Disusun Oleh :
Segala puji serta syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
anugrah dan rahmat dari-Nya Kami bisa menyelesaikan tugas makalah tentang
“Prospek penegak hukum di Indonesia” ini.
Kami bersyukur sekali telah bisa menyelesaikan makalah ini, dimana
makalah ini adalah tugas kelompok mata kuliah Etika Politik Islam. Kemudian,
kami ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak, terutama
kepada Bapak Dr. H. Ending Solehudin, M.Ag. selaku Dosen Mata kuliah Etika
Politik Islam yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
berlangsung, sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Etika
Politik Islam. Selain, itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah sedikit
wawasan bagi kita semua dalam Etika Politik Islam ini.
Kami sangat menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami berharap adanya kritik dan saran
demi perbaikan dari makalah yang kami buat ini. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Etika Politik menurut Para Ahli.........................................................................2
B. Teori Etika Islam dan Etika Barat......................................................................3
C. Perbedaan dan Persamaan Etika Barat dan Islam..........................................12
D. Etika Politik Pragmatisme.................................................................................13
E. Etika Politik Altruisme......................................................................................15
F. Chauvinisme.......................................................................................................16
BAB III...........................................................................................................................17
PENUTUP.......................................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika politik merupakan kristalisasi dari nalar (logika) politik warga bangsaitu
sendiri.Ia merupakan muara sintesis dari logika-logika yang berkembang padaranah
publikdemi terbangunnya kohesi sosial. Pelanggaran terhadap etika politik dengan
sendirinya menandakan matinya nalar kebangsaan dan dapat
mengancamintegritassosial.Aritoteles dalam magnum opus etikanya, Nicomachean
etichsmenyebutkan bahwa kebaikan bersama merupakan muara dari etika politik
sebuahNegara.Dan etika yang baik hanya mungkin tercipta dalam Negara
yangmenyediakan tata aturan yang mengarahkan setiap perilaku warganya demi
kebaikanbersama.Dari sini kita bisa mengukur apakah perilaku politik yang
berkembang dinegeri ini mengarah pada kepentingan bersama (rakyat) atau justru
mengkristalmenjadi kepentingan kelompok atau pribadi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik Etika politik islam dan barat?
2. Sebutkan pengertian etika politik menurut para ahli!
3. Jelaskan perbedaan dan pesamaan etika politik barat dan islam!
C. Tujuan
Tujuan daripada makalah kali ini yang berjudul “Kritik Islam Terhadap Teori
Teori Politik Barat” ialah untuk menjelaskan dua perspektif keilmuan yakni dari barat
dan dari islam itu sendiri
1|MakalahKelompok4
BAB II
PEMBAHASAN
Globalisasi disebut sebagai era global, era kesejagatan, atau Gzaman yang
ditandai oleh tiadanya batas yang nyata secara fisik atau geografis. Dalam era
demikian, menyebabkan mudahnya berbagai aliran, paham, atau ideologi saling
berinteraksi atau memengaruhi kehidupan masyarakat di suatu negara. Teori-teori
etika mengenai apa yang dianggap baik atau benar, dipengaruhi oleh sistem nilai
atau ideologi yang diyakini. Banyak sekali ideologi yang berkembang didunia ini,
namun dalam buku ini hanya beberapa ideologi atau isme yang dikupas yang
dipandang memiliki kaitan yang erat atau memengaruhi implementasi etika politik
di Indonesia.
2|MakalahKelompok4
kesehatan dan beberapa standar hidup minimum) dan pada kebiasaan-
kebiasaan internal atau nilainilai luhur yang menjaga kita dari pengejaran
yang terlalu banyak atau terlalu sedikit terhadap satu kebaikan.
Kebahagian bukanlah satu keadaan subjektif yang berbeda dari individu ke
individu, melainkan sebuah keadaan objektif dari baiknya kondisi
seseorang.3
B. Teori Etika Islam dan Etika Barat
Etika Islam dan Etika Barat meripakan dua perspektif ilmu yang
membahas mengenai tingkah laku manusia yang menjadi penting karena
didalam kehidupan nantinya akan dihadapkan dengan penilaian akan
perbuatan benar yang dapat dilakukan dan perbutaan yang tidak benar yang
tidak boleh dilakukan, dengan begitu kehidupan manusia pun menjadi teratur.
