Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SIFAT AS-SIDDIQ RASULULLAH SAW


DOSEN PENGAMPUH:Dr.H. Mubarak,Lc. M. Ag.

Di susun oleh kelompok I:


Nur Azisah Azis (30300122001)
Nabila Putri (30300122008)
Muhammad Rasta (30300122009)
M.Hamdi Suharman (30300122011)
Farid Wajdi (30300122013)
Muh. Bilal Fahri (30300122018)
Irfan (30300122033)
Imam Ma’arif Rahmatullah Tuharea (30300122034)
ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT., hanya dengan Izin Allah terlaksana segala
macam kebajikan dan diraih segala macam kesuksesan. Shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. kepada beliau agama
Islam disempurnakan hingga beliau menjadi teladan dalam pelaksanaannya.
Semoga keberkahan juga tercurah kepada keluarga dan sahabat beliau serta seluruh
manusia yang taat dan setia kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Alhamdulillah, dengan berbagai bantuan dari beberapa pihak dan berkat
karunia Allah Swt, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Kedudukan dan Fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an”. Dimana dengan
adanya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan pembaca akan hal-hal apa itu
hadis dhaif dan maudhu’ erta mengetahui macam-macam hadis yang tekait.
Namun dikarenakan penulis makalah adalah manusia biasa maka mungkin
terdapat kesalahan penulisan atau isi dari makalah kami ini. Saran dan kritikan
sangat dibutuhkan sebagai bahan untuk memperbaiki diri dalam pembuatan
makalah selanjutnya. Lebih dan kurang kami mohon maaf dan kepada Allah kami
mohon ampun. Terima kasih.

Gowa, 08 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................4
1. Latar Belakang.......................................................................................4
2. Rumusan Masalah.................................................................................4
3. Tujuan....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................6
A. PENGERTIAN..........................................................................................6
B. DALIL TENTANG AS-SIDDIQ...................................................................6
C. IMPLEMENTASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI..............................9
1. SIDDIQ DALAM BELAJAR MENGAJAR...............................................9
2. SIDDIQ DALAM BEKERJA..................................................................10
3. SIDDIQ DALAM BERUMAH TANGGA................................................11
4. SIDDIQ DALAM BERDAKWA.............................................................11
D. JENIS-JENIS SIFAT AS-SIDDIQ.................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan yang sempurna jika
dibandingkan denganmakhluk ciptaan Allah SWT lainnya. Hal tersebut karena
manusia dibekali akal dan budi pekerti.Manusia juga dikatakan sebagai
makhluksosial karena manusia membutuhan bantuan orang lain dalam menjalai
kehidupannya. Sebagai mahluk social yang dikaruniai akal dan budi pekerti
tentunya setiap manusia harus memiliki sikap dan karakter yang baik. Salah satu
keberhasilan seseorang dalam menjalani kehidupan sosialnya di masyarakat
dipengaruhi oleh sikap dan karakter yang dimilikinya. Setiap manusia memiliki
karakter yang berbeda-beda. Namun, agar seseorang dapat diterima oleh
masyarakat, maka setiap orang harus memiliki sikap dan karakter yang
baik.Karakter dalam Islam dihubungkan dengan Sfat-Sifat Nabi Muhammad Saw.
Beliau memiliki sifat-sifat yang mulia yaitu Shidiq, Amanah,Fathonah dan
Tabligh. Karakter Shidiq mencakup karakter jujur dan karakter disiplin. Karakter
Amanah mencakup karakter kerja keras dan karakter bertanggung jawab. Karakter
Fathonah mencakup karakter rasa ingin tahu,karakter gemar membaca, dan
karakterkreatif. Karakter Tabligh mencakupkarakter peduli lingkungan, karakter
peduli sosial, dan karakter komunikatif(Arrosyad, 2015). Penjelasan tersebutdapat
dipahami bahwa karakter 4 sifat Nabi Muhammad Saw dapat di implementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa karakter positif seseorang dapat dengan
mudah melakukan tindakan yang menyakiti danmerugikan diri sendiri dan orang
lain.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian as-siddiq?
2. Apa saja Dalil-dalil as-siddiq?
3. Begaimana implementasi as-siddiq dalam kehidupan?
4. Apa jenis-jenisnya?

4
C.Tujuan
1. Untuk mengatahui apa pengertian dari sifat as-siddiq
2. Untuk mengetahui jenis-jenis as-siddiq
3. Untuk mengetahui implentasi as-siddiq dalam kehidupan

5
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN AS-SIDDIQ
Dalam bahasa Arab, kata Jujur semakna dengan “as-siduqa” atau “Siddiq yang
berarti benar, nyata atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta atau dalam
bahsa arab “al-kazibu”.

Secara istilah, jujur atau as siddiq bermakna kesesuaian antara ucapan dan
perbuatan, kesesuaian antara informasi dan kenyataan, ketegasan dan kemantapan
hati, dan sesuatu yang baik tidak dicampuri kedustaan.Ash-Shiddiq (Jujur)Salah
satu dimensi kecerdasan ruhani terletak pada nilai kejujuran yang merupakan
mahkota kepribadian orang-orangmulia yang telah dijanjika AllahSWT akan
memperoleh limpahan nikmat dari-Nya. Jujur nilai dasarnya adalah integritas,
ikhlas,terjamin dan keseimbanganemosional. Jujur berarti melandaskan ucapan,
keyakinan serta perbuatan berdasarkanajaranIslam.Menurut Hidayatulah, Shidiq
adalah “Sebuahkenyataan yang benar tercermindalam perkataan, perbuatan, atau
tindakan, dan keadaan batinya” Karakter yang telah dijelaskan diatas bahwasanya
sifat Shidiq memiliki penjelasan yangmengarah pada kejujuran dalamperkataan,
perbuatan, ataukeadaan batin, yang mana dalamperilaku tersebut tidak
adayangdibuat-buat atau biasa disebut bohong, jadi perilaku yang benar-benar jujur
dan dapatdipertanggung jawabkankebenaranya, akan tetapi sifat Shidiq juga
memiliki kemampuan yang mantap, stabil, dewasa, arif,jujur, dan berwibawa,
menjaditeladan bagi peserta didik,danberakhak mulia (Hidayatullah,2010).

B.DALIL TENTANG SIFAT ASHIDIQ

َ ‫ٰيَٓأيُّهَا الَّ ِذ‬


ّ ٰ ‫ين َءا َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع ال‬
‫ص ِدقِين‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (jujur)." (QS. At-Taubah: 119)

6
‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْواًل َس ِد ْيد ًۙا‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar. (QS. Al Ahzab ayat 70).

Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk berkata jujur. Sebab kejujuran
akan membawa kebaikan sebagaimana disebutkan dalam hadits sebagai berikut:

‫ق يَ ْه ِدي ِإلَى ْالبِ ِّر َوِإ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِدي ِإلَى ْال َجنَّ ِة‬ َ ‫ال ِإ َّن الصِّ ْد‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫َع ْن النَّبِ ِّي‬
‫ُور َوِإ َّن ْالفُجُو َر يَ ْه ِدي‬ِ ‫ب يَ ْه ِدي ِإلَى ْالفُج‬ َ ‫صدِّيقًا َوِإ َّن ْال َك ِذ‬ ِ ‫ون‬ َ ‫ق َحتَّى يَ ُك‬ ُ ‫َوِإ َّن ال َّرج َُل لَيَصْ ُد‬
‫ب ِع ْن َد هَّللا ِ َك َّذابًا‬
َ َ‫ار َوِإ َّن ال َّرج َُل لَيَ ْك ِذبُ َحتَّى يُ ْكت‬ ِ َّ‫ِإلَى الن‬
"Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu
akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku
jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya
kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan
itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu
berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta."(HR. Bukhari
No. 6094 Versi Fathul Bari) (Muslim No. 4719)

‫ت ِم ْن‬ ُ ‫ظ‬ ْ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َحف‬


َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ت ِم ْن َرس‬ َ ‫ظ‬ ْ ِ‫ت لِ ْل َح َس ِن ب ِْن َعلِ ٍّي َما َحف‬ ُ ‫قُ ْل‬
‫ق طُ َمْأنِينَةٌ َوِإ َّن‬ ِّ ‫ك ِإلَى َما اَل يَ ِريب َُك فَِإ َّن ال‬
َ ‫ص ْد‬ َ ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َد ْع َما يَ ِريب‬
َ ِ ‫َرسُو ِل هَّللا‬
ٌ‫ب ِريبَة‬ َ ‫ْال َك ِذ‬
Artinya: Aku bertanya kepada Al Hasan bin Ali: Apa yang kau hafal dari Rasulullah
Shallallahu`alaihi wa Salam? Ia menjawab: Aku menghafal dari Rasulullah
Shallallahu `alaihi wa Salam: "Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang
tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan.
"(HR.TirmidziNo.2442).

Ciri-Ciri Orang Jujur. Orang yang jujur memiliki ciri sebagai berikut:
1) Berkata benar
2) Tidak suka berbohong
3) Memberikan kesaksian sesuai kenyataan dan adil
4) Tidak pernah ingkar janji
5) Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya

7
6) Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan
7) Kesesuaian antara informasi dan kenyataan
8) Ketegasan dan kemantapan hati;
9) Menyukai sesuatu yang baik dan tidak dicampuri kedustaan.

Pembagian Sifat Jujur Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (śiddiq)
sebagai berikut:
1) Jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang
dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt.
2) Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan
yang disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Ia
tidak berkata kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya
dengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang
sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenis
ini.
3) Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguhsungguh
sehingga perbuatan zahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam
batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya. Kejujuran merupakan fondasi atas
tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran, karena jujur identik dengan
kebenaran.

Manfaat Berkata Jujur Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan
sesuatu yang diamanatkan, baik berupa harta maupun tanggung jawab. Orang
yang melaksanakan amanat disebut al-Amin, yakni orang yang terpercaya, jujur,
dan setia. Dinamakan demikian karena segala sesuatu yang diamanatkan
kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik yang
datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur dan terpercaya
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, seperti
dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan, dan hidup
bermasyarakat. Di antara faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad SAW
berhasil dalam membangun masyarakat Islam adalah karena sifat-sifat dan
akhlaknya yang sangat terpuji. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah
kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayatnya, sehingga ia mendapat gelar
al-Amin (orang yang dapat dipercaya atau jujur).

Berikut manfaat berkata jujur:

8
1. Kejujuran akan mengantarkan seseorang mendapatkan cinta kasih dan
keridaan Allah Swt. Kebohongan adalah kejahatan tiada tara, yang
merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang berbuat
kemunkarandan menjerumuskannya ke jurang neraka.

2. Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman,


harus dimiliki oleh setiap muslim. Bahkan, seorang muslim wajib pula
menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada anak-anaknya sejak dini
hingga pada akhirnya mereka menjadi generasi yang meraih sukses dalam
mengarungi kehidupan.

3. Balasan orang jujur tidak lain adalah surga. Rasulullah SAW telah bersabda:
َ ‫ َك َما تَتَ َرا َء ْو َن ْال َك ْو َك‬،‫ف ِم ْن فَ ْوقِ ِه ْم‬
َّ ‫ب ال ُّد ِّر‬
"‫ي‬ ِ ‫ِإ َّن َأ ْه َل ْال َجنَّ ِة لَيَتَ َرا َء ْو َن َأ ْه َل ْال ُغ َر‬
‫ يَا َرسُو َل‬:‫ قَالُوا‬."‫ لِتَفَاض ُِل َما بَ ْينَهُ ْم‬،‫ب‬ ِ ‫ق َأ ِو ْال َم ْغ ِر‬ِ ‫ق ِم َن ْال َم ْش ِر‬ ِ ُ‫ْال َغابِ َر فِي اُأْلف‬
‫ ِر َجا ٌل‬،‫ "بَلَى َوالَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه‬:‫ال‬َ َ‫از ُل اَأْل ْنبِيَا ِء اَل يَ ْبلُ ُغهَا َغ ْي ُرهُ ْم؟ ق‬ َ ‫ تِ ْل‬،ِ ‫هَّللا‬
ِ َ‫ك َمن‬
‫ين‬َ ِ‫ص َّدقُوا ْال ُمرْ َسل‬
َ ‫"آ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو‬.
Artinya: Sesungguhnya ahli surga benar-benar memandangi para penghuni
guraf (gedung) jyawg ada di atas mereka sebagaimana kamu memandangi
bintang yang gemerlapan di ufuk timur atau ufuk barat, karena adanya
perbedaan keutamaan di antara mereka (ahli surga). Abu Sa'id Al-Khudri
berkata, "Wahai Rasulullah, itu pasti kedudukan para nabi yang tidak dapat
dicapai selain oleh mereka." Rasululah Saw. menjawab: Benar, dan demi
Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, dan juga orang-orang
yang beriman kepada ALLAH dan membenarkan rasulullah.

C.IMPLEMENTASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


1. Shidiq dalam Belajar-Mengajar

Tidak sedikit para pelajar maupun mahasiswa melakukan berbagai


kecurangan demi memperoleh nilai yang baik. Tanpa rasa malu mereka
melakukan berbagai perbuatan tercela, seperti: mencontek, copy-
paste pekerjaan teman, bahkan melakukan plagiat atas hasil karya orang
lain.

Ketika mencontek dalam ujian, mereka tidak malu kepada teman sesama
siswa atau mahasiswa. Mereka tidak merasa malu membohongi bapak/ibu

9
guru dan dosen. Mereka membuat kesan, bahwa mereka telah memahami
pelajaran, padahal belum paham.

Tindak kejahatan seperti itu akan semakin parah, apabila guru dan dosen
tidak tegas memberikan hukuman bagi kejahatan tersebut. Dan akan
semakin parah, apabila guru dan dosen menganggap kejahatan itu sebagai
perbuatan yang wajar-wajar saja.

Demikian pula, ketika memperoleh tugas dari bapak/ibu guru maupun


dosen, mereka juga tidak merasa malu meng-copy-paste hasil pekerjaan
temannya. Jadilah tidak ada yang mereka kerjakan selain mengedit ukuran
dan jenis huruf untuk mengelabui bapak/ibu guru dan dosen.

Mereka berusaha membuat kesan bahwa mereka tidak mengcopy-paste


hasil pekerjaan teman. Mereka ingin membuat kesan, bahwa seakan-akan
mereka pun telah bersusah payah menyusun pekerjaan tersebut, padahal
tidak. Bukannya bersusah payah mengerjakan tugas, tapi mereka hanya
bersusah payah berusaha mengecoh bapak/ibu guru dan dosen.

Sudah sepantasnya berbagai perbuatan yang tidak shidiq itu memperoleh


hukuman yang tegas dari bapak/ibu guru ataupun dosen. Tidak mustahil,
mereka akan melanjutkan kebiasaan buruk itu setelah lulus sekolah atau
kuliah di tempat mereka bekerja di kemudian hari. Tentu lebih mudah
memperbaiki sifat mereka di saat mereka masih menjadi siswa atau
mahasiswa, dibandingkan ketika mereka nanti telah menjadi pegawai atau
pejabat.

2. Shidiq dalam Bekerja


Sebagaimana sifat shidiq amat diperlukan dalam proses belajar-mengajar,
sifat shidiq juga diperlukan dalam bekerja. Baik bekerja sebagai pegawai
maupun ketika berwirausaha. Baik bekerja sebagai pegawai negeri
maupun pegawai swasta.

Menggambarkan pentingnya sifat shidiq dalam bekerja ini, Nabi


Muhammad Saw. bersabda:

‫ت بَ َر َكةُ بَي ِْع ِه َما‬


ْ َ‫ َوِإ ْن َك َذبَا َو َكتَ َما ُم ِحق‬،‫ُوركَ لَهُ َما فِى بَي ِْع ِه َما‬ ِ َ‫البَيِّ َعا ِن بِ ْال ِخي‬.
َ ‫ فَِإ ْن‬،‫ار َما لَ ْم يَتَفَ َّرقَا‬
ِ ‫ص َدقَا َوبَيَّنَ̃ا ب‬ ْ

Penjual dan pembeli masih dalam masa khiyar (memilih melanjutkan atau


menghentikan transaksi), selama mereka belum berpisah. Selama
10
keduanya bersikap shidiq dan berterus-terang, transaksi keduanya akan
diberkahi. Bila keduanya bersikap kadzib dan suka menyembunyikan,
maka berkah transaksi pun akan dihapus. (HR. Muslim)

Dengan demikian, sifat shidiq merupakan syarat mutlak bagi turunnya


berkah atas hasil pekerjaan. Tanpa sifat shidiq, berkah dari pekerjaan tidak
akan pernah turun. Boleh jadi pekerjaan nampak menguntungkan, tapi
akhirnya akan merugikan. Boleh jadi materi bertambah, tapi keluarga
berantakan. Dan boleh jadi jabatan semakin tinggi, tapi terali besi telah
siap menanti.

Na’ûdzu billâh min dzâlik…

Semoga Allah menghindarkan diri kita dan anak-cucu kita dari sifat
kadzib…

3. Shidiq dalam Berumah Tangga


Dalam kehidupan rumah tangga, shidiq merupakan sifat yang mutlak
diperlukan, baik sebagai suami maupun isteri. Dengan sifat shidiq ini
suami-isteri akan meyakini ketulusan pasangannya untuk memberikan
kebahagiaan yang berlaku secara timbal-balik. Suami percaya isterinya
merupakan seorang isteri yang setia, dan isteri pun percaya suaminya
merupakan suami yang setia.

Dengan demikian, suami-isteri pun bisa berperan sesuai dengan fungsinya


masing-masing secara optimal. Hasilnya, masing-masing pun akan
menikmati hasil kerja pasangannya secara maksimal. Dan jadilah rumah
tangga sebagai surga dunia.

Sebaliknya, rumah tangga yang selalu diliputi oleh sifat kadzib akan jauh
dari kebahagiaan dan ketenangan. Yang ada hanyalah perasaan saling
curiga dan sikap berburuk sangka (su’udhan). Suami meragukan kesetiaan
isteri, dan isteri pun meragukan kesetiaan suami. Suami gagal memberikan
yang terbaik untuk isteri, dan isteri pun gagal memberikan yang terbaik
untuk suami. Jadilah rumah tangga terasa bagai neraka .

4. Shidiq dalam Berdakwah

11
Tidak bisa dibayangkan, bahwa dakwah akan sukses dengan sifat kadzib.
Ustadz menipu jamaah. Kyai menipu santri. Ulama menipu masyarakat.
Memang mereka bukan nabi. Tapi sungguh tindakan mereka akan menjadi
tolok ukur bagi orang lain dalam memandang ajaran agama. Memang
mereka bukan rasul. Tapi masyarakat telah menjadikan mereka sebagai
pewaris tugas para nabi.

Dalam sebuah majelis, Imam Malik ditanya oleh jamaahnya tentang tujuh
perkara. Beliau hanya mampu menjawab satu pertanyaan, sementara yang
enam pertanyaan beliau jawab dengan jawaban, “Aku tidak tahu.” Beliau
berterus terang.

Mungkin saja beliau merasa malu. Mungkin pula beliau merasa khawatir
orang lain akan meragukan keilmuannya. Namun beliau lebih malu kepada
Allah Yang Maha Mengetahui. Beliau jelas lebih khawatir Allah akan
mencabut berkah ilmunya. Dan ternyata, keterusterangan beliau itu
berbuah kepercayaan masyarakat yang semakin mantap akan keilmuan
dan ketakwaan beliau.

Sesungguhnya seorang dai tidak sedang berbisnis dengan siapapun,


selain dengan Allah saja. Seorang dai tidak sedang bertransaksi dengan
jamaah. Ia tidak sedang berusaha mengambil simpati orang lain. Ia hanya
sedang bertransaksi untuk ridha dan simpati dari Allah Swt.. Dengan
demikian, ia tidak mengkhawatirkan apapun selain kepercayaan Allah pada
dirinya.

Pada saat itulah, seorang dai bisa menjaga sifat shidiq yang sudah
sepantasnya menjadi sifat utama bagi setiap pewaris risalah kenabian.

D.JENIS-JENIS SIFAT AS-SIDDIQ


Imam Al Ghazali membagi sifat siddiq menjadi 5 jenis, sebagaimana dijelaskan
dalam buku Khusus Pemuda Keren karya Muh Akbar Nasrullah, yaitu:

1. Jujur dalam niat atau kehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam
segala tindakan selain dorongan dari Allah SWT.

12
2. Jujur dalam ucapan (lisan), yaitu kesesuaian berita yang diterima dan yang
disampaikan, sehingga dalam proses penyampaian tidak menimbulkan fitnah,
kepada orang lain.

3. Jujur dalam kemauan, yaitu berusaha agar terhindar dari kesalahan-kesalahan


dalam menyampaikan kebenaran.

4. Jujur dalam perbuatan atau amaliah, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh,


sehingga perbuatan zahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya
dan menjadi tabiat bagi dirinya.

5. Jujur dalam menepati janji, yaitu mempertaruhkan harkat dan martabat diri
dihadapan orang lain, bahwa diri tersebut sanggup untuk melakukannya.

Rasulullah SAW juga menganjurkan kepada umatnya untuk selalu berkata jujur.
Sebab, kejujuran akan membawa kebaikan sebagaimana disebutkan dalam hadits
sebagai berikut:

‫ ُد ُق‬P‫ص‬ ْ ‫ َل لَ َي‬P‫ دِي ِإلَى ْال َج َّن ِة َوِإنَّ الرَّ ُج‬P‫رَّ َي ْه‬PP‫رِّ َوِإنَّ ْال ِب‬PP‫ دِي ِإلَى ْال ِب‬P‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل ِإنَّ الص ِّْد َق َي ْه‬
َ ِّ‫َعنْ ال َّن ِبي‬
‫ب‬َ ‫ ذِبُ َح َّتى ُي ْك َت‬P‫ َل لَ َي ْك‬P‫ار َوِإنَّ الرَّ ُج‬ ِ ‫ دِي ِإلَى ال َّن‬P‫ور َي ْه‬P َ P‫ور َوِإنَّ ْالفُ ُج‬Pِ P‫ دِي ِإلَى ْالفُ ُج‬P‫ِب َي ْه‬ َ ‫ون صِ ِّدي ًقا َوِإنَّ ْال َكذ‬ َ ‫َح َّتى َي ُك‬
‫عِ ْندَ هَّللا ِ َك َّذابًا‬
Artinya: "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan
kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang
senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan
sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan
sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika
seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang
pendusta."(HR. Bukhari dan Muslim).
Ada juga hadits lain yang juga mengajarkan kepada umat Muslim untuk selalu
bersikap jujur, yaitu:
‫ص˜لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي˜ ِه‬َ ِ ‫ول هَّللا‬ِ ˜‫ت ِم ْن َر ُس‬ ُ ‫ظ‬ ْ ِ‫˜ال َحف‬
َ ˜َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ْ ِ‫ت لِ ْل َح َس ِن ْب ِن َعلِ ٍّي َما َحف‬
ِ ‫ظتَ ِم ْن َرس‬ ُ ‫قُ ْل‬
ٌ‫ب ِريبَة‬ َ ‫ق طُ َمْأنِينَةٌ َوِإ َّن ْال َك ِذ‬
َ ‫ك ِإلَى َما اَل يَ ِريبُكَ فَِإ َّن الصِّ ْد‬ َ ُ‫َو َسلَّ َم َد ْع َما يَ ِريب‬
Artinya: “Aku bertanya kepada Al Hasan bin Ali: Apa yang kau hafal dari
Rasulullah Shallallahu`alaihi wa Salam? Ia menjawab: Aku menghafal dari
Rasulullah Shallallahu `alaihi wa Salam: Tinggalkan yang meragukanmu kepada
sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu
keraguan." (HR. Tirmidzi).

13

Anda mungkin juga menyukai