Disusun Oleh :
Kelompok 4
• Irmayanti ( 40400121041)
• Hikmah Juhuria (40400121055)
• Muh Syahdan Akil (40400121058)
KELAS 2 AP2
2022
KATA PENGANTAR
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak pernyataan yang mengandung indikasi bahwa barang siapa berusaha
jujur dalam perkataan akan menjadi karakternya, dan barang siapa dengan sengaja
berbohong dan siapa mencoba berbohong menjadi karakternya. Ada banyak hadits
yang menunjukkan kehebatan kejujuran dan pada akhirnya akan membawa orang
jujur ke Jenner dan menunjukkan kebesaran dosa kebohongan yang pada akhirnya
akan membawa si pendusta ke neraka.
Salah satu ciri orang jujur adalah selalu berbuat baik. Orang jujur akan
mendapat pertolongan Allah yang manisnya. Manusia adalah makhluk sosial dan
tidak bisa hidup sendiri di dunia ini, mereka harus bisa beradaptasi dengan lingkungan
yang ada. Ada hal pokok yang tidak bisa ditinggalkan manusia dalam bersosialisasi
dengan masyarakat, yaitu Akhlak.Disini manusia tersebut harus mengetahui dan bisa
memahami akhlak masyarakatnya.
Akhlak yang terpuji akan berdampak positif pada pelakunya begitu juga
akhlak tercela yang akan membawa dampak negatif.Agama islam mengajarkan hal-
hal yang baik dalam segala aspek kehidupan manusia,Islam adalah ajaran yang benar
untuk memperbaiki manusia dalam membentuk akhlaknya demi mencapai kehidupan
yang mulia baik di dunia maupun di akhirat.Dengan akhlak yang terpuji manusia
dapat mendapatkan derajat yang tinggi, baik dimata Allah swt, sesama manusia dan
semua makhluk Allah swt yang lain termasuk jin dan malaikat. .
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa kejujuran itu penting?
2. Bagaimana kejujuran membawa kebaikan?
3. Bagaimana orang jujur dapat pertolongan Allah?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pentingnya kejujuran.
2. Untuk memahami kejujuran membawa kebajikan.
3. Untuk memahami orang yang jujur mendapat pertolongan Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya kejujuran
Terjemah Hadis:
"Abu Umamah Al-Bakhili ra. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Saya dapat
menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan
meskipun ia benar .Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang
yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin satu rumah di bagian
tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekerlinya. "
(H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sahih)
1 Abu Bakar Jabir Al-Jazara’iri, pedoman hidup muslim, (Madinah Al-Munawaroh: litera Antarnusa, 1964), h.
259
2 Toshihiko Izutsu, Etika Beragama Dalam Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h. 148 .
3 Amru Muhammad Khalil, Indah Dan Mulia, ( Mesir: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2000), h. 110.
Kejujuran dalam berbicara adalah hendaknya pembicaraan dan perkataan
kita sesuai dengan hati nurani dan dimanifestasikan (diwujudkan) dalam kenyataan.
Hal semacam ini membuat kita menjadi mantap dalam berbicara. Hendaknya kita
berbicara dengan dasar pengetahuan. Kalau kita berbicara tentang hal yang sudah
lewat, maka berbicaralah yang benar, yang jujur sesuai dengan kenyataan yang
terjadi. Jika kita berbicara sesuatu yang diniati, hendaknya niat menepati janji itu
diikuti dengan pelaksanaannya. Kalau tidak melaksanakan ‘zam (niat), maka
setidaknya niat itu tidak usah di ucapakan dengan orang lain, kecuali kalau mendekati
kenyataan.
• Penjelasan Hadis
Di dalam hadits ini terkandung petunjuk bahwa barang siapa yang berusaha
jujur dalam perkataannya akan menjadi akhlaknya, dan barang siapa dengan sengaja
berbohong dan berusaha berbohong, maka dusta akan menjadi akhlaknya. Dengan
latihan dan usaha untuk memperoleh, kualitas baik dan buruk akan bertahan.
Hadits di atas menunjukkan keagungan kejujuran karena pada akhirnya akan
membawa orang jujur ke surga, dan menunjukkan tingkat kejahatan kebohongan
karena pada akhirnya akan membawa pendusta ke neraka.
Sebagaimana dijelaskan di atas, orang yang layak akan diberikan banyak
kebaikan dan pahala baik di dunia maupun di akhirat. Dia akan diterima di surga dan
akan menerima gelar sahabat yang sangat terhormat, yaitu siddiq, sangat jujur dan
tulus.Bahkan Al-Qur'an menyebutkan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu
berkata benar dinyatakan sebagai orang yang bertakwa.
Sebagaimana firman Allah.
ۤ
َصدَّقَ ِبهٖٓ اُولىِٕكَ هُ ُم ْال ُمتَّقُ ْون ِ ي َج ۤا َء ِب
ِ ْالصد
َ ق َو ْ َوالَّ ِذ
“Orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukannya (kebenaran
itu), mereka itulah orang-orang yang taqwa” ( QS Az-zumar:33 )
Hal ini adalah sesuatu yang harus diterima dengan jujur dan pasti tidak akan
mengkhianati siapa pun, baik kepada Tuhan, orang, atau diri mereka sendiri. Orang
yang jujur mengikuti perintah Allah swt dan menahan diri dari semua niatnya, dan
mengikuti semua Sunnah Rasulullah; Karena ini adalah janjinya kepada Allah swt
ketika mengucapkan kalimat-kalimat iman.
Dengan kata lain, orang yang paling mulia adalah orang yang paling berhak
ditaati oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini disebutkan dalam riwayat dari kata-kata
seorang Badui yang meminta nasihat Nabi. Beliau Katakan saja jangan berbohong.
Sabda Rasulullah SAW terngiang-ngiang di telinga orang Badui sehingga setiap kali
dia hendak melakukan sesuatu yang memalukan, dia mengira bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam akan menanyakannya dan dia sejujurnya.Dia tidak
melakukan tindakan terlarang ini.
Hadits di atas ditelaah dari sudut pandang pendidik dan keterkaitannya dengan
berbagai aspek kehidupan, pada prinsipnya hadits di atas memberikan makna:5
a. Setiap tindakan dihargai sesuai dengan tindakannya,
b. Siddiq sebagai cerminan kebaikan,
c. Kebohongan adalah gambaran dari setiap kejahatan.
Jika seseorang mencoba untuk mengatakan yang sebenarnya, manfaatnya tidak
hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Dan sebaliknya, jika
seseorang berbohong, tindakannya tidak hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi juga
orang lain, karena tidak ada yang akan mempercayainya. Meskipun sulit untuk
4 Syafe’i,al-hadis”aqidah,akhlaq, social dan hokum” (Bandung:pustaka setia,2000,) h. 84
5 Racmat syafe’I, Prof. Dr. H.,_2000, Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia
mencapai iman agar berhasil, tidak menutup kemungkinan hidup seseorang akan cepat
hancur.
Oleh karena itu, kejujuran menuntun pelakunya kepada kebaikan dan
membawanya ke surga dan dicatat sebagai sahabat. Di sisi lain, berbohong menuntun
penjahat untuk menipu dan membawanya ke neraka, dan dia dianggap pembohong.
Kejujuran harus menjadi bagian integral dari diri seseorang, karena kejujuran
sangat diperlukan bagi orang lain, terutama diri sendiri. Orang yang tulus takut akan
Tuhan karena dia selalu takut akan Tuhan. Orang yang sudah memiliki sifat jujur akan
takut setiap kali berbohong, karena mereka tahu bahwa Tuhan melihat segalanya dan
malaikat rakib dan atid akan mencatat perbuatan baik dan buruk mereka.
• Terjemahan Hadist
Dari Abū Hurairah rađiyaLlāhu ‘anhu dari Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Siapa yang mengambil harta manusia (berhutang) disertai maksud akan
membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang
mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan
merusak orang itu”. (Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś no. 2212)
• Penjelasan Hadist
Ada orang dalam kehidupan orang yang suka meminjam uang atau barang dari
orang lain untuk mendukung tujuan mereka. Hal ini diperbolehkan dalam Islam dan
Allah swt. Ini akan membantu mereka menggunakannya dengan itikad baik sebagