ketidakpastian, sehingga tidak masuk akal bahkan tidak mungkin untuk mencapai semua
realisasi keluaran yang sepenuhnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

244

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas, dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020

Penilaian efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan juga harus didasarkan pada pengaruh
atau hasil dari hasil pelaksanaan kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan program.
Sayangnya, model pengukuran kinerja yang dimaksudkan untuk menilai keberhasilan
pemerintah dalam melaksanakan program dan kegiatan yang hasilnya dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat sasaran program tidak tersedia dalam laporan kinerja SKPD.
Timbulnya kesadaran untuk memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai sasaran program
dan kegiatan pelaksanaan anggaran, serta menilai efektivitas pelaksanaan anggaran,
disampaikan oleh beberapa anggota DPRD, antara lain:

Pelaksanaan program dan kegiatan harus berdaya guna dan berhasil guna, sehingga
bermanfaat bagi kepentingan masyarakat. Bagi masyarakat, program pemerintah berjalan jika
makanan murah, biaya sekolah terjangkau atau gratis, tidak ada lubang di jalan, [dan]
kesehatan terlayani dengan baik. Bagaimanapun, semua layanan dilayani dengan baik. Ini
berhasil. (Zae-Anggota Legislatif).

Mencapai efisiensi dan efektifitas dalam penyelenggaraan kegiatan itu mudah, sekarang kita
tentukan tingkat efisiensi dan efektifitas dengan rasio tertentu, mengunjungi kapan
pelaksanaannya tercapai ... jadi yang jadi masalah adalah bagaimana kontribusinya dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Suk- Anggota Legislatif)

Evaluasi efektivitas pelaksanaan anggaran pada dasarnya merupakan kinerja pelaksanaan


program dan kegiatan, yang melihat keterkaitan antara hasil kegiatan dengan tujuan dan
sasaran atau dampaknya terhadap masyarakat sasaran pelaksanaan program atau kegiatan.
Evaluasi efektivitas kinerja yang hanya melihat pencapaian pelaksanaan kegiatan atau
keluaran berdasarkan rencana, merupakan efektivitas pelaksanaan kegiatan dalam arti sempit,
karena tidak dinilai berdasarkan keberhasilan pemerintah dalam mencapai tujuan pelaksanaan
program.

Efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan hendaknya juga dikaitkan dengan tujuan
mewujudkan kesejahteraan, keadilan sosial dan lain-lain. Lebih spesifiknya, penilaian
efektivitas pelaksanaan program dan kegiatan di unit kerja harus dikaitkan dengan tujuan
sektoral yang lebih spesifik dan relevan dengan program, serta tugas pokok dan fungsi unit
kerja yang bersangkutan. Misalnya peningkatan kuantitas dan kualitas barang publik,
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, perbaikan infrastruktur dan sebagainya, sebagai
indikator outcome. Ketersediaan data keluaran dan keluaran dalam laporan kinerja ini
memungkinkan untuk menilai efektivitas pelaksanaan anggaran yang berorientasi pada upaya
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan visi dan misi pemerintah
daerah. Akibat adanya modifikasi format pelaporan kinerja berdasarkan PP No. 8/2006
tentang Pelaporan dan Kinerja Keuangan

245

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020

Instansi Pemerintah ditambahkan informasi hasil dari setiap program dan kegiatan yang
dilaksanakan oleh SKPD berdasarkan persepsi masyarakat penerima manfaat program (lihat
Lampiran 2).

Kesimpulan

Berdasarkan Laporan Kinerja SKPD, data keluaran kegiatan diperoleh melalui laporan kinerja
yang disajikan oleh masing-masing unit kerja, dan dibandingkan dengan rencana keluaran
berdasarkan target yang tercantum dalam dokumen pelaksanaan anggaran. Data hasil tidak
tersedia dalam laporan kinerja yang disajikan di SKPD.
246

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020

REFERENCE

Andrews, R., Beynon, MJ, & Genc, E. (2017). Strategy Implementation Style and Public
Service Effectiveness, Efficiency, and Equity. Administrative Sciences, 7(1), 1-19.

Anthony, and Govindarajan. (2004). Management control system.11th Edition. McGraw Hill.
Atkinson, A., A., JH Waterhouse, and RB Wells . (1997). A Stakeholder Approach to Strategic
Performance Measurement Sloan. Management review. Spring: 15, 25-37

Carnegie GD and BP West. (2005). Making accounting accountable in the public sector.
Critical Perspectives on Accounting 16: 905–928

Cavalluzzo, KS and Ittner, CD (2004). Implementing performance measurement innovations:


Evidence from government. Accounting Organizations ang Society, 29: 243-267.

