Anda di halaman 1dari 4

REVIEW ARTIKEL ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Interpreting The Public Accountants’ Code Of Ethics From The Perspective Of


Javanese Culture In East Java: An Ethnographic Study

Oleh:

Kelompok 5
1. Rice Chandra (20105350574)
2. Anggita Ika L (20105350578)
3. Daniar Vilania (20105350580)

PRODI S2 AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA SURABAYA (STIESIA)

2021
REVIEW ARTIKEL ETIKA PROFESI
Judul Penelitian : Interpreting The Public Accountants’ Code Of Ethics
From The Perspective Of Javanese Culture In East Java:
An Ethnographic Study
Latar Belakang :
 Ada prinsip untuk selalu menghindari konflik, dan selalu menghormati orang lain
dalam masyarakat maupun dalam badan usaha, instansi pemerintah, atau lembaga
independen(Leiwakabessy, 2009). Prinsip-prinsip ini ditingkatkan Perilaku Ewuh
Pakewuh dalam Bahasa Jawa Indonesia (segan atau segan).
 Menyatukan independensi auditor dan lokal budaya merupakan masalah yang
menarik untuk diteliti. Sebagaimana tercantum dalam Standar Profesi Masyarakat
Akuntan (Standar Profesi Akuntan Publik atau SPAP (IAPI, 2006), kemandirian
merupakan cerminan dari kepatuhan akuntan kepada publik kode etik akuntan
sehingga setiap auditorpraktisi harus memegang teguh independensinya untuk
melakukan pekerjaan mereka.
 Perilaku Ewuh Pakewuh ini kontradiksi dengan perilaku auditor independensi dan itu
bisa menyebabkan dilema etika untuk auditor Jawa.
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk menginterpretasikan publik kode etik akuntan dalam
praktik Budaya Jawa Jawa Timur sehingga bisa menjadi pedoman penegakan kode etik
akuntan publik etika dalam lingkungan budaya Jawa, khususnya di Jawa Timur
Metode Penelitian :
Penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan metode etnografi urutan yang
terdiri dari lima prinsip:
 menentukan teknik penelitian,
 mengidentifikasi tingkat penelitian,
 melakukan penelitian,
 mempraktekkan penelitian dengan cara yang orisinal
 menemukan solusi untuk menunjukkan bahwa output dari penelitian memiliki
manfaat praktis (Spradley, 1979).
Data adalah diperoleh dengan wawancara langsung dari penelitian mata pelajaran,
baik terstruktur maupun tidak terstruktur (Randa, 2011), dengan praktisi auditor, akademisi
audit, dan humanis Jawa dan didokumentasikan dengan hasil dibandingkan dengan etika dari
sudut pandang auditor. Peneliti melakukan wawancara dengan kepala masyarakat kantor
akuntan yang berbasis di Surabaya yaitu Bapak Pamudji dari KAP Budiman, Wawan,
Pamudji & Associates dan Profesor Parwoto Wignjohartojo dari KAP Hadori, Sugiharto, Adi
& Rekanan. Rekan dan kepala keduanya KAP adalah warga etnis Jawa, sehingga
menyederhanakan interpretasi kode akuntan publik etika menurut nilai-nilai etika budaya
Jawa. KAP ini juga pernah menduduki 20 besar KAP di seluruh Indonesia.
Data Analisis
 Tahapan analisis data melibatkan analisis domain yang mengidentifikasi dan
menjelaskan nilai-nilai etika budaya Jawa (yang dilakukan oleh humanis) dan kode
akuntan publik etika (yang dilakukan oleh akuntan).
 Sebuah analisis taksonomi dilakukan melalui wawancara mendalam untuk
menemukan dasar elemen untuk setiap kategori yang mewakili bahasa Jawa etika
budaya dan kode akuntan publik etika.
 Sebuah analisis komponen dilakukan oleh mengajukan pertanyaan yang kontras
kepada informan untuk temukan persamaan dan perbedaan antara kategori penelitian
yang diperoleh dari sebelumnya analisis.
 Hasil akhir dari tahapan tersebut adalah kesimpulan yang nantinya akan menjadi
pedoman bagi praktisi auditor untuk mengatasi etika dilema yang dipengaruhi oleh
etika budaya Jawa
Pembahasan :
Landasan etika yang dominan dalam budaya Jawa dan meliputi perilaku, etos, prinsip
kerukunan, dan prinsip saling menghormati. Kode etik akuntan publik memiliki lima prinsip
dasar yang harus dipegang teguh oleh auditor, mereka termasuk integritas, objektivitas,
kompetensi profesional dan kehati-hatian, kerahasiaan, dan perilaku profesional. Kontradiksi
antara akuntan publik kode etik dan budaya jawa ada di jawa perilaku dan etos, prinsip
kerukunan, dan prinsip menghormati.
Ada dua doktrin tentang perilaku dan etos hidup orang Jawa: jangan sorot keunggulan
Anda di depan orang lain dan sifat manusia itu salah dan cacat jadi setiap manusia harus
menerima kekurangan mereka sendiri dan orang lain. Sedangkan seorang auditor harus
bersikap asertif dan menjunjung tinggi uji tuntas profesi, prinsip-prinsip kerukunan
mengajarkan kita untuk menghindari konflik dan membangun hubungan yang harmonis satu
sama lain dalam semua keadaan.
Jika kita berkorelasi dengan lima prinsip dalam kode etik akuntan publik bahasa jawa
iman cenderung memperkuat pelaksanaan publik kode etik akuntan. Iman Jawa akan
membuat auditor lebih asertif dalam menetapkan hak dan salah dalam prosedur yang
dilakukan oleh auditee. Auditor akan juga lebih objektif dalam memberikan pendapat tentang
laporan keuangan diaudit dengan mengikuti iman Jawa. Objektivitas diperlukan saat
melakukan tugas profesional karena mempengaruhi opini diberikan pada laporan keuangan.
Prinsip kompetensi, ketelitian profesional, dan kehati-hatian juga akan diperkuat oleh etnis
Jawa auditor karena prinsip ini mengajarkan auditor untuk waspada. Prinsip kerahasiaan akan
dilakukan karena auditor etnis Jawa memahami bahwa mereka memiliki diberikan
kepercayaan kepada auditee untuk menjaga informasi pribadi dari pihak ketiga.
Objektivitas memerlukan kualitas karena mempengaruhi opini. Pendapat ini akan
dicatat dalam laporan keuangan yang dilihat oleh general masyarakat. Pencapaian dari prinsip
kedamaian tidak akan dibuat antara individu dan masyarakat, yang bukan merupakan bagian
dari nilai-nilai yang diajarkan oleh perilaku hidup orang Jawa. Perilaku hidup orang Jawa
juga menguatkan prinsip tersebut kompetensi profesional, presisi, dan kehati-hatian karena
perilaku hidup orang jawa mengajarkan kehati-hatian begitu bahwa seseorang akan berhati-
hati saat melakukan tindakan yang bisa membuat pelakunya malu tindakan tersebut.
Prinsip kerahasiaan dapat diperkuat karena perilaku orang Jawa mengajarkan nilai
kebaikan; itu berarti orang harus berbuat baik untuk yang lain. Dengan berbuat baik, orang
akan menjaga orang memercayai. Perilaku Jawa mengajarkan auditor untuk menjaga
kepercayaan yang diberikan oleh auditee untuk tidak membocorkan informasi auditee kepada
pihak ketiga
Selain gotong royong (teamwork) dan unggah-ungguh (respek), ada filosofi yang
identik dalam budaya Jawa, ewuh pekewuh. Ewuh pekewuh adalah manifestasi dari
penerapan dua aturan dasar, yaitu prinsip kerukunan dan rasa hormat (Endraswara, 2015).
Penguatan dari kode etik akuntan publik didominasi oleh Spiritualitas Jawa dan kearifan lokal
budaya Jawa. Sementara melemahnya publik kode etik akuntan dapat disebabkan oleh:
kesalahpahaman tentang budaya Jawa, seperti pelaksanaan ewuh pekewuh. Awalnya, ewuh
pekewuh dinilai melemahkan masyarakat kode etik akuntan, tetapi hasil penelitian
menunjukkan sebaliknya. Oleh karena itu, setiap orang Jawa yang telah memutuskan untuk
menjadi akuntan harus menjunjung tinggi kemandirian mereka dalam lingkungan budaya
Jawa. Akuntan perlu memahami bahwa tanggung jawab mereka adalah untuk kepentingan
umum, yang sesuai dengan etika budaya Jawa.
Kesimpulan :
 Hasil adaptasi budaya Jawa dengan kode etik akuntan publik adalah yang pertama,
Iman Jawa yang mengenal eling dan waspada, akan memperkuat implementasi publik
kode etik akuntan.
 Kedua, prinsip kerukunan dapat memperkuat atau melemahkan akuntan publik kode
etik, khususnya terhadap asas integritas, objektivitas, dan perilaku profesional
 Ketiga, prinsip menghormati adalah berkaitan erat dengan penerapan prinsip integritas
dan perilaku profesional.
 Keempat, perilaku hidup dan etos kerja orang Jawa cenderung memperkuat kode etik
akuntan publik karena itu membuat auditor tidak berambisi dalam mengejar hal-hal
materi, yang biasanya penyebab utama pelanggaran kode.

Anda mungkin juga menyukai