Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

            Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya

            Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang sifat – sifat terpuji
terutama sidiq yang penulis sajikan. Yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.

            Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para siswa dan siswi SMK Semesta.

           Akhir kata, Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu,  kepada  pembaca  penulis  meminta kritik dan saran demi perbaikan
dan masukan untuk lebih baik kedepannya.

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG

Siddiq merupakan hakikat kebaikan yang memiliki dimensi yang luas, karena
mencakup segenap aspek keislaman. Hal ini tergambar dalam firman Allah
SWT: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan.Mereka itulah orang-orang yang benar imannya (yakni bersifat
siddiq); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. ” (QS Al-Baqarah: 177)

Ayat ini digambarkan dimensi yang dicakupi oleh siddiq yaitu meliputi keimanan,
menginfakkan harta yang dicintai, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji,
bersabar dalam kesulitan, dll. Karena itulah, dalam ayat lain, Allah SWT memerintahkan
kita untuk senantiasa bersama-sama para shiddiqin: “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar
(siddiq).” (QS At- Taubah: 119)

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menyebutkan tiga orang RasulNya yang memiliki sifat
siddiq ini. Yang pertama adalah Nabi Ibrahim AS. Allah memujinya karena memiliki
sifat ini: “Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an)
ini.Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang
nabi. “(QS Maryam: 41)

Rasul yang kedua adalah Nabi Idris AS. Allah juga memujinya dalam Al-Qur’an karena
memiliki sifat siddiq. Allah berfirman: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada
mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah
seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. “(QS Maryam: 56)
 

Sedangkan Nya yang ketiga adalah Nabi Yusuf AS. Ia membuktikan keimanannya
dengan menolak ajakan Zulaikha untuk berzina, meskipun disertai dengan
ancaman. FirmanNya: “Raja berkata (kepada wanita-wanita itu):” Bagaimana
keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya
(kepadamu)?” Mereka berkata: Maha Sempurna Allah, kami tidak mengetahui sesuatu
keburukan darinya. Berkata istri Al-Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah
yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia
termasuk orang-orang yang benar.” (QS Yusuf: 51).

B.   RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Siddiq ?

2. Hadis – hadis yang berkaitan dengan Sifat Siddiq ?

3. Kedudukan orang yang memiliki sifat Siddiq ?

4. Ciri – ciri orang yang bersifat Siddiq ?

5. Cara mencapai sifat Siddiq ?

6. Ruang lingkup siddiq ?

C.   TUJUAN
Karena, masih belum banyak mengetahui lebih dalam tentang sifat  siddiq. Dan agar
para pembaca dapat mengerti lebih dalam tentang sifat Siddiq.
D.    BATASAN MASALAH
Batasan Masalah dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Siddiq


2. Untuk mengetahui Hadis yang berkaitan dengan sifat Siddiq.
3. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan orang yang memilik sifat Siddiq.
4. Untuk mengetahui ciri – ciri orang yang bersifat Siddiq.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mencapai sifat Siddiq.
6. Untuk mnegetahui apa saja ruang lingkup siddiq.
 
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SIDDIQ
Dari segi bahasa, siddiq berasal dari kata ‘shadaqa’ yang memiliki beberapa arti yang satu
sama lain saling melengkapi. Bertentangan dengan siddiq adalah kadzib (dusta). Di antara arti
siddiq adalah benar, jujur / dapat dipercaya, ikhlas, tulus, keutamaan, kebaikan, dan
kesungguhan. Namun siddiq di sini lebih menjurus kepada sebuah sikap membenarkan
sesuatu yang datang dari Allah SWT dan Rasulullah SAW yang timbul dari rasa dan naluri
keimanan yang mendalam.

 HADIS-HADIS TENTANG SIFAT SIDDIQ


Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menyebutkan 6 hadis dalam bab siddiq. Dari 6
hadits tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut:

1. Bahwa siddiq itu memimpin seseorang menuju kebaikan, dan kebaikan akan membawanya
ke surga. Hal ini digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits berikut: “Dari Ibnu Mas’ud
ra, Rasulullah SAW bersabda: ” Sesungguhnya siddiq itu memimpin kepada kebaikan, dan
kebaikan itu akan membawanya ke dalam surga …”

2. Sementara itu lawan dari siddiq, yaitu kadzib merupakan sumber dari keburukan: “Dan
sesungguhnya kedustaan  itu membawa kepada keburukan, dan keburukan itu membawa ke
neraka.” 

3. Siddiq merupakan ketenangan. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW: Dari Abu
Haura ‘As-Sa’dy, aku berkata kepada Hasan bin Ali RA: “Apa yang kamu hafal dari hadits
Rasulullah?” Beliau berkata: “Aku hafal hadits dari Rasulullah SAW:” Tinggalkanlah
sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya
kebenaran membawa pada ketenangan dan dusta itu membawa pada keraguan.  “(HR
Tirmidzi)

4. Siddiq merupakan perintah Rasulullah SAW. Hal ini dikatakan oleh Abu Sufyan ketika
bertemu dengan raja Hiraklius: “Apa yang dia perintahkan pada kalian?” Abu Sufyan
menjawab: “Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,
meninggalkan semua ajaran nenek moyang, mendirikan shalat, bersikap siddiq ( jujur  /
benar), bersopan santun dan menyambung tali persaudaraan. “

5. Dengan siddiq seseorang akan mendapatkan pahala sesuatu yang dicita-citakannya,


meskipun ia belum atau tidak dapat melakukan sesuatu yang menjadi cita-citanya. Dalam
sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang meminta kesyahidan kepada
Allah SWT dengan siddiq (sebenarnya), maka Allah akan menempatkannya pada posisi
syuhada ‘, meskipun ia meninggal di tempat tidurnya.”

6. Keutamaan dan kemuliaan sifat benar itu diperkuat dan dijelaskan dalam firman Allah:

]٣٣:٢٢[ ‫ َو َما َزا َدهُ ْم إِاَّل إِي َمانًا َوتَ ْسلِي ًما‬ ُ‫ق هَّللا ُ َو َرسُولُه‬ َ ‫اب قَالُوا ٰهَ َذا َما َو َع َدنَا هَّللا ُ َو َرسُولُهُ َو‬
َ ‫ص َد‬ َ ‫َولَ َّما َرأَى ْال ُم ْؤ ِمنُونَ اأْل َحْ َز‬

“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka
berkata, “inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan
Rasul-Nya. Yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka, kecuali iman dan
kedudukan”. (Q.S. al-Ahzab : 22) [4]
Begitu juga Allah menjanjikan pahala bagi orang-orang yang benar dan mengancam orang
yang berdusta dengan siksaan. Seperti yang telah difirmankan dalam ayat-ayat berikut :

]٣٣:٨[ ‫ َوأَ َع َّد لِ ْل َكافِ ِرينَ َع َذابًا أَلِي ًما‬ ‫ص ْدقِ ِه ْم‬
ِ ‫لِّيَسْأ َ َل الصَّا ِدقِينَ عَن‬

“Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka dan Dia
menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih.” (Q.S. Al-Ahzab : 8)[5]

]٣٣:٢٤[ ‫َّحي ًما‬ َ ُ‫ب ْال ُمنَافِقِينَ إِن َشا َء أَوْ يَت‬
ِ ‫إِ َّن هَّللا َ َكانَ َغفُورًا ر‬ ‫وب َعلَ ْي ِه ْم‬ ِ ِ‫ي هَّللا ُ الصَّا ِدقِينَ ب‬
َ ‫ص ْدقِ ِه ْم َويُ َع ِّذ‬ َ ‫لِّيَجْ ِز‬

“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena
kebenarannya, dan menyiksa orang-orang munafik jika dikehendaki-Nya atau menerima
tobat mereka. Sesungguhnya Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang.” (Q.S.
Al-Ahzab : 24)[6]
 

7. Siddiq akan membawa seseorang pada keberkahan dari Allah SWT.Dalam sebuah hadis,


Rasulullah SAW bersabda: “Penjual dan pembeli keduanya bebas belum terikat selagi
mereka belum berpisah. Maka jika benar dan jelas kedua, diberkahi jual beli itu. Tetapi jika
menyembunyikan dan berdusta maka terhapuslah berkah jual beli tersebut.”
Para shiddiqin akan mendapatkan ampunan dan pahala yang besar.Dalam Al-Qur’an, Allah
SWT memuji orang yang siddiq, baik dari kaum mukminin maupun mukminat. Bahkan Allah
SWT menjanjikan kepada mereka mendapatkan ampunan dan pahala yang besar melalui
firmanNya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar , laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar. “(QS Al-Ahzab: 35)
1. KEDUDUKAN ORANG YANG MEMILIKI SIFAT SIDDIQ
Selain mendapat ampunan dan pahala yang besar, para shiddiqin juga akan mendapat tempat
yang tinggi di sisi Allah SWT. Mereka akan disatukan bersama para nabi dan orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang mentaati
Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”(QS An-Nisa
‘: 69)
CIRI-CIRI ORANG YANG BERSIFAT SIDDIQ
Orang-orang yang siddiq memiliki beberapa fitur, di antara fitur-fitur mereka yang Allah
gambarkan dalam Al-Quran adalah:

1. Teguh pendiriannya terhadap apa yang dicita-citakan (diyakininya). Firman Allah


SWT: “Diantara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati (membenarkan)
apa yang telah mereka janjikan kepada Allah,  maka di antara mereka ada yang gugur. Dan
di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah
(janjinya). “ (QS Al-Ahzab: 23) 

2. Tidak ragu untuk berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Allah SWT berfirman dalam Al-
Quran: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. “(QS Al-
Hujurat: 15)

3. Memiliki keimanan kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, bersedekah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menepati janji dan sabar. FirmanNya: “Bukanlah menghadapkan
wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila
ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan , penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa. “(QS Al-Baqarah: 177)

4. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap Islam. Firman Allah SWT: “… barang siapa
yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh ia telah mendapatkan hidayah
menuju jalan yang lurus …” (QS Ali Imran: 101).

 
CARA MENCAPAI SIFAT SIDIQ
           Setelah kita melihat urgensitas sifat sidiq ini, maka setidaknya muncul dalam hati
kita keinginan untuk melengkapi diri dengan sifat ini. Karena sifat ini benar-benar
merupakan intisari dari kebaikan. Dan sifat ini pulalah yang dimiliki oleh sahabat yang
paling dicintai Rasulullah SAW yaitu Abu Bakar Asidiq. Penulis melihat ada beberapa
cara yang semoga dapat membantu menumbuhkan sifat ini:

1. Senantiasa memperbaharui keimanan dan keyakinan kita (baca; ketsiqahan) kepada


Allah SWT. Karena pondasi dari sifat sidiq ini adalah kuatnya keyakinan kepada Allah.

2. Melatih diri untuk bersikap jujur diamana saja dan kapan saja serta kepada siapa saja.
Karena kejujuran merupakan karakter mendasar sifat sidiq.

3. Melatih diri untuk senantiasa membenarkan sesuatu yang datang dari Allah (Al-Qur’an
dan sunnah) , meskipun hal tersebut terkesan bertentangan dengan rasio. Karena
kebenaran mutlak hanyalah milik Allah. Sementara ijtihad manusia masih sangat
memungkinkan adanya kesalahan.

4. Senantiasa melatih diri untuk komitmen dengan Islam dalam segala aspeknya; aqidah,
ibadah, akhlaq dan syari’ah. Karena salah satu ciri siddiqin adalah memiliki komitmen
yang tinggi terhadap Islam:

‫ص َرا ٍط ُم ْستَقِ ٍيم‬ َ ‫ص ْم بِاهَّلل ِ فَقَ ْد هُ ِد‬


ِ ‫ي إِلَى‬ ِ َ‫َو َم ْن يَ ْعت‬
“…barang siapa yang berpegang teguh dengan agama Allah, maka sungguh dia telah
mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus…”

5. Sering mentadaburi ayat-ayat Allah, hadits-hadits Rasulullah SAW mengenai sifat


sidiq. Karena mentadaburi ayat dan hadits juga merupakan cara tersendiri yang sangat
membekas dalam jiwa manusia.

6. Senantiasa membuka-buka lembaran-lembaran sejarah kehidupan salafu shaleh,


terutama pada sikap-sikap mereka yang menunjukkan kesiddiqannya.

7. Memperbanyak dzikir dan amalan-amalan sunnah. Karena dengan hal-hal tersebut akan
menjadikan hati tenang dan tentram. Hati yang seperti ini akan mudah dihiasi sifat sidiq.
 

RUANG LINGKUP SIFAT SIQID


Imam Ghazali menyebutkan ada 6 jenis sidik yang perlu direalisasikan dalam diri seorang
mu’min agar menjadi mu’min yang sebenarnya.(Ihya Vol4. :375 – 380).

A. Sidqul Lisan (Benar dalam ucapan). Ucapan manusia adalah ekspresi yang ada dihatinya.
Hati yang baik melahirkan ucapan yang baik. Sebaliknya hati yang buruk mengeluarkan
ucapan yang buruk. Perbaikan ucapan harus dimulai dari perbaikan hati. Apabila hati baik,
ucapan yang keluar menjadi baik dan selanjutnya akan mengikuti oleh prilaku yang baik. Dan
prilaku yang baik akan dibalas dengan ampunan dosa yang dapat membersihkan diri manusia.
“Hai orang-orang yang beriman bertaubatah kepada Allah dan berkatalah yang benar, niscaya
Allah akan memperbaiki amal-amal perbuatan dan mengampuni dosa-dosamu(QS.33: )
B. Sidqul Niyah dan Irodah (Benar dalam keyakinan dan motivasi). Nilai perbuatan
seseorang tergantung motivasi dan niatnya. Manakala perbuatan yang baik dilandasi denga
niat yang baik, mangharap ridho Allah maka nilai perbuatan itu menjadi baik, sebaliknya
manakala motivasi dan niatnya buruk sekaligus tampak lahiriahnya kelihatan baik, seperti
apa-apa yang kadang-kadang dilakuakan oleh orang munafik. Nabi bersabda : “sesungguhnya
amal perbuatan manusia tergantung niatnya. Dan amal setiap orang mendapatkan balasan
perbuatan yang tergantung niatnya.”

C. Sidqul Wafa (Benar dalam Kesetiaan). Untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar
tidak cukup dengan adanya keinginan dan motivasi, tetapi harus ditopang dengan tekad yang
kuat untuk merealisasikan perbuatan tersebut banyak rintangan, tantangan dan kedalanya.
Suksesnya Abu Bakar dalam memerangi orang-orang yang murtad, tidak mau membayar
zakat, karena tekadnya yang luar biasa untuk memerangi orang-orang murtad sekalipun
sendirian tanpa dukungan sahabat-sahabatnya yang lain. Tekad inilah yang kemudian
mendapatkan dukungan dan simpati Umar dan seluruh sahabat yang lain.

D.Sidqul Wafa (Benar dalam kesetiaan) Wafa (setia) adalah sifat ulul albab, orang-orang
suci, orang-orang mu’min dan mutaqin yang dipuji didalam Al Qur’an. Ulul albab adalah
“orang-orang yang setia memenuhi janjinya kepada Allah dan tidak merusak janji” (13 : 20)
orang-orang Abror (suci) adalah yang setia menunaikan nazarnya dan takut akan sesuatu hari
(kiamat) yang azabnya tersebar dimana-mana (76:7)
E. Sidqul Amal (Benar dalam Perbuatan) : Risalah manusia adalah untuk beramal, berbuat
yang shaleh dan positif. “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu maka Allah dan RasulNya serta
orang-orang mu’min akan melihat amal perbuatannya.(9 : 105). Amal perbuatan yang benar
yang akan menjadi bekal yang membahagiakan manusia kelak di akhirat.” Barang siapa yang
lebih berat timabangan amal baiknya maka dia akan mendapatkan kehidupan yang
menyenangkan” (101 :7)

F. Sidik dalam merealisir tingkatan-tingkatan terpuji. Mu’min sejati adalah yang dapat
mengembangkan seluruh pontensi dan sifat-sifatnya. Seperti yang digamabrkan dalam surat
Attaubah (9: 111-112) “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah
lalu mereka membunuh atau terbunuh. Sesungguhnya itu telah menjadi janji yang benar dari
Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain
dari pada Allah ? maka bergembiralah dengan jual beli yang elahkamu lakukan. Dan itulah
kemenangan yang besar . “mereka itulah orang-orang yang bertaubat, yang beribadah,
yangmemuji Allah, yang melawat untuk mencari ilmu pengetahuan atau berjihad, yang ruku,
yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang
memelihar hukum hukum Allah dan gembiralah orang-orang mu’min itu.

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatanya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang khusu,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki
dan perempuan yang memlihara kehormatan, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut
(nama) Alla. Allah telah menyediakan untuk menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.(33:35).
BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa sifat Siddiq merupakan salah satu sifat dari Nabi
Muhammad SAW yang harus kita contoh. Tidak mudah dalam mencapai sifat siddiq. Mudah
untuk berucap tetapi susah untuk kita parktikan. Maka dari itu mulailah dari sifat terpuji yang
paling kecil.

B.   SARAN
Agar guru dapat mengajarkan dan membimbing siswa dan siswinya untuk dapat bersifat dan
bersikap terpuji.

Anda mungkin juga menyukai