Untuk mengetahui perbedaan perspektif antara etika Islam dan etika barat
supaya mendapatkan gambaran sebenarnya. Maka dapat dilihat melalui
konsep teologis atau ketuhanan dan humanities atau kemanusiaan.
a. Teologis
3
Joseph Losco-Leonard Williams, Political Theory, Kajian Klasik dan Kontemporer, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2005), h. 179.
3|MakalahKelompok4
pada mengkombinasikan antara filsafat, sosial dan nalar keagamaan yang
berkembang pada saat itu.4
Pertama, abad klasik. Pada abad klasik, tokoh ataupun pemikirnya dikenal
sebagai kolompok tradisional. Mereka lebih menekankan nilai etika
berdasarkan pada wahyu, benar atau salah tindakan tergantung dengan apa
yang terdapat dalam wahyu. Suatu tindakan akan dikatakan benar jika
4
Solissa, Etika Perspektif Teori..., h. 74.
5
Solissa, Etika Peerspektif Teori..., h. 82.
4|MakalahKelompok4
tindakan tersebut sesuai dengan wahyu, jika tidak maka ia termasuk ke dalam
tindakan yang tidak bermoral.6
5|MakalahKelompok4
sebagai perbuatan yang bermoral atau tidak. Sedangkan zaman modern
menilai etika dari sisi rasional, dan empirik. Maka, dizaman kontemporer nilai
etika dilihat dari gejala sosial dari tiga struktur fundamental, seperti
dekonstruktif, relativisme dan pluralisme.9
b. Humanities
a) Humanities dalam dunia barat
9
Amin Abdullah, Falsafah Kalam Di Era Post Modernisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997),
h. 98-99.
10
De Vos, Pengantar Etika (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1969), h. 161. 18
6|MakalahKelompok4
bisa juga merupakan kebahagiaan akal, yang terpenting ia dapat
memberikan kesenangan pada manusia.11
7|MakalahKelompok4
dasar kemanusiaan. Seperti yang banyak terjadi di dunia perpolitikan di
Indonesia, dimana pihak yang berkuasa adalah pihak yang memiliki
banyak suara meskipun tujuan yang ingin mereka capai bukanlah untuk
kepentingan bersama tetapi hanya merupakan kepentingan golongan
tertentu.
15
Rahmat Arofah Hari Cahyadi, Telaah Hakikat Manusia Dan Relasinya Terhadap Proses
Pendidikan Islam, Adabiyah Vol. 1, No (2015).
8|MakalahKelompok4
Maha Kuasa yang tiada bandingnya, bahkan malaikat pun tidaklah
sanggup mengungguli-Nya.16
16
M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 330.
17
Imam Asy Syaukani, Tafsir Fathul Qadir (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 366
9|MakalahKelompok4
Hubungan yang serasi antara sesama manusia, diartikan bahwa
meskipun manusia itu sendiri terdiri dari laki-laki dan perempuan,
banyak suku dan budaya, ras warna kulit yang berbeda. Namun,
perbedaan tersebut tidak lantas membuat manusia terpecah belah, tapi
bagaimana supaya dengan perbedaan tersebut kehidupan mereka dapat
menjadi rukun dan damai di antara sejumlah perbedaan tersebut.18
ِ اَّل يَ ْن َه ٰى ُك ُم ٱهَّلل ُ َع ِن ٱلَّ ِذينَ لَ ْم يُ ٰقَتِلُو ُك ْم فِى ٱلدِّي ِن َولَ ْم يُ ْخ ِر ُجو ُكم ِّمن ِد ٰيَ ِر ُك ْم َأن تَبَ ُّرو ُه ْم َوتُ ْق
َ سطُ ٓو ۟ا ِإلَ ْي ِه ْم ۚ ِإنَّ ٱهَّلل
َس ِطين ِ يُ ِح ُّب ٱ ْل ُم ْق
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil.
18
Abdullah, Pengantar Studi Etika, h. 342.
10 | M a k a l a h K e l o m p o k 4
disebutkan bahwa turunnya ayat tersebut disebabkan karena Asma bin Abi
Bakr bertanya kepada Nabi Muhammad saw., tentang apakah
diperbolehkan bersilaurahmi dengan Ibunya yang masih musyrik, sedang
ia adalah muslim. Dan dalam hadis tersebut menjelaskan bahwa nabi
membolehkannya.19
۟ ُُوا ٱهَّلل َ َما لَ ُكم ِّمنْ ِإ ٰلَ ٍه َغ ْي ُرهۥُ ۖ قَ ْد َجٓا َء ْت ُكم بَيِّنَةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم ۖ فََأ ْوف
وا ٱ ْل َك ْي َل ۟ ش َع ْيبًا ۗ قَا َل ٰ َيقَ ْو ِم ٱ ْعبُدُ َوِإلَ ٰى َم ْديَنَ َأ َخا ُه ْم
َص ٰلَ ِح َها ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ِإن ُكنتُم ُّمْؤ ِمنِين ْ ض بَ ْع َد ِإ ِ ُوا فِى ٱَأْل ْر ۟ سد ْ اس َأ
ِ شيَٓا َء ُه ْم َواَل تُ ْف َ َّوا ٱلن ۟ سُ َوٱ ْل ِمي َزانَ َواَل تَ ْب َخ
11 | M a k a l a h K e l o m p o k 4
barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian
itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".
Kebahagiaan yang ingin dicapai dalam Islam tidak hanya terbatas pada
kehidupan dunia saja. Karena dalam Islam dikenal konsep mengenai
kehidupan setelah mati, sehingga kebahagiaan yang hendak diraih, tidak bisa
dilepaskan dari dua kehidupan tersebut. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
jasmani memang tidak bisa dinafikan begitu saja, namun hal tersebut bukan
berarti seluruh energi terkuras habis untuk mengejar pemenuhan kebutuhan
jasmani, namun harus diimbangi pula dengan pemenuhan kebutuhan rohani,
sebagaimana telah dijabarkan adalam ajaran agama. Terlepas dari perbedaan
yang terdapat dalam etika Barat dan Islam, kedua-duanya memiliki
20
Al Qurthubi, Tafsir Imam Al..., h. 596.
12 | M a k a l a h K e l o m p o k 4
persamaan. Persamaan tersebut di antaranya adalah bahwa baik etika Barat
maupun etika Islam sama-sama menempatkan manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang memiliki keinginan untuk memeroleh kebahagiaan. Jika
dalam dunia Barat kebahagiaan lebih banyak diukur dengan akal pikiran,
pemenuhan berbagai kebutuhan jasmani, maka dalam Islam kebahagiaan
tersebut sesuai dengan apa yang diajarkan dalam al- Qur’an dan al-Sunnah.
Kebahagiaan dalam Islam tidak hanya sebatas memenuhi kebutuhan jasmani,
namun juga mempertimbangkan kebutuhan manusia akan kebahagiaan ruhani,
yang diperoleh melalui ajaran yang ada dalam agama. Etika Barat dan etika
Islam sama-sama ingin memberikan aturan, baik yang tersirat maupun yang
tersurat, dalam rangka sebagai pegangan manusia menjalani kehidupan di
dunia, dan kehidupan setelah mati berdasarkan konsep dalam Islam.
Etika islam juga dapat diterima oleh seluruh umat manusia disegala
belahan penjuru dunia atau bersifat Universal. Karena praktis dan cocok serta
tepat dengan fitrah naluri manusia akal pikiran manusia (manusiawi) sehingga
dapat dijadikan landasan hidup serta pedoman hidup oleh seluruh manusia di
dunia.21
21
Perbedaan dan Persamaan Etika Barat dan Islam (123dok.com)
22
Franz Magnis Suseno, Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral (Yogyakarta: Kanisius,
1991), h. 122.
13 | M a k a l a h K e l o m p o k 4
dalam menilai suatu tindakan. Selain itu, mereka juga mengartikan bahwa
kebenaran itu sendiri bersifat relatif, suatu tindakan bisa dikatakan sebagai
suatu tindakan yang bermoral bahkan meskipun secara etis disebut sebagai
tindakan yang tidak etis asalkan ia dapat memberikan kebahagiaan.
Aliran ini juga memilliki kelemahan karena ia tidak menilai sesuatu dari
benar atau salah, tetapi berdasrkan pada manfaatnya secara praktis. Apabila
kita melakukan sesuatu atas dasar kesenangan semata tanpa didasari dengan
kebenaran dari suatu perbuatan tersebut, maka itu akan membuat seseorang
cenderung melakukan sesuatu yang tidak baik tanpa menyadari bahwa itu
sebenarnya adalah perbuatan yang salah, dan itu sama saja artinya kita sedang
membiarkan diri kita jatuh dalam suatu kesalahan. Padahal sejatinya manusia
itu akan bahagia jika ia melakukan sesuatu sesuai dengan fitrahnya yakni
melakukan sesuatu yang benar.
23
Syamsuddin Haris, Masalah-Masalah Demokrasi Dan Kebangsaan Era Reformasi (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. xi.
14 | M a k a l a h K e l o m p o k 4
Akar kata altruisme adalah kata Latin “alter”, artinya “lain”. Altruisme
adalah paham yang lebih memperhatikan atau mengutamakan kepentingan
orang lain (Pusat Bahasa Depdiknas 2002:33). Allyn Piliavin and Hong-Wen
Charng (2008) mengutip pandangan Wilson seorang ahli biologi sosial,
mengartikan altruisme sebagai perilaku merusak diri sendiri (berkorban) untuk
kepentingan orang lain. Kerr, Peter Godfrey-Smit and Marcus W Feldman
(2004) mendefinisikan altruisme sebagai perilaku yang menguntungkan orang
lain dengan pengorbanan pribadi.
F. Chauvinisme
15 | M a k a l a h K e l o m p o k 4
Chauvinisme adalah sikap fanatisme terhadap suatu keyakinan atau
idealism tertentu. Dilansir dari Encyclo.co.uk chauvinisme dimaknai sebagai
aksi kesetiaan berlebihan selama masa perang untuk membela bangsanya
sendiri. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring,
chauvinisme didefinisikan sebagai sikap kecintaan berlebihan pada tanah air.
Kecintaan berlebihan pada tanah air inilah yang kerap menjadi pemicu
berbagai konflik sosial di tengah masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
https://www.kompas.com/skola/read/2022/02/25/080000269/chauvinisme--pengertian-
contoh-dan-dampaknya?page=all
16 | M a k a l a h K e l o m p o k 4
bersifat sekuler dan antroposentris yang ukurannya dilihat dari aspek rasio dan
empiris ujung-ujunya hanya digunakan untuk kepentingan manusia semata.
Menurut M. Quraish Shihab, bahwa kekuasaan politik adalah untuk
mengatur masalah-masalah umat, maka apapun proses politik harus dilandasi
oleh nilai-nilai moral dan etika yang bersumber pada ajaran agama. Ini sesuai
dengan pesan utama Rasulullah Saw., bahwa ia tidak diutus ke dunia
melainkan untuk menyempurnakan etika akhlak manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Solissa, Abdul Basir. Etika Perspektif Teori Dan Praktek. Yogyakarta: FA Press,
2016.
Thohir, Umar Faruq. Etika Islam Dan Transformasi Global. Yogyakarta: Pustaka
Ilmu, 2013.
Vos, De. Pengantar Etika. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1969.
Abdullah, Amin. Falsafah Kalam di Era Post Modernisme. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1997.
Candra, Rosalia Kartika. “Implementasi Etika Korporasi Pada PT. Prima Centra
Gadingmas.” Jurnal AGORA Vol. 3, No (2015): hlm. 539.
Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Abdullah, M. Yatimin. Pengantar Studi Etika. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005.
17 | M a k a l a h K e l o m p o k 4
Cahyadi, Rahmat Arofah Hari. “Telaah Hakikat Manusia Dan Relasinya Terhadap
Proses Pendidikan Islam.” Adabiyah Vol. 1, No (2015)
Syaukani, Imam Asy. Tafsir Fathul Qadir. Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Qurthubi, Syaikh Imam Al. Tafsir Imam Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam,
2009.
Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Haris, Syamsuddin. Masalah-Masalah Demokrasi Dan Kebangsaan Era
Reformasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.
18 | M a k a l a h K e l o m p o k 4