Anda di halaman 1dari 5

 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.

Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)


83. Dan ingatlah wahai Bani Israil- tentang perjanjian kuat yang Kami ambil dari
kalian, bahwa kalian akan mengesakan Allah dan tidak menyembah tuhan lain
bersama-Nya, kalian akan berbuat baik kepada kedua orang tua, sanak famili, anak-
anak yatim dan orang-orang miskin yang membutuhkan, kalian akan mengucapkan
kata-kata yang baik kepada manusia untuk menyuruh berbuat kebaikan dan melarang
kemungkaran tanpa kekerasan dan tanpa tekanan, kalian akan melaksanakan salat
secara sempurna sebagaimana perintah yang diberikan kepada kalian, dan akan
membayar zakat dengan cara memberikannya kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dengan suka rela. Namun setelah perjanjian itu kalian justru berpaling
dan enggan menepatinya.
 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
Allah Ta’ala telah mengingatkan pada ayat 83 tentang perjanjian yang telah
diambil dalam kitab Taurat agar orang-orang Yahudi beribadah kepada Allah saja dan
tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun dalam peribadahan kepadaNya. Juga
agar berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat dekat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, dan agar mereka berkata yang baik kepada manusia serta mendirikan
shalat, membayar zakat. Kemudian Allah mengutuk mereka karena kebanyakan tidak
mau menepati perjanjian tersebut.1

Mengambil referensi dari Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah


pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram), Aisarut
Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi dan Tafsir
Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 83, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Dari QS. Al-Baqarah Ayat 83 ini menceritakan mengenai perjanjian dalam kitab
Taurat yaitu orang-orang Yahudi dari Bani Israil terhadap Allah SWT melalui Rasulullah
untuk tidak menyembah siapa pun dan dalam bentuk apa pun selain Allah SWT, dan akan
berbuat baik kepada kedua orang tua dengan kebaikan yang sempurna, walaupun mereka
dalam keadaan kafir, demikian juga kepada kerabat, yaitu mereka yang mempunyai
hubungan dengan kedua orang tuanya, serta kepada anak-anak yatim yaitu mereka yang
belum baligh sedangkan ayahnya telah wafat, dan juga kepada orang-orang miskin, yaitu
1
TafsirWeb. Quran Surat Al-Baqarah ayat 83. https://tafsirweb.com/473-quran-surat-al-baqarah-ayat-83.html
mereka yang membutuhkan bantuan. Tak hanya itu orang-orang Yahudi dari Bani Israil pun
berjanji akan berbuat baik kepada umat manusia tanpa terkecuali. Setelah memerintahkan
hal-hal yang dapat memperkuat hubungan kekeluargaan dan hubungan sosial lainnya dan
orang-orang Yahudi dari Bani Israil menyetujui hal-hal tersebut, selanjutnya Allah SWT
memerintahkan kepada mereka agar melaksanakan shalat sebaik mungkin dan secara
istiqamah, dan menunaikan zakat dengan sempurna. Itulah perjanjian yang mereka sepakati
dengan Allah SWT melalui Rasulullah, akan tetapi kemudian mereka berpaling dengan
mengingkari janji yang telah disepakati, kecuali sebagian kecil dari mereka, dan beberapa
dari mereka masih menjadi pembangkang.
Di sini disebutkan bahwasannya tidak semua individu dari Bani Israil mengingkari
perjanjian tersebut, seperti diisyaratkan dengan kalimat “kecuali sebagian kecil dari kamu”.
Ini menunjukkan bahwa dalam setiap periode kehidupan Bani Israil atau bangsa-bangsa lain
selalu ada saja sebagian kecil yang tetap berjalan lurus dengan mengikuti suara hati
nuraninya untuk selalu berbuat baik dan mematuhi perintah Allah SWT.

dari hasil usahamu yang baik-baik yaitu, dari hasil kalian usakan yang baik, terpilih, dan
halal.

Referensi: https://tafsirweb.com/1033-surat-al-baqarah-ayat-267.html

 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr.


Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)
267. Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya!
Infakkanlah harta yang halal lagi baik yang telah kalian peroleh. Dan berinfaklah dari
tumbuh-tumbuhan bumi yang telah Kami keluarkan untukmu. Janganlah kalian
sengaja memilih harta yang jelek untuk diinfakkan. Seandainya harta yang jelek itu
diberikan kepada kalian, niscaya kalian tidak mau menerimanya kecuali dengan
menutup mata dan terpaksa menerima karena kejelekannya. Bagaimana mungkin
kalian rela memberikan sesuatu kepada Allah padahal kalian sendiri tidak mau
menerimanya?! Ketahuilah bahwa Allah tidak membutuhkan infak kalian. Dia Maha
Terpuji di dalam Żat dan tindakan-Nya.
 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI
Orang yang benar-benar beriman, niscaya akan menafkahkan sesuatu yang baik,
bila dia bermaksud dengan infaknya itu untuk menyucikan diri dan meneguhkan
jiwanya. Sesuatu yang diinfakkan, diumpamakan dengan sebutir benih yang
menghasilkan tujuh ratus butir, atau yang diumpamakan dengan sebidang kebun yang
terletak di dataran tinggi, yang memberikan hasil yang baik, tentulah sesuatu yang
baik, bukan sesuatu yang buruk yang tidak disukai oleh yang menafkahkan, atau yang
dia sendiri tidak akan mau menerimanya, andaikata dia diberi barang semacam itu.
Namun demikian, orang yang bersedekah itu pun tidak boleh dipaksa untuk
menyedekahkan yang baik saja dari apa yang dimilikinya, seperti yang tersebut di
atas. Rasulullah saw pernah bersabda kepada Mu'adz bin Jabal ketika beliau
mengutusnya ke Yaman: Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw mengutus Mu'adz ke
Yaman?lalu ia menyebutkan hadis?dan padanya: bahwa Allah mewajibkan kepada
mereka zakat pada harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya lalu diserahkan
kepada fakir miskin di antara mereka. (Riwayat Muttafaq 'alaih)
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa Allah sangat mencela bila yang
disedekahkan itu terdiri dari barang yang buruk-buruk. Ini bukan berarti bahwa
barang yang disedekahkan itu harus yang terbaik, melainkan yang wajar, dan orang
yang menafkahkan itu sendiri menyukainya andaikata dia yang diberi.

Mengambil referensi dari Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah


pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram), Tafsir Al-
Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof.
Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah dan Tafsir
Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 267, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:

Bahwasannya Allah SWT memerintahkan kepada mereka, orang-orang yang benar-


benar beriman yang mengikuti agama Allah SWT dan Rasul-Nya untuk bersedekah / berinfaq
dengan menggunakan harta yang halal lagi baik dan terpilih yang telah mereka peroleh serta
mereka usahakan dari hasil bumi seperti pertanian, perkebunan dan barang tambang yang
Allah SWT berikan kepada mereka.
Dan sejatinya Allah SWT melarang orang-orang yang beriman dengan sengaja
memberikan dan memilah-milah harta yang buruk untuk bersedekah / berinfaq. Karena jika
diumpakan, seandainya harta yang jelek tersebut diberikan kepada yang memberikan, niscaya
mereka tidak mau menerimanya kecuali dengan menutup mata dan terpaksa menerima karena
kejelekannya, akan tetapi hati mereka enggan menerimanya.
Rasulullah saw pernah bersabda kepada Mu'adz bin Jabal ketika beliau mengutusnya ke
Yaman: Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw mengutus Mu'adz ke Yaman, lalu ia
menyebutkan hadist, dan padanya: bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat pada harta
mereka yang diambil dari orang-orang kaya lalu diserahkan kepada fakir miskin di antara
mereka. (Riwayat Muttafaq 'alaih)
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT sangat mencela bila yang
disedekahkan itu terdiri dari barang yang buruk-buruk. Ini bukan berarti bahwa barang yang
disedekahkan itu harus yang terbaik, melainkan yang wajar, dan orang yang menafkahkan itu
sendiri menyukainya andaikata dia yang diberi.

 Tafsir dari Kementrian Agama Saudi Arabia


Sesungguhnya orang-orang yang menentang agama yang haq dan mengingkarinya,
maka harta dan benda dan anak-anak mereka tidak bermanfaat sedikitpun untuk
menyingkirkan siksaan Allah jika siksaan itu menimpa mereka di dunia, begitu juga
tidak akan dapat menolak siksaan itu dari mereka di akhirat, dan mereka itu merupakan
bahan bakar neraka pada hari kaiamat.
 Tafsir dari Imam Masjidil Haram
Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya tidak akan bisa
dilindungi oleh harta dan anak-anak mereka dari azab Allah, baik di dunia maupun di
akhirat. Orang-orang semacam itu adalah bahan bakar neraka Jahanam yang akan
dinyalakan pada hari kiamat.
 Tafsir dari Professor Fakultas Al Qur'an di Universitas Islam Madinah
orang-orang yang mendustakan Allah tidak akan dapat ditolong dari azab-Nya oleh
harta dan keturunan mereka. Mereka adalah orang-orang yang jauh dari kebenaran yang
akan menjadi bahan bakar neraka di hari kiamat.2

Mengambil referensi dari Tafsir dari Kementrian Agama Saudi Arabia, Tafsir dari Imam
Masjidil Haram dan Tafsir dari Professor Fakultas Al Qur'an di Universitas Islam Madinah /
QS. Ali-Imran Ayat 10, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Sesungguhnya orang-orang yang ingkar dan mendustakan Allah dan Rasul-Nya Nya
tidak akan bisa dilindungi / ditolong oleh harta dan anak-anak mereka dari azab Allah, baik di

2
TafsirWeb. Quran Surat Ali 'Imran Ayat 10. https://tafsirweb.com/1142-quran-surat-ali-imran-ayat-10.html
dunia maupun di akhirat. Mereka adalah orang-orang yang jauh dari kebenaran yang akan
menjadi bahan bakar neraka di hari kiamat.

Anda mungkin juga menyukai