Christensen and Laegreid.(2001). New public management: The effects of contractualism and
devolution on political control. Public Management Review, Vol. 3: 73–94

Denton, DK (2005). Professional practice: Measuring relevant thing. International Journal of


Productivity and Performance Management. Vol. 54 No. 4: 278-287

Gosselin, M. (2005). An empirical study of performance measurement in manufacturing


firms. International Journal of Productivity and Performance Management, Vol. 54 No.
5/6: 419-437.

Halachmi, A. (2005). Performance Measurement is Only One Way of Managing Performance.


International Journal of Productivity and Performance Management. Vol. 54 No. 7:
502-516

Heald, D. (2003). Value for money tests and accounting treatment in PFI schemes.
Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 16 No. 3: 342-371

Hood, C. (2000). Paradoxes of public-sector managerialism, old public management and


public service bargains. International Public Management Journal 3: 1-22.

Hoque, Z. and Moll, J. (2001). Public Sector Reform: Implications for accounting,
accountability and performance of stated-owned entities-an Australian perspective.
International Journal of Public Sector Management Vol. 14 No. 4: 304-326

247

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020

Hoque, Z. (2005). Securing institutional legitimacy or organizational effectiveness?: A case


examining the impact of public sector reform initiatives in an Australian local authority.
International Journal of Public Sector Management, 18(4), 367-382.

Hoque, Z. (2006). Methodological Issues In Accounting Research. Spiramus. London


Jones, R. and Pandlebury, MW (2000). Public sector accounting. 5th Edition. Pitman
Publishing. London.

Kaplan, R. and Norton, D. (1992). The balance scorecard: Measures that drive performance.
Harvard business Review. January-February: 167-176

Mardiasmo. (2005). Akuntansi sektor publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Mwita, JI (2000). Performance Management Model: A systems-based approach to public


service quality. International Journal of Public Sector Management. Vol. 13 No. 1: 19-
37.

Rai, IGA (2008). Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta.

Robinson, P. (2003). Government accountability and performance measurement. Critical


Perspectives on Accounting. 14: 171-186.

Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif. Cetakan Ketujuh. Alfabeta. Bandung.

248

Jurnal Internasional Inovasi, Kreativitas, dan Perubahan. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020

Appendix 1: Performance Report of Regional Development Units Department of Indag


District, Jpr Year Budget 20jpr
Cod Program / Shopping Result / Outs Information
e Activities The Realisation Plan Realisation Unit
budget

1 2 3 4 5 6 7 8

001 Office 610.251.0 598.148.965


Administratio 00
n Service
Program

001. The technical 610.251.0 598.148.965 12 months 12 -- --


016 services of the 00 Penyeles months -- --
Office of aian of Completi
Disindag and tasks and on of
JTTC Kab. layanan tasks and
JPR • adm. service
Smooth adm. kantor adm.
& keg. space office
kantor space
ruang

Penerapan of
administrative
services and
office activities

006 Program to 15.290.0 15.290.000


improve the 0
development 0
of a pelap
system.
performance
& keuangan
prestasi.

006. Compilation, 15.290.0 15.290.000 6 books 6 books -- --


018 Planning & 0 (Lakip, (Lakip,
Evaluation 0 Annual Lap. --
• Orderly Report, Thunan,
planning and Statistical Statistical
evaluation Data, Data,
• Improved Renja, Renja,
preparation of KUA, KUA,
reporting Renstra) Renstra)
systems for 12 months 12
performance months
and financial
achievements

364 Intensification 6.545.000 6.545.000


&
Extensificatio
n Program for
Regional
Revenue Sources

249

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020
Cod Program / Shopping Result / Outs Information
e Activities
The Realisation Plan Realisation Unit
budget

1 2 3 4 5 6 7 8

364. Supporting 6.545.000 6.545.000 12 months 12 -- --


001 SKDP Increased months -- --
Revenue regional Increased
Pengelolaan income regional
• Increased through income
Regional retributi through
Pendapatan on IUI, retributi
• Achieved an SIUP on IUI,
meningkat and TDP SIUP
daerah and TDP
income

520 Consumer 54.455.00 49.862.807


Protection 0
and Trade
Safety
Program

520. Food price 13.785.0 13.155.000 4 x 12 4 x 12 Month --


001 informasi 0 months months -- --
publication 0 Food Food
• Monitoring Price Price
& Publicati Publicat
publication on ion
of
groceries
prices •
Monitoring
of food price
fluctuations
520. Guidance on 6.410.000 5.352.960 25 25 Unit --
002 legality and business business -- --
business unit units units
activities The The
(SIUP and business business
WDP) of of
• Improve the distributi distributi
quality of ng ng
trade jasa. subsidize subsidize
• Monitoring d d
legality and commodi commod
business tie s itie s
activities of
subsidised
commodity
suppliers

520. Supporting 20.534.00 19.696.000 1 year 1 year -- --


003 facilities for 0 Perlindunga Perlindung
consumer n an
protection services services
agencies for for
(LPK) and konsume konsume
consumer n n
rights rights

250

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020
Cod Program / Shopping Result / Outs Information
e Activities
The Realisation Plan Realisation Unit
budget

1 2 3 4 5 6 7 8
dispute -- --
resolution
bodies (BPSK)

Accompanyin
g facilities for
the activities
of the
Consumer
Protection
Institute
(LPK) and
the
Consumer
Dispute
Resolution
Agency
(BPSK) •
Increased
and protected
consumer
rights

520. Supervision 13.726.0 11.658.847 2000 2912 -- --


004 and 0 mandato mandato
monitoring of 0 ry tera ry tera
UTTP
equipment Monitori Pemanta --
and goods ng of uan dari
in Measuri Measuri
sirkulasi ng, ng,
• Monitoring Measuri Measuri
and ng, ng,
monitoring of Weighin Weighin
users of g g
Measuring, and dan
Measuring, Equipme Peralatan
Timbangan dan nts (UTTP)
Peralatan (UTTP) dan
(UTTP) and and Sirkulasi
monitoring of Circulati of
Wrapped on of Wrapped
Goods Wrapped Barang
(BDKT) Goods (BDKT)
• Measured (BDKT) Equipment
and Equipment
monitored
Measuring,
Measuring,
Weighing and
Peralatan
(UTTP) and
Circulation of
Wrapped
Goods
(BDKT)

251

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020
Cod Program / Shopping Result / Outs Information
e Activities
The Realisation Plan Realisation Unit
budget

1 2 3 4 5 6 7 8

Equipment

522 Prog 1.412.5 1.399.622


Improvement 6 .
& 0 0
Pengembanga . 3
n. 0 0
Export 0
0

522. Supporting 100.000. 99.960.000 1 kali 1 kali -- --


001 the JPR 0 15 % 15 % -- --
Expo 00
Pameran
• JPR Expo
Pameran
• Increased
local market
share

522. Exhibition of 1.134.1 1.131.692 7 times 7 times -- --


002 domestic and 8 . the the -- --
foreign trade 6 7 exhibitio exhibiti
misi . 8 n on
• Exhibitions 0 0 15% 15%
in Jakarta 0
and 0
Outside Java
• Increased
insight into
domestic and
foreign trade
522. Development 8.874.00 8.530.000 Quarterly, Quarterly, -- --
003 of inf. export 0 Semester Semester -- --
& and Yearly and
import data Export / Yearly
• Availability import Export /
of regional data import
export / report data
import data report
• Availability
of export /
import data
for one year

522. Improved 29.500.00 25.248.000 2 kali, 2 kali, -- --


004 export market 0 2hari 2hari -- --
management 15% 15%
for wood
carving /
souvenir
products
• Export
Pengelolaan
Latihan
• Increased
market share

522. Troso and Ikat 40.000.00 39.970.000 1 time 1 time

252

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020
Cod Program / Shopping Result / Outs Information
e Activities
The Realisation Plan Realisation Unit
budget

1 2 3 4 5 6 7 8

007 Troso and 0 fashion fashion -- --


Batik fashion show show
show -- --
• Troso & 4 days 4 days
Batik Jepara
Ikat
Weaving
Fashion Show
• Increased
market share
of Troso and
Batik Jepara
ikat
weaving

522. Promotion & 100.000. 94.221.250 Once, 20 Once, 20 -- --


008 management 0 participa participa -- --
of business 00 nts 20 nts 20
linkages UKM UKM
• Process,
Training and
KKB
• Promotion,
Plates. & KKB

525 Trade Facility 350.000.0 271.091.864


Improvement 00
Program

525. JTTC 250.000.0 188.999.450 12 months 12 -- --


009 Rengging 00 99% of months -- --
Building JTTC 99% of
Rehab • Building JTTC
Arrangement benefits Building
of JTTC benefits
building
facilities

Improvemen
t of JTTC
building
support
advice

525. Support and 100.000. 82.092.414 12 months 12 -- --


011 operasional 0 99% of months -- --
gudang 00 warehou 99% of
resi se warehou
• Warehouse receipt se
Resi benefits receipt
pengelolaan benefits
fasilitas
• Increased
marketing of

253

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020
Cod Program / Shopping Result / Outs Information
e Activities
The Realisation Plan Realisation Unit
budget

1 2 3 4 5 6 7 8

farmer group
results

51 Prog 741.823.0 738.804.600


Pengemb. 00
Ind. Kcl &
Intermediate

531. Vocational 463.020.0 462.418.500 6 groups, 6 groups, -- --


001 Training for 00 @ 20 @ 20
ex cigarette people people -- --
industry 6 IKM 6 IKM
workers groups groups
(DBHCHT)
• Increased
Skills of Ex
Cigarette
Industri
Pekerja
• Increased
Kemampuan
bisnis &
Abilities for
Ex-Cigarette
Workers

531. Technical 24.144.00 29.143.500 3 IKM 3 IKM -- --


003 Guidance and 0 groups 3 groups 3
Kewiraswastaa IKM IKM
n groups groups
Enhancement
for Small
Industries -- --
in the
locations of
TMMD,
PPWT and
P2MBG
•Increased
Kemampuan
bisnis and
Capabilities
for SMEs in
the TMMD
I,
TMMD 2 and
P2MBG
lokasi
•Entrepreneur
shi p
Enhancement
for SMIs in
the Lokasi
TMMD 1,
TMMD II and
P2MBG

254

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020
Cod Program / Shopping Result / Outs Information
e Activities
The Realisation Plan Realisation Unit
budget

1 2 3 4 5 6 7 8

531. Technical 33.762.00 33.762.000 5 IKM 5 IKM -- --


005 Guidance for 0 groups groups
Kualitas
Perbaikan 5 IKM 5 IKM -- --
and Product groups groups
Diversifikasi.
Food &
Crafts •
Improved
Pengemasan
Desain dan
Diversifikasi
of IK Food
and Craft
Products •
Improving
the Kualitas
dan
Quantity of
IKM Products
531. Food 96.467.00 96.197.000 2 groups 2 groups -- --
006 Processing 0 of SMIs of SMIs
Product 2 2 -- --
Diversificati kelompok kelompok
on Training SMIs SMIs
(DBHCHT)
• Increased
Diversificati
on of IKM
Food
Products and
IK
Conpection
• IKM
Product
Diversificati
on Can Be
Increased

531. Market 99.430.00 97.283.600 40 40 -- --


007 development 0 IKM, 1 IKM, 1 -- --
and exhibiti exhibiti
intelektual on on
property 15% 15%
rights of the
tobacco
industri
(DBHCHT)
• Bisnis
Training &
Promosi
Melecut. IKM
• Improve
marketing skills

255

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020
Cod Program / Shopping Result / Outs Information
e Activities
The Realisation Plan Realisation Unit
budget

1 2 3 4 5 6 7 8
531. Food 20.000.00 20.000.000 1 IKM 1 IKM -- --
021 Processing 0 grup 1 grup 1 -- --
and Craft IKM group IKM group
Produk
Diversifikasi
Latihan
• Improved
Quality of IK
Sablon
Produk

Improvemen
t of Screen
Printing IKM
Products

532 Industrial 247.900.0 247.597.000


Teknologi 00
Kemampuan
Peningkatan
Program

532. Tar, Brand 47.900.00 47.799.000 25 SMI 25 SMI -- --


001 and Nicotine 0 Cigarettes Cigarettes -- --
content test 25 SMI 25 SMI
facilities for Cigarettes Cigarettes
the cigarette
industri
(DBHCHT)
• Improve
Kualitas. Hsl
Prod IK Rkk

Improvemen
t of IHT
Product
Quality

532. Training and 100.000. 99.948.000 1 IKM 1 IKM -- --


002 assistance in 0 group group
developing 00 -- --
packaging 1 IKM 1 IKM
and packing group group
design tools
for IKM
Food and
Crafts
(DBHCHT)
• Increasing
the
development
of SMI
product
packaging
design
• Improved

256

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020
Cod Program / Shopping Result / Outs Information
e Activities
The Realisation Plan Realisation Unit
budget

1 2 3 4 5 6 7 8

quality of
product
packaging for
SMIs

532. Vocational 100.000. 99.850.000 1 IKM 1 IKM -- --


014 training and 0 group group
tool support 00 -- --
for SMIs 1 IKM 1 IKM
(DBHCHT) group group
• Improving
the quality,
efficiency &
ability of
SMEs to do
business
• Product
quality can be
improved

534 Potential 149.482. 149.481.000


Industrial 0
Centers 00
Development
Program
534. Good 56.435.00 56.435.000 1 IKM 1 IKM -- --
001 Manufaktur 0 group group
Practice
(GMP) 1 IKM 1 IKM -- --
Training for group group
SMEs
Cigarette
and food
(DBHCHT)
• Increasing
Bisnis
Capability for
Cigarette and
Food
Industries •
Kualitas
Improvement
of Cigarette
and
Food IK
Products

Source: JPR District Disindag Performance Report 20JPR Budget Year

Attachment 2: Performance Report of Regional Device Unit (United

Researchers)

Code Progra Shopping Results / Outs Due / Impact (Outcome) Information


ms /
Activiti
es

257

International Journal of Innovation, Creativity and Change. www.ijicc.net


Volume 14, Issue 3, 2020
The Realisation Plan Realization Unit Plans Realisation
budget (SKPD) (Based on
Commun
ity
Percepti
on)

1 2 3 4 5 6 7 8
258

Anda mungkin juga menyukai