Anda di halaman 1dari 21

RINGKASAN MATERI KULIAH

“Pelaksanaan Audit - Lanjutan”

dan

REVIEW ARTIKEL 1 & 2

“Akselerasi Peran Teknologi Dalam Audit Saat Covid -19”

“Akankah Fee Audit Dan Karakteristik Auditor Menentukan Kualitas Audit?”

(Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pengauditan Lanjutan)

Oleh :

Anggita Ika Lilyani 20105350578

Daniar Vilania 20105350580

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)

SURABAYA

2021
RINGKASAN MATERI KULIAH

“Pelaksanaan Audit - Lanjutan”

1. PIHAK BERELASI (SA 550)

Standar audit ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas hubungan dan
transaksi pihak berelasi dalam suatu audit atas laporan keuangan.

Ketentuan
Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
Auditor harus melaksanakan prosedur audit dan aktivitas untuk memperoleh informasi
relevan guna mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material yang berkaitan dengan
hubungan dan transaksi pihak berelasi (Ref. Para A8)
Pemahaman atas Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi Entitas
- Auditor harus meminta keterangan dari manajemen tentang:
a. Identitas pihak berelasi entitas, termasuk perubahan dari periode sebelumnya; (Ref. Para
A11-A14)
b. Sifat hubungan antara entitas dan pihak berelasi tersebut;
c. Apakah entitas melakukan transaksi dengan pihak berelasi ini selama periode tersebut dan
jika demikian, apa jenis dan tujuan transaksi tersebut.
- Auditor harus meminta keterangan manajemen bahwa manajemen telah menetapkan
untuk:
a. Mengidentifikasi, mencatat, dan mengungkapkan hubungan dan transaksi pihak berelasi
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
b. Mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan signifikan dengan pihak berelasi;
dan
c. Mengotorisasi dan menyetujui transaksi dan pengaturan signifikan di luar bisnis normal.
Menjaga Kewaspadaan terhadap Informasi Pihak Berelasi pada Waktu Mereviu Catatan
atau Dokumen
Auditor harus waspada saat menginspeksi catatan dan dokumen yang terkait dengan
hubungan dan transaksi pihak berelasi. Berikut dokumen dimaksud:
a. Konfirmasi bank dan hukum yang diperoleh sebagai bagian prosedur audit;
b. Risalah rapat pemegang saham dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola;
c. Catatan atau dokumen lain yang auditor memandang perlu sesuai dengan kondisi entitas.
Auditor harus mengidentifikasi sifat transaksi tersebut dan apakah melibatkan pihak
berelasi. (Ref. Para 15-17, A22-A27)
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material terkait
dengan Hubungan dan Transaksi Pihak Berelasi
- Auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material yang
berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi dan menentukan apakah risiko
tersebut merupakan risiko signifikan.
Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material terkait dengan Hubungan
dan Transaksi Pihak Berelasi
- Auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit lanjutan untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat tentang risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai
yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.
Pengidentifikasian Pihak Berelasi yang Sebelumnya tidak Teridentifikasi atau tidak
Diungkapkan atau Transaksi Pihak Berelasi yang Signifikan
Jika auditor mengidentifikasi pihak berelasi atau transaksi signifikan pihak yang memiliki
hubungan istimewa yang tidak diidentifikasi atau diungkapkan sebelumnya oleh manajemen
kepada auditor, auditor harus:
- Mengomunikasikan informasi relevan tersebut kepada anggota lain di tim perikatan; (Ref.
Para A35)
Jika kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menetapkan ketentuan pihak berelasi:
a. Meminta kepada manajemen untuk mengidentifikasi semua transaksi dengan pihak
berelasi yang baru diidentifikasi tersebut untuk dievaluasi lebih lanjut oleh auditor; dan
b. Meminta keterangan tentang mengapa pengendalian entitas terhadap transaksi pihak
berelasi gagal untuk memungkinkan pengidentifikasian atau pengungkapan hubungan
atau transaksi pihak berelasi.
c. Melaksanakan prosedur audit substantif yang tepat terhadap pihak berelasi yang baru
diidentifikasi tersebut atau transaksi pihak berelasi yang signifikan; (Ref. Para A36)
d. Mempertimbangkan kembali risiko bahwa pihak berelasi atau transaksi pihak berelasi
signifikan lainnya kemungkinan ada yang tidak diidentifikasi atau diungkapkan
sebelumnya oleh manajemen kepada auditor, dan melaksanakan prosedur audit tambahan
yang diperlukan; dan
e. Jika tidak adanya pengungkapan tersebut tampak disengaja oleh manajemen,
mengevaluasi implikasinya terhadap audit. (Ref. Para A37)
Transaksi Pihak Berelasi Signifikan di Luar Kegiatan Normal Bisnis Entitas yang
Teridentifikasi
- Untuk transaksi pihak berelasi signifikan di luar kegiatan normal bisnis entitas yang
teridentifikasi, auditor harus:
Menginspeksi kontrak atau perjanjian yang mendasari jika ada, dan mengevaluasi apakah:
a. Alasan bisnis (atau tidak ada alasan) transaksi tersebut menunjukkan bahwa mereka
melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan atau untuk
menyembunyikan penyalahgunaan aset; (Ref. Para A38-A39)
b. Ketentuan transaksi adalah konsisten dengan penjelasan manajemen; dan
c. Transaksi tersebut telah dipertanggungjawabkan secara semestinya dan diungkapkan
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
d. Memperoleh bukti audit bahwa transaksi tersebut telah diotorisasi dan disetujui dengan
tepat. (Ref. Para A40-A41)
Asersi bahwa Transaksi Pihak Berelasi Dilaksanakan atas Ketentuan yang Sama dengan
transaksi Wajar
Jika manajemen telah membuat suatu asersi dalam laporan keuangan bahwa suatu transaksi
pihak berelasi dilaksanakan dengan ketentuan yang sama dengan ketentuan yang berlaku
dalam transaksi yang wajar, auditor harus memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang
asersi tersebut. (Ref. Para A42-A45)
Pengevaluasian terhadap Akuntansi dan Pengungkapan tentang Hubungan dan
Transaksi Pihak Berelasi yang Teridentifikasi
Dalam merumuskan suatu opini atas laporan keuangan, auditor harus mengevaluasi:
a. Apakah hubungan dan transaksi pihak berelasi yang teridentifikasi telah dicatat dan
diungkapkan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan (Ref. Para
A47)
b. Apakah dampak hubungan dan transaksi pihak berelasi:
- Mencegah laporan keuangan dan pencapaian penyajian wajar (untuk kerangka penyajian
wajar); atau
- Menyebabkan laporan keuangan menyesatkan (untuk kerangka kepatuhan).
Representasi Tertulis
- Jika kerangka pelaporan keuangan menetapkan ketentuan pihak berelasi, auditor harus
memperoleh representasi tertulis dari manajemen dan jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola bahwa: (Ref. Para A48-A49)
- Mereka telah mengungkapkan kepada auditor identitas pihak berelasi entitas dan semua
hubungan dan transaksi pihak berelasi tersebut, yang mereka ketahui; dan
- Mereka telah mencatat dan mengungkapkan hubungan dan transaksi tersebut sesuai
dengan ketentuan kerangka yang berlaku.
Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
- Kecuali semua yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan
entitas, auditor harus mengomunikasikan hal-hal signifikan yang timbul selama audit
yang berkaitan dengan pihak berelasi entitas kepada pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola. (Ref. Para A50)
Dokumentasi
- Auditor harus mencantumkan dalam dokumentasi auditnya nama pihak berelasi yang
teridentifikasi dan sifat hubungan pihak berelasi tersebut.

2. PERISTIWA KEMUDIAN (SA 560)

SA 560 merupakan standar audit yang khusus menjelaskan tanggung jawab auditor
yang berkaitan dengan peristiwa kemudian dalam satu audit laporan keuangan. dengan
konteks bahwa audit yang akan dilakukan merupakan audit berulang. SA ini menjabarkan
dengan detal terkait ruang lingkup, peristiwa kemudian, tanggal efektif, dan ketentuan dalam
SA 560. Berikut adalah penjelasnya

Ruang Lingkup, Peristiwa Kemudian dan Tanggal Efektif


Satandar Audit ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor berkaitan dengan
peristiwa kemudian dalam satu audit atas laporan keuangan. Laporan keuangan mungkin
dipengaruhi oleh peristiwa tertentu yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan. banyak
kerangka pelaporan keuangan secara khusus merajuk pada peristiwa. Dan tanggal efektif , SA
ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau
setelah tanggal 1 Januari 2013 (Emiten) atau 1 Januari 2014 (untuk selain emiten). Penerapan
dini diajurkan untuk entitas selain Emiten.
Ketentuan
A. Peristiwa yang terjadi antara Tanggal Laporan Keuangan dan Tanggal Laporan Akhir

Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang dirancang untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat, bahwa seluruh peristiwa yang terjadi anatara tanggal laporan
keuangan dengan tanggal laporan auditor yang mengharuskan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan keuangan. namun jika auditor tidakdiharapkan untuk
melakukan prosedur audit tambahan atas hal-hal yang mana prosedur audit sebelumnya
diterapkan telah menyediakan kesimpulan yang memadai.

Auditor harus melakukan prosedur yang diisyaraktka sehingga prosedur tersebut


mencakup periode dari tanggal laporan keuangan sampai ke tanggal laporan auditr atau
periode terdekat yang dicapai. Serta auditor harus mempertimbangkan penilaian risiko audit
dalam menetapkan sifat dan luasprosedur audit, dalam hal-hal :

a. Memperoleh suatu pemahaman tentang prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen
b. Keterangan manajemen
c. Membaca risalah rapat ketika ada tentang pemilki manajemen, dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas,
d. Membaca laporan keuangan interim terakhir entitas, jika ada

Representasi Tertulis, auditor harus meminta kepada manajemen dan jika relevan
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk memberikan suaru representasi tertulis
berdasarkan SA 580 yang menyatakan bahwa selurh peristiwa yang terjadi setelah tanggal
laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku telah disesuaikan.

B. Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Tanggal Laporan Auditor namun sebelum
Tanggal Laporan Keuangan Diterbitkan

Auditor tidak memilki kewajiban untuk melakukan prosedur audit atas laporan
keuangan setelah tanggal laporan auditor. Namun , jika setelah tanggal laporan auditor tetapi
sebelum tanggal laporan keuangan diterbitkan, suatu fakta diketemukan oleh auditor yang
mungkin menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya jika fakta telah diketahui oleh
auditor pada tanggal laporan auditor, maka auditor harus :

a. Membahas hal tersebut dengan manajemen dan jika relevan dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola
b. Menentukan apakah laporan keuangan tersebut memerlukan perubahan dan jika demikian
c. Meminta keterangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal tersebut dalam
laporan.

Jika manajemen mengubah laporan keuangan, maka auditor harus melaksanakan


prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi atas perubahan tersebut. Dalam beberapa
yurisdiksi, manajemen mungkin tidak disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan atau
kerangka pelaporan keuangan untuk menerbitkan laporan keuangan yang diubah.

C. Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Laporan Keuangan Diterbitkan

Setelah laporan keuangan diterbitkan, auditor tidak memilki kewajiban untuk


melakukan prosedur audit atas laporan kewajiban untk melakukan prosedur audit atas laporan
keuangan. Namun, jika setelah laporan keuangan diterbitkan suatu fakta diketahui oleh
auditor, yang jika fakta tersebut diketahui oleh auditor pada tanggal laporan auditor, mungkin
dapat menyebabkan auditor mengubah laporan auditnya dengan langkah membahas hal
tersebut dengan manajemen dan jika relevan dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola perusahaan, menentukan apakah laporan keuangan memerlukan perubahan dan jika
demikian meminta keterangan bagaimana manajemen bermaksud untuk menyelesaikan hal
tersebut dalam laporan keuangan. Auditor harus memasukkan dalam laporan auditor baru
satu yang diubah, Jika manajemen tidak mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan bahwa setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan
sebelumnya sudah dberitahu tentang situasi tersebut.

Ruang Lingkup

Ketika laporan keuangan auditan dimasukkan dalam dokumen lain setelah penerbitan
laporan keuangan, auditor mungkin memilki tanggung jawab tambahan yang berhubungan
dengan peristiwa kemudian yang perlu dipertimbangkan oleh auditor itu sendiri. Contoh
ketentuan peraturan perundang-undangan yang melibatkan penawaran atas sekuritas untuk
publik dalam yurisdiksitempat tawarkannya sekuritas tersebut.

3. KELANGSUNGAN USAHA (SA 570)

SA ini mengatur tanggung jawab auditor dalam mengaudit LK dengan menggunakan


asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam menyusun LK tersebut. Berdasarkan
asumsi kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang bertahan dalam bisnis untuk masa depan
yang dapat diprediksi, kecuali manajemen memutuskan untuk melikuidasi entitas atau
menghentikan operasinya.
Tanggung Jawab penilaian atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
keberlangsungan usahanya.
Beberapa kerangka pelaporan keuangan mengandung suatu ketentuan eksplisit bagi
manajemen untuk menilai secara spesifik atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
keberlangsungan usahanya serta standar hal-hal yang perlu dipertimbangkannya. Namun
mengingat asumsi kelangsungan usaha ini sangat fundamental, sehingga walaupun tidak ada
ketentuan eksplisit dalam kerangka pelaporan keuangannya manajemen tetap harus
melakukan penilaian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan keberlangsungan
usahanya. Penilaian manajemen tersebut melibatkan pertimbangan atas faktor-faktor berikut:
1. Tingkat ketidakpastian yang terkait hasil suatu peristiwa
2. Ukuran dan kompleksitas entitas, sifat dan kondisi bisnisnya serta tingkat
keterpengaruhan oleh faktor eksternal
3. Setiap informasi tentang masa depan didasarkan atas informasi yang tersedia saat
pertimbangan dilakukan.
Prosedur penilaian risiko dan aktivitas terkait
Auditor harus waspada apakah terdapat peristiwa/bukti yang dapat menyebabkan
keraguan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Dengan
cara mengecek apakah manajemen telah melakukan penilaian awal atas kemampuan
entitasnya dan berdiskusi dengan manajemen atas hal tersebut.
Auditor harus mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya.
Pada periode setelah penilaian manajemen, auditor harus menanyakan kepada manajemen
tentang pengetahuan manajemen atas kondisi setelah periode penilaian yang dapat
menyebabkan keraguan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya.
Prosedur audit tambahan Ketika peristiwa atau kondisi teridentifikasi
Prosedur audit tambahan itu harus mencakup :
1. Jika manajemen belum melakukan penilaian, maka auditor memintanya untuk melakukan
penilaian tersebut.
2. Mengevaluasi kelayakan rencana manajemen atas tindakan di masa depan.
3. Mengevauasi keandalan data dan mengidentifikasi apakah terdapat dukungan yang cukup
atas prakiraan yang telah dibuat oleh manajemen
4. Mempertimbangkan setiap fakta tambahan .
5. Meminta representasi tertulis dari manajemen.
Kesimpulan audit dan pelaporan
Berdasarkan bukti yang diperoleh, auditor harus menyimpulkan apakah terdapat suati
ketidakpastian material terkait dengan peristiwa/kondisi yang dapat menyebabkan keraguan
atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya.
Penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat, tetapi terdapat suatu
ketidakpastian material
Jika hal ini terjadi maka auditor harus menentukan apakah laporan keuangan :
1. Menjelaskan secara memadai kondisi utama yang membuat keraguan tersebut (auditor
menyatakan opini tanpa midifikasian)
2. Mengungkapkan secara jelas bahwa terdapat ketidakpastian material terkait kondisi yang
menyebabkan keraguan tersebut.
Jika pengungkapan yang memadai tidak dicantukan dalam laporan keuangan maka
auditor menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar.
Penggunaan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat maka auditor harus menyatakan
suatu opini tidak wajar
Keengganan manajemen untuk membuat atau memperluas penilaiannya maka auditor harus
mempertimbangkannya terhadap laporan auditor, auditor bisa memberi opini wdp, atau opini
tidak menyatakan pendapat.
Komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
Auditor harus mengkomunikasikan dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola, peristiwa atau konsidi yang mungkin menimbulkan keraguan signifikan terhadap
kemampuan entitas dalam mempertahankan usahanya. Seperti :
1. Apakah peristiwa atau kondisi merupakan suatu ketidakpastian material?
2. Apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan?
3. Sudah cukupkah pengungkapan terkait dalam laporan keuangan?
Penundaan Signifikan dalam persetujuan atas laporan keuangan
Jika terjadi penundaan signifikan dalam persetujuan atas laporan keuangan oleh
manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola setelah tanggal laporan
keuangan, maka auditor harus menanyakan alasan penundaan tersebut. Jika penundaan itu
terkait dengan penilaian kelangsungan usaha maka auditor harus melakukan prosedur
tambahan seperti yang telah dijelaskan.

4. REPRESENTASI TERTULIS (SA 580)


Standar Audit (“SA”) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk memperoleh
representasi tertulis dari manajemen atau pihak yang bertanggung atas laporan keuangan.
Representasi tertulis adalah informasi yang perlu diperoleh auditor dalam hubungannya
dengan audit atas laporan keuangan entitas.Oleh karena itu representasi tertulis juga
merupakan bukti audit. Meskipun representasi tertulis menyediakan bukti audit yang
dibutuhkan, representasi tersebut tidak menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat,
tentang hal-hal yang terdapat di dalamnya.

Ketentuan

Manajemen yang diminta untuk memberikan representasi tertulis

Auditor harus meminta representasi tertulis dari manajemen yang memiliki tanggung jawab
yang semestinya atas laporan keuangan

Representasi tertulis tentang tanggung jawab manajemen

Penyusunan Laporan Keuangan

Auditor harus meminta manajemen untuk menyediakan representasi tertulis bahwa mereka
telah memenuhi tanggung jawab mereka dan menyusun laporan keuangan sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Informasi yang Disediakan dan Kelengkapan Transaksi Auditor harus meminta


manajemen untuk menyediakan representasi tertulis bahwa:

a. Mereka menyediakan bagi auditor semua informasi relevan dan akses sesuai dengan
yang disetujui dalam ketentuan perikatan audit
b. Semua transaksi telah dicatat dan dicerminkan dalam laporan keuangan.

Tanggal dan periode yang dicakup oleh representasi tertulis Tanggal representasi tertulis
harus sama dengan tanggal laporan auditor atas laporan keuangan.

Bentuk representasi tertulis

Representasi tertulis harus disajikan dalam bentuk surat representasi yang ditujukan kepada
auditor. Jika peraturan perundang-undangan mensyaratkan manajemen untuk membuat
pernyataan publik yang tertulis mengenai tanggung jawabnya, dan auditor menganggap
bahwa pernyataan tersebut menyediakan beberapa atau seluruh representasi yang ditentukan
dalam paragraf 10 atau 11, maka hal-hal relevan yang telah dicakup oleh pernyataan tersebut
tidak perlu lagi dicantumkan di dalam surat representasi.
Keraguan atas Keandalan representasi tertulis dan representasi tertulis yang diminta
tidak diberikan

Jika auditor memiliki keraguan tentang representasi tertulis maka auditor dapat
memperlihatkan dampak keraguan terhadap representasi tertulis tersebut. Secara khusus, jika
representasi tertulis tidak konsisten dengan bukti audit lainnya, auditor harus melaksanakan
prosedur audit sebagai usaha untuk menyelesaikan hal tersebut. Jika hal tersebut tetap tidak
terselesaikan, auditor harus mempertimbangkan kembali penilaian atas kompetensi,
integritas, nilai-nilai etik, atau kesungguhan manajemen, atau mengenai komitmen mereka
dalam melaksanakan hal ini, dan harus menentukan dampak yang mungkin ditimbulkan
terhadap keandalan representasi (lisan atau tertulis) dan bukti audit secara umum. Jika auditor
menyimpulkan bahwa representasi tertulis tidak dapat diandalkan, auditor harus mengambil
langkah-langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang mungkin timbul terhadap
opini di dalam laporan auditor berdasarkan SA 705,4 dengan mempertimbangkan ketentuan
dalam paragraf 20 SA ini.

Representasi Tertulis yang Diminta Tidak Disediakan

Jika manajemen tidak memberikan satu atau lebih representasi tertulis yang diminta, auditor
harus:

a. Mendiskusikan masalah ini dengan manajemen;


b. Mengevaluasi ulang integritas manajemen dan mengevaluasi dampak yang mungkin
timbul terhadap keandalan representasi (baik lisan maupun tertulis) dan bukti audit
secara umum.
c. Mengambil langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang mungkin timbul
terhadap opini dalam laporan auditor sesuai dengan SA 705, dengan tidak mengabaikan
ketentuan dalam paragraf 20 SA ini.

Representasi Tertulis mengenai Tanggung Jawab Manajemen Auditor tidak


memberikan opini atas laporan keuangan sesuai dengan SA 705 jika:

a. Auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan mengenai integritas manajemen


sehingga representasi tertulis seperti yang ditentukan dalam paragraf 10 dan 11 tidak
dapat diandalkan; atau
b. Manajemen tidak memberikan representasi tertulis seperti yang ditentukan dalam
paragraf 10 dan 11.
5. PENGGUNAAN PEKERJAAN AUDITOR INTERNAL (SA 610)

Standar Audit ini mengatur tanggung jawab auditor eksternal dalam


hubungannya dengan pekerjaan auditor internal ketika auditor eksternal telah menentukan,
berdasarkan SA 315, bahwa fungsi audit internal kemungkinan relevan dengan audit.

Hubungan antara Fungsi Audit Internal dengan Audit Eksternal

Tujuan fungsi audit internal ditentukan oleh manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Walaupun tujuan fungsi audit internal dan auditor
eksternal berbeda, beberapa cara yang digunakan oleh fungsi audit internal dan
auditor eksternal dalam mencapai tujuan mereka masing-masing mungkin sama.

Terlepas dari tingkat ekonomi dan objektivitas fungsi audit internal, fungsi tersebut
tidak independen dari entitas sebagaimana yang dituntut dari auditor eksternal ketika
menyatakan opini atas laporan keuangan. Auditor eksternal memiliki tanggung jawab
tunggal atas opini audit yang dinyatakan, dan tanggung jawab tersebut tidak berkurang
dengan digunakannya pekerjaan auditor internal oleh auditor eksternal.

Ketentuan

Penentuan Apakah akan Menggunakan Pekerjaan Auditor Internal dan Seberapa


Luas

Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal Tersebut

Auditor eksternal harus menentukan:

a. Apakah pekerjaan auditor internal kemungkinan cukup untuk tujuan audit;


b. Jika cukup, dampak yang direncanakan dari pekerjaan auditor internal terhadap sifat,
waktu, atau luas prosedur auditor eksternal.

Dalam menentukan apakah pekerjaan auditor internal kemungkinan cukup untuk tujuan
audit, auditor eksternal harus mengevaluasi:

a. Objektivitas fungsi audit internal;


b. Kompetensi teknis auditor internal;
c. Apakah pekerjaan auditor internal akan dilaksanakan dengan kecermatan dan
kehati- hatian profesional; dan
d. Apakah komunikasi antara auditor internal dengan auditor eksternal akan efektif.

Dalam menentukan pengaruh yang direncanakan dari pekerjaan auditor internal


terhadap sifat, waktu, atau luas prosedur auditor eksternal, auditor eksternal harus
mempertimbangkan:

a. Sifat dan ruang lingkup pekerjaan tertentu yang dilaksanakan, atau yang
akan dilaksanakan, oleh auditor internal;
b. Risiko kesalahan penyajian material yang dinilai pada tingkat asersi untuk
golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan tertentu; dan
c. Tingkat subjektivitas yang terlibat dalam pengevaluasian bukti audit yang
dikumpulkan oleh auditor internal untuk mendukung asersi yang relevan.

Penggunaan Pekerjaan Tertentu Auditor Internal

Agar auditor eksternal dapat menggunakan pekerjaan tertentu auditor internal,


auditor eksternal harus mengevaluasi dan melaksanakan prosedur audit atas pekerjaan
tersebut untuk menentukan kecukupan pekerjaan tersebut untuk tujuan auditor eksternal.

Untuk menentukan kecukupan pekerjaan tertentu yang dilakukan oleh auditor internal
untuk tujuan auditor eksternal, maka auditor eksternal harus mengevaluasi apakah:

a. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh auditor internal yang memiliki pelatihan teknis
dan kecakapan yang cukup;
b. Pekerjaan tersebut disupervisi, direviu, dan didokumentasikan dengan baik;
c. Bukti audit yang cukup telah diperoleh untuk memungkinkan auditor internal
menarik kesimupulan yang wajar;
d. Kesimpulan yang ditarik adalah tepat sesuai dengan kondisinya dan laporan yang
dibuat oleh auditor internal konsisten dengan hasil pekerjaan yang dilakukan; dan
e. Setiap pengecualian atau hal-hal yang tidak biasa yang diungkapkan oleh auditor
internal telah diselesaikan dengan baik.

Dokumentasi

Jika auditor eksternal menggunakan pekerjaan tertentu auditor internal, maka auditor
eksternal harus mencantumkan dalam dokumentasi audit kesimpulan yang ditarik atas
pengevaluasian kecukupan pekerjaan audit internal, dan prosedur audit yang dilakukan oleh
auditor eksternal atas pekerjaan tersebut.
6. PENGGUNAAN PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (SA 620)

Berhubungan dengan tanggung jawab auditor atas pekerjaan indivindu atau organisasi
dibidang keahlian selain akuntansi atau audit, ketika pekerjaan tersebut digunakan untuk
mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat.

Ketentuan

Penentuan Kebutuhan Seorang Pakar Auditor

Jika keahlian di suatu bidang selain akuntansi atau audit diperlukan untuk mendapatkan bukti
audit kompeten yang cukup dan tepat, auditor harus menentukan apakah ia perlu
menggunakan pekerjaan seorang pakar auditor

Sifat, saat dan luas Prosedur Audit

Hal yang dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur :

 Sifat dari hal yang berkaitan dengan pekerjaan pakar


 Risiko kesalahan penyajian material dalam hal yang berkaitan dengan pekerjaan pakar;
 Signifikansi pekerjaan pakar dalam konteks audit;
 Pengetahuan dan pengalaman auditor tentang pekerjaan sebelumnya yang
dilakukan oleh pakar tersebut;dan
 Apakah pakar tersebut menjadi subjek kebijakan dan prosedur pengendalian mutu firm
auditor.

Kompetensi, Kapabilitas, dan Objektivitas Pakar Auditor

Auditor perlu mengevaluasi apakah pakar auditor memiliki kompetensi, kapabilitas, dan
objektivitas yang diperlukan untuk tujuan auditor.

Pemerolehan Suatu Pemahaman tentang Bidang Keahlian Pakar Auditor

Pemahaman yang cukup tentang bidang keahlian pakar untuk memungkinkan auditor
dalam:

 Menentukan sifat, ruang lingkup, dan objektivitas pekerjaan pakar untuk tujuan auditor;
dan
 Mengevaluasi kecukupan pekerjaan tersebut untuk tujuan auditor.
Perjanjian dengan Pakar Auditor

Auditor harus menyetujui, secara tertulis bila diperlukan, atas hal-hal berikut dengan pakar
auditor:

 Sifat, ruang lingkup dan objektivitas pekerjaan pakar.


 Peran dan tanggung jawab auditor dan pakar tersebut.
 Sifat, saat, dan luas komunikasi antara auditor dan pakar tersebut, termasuk bentuk
laporan apa pun yang akan disediakan oleh pakar tersebut.
 Kebutuhan pakar tersebut untuk mengobservasi ketentuan kerahasiaan.

Evaluasi Kecukupan Pekerjaan Pakar Auditor

Auditor harus mengevaluasi kecukupan pekerjaan pakar auditor untuk tujuan auditor, yang
mencakup:

 Relevansi dan kelayakan dari temuan.


 Jika pekerjaan pakar tersebut melibatkan penggunaan asumsi dan metode
signifikan, relevansi dan kelayakan asumsi dan metode tersebut dalam kondisi yang
bersangkutan.
 Jika pekerjaan pakar tersebut melibatkan penggunaan data sumber yang signifikan bagi
pekerjaan pakar tersebut, relevansi, kelengkapan, dan akurasi data sumber tersebut.

Jika auditor memutuskan bahwa pekerjaan pakar auditor tersebut tidak memadai untuk tujuan
auditor, maka auditor harus:

 Setuju dengan pakar tersebut atas sifat dan luas pekerjaan selanjutnya yang akan
dilakukan oleh pakar tersebut; atau
 Melakukan prosedur audit tambahan yang tepat atas kondisi tersebut.

Pengacuan ke Pakar Auditor dalam Laporan Auditor

 Dalam auditor tidak boleh mengacu ke pekerjaan seorang pakar auditor laporan auditor
yang berisi suatu opini tanpa modifikasian kecuali diharuskan oleh peraturan
perundang undangan.
 Jika auditor membuat acuan ke pekerjaan seorang pakar auditor dalam laporan auditor
karena pengacuan tersebut relevan dengan suatu pemahaman atas modifikasi
terhadap opini auditor, auditor harus menunjukkan dalam laporan auditor bahwa
pengacuan tersebut tidak mengurangi tanggung jawab auditor atas opini tersebut.

REVIEW ARTIKEL 1

Judul : Akselerasi Peran Teknologi Dalam Audit Saat Covid -19

Pendahuluan :

Perkembangan wabah virus Corona yang terjadi di beberapa negara telah mewajibkan
entitas untuk membatasi atau menangguh kan operasi bisnis Dan menerapkan pembatasan
perjalanan dan tindakan karantina. Kondisi ini mengeluarkan langkah dan kebijakan yang
secara signifikan diperkirakan mengganggu aktivitas entitas. Beberapa penelitian terdahulu
yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa penerapan social distancing pada masa pandemic
Covid-19 mempengaruhi penilaian going concern dan pada akhirnya dapat menimbulkan
dampak buruk pada kualitas audit (Bachlechner et al., 2014; Gray et al., 2014; Hari et al.,
2016). Sikap skeptisme professional juga terus menerus dipertahankan bahkan semakin
meningkat dilakukan oleh auditor untuk menghadapi situasi ketidakpastian material dampak
pandemic Covid-19 ini, sikap kritis atas penilaian going concern dari pihak manajemen
perusahaan perlu terus diperbaharui seiring dengan perkembangan Covid-19, keterbatasan
fisik auditor dalam pelaksanaan prosedur audit akibat penerapan peraturan protokol kesehatan
dapat disiasati dengan mengadopsi pendekatan baru yaitu audit jarak jauh memanfaatkan
kecanggihan teknologi yang dapat berpengaruh signifikan terhadapketepatan waktu
menerima bukti audit, termasuk dari hasil penerapan prosedur konfirmasi kepada pihak
eksternal, misalnya konfirmasi bank, konfirmasi debitur/kreditur, surat hukum, laporan
profesi lain/pakar. Hal tersebut disiasati dengan penerapan prosedur alternative yang dipilih
secara efektif untuk tujuan memperoleh bukti audit dalam bentuk dokumen elektronik atau
digital juga merupakan tantangan baru bagi auditor dilihat dari aspek keandalan, keamanan
dan penyimpanan bukti elektronik tersebut.

Metode Penelitian :

Penelitian ini menggunakan jenis studi kasus single with embaded untuk melihat
respon auditor dari KAP atas publikasi technical newsflash yang dipublikasikan Institut
Akuntan Publik Indonesia per April 2020 tentang panduan audit di masa pandemi Covid-19
untuk menunjang pelaksanaan audit KAP dan menjaga laporan audit tetap berkualitas untuk
semua KAP di Indonesia. Pilihannya adalah auditor yang memiliki tingkatan jabatan
supervisor, manager, partner dan managing partner yang bekerja dan memiliki pengalaman
lebih dari tiga tahun serta mengetahui tentang sistem pengendalian mutu, dan tata kelola
organisasi pada KAP yang berada di wilayah Surabaya dan Jakarta yang bekerja pada KAP
yang berafiliasi asing (KAPA) dan KAP lokal. Wawancara mendalam telah dilakukan kepada
informan utama dan informan kunci selanjutnya dilakukan reduksi data untuk memfokuskan
pada pandangan auditor atas situasi pandemi Covid-19 yang direspon sebagai peristiwa atau
kondisi yang menyebabkan perubahan perilaku dan perencanaan auditnya. Wawancara
dengan informan dilakukan berkala seminggu 1 kali melalui media online seperti Zoom,
Google Meet dan Whatssap untuk Informan yang berkantor di KAP Kota Jakarta. Sedangkan
wawancara tatap muka langsung dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan protocol
kesehatan khusus untuk informan yang berkantor KAP di kota Surabaya.

Hasil dan Pembahasan :

Teknologi yang semakin realtime akan digunakan dalam proses audit untuk
mendukung atau dasar penentuan opini yang diberikan oleh auditor selama masa pandemi
(Abou-El-Sood et al., 2015; Badara, 2017; Bierstaker et al., 2014). Walaupun beberapa KAP
telah terbiasa dengan teknologi tinggi seperti aktifitas kick off meeting pengenalan tim audit
dengan komisaris, dewan direksi, pegawai kunci dan auditor internal menggunakan media
alat conference call, begitupula tahap pra perikat an untuk menentukan apakah KAP
menerima atau melanjutkan penugasan dari klien, prosedur analisis untuk menilair risiko
perikatan dilakukan lewat pemanfaatan big data analytics memakai software yang secara
Cepat dan Efisien menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk tujuan
auditnya. Begitupula pemikiran untuk menggunakan alat canggih seperti pesawat tanpa awak
(drone) yang dikendalikan oleh computer atau remote control untuk melaksanakan prosedur
audit pemeriksaan fisik barang persediaan di gudang perusahaan. Optimalisasi penggunaan
sumber daya teknologi berkembang pesat semenjak Covid-19 membatasi ruang gerak auditor
dalam menjalankan prosedur auditnya, tidak hanya bagi KAP besar tapi KAP local juga
mulai terbiasa beradaptasi dengan kebiasaan baru yang dilakukan oleh staf auditornya untuk
belajar dan memahami bagaimana menggunakan sumber daya teknologi seperti software
audit (Atlas, ACL, IDEA, SQL Server), dan hardware audit (Drone, Komputer supercanggih)
serta Internet of Things (IoT) untuk tujuan menambang dan menganalisis data yang dtuhkan
oleh auditor dalam auditnya yang semua perangkat tersebut difasilitasi pada setiap KAP
untuk memudahkan pekerjaan auditnya pada masa ini.

Dalam konteks penelitian ini, fenomena pandemi Covid-19 termasuk sebagai factor
social influence, dimana adanya pandemi menyebabkan cara pandang auditor terhadap
penggunaan teknologi menjadi semakin “lunak” atau “easily accept or adopt”. Begitupula
hasil penelitian terdahulu oleh Axelsen et al. (2017) dan Tarek et al. (2017), menekankan
pentingnya penggunaan teknologi, literasi teknologi informasi yang dapat diaplikasikan
dalam proses audit, melatih keterampilan para auditor untuk dapat menggunakan Perangkat
teknologi yang mendukung dan mempermudah pelaksanaan proses audit secara cepat dan
efisien, terutama saat masih diterapkannya kebijakan pembatasan mobilitas selama pandemic
Covid ini. Tujuannya dengan peran teknologi baik menggunakan software dan hardware audit
sebagaimana dijelaskan sebelumnya akan mengurangi beban auditor dalam memenuhi target
waktu perolehan dan pendokumentasian bukti audit serta penyelesaian pelaporan audit. Para
auditor berusia muda akan dapat lebih terampil dan cakap mengakselerasi penggunaan
teknologi tersebut dalam lingkungan KAP serta akan terjadi saling melengkapi sinergitas
antara generasi auditor yang berusia senior yang lebih berpengalaman dalam intuisi audit
dengan genarasi milenial auditor yang tangkas menggunakan perangkat teknologi.

Kesimpulan :

Hasil penelitian ini menginformasikan pola adaptasi perubahan perilaku dan metode audit
dari auditor yang proses kerja nya terdampak oleh pandemi Covid-19. Pertama, pandemi
Covid-19 adalah peristiwa atau kondisi yang berdampak pada signifikansi asumsi penilaian
asersi going concern perusahaan. Kedua, auditor menyatakan bahwa belum teratasinya
pandemic Covid-19 adalah ketidakpastian material yang meningkatkan risiko audit. Ketiga,
auditor menyatakan bahwa Covid-19 merupakan situasi yang signifikan menyebabkan
perbedaan pelaksanaan audit di saat normal. Keempat, auditor juga menyatakan bahwa
Covid-19 merupakan peristiwa yang memicu perubahan strategi audit dengan menerapkan
berbagai prosedur audit yang berkaitan dengan penggunaan secara optimal sumber daya
teknologi yang dimiliki oleh KAP. Pada akhirnya, dibalik musibah pandemic Covid-19 yang
berdampak signifikan merubah paradigma auditor KAP akan peran teknologi dalam
membantu pelaksanaan audit untuk tetap terjaga kualitasnya, juga terdapat hikmah kesadaran
bagi auditor akan transformasi era konvensional pelaksanaan kerja auditor akan tergantikan
oleh metode dan teknik audit yang serba digital serta berbantuan teknologi tinggi dalam
menyelesaikan permasalahan audit. Hal inilah yang menjadi keterbaharuan informasi hasil
penelitian ini dimana topik penelitian perilaku auditor mengenai peran teknologi direspon
oleh auditor sebagai pemicu akselerasi optimalisasi penggunaaan teknologi disebabkan kasus
pandemic Covid-19.

 Penelitian ini sangat menarik karena membahas fenomena yang sedang terjadi saat ini,
yang kemudian dikaitkan dengan peran teknologi informasi dalam suatu proses audit.
Penelitian ini jugas sudah disusun dengan sangat baik, karena telah menjelaskan dengan
sangat jelas dan rinci serta disertai pula teori-teori, standar yang berlaku serta literature
dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian. Dalam hasil penelitian
juga sudah pula disebutkan hasil wawancara dan dihubungkan dengan penelitian
terdahulu untuk memperkuat hasil penelitian.

REVIEW ARTIKEL 2

Judul :Akankah Fee Audit Dan Karakteristik Auditor Menentukan


Kualitas Audit?

Pendahuluan :

Penentuan besarnya fee audit oleh auditor dengan kliennya dianggap mampu
mempengaruhi kualitas audit. Jung et al. (2016) dan Krauß et al. (2014) kualitas audit bisa
saja berkurang seiring dengan peningkatan fee audit. Ini disebabkan beberapa faktor seperti
kedekatan atau relasi antara auditor dan klien, keuntungan lebih besar yang diterima auditor
di luar biaya, yang menghasilkan auditor yang memungkinkan oportunisitik dalam tindakan
manajemen laba. Sementara itu pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Salehi et al. (2017)
bahwa kualitas audit sangat dipengaruhi oleh fee audit yang dikeluarkan oleh
perusahaan/klien, terutama honorarium auditor. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
dilema dari sisi auditor, yaitu di satu sisi auditor harus mengungkapkan kewajaran atas
laporan keuangan kliennya sebagai bentuk integritas dan independensinya sebagai auditor.
Sementara itu, di sisi lain auditor mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi tuntutan klien
yang membayar jasanya untuk meningkatkan kepuasan klien sehingga meningkatkan retensi
di masa mendatang. Selain itu, independensi dan kompetensi yang merupakan determinan
wajib dalam pelaksanaan audit juga diprediksi mempengaruhi kualitas audit. Alasan peneliti
memasukkan independensi adalah karena merupakan keharusan bagi auditor untuk memiliki
sikap mental tersebut dan tertuang dalam standar audit.

Metode Penelitian :

Auditor yang aktif pada KAP di Provinsi Riau merupakan populasi dalam penelitian
ini. Oleh karena itu, terdapat 8 KAP di Provinsi Riau yang terdaftar secara resmi pada
Kementerian Keuangan Republik Indonesia tahun 2020. Selanjutnya, sampel dipilih dengan
menggunakan teknik convenience sampling. Data penelitian ini bersumber dari kuesioner
yang didistribusikan secara langsung dan melalui (bagi responden yang belum memberikan
respon sampai dengan batas akhir pengisian).

Hasil dan Pembahasan :

Pengaruh fee audit terhadap kualitas audit. Hasil statistic mengindikasikan bahwa
kualitas audit yang dilakukan akan semakin meningkat apabila auditor mendapat kompensasi
berupa fee audit yang lebih tinggi. Jumlah fee yang tercantum dalam kontrak audit
merupakan salah satu tolok ukur bagi auditor dalam pelaksanaan audit dan fee audit yang
lebih menarik akan membuat auditor totalitas dalam pekerjaan audit sehingga sikap
independensi yang dimilikinya akan digunakan semaksimal mungkin untuk menjaga
kepercayaan dari pihak pengguna laporan keuangan (Corbella et al., 2015).

Pengaruh pengalaman auditor terhadap kualitas audit. Kualitas audit akan


meningkat jika dilaksanakan oleh auditor yang telah berpengalaman. Menurut Alareeni
(2019), auditor dengan pengalaman yang tinggi, jika dilihat dari lamanya bekerja sebagai
auditor akan semakin mengerti cara menghadapi klien, semakin mengetahui informasi
relevan yang berhubungan dengan audit yang dilaksanakan, dan semakin mudah mendeteksi
kesalahan serta penyebab terjadinya.

Pengaruh independensi terhadap kualitas audit. Independensi yang diwajibkan


bagi auditor akan menciptakan audit yang semakin berkualitas. Sikap independensi
diperlukan oleh auditor agar dapat memeriksa secara leluasa karena ruang lingkupnya yang
tidak dibatasi. Sebagian besar KAP memastikan kualitas audit dengan cara meningkatkan
independensi dan kompetensi auditor secara profesional (Dantas & Medeiros, 2015). Audit
laporan keuangan yang berkualitas tinggi dikarakteristikkan dengan independensi dan
profesionalisme auditor sehingga audit tenure diperlukan untuk menjaga independensi auditor
dan meningkatkan kinerjanya (Sultana et al., 2019).
Pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Kompetensi merupakan faktor
pendorong bagi auditor untuk mengumpulkan informasi dan fakta yang lebih banyak lagi
(investigasi lanjut) tentang penyimpangan yang ditemukan selama proses audit. Setiawaty
(2013) dan Yuan et al. (2016) menunjukkan pengaruh yang selaras antara kompetensi dan
kualitas audit bahwa audit akan semakin berkualitas jika dilakukan oleh auditor yang semakin
kompeten.

Kesimpulan :

Penelitian ini menemukan bahwa kualitas audit ditentukan oleh beberapa determinan.
Determinan yang diduga berdampak pada kualitas audit adalah fee yang disepakati dalam
audit serta karakteristik auditor dengan menggunakan proksi pengalaman audit yang dimiliki
auditor, independensi, dan kompetensi auditor. Implikasinya, personil audit yang ditugaskan
harus orang yang profesional sehingga diperlukan program dan prosedur audit yang benar-
benar relevan dengan standar audit. Selain itu, sesuai dengan standar audit, tentunya
diperlukan seseorang yang kompeten dan independen untuk melaksanakan pekerjaan tersebut
sehingga meningkatkan kualitas pekerjaan audit. Tidak hanya itu, fee audit juga akan
mempengaruhi kualitas audit karena audit sendiri dibatasi oleh biaya dan manfaat.
Pengalaman auditor dan jam terbang auditor yang tinggi mengindikasikan bahwa auditor
tersebut memiliki pengalaman yang memadai dalam mengaudit, terutama untuk industri-
industri tertentu dan tentunya memiliki judgment yang lebih bagus dan implikasinya akan
mempertinggi tingkatan kualitas dari jasa audit yang diberikan.

Kualitas audit yang diberikan auditor merupakan fokus dan sasaran utama yang ingin
dituju dari penelitian ini. Penelitian berikutnya dapat memperluas sampel menjadi KAP di
Indonesia agar hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi dan kecenderungan dari kualitas
pekerjaan audit yang dilakukan auditor lebih dapat digambarkan. Tidak hanya itu, dalam
penelitian ini tidak dibedakan antara KAP kecil dan besar. Oleh karena itu, penelitian
berikutnya dapat memasukkan ukuran kantor akuntan public sebagai variabel kontrol. Hal
tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa KAP besar memiliki image yang lebih bagus
sehingga akan cenderung Menjaga kualitas dari setiap jasa di bidang audit yang dihasilkan
dibanding KAP skala kecil.

 Penelitian sudah disusun dengan baik karena sudah dijelaskan dengan rinci. Dalam
penelitian juga disebutkan teori dan penelitian terdahulu untuk mendukung hasil
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai