Anda di halaman 1dari 21

Makalah Etika Profesi Akuntansi

Pengertian, Teori, Prinsip Dasar Etika

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Angelina Roni (A031191071)
Cheryn Jesica Robert (A031191088)
Muhammad Fajri Kisman Adam (A031191106)
Rifqah Zakiyah Arman (A031191074)
Leonel Arvin Tandiara (A031191190)
Ervin Gabriel Julyan Tana (A031191171)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahankasih dan
rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Pengertian, Teori, Prinsip Dasar Etika”. Makalah ini kami susunguna untuk memenuhi
tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik yang di ibimbing oleh dosen kami.Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telahberkontribusi dalam pembuatan makalah
ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dalam
susunan kalimat maupun tata bahasa yang digunakan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi
para pembaca.

Makassar, 24 Februari 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi lainnya
adalah tanggung jawab profesi akuntan publik dalam melindungi kepentingan publik.
Oleh karena itu, tanggung jawab profesi akuntan publik tidak hanya terbatas pada
kepentingan klien atau pemberi kerja,tetapi juga terhadap kepatuhan kode etik.
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam
masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan
sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya
pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya
mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan,
terhadap anggota yang tidak menaatinya.
Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh
kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan
kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Profesi akuntan
publik akan selalu berhadapan dengan dilema yang mengakibatkan seorang akuntan
publik berada pada dua pilihan yang bertentangan. Seorang akuntan publik akan
mengalami suatu dilema ketika tidak terjadi kesepakatan dengan klien mengenai
beberapa aspek dan tujuan pemeriksaan. Apabila akuntan publik memenuhi tuntutan
klien berarti akan melanggar standar pemeriksaan, etika profesi dan komitmen akuntan
publik tersebut terhadap profesinya, tetapi apabila tidak memenuhi tuntutan klien maka
dikhawatirkan akan berakibat pada penghentian penugasan oleh klien. Kode etik
akuntan indonesia dalam pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap anggota harus
mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya tentang
kualitas atau mutu jasa yang diberikan.
Kurangnya kesadaran etika akuntan publik dan maraknya manipulasi akuntansi
korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan mulai
menurun, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur
mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah pokok yang
hendak dibahas dalam Makalah ini adalah:
1. Pengertian etika profesi akuntansi
2. Teori etika profesi
3. Prinsip Etika Profesi Akuntan public

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah
1. Untuk mengetahui Definisi Etika Profesi Akuntansi dan akuntan publik
2. Untuk mengetahui Teori etika profesi
5. Untuk mengetahui Prinsip Etika Profesi Akuntan publik
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari kata ethos sebuah kata dari Yunani, yang diartikan identik dengan
moral atau moralitas. Kedua istilah ini dijadikan sebagai pedoman atau ukuran bagi
tindakan manusia dengan penilaian baik atau buruk dan benar atau salah. Etika
melibatkan analisis kritis mengenai tindakan manusia untuk menentukan suatu nilai
benar dan salah dari segi kebenaran dan keadilan.

- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1988), etika


dijelaskan dengan membedakan tiga arti sebagai berikut:

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat. Nilai-nilai
etika harus diletakkan sebagai landasan atau dasar pertimbangan dalam setiap tingkah
laku manusia termasuk kegiatan di bidang keilmuan.

“Nilai" dimaksudkan kondisi atau kualitas suatu benda atau suatu kegiatan yang
membuat eksistensinya, pemilikannya, atau upaya mengejarnya menjadi sesuatu yang
diinginkan oleh individu-individu masyarakat. Nilai tidak selalu bersifat subjektif,
karena ia tetap mengacu pada konteks sosial yang membentuk individu dan yang pada
gilirannya dipengaruhi olehnya. Aspek nilai inilah yang menjadikan etika sebagai suatu
teori mengenai hubungan antar pribadi dan membedakannya dari nilai-nilai intelektual
atau estetis semata-mata. Nilai etis secara logis dapat diwujudkan dalam hubungannya
antara manusia dengan sesama manusia.

- Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discipline which can
act as the performance index or reference for our control system”
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi)
itu sendiri Perkataan etika itu identik dengan perkataan moral, karena moral
menyangkut akhlak manusia. Misalnya, perbuatan seseorang dikatakan melanggar
nilai-nilai moral dapat diartikan pula bahwa perbuatan tersebut melanggar nilai-nilai
dan norma-norma etis yang berlaku di masyarakat.

Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang
biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap
orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan
main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut
sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Menurut Chua
dkk (1(994) menyatakan bahwa etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral
yang lebih terbatas pada kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode
etik yang merupakan seperangkat moral-moral dan mengatur tentang etika professional
(Agnes, 1996). Pihak-pihak yang berkepentingan dalam etika profesi adalah akuntan
publik, penyedia informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan
Mardiasmo, 2002). Di dalam kode etik terdapat muatan-muatan etika yang pada
dasarnya untuk melindungi kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi.
Terdapat dua sasaran pokok dalam dua kode etik ini yaitu
- Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan
dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh
kaum profesional.
- Kedua, kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari
perilaku-perilaku buruk orang tertentu yang mengaku dirinya profesional
(Keraf, 1998).
Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan
antara auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara
profesi dengan masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor,
bekerja di lingkungan usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan
dunia pendidikan.
Etika profesional bagi praktek auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (Sihwajoni dan Gudono, 2000) Prinsip perilaku profesional seorang akuntan,
yang tidak secara khusus dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tetapi dapat
dianggap menjiwai kode perilaku IAI, berkaitan dengan karakteristik tertentu yang
harus dipenuhi oleh seorang akuntan.

2. TEORI ETIKA
1) Egoisme
Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan
egoisme yaitu: egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis
adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia
dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Altruisme adalah suatu
tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang
lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya. Egoisme etis adalah tindakan
yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-interest). mementingkan diri
tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.
2) Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata
Inggris utility yang berarti bermanfaat. Perbedaan paham utilitarianisme
dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat.
Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan
paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak
(kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
3) Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban.
Deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai moralitas suatu
tindakan berdasarkan kepatuhan pada peraturan.. Teori yang menilai suatu
tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut
disebut teori teleologi.
4) Teori Hak
Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila
perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM).
Namun sebagaimana dikatakan oleh Bertens (2000), teori hak merupakan
suatu aspek dari teori deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat
dipisahkan dengan kewajiban. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa
sumber otoritas, yaitu: hak hukum (legal right), hak moral atau kemanusiaan
(moral, human right), dan hak kontraktual (contractual right). Hak legal adalah
hak yang didasarkan atas sistem atau yuridiksi hukum suatu negara, di mana
sumber hukum tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara
yang bersangkutan. Hak moral dihubungkan dengan pribadi manusia secara
individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok—bukan
dengan masyarakat dalam arti luas. Hak kontraktual mengikat individu-
individu yang membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan
kewajiban masing-masing pihak.
5) Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori keutamaan tidak menyatakan tindakan mana yang etis dan
tindakan mana yang tidak etis. Bila ini ditanyakan pada penganut paham
egoisme, maka jawabannya adalah: suatu tindakan disebut etis bila mampu
memenuhi kepentingan individu (self-interest) dan suatu tindakan disebut
tidak etis bila tidak mampu memenuhi kepentingan individu yang
bersangkutan. Teori ini tidak lagi memepertanyakan suatu tidakan, tetapi
berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus
dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-
sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Sebenarnya, teori
keutamaan bukan merupakan teori yang berdiri sendiri dan terpisah dari teori
etika tindakan (deontologi, teleologi) karena sifat keutamaan bersumber dari
tindakan yang berulang-ulang.
6) Teori Etika Teonom
Sebenarnya setiap agama mempunyai filsafat etika yang hampir sama.
Salah satunya adalah teori etika teonom yang dilandasi oleh filsafat Kristen.
Teori ini mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki
oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia
secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku
manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan/perintah Allah
sebagaimana telah dituangkan dalam kitab suci.

3. PRINSIP DASAR ETIKA PROFESI AKUNTAN


1) Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam
masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab
kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan
profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung
jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota
diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. Tanggung jawab
profesi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.
b. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada
semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung
jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan
profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan
tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua
anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2) Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab
kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi
kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung
kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis
secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap
kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat
dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini
menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan
paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan
persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua
anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan
yang diberikan publik kepadanya,anggota harus secara terus menerus menunjukkan
dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Kepentingan publik dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada
publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya
bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan
tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani
anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah
laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi
masyarakat dan negara.
b. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan
terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan
bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan
dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika
yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
c. Dalam mememuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin
menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak dengan
penuh integritar, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi
kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa terlayani dengan
sebaik-baiknya.
d. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk
memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan
profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk
memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta
menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme
yang konsisten dengan prinsip etika profesi ini.
e. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas
kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus-
menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang
tinggi.
f. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang
akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititik-beratkan pada kepentingan
publik, misalnya:
1) Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari
laporan keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk
mendukung pemberian pinjaman dan kepada pemegang saham untuk
memperoleh modal;
2) Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam
organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari
penggunaan sumber daya organisasi;
3) Auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian internal
yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi
kerja kepada pihak luar.
4) Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan
yang adil dari sistem pajak; dan
5) Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan
umum dalam membantu pembuatan keputusan manajemen yang baik.

3) Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip. Integritas dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua
keputusan yang diambilnya.
b. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas
dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang
jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
c. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat
aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang
bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan
bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang berintegritas akan
lakukan dan apakah anggota telah menjaga
integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk
maupun jiwa standar teknis dan etika.
d. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas dan
kehati-hatian profesional.
4) Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau
bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota
bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas
mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa
atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan
laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja
dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan
pemerintah.Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam
profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas
pekerjaannya dan memelihara obyektivitasnya. Obyektivitas dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas
dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
b. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik
memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang
lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa
audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di
industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka juga mendidik dan melatih
orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa atau kapasitasnya,
anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
c. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan
aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus
diberikan terhadap faktor-faktor berikut:
1) Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka
menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat
mengganggu obyektivitasnya.
2) Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi
dimana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran
(reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk
mengindentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak
obyektivitas anggota.
3) Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh
lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari.
4) Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terilbat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.
5) Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment
yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap
pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang yang
berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang
dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional
dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaikbaiknya sesuai dengan
kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung
jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan
pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian
atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya
pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan
kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau
perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak
lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan
kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan
pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus
dipenuhinya. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung
arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
b. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seyogyanya
tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak
mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya,
setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi
yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan
profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh Prinsip Etika. Kompetensi
profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah :
1) Pencapaian Kompetensi Profesional. Pencapaian kompetensi profesional pada
awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh
pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-subyek
yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola
pengembangan yang normal untuk anggota.
2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
a) Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar
dan melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama
kehidupan profesional anggota.
b) Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus
mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya
pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik
nasional maupun internasional yang relevan.
c) Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional
yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
c. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota
untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal
penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota
wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih
kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi
masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan
yang diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang harus dipenuhinya.
d. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima jasa
dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung jawab untuk
memberikan jasa dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi
standar teknis dan etika yang berlaku.
e. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan
mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung
jawabnya.
6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar
profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan
di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu
diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan
informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional
yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar
anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
a. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang
diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara
anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.
b. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah
diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan
informasi.
c. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah
pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya
menghormati prinsip kerahasiaan.
d. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi.
Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama
melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat menggunakan
informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan pihak ketiga.
e. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima
jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh
membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada
orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan informasi dengan tujuan
memenuhi tanggung jawab anggota berdasarkan standar profesional.
f. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan
mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan
di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau
perlu diungkapkan. Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat
diungkapkan :
1) Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan
diberikan oleh penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga
yang kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.
2) Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana anggota
diharuskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia adalah :
a) untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam proses
hukum; dan
b) untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.
3) Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan :
a) untuk mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti itu
tidak bertentangan dengan prinsip etika ini;
b) untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang
pengadilan;
c) untuk menaati penelaahan mutu (atau penelaahan sejawat) IAI atau badan
profesional lainnya;.dan
d) untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau badan
pengatur.

7) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum. Perilaku Profesional merupakan kewajiban
untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
Standar Teknis merupakan Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati
anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia, International
Federation of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang
relevan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Etika profesi akuntansi adalah yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus sebagai Akuntan.
Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi akuntansi yang menyediakan jasa
audit yang bersifat independen. Yaitu memberikan jasa untuk memeriksa,
menganalisis, kemudian memberikan pendapat / asersi atas laporan keuangan
perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai
seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi.
5 prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
1) Prinsip Integritas
2) Prinsip Objektivitas
3) Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
4) Prinsip Kerahasiaan
5) Prinsip Perilaku Profesional
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/BAB%2520II_IDNAS%2520APRILIASTUTI_A
KUNTANSI%252714.pdf
https://www.academia.edu/37363645/Resume_Bab_2_Etika_Bisnis_dan_Profesi_Te
ori_Teori_Etika
https://akuntansi6c.files.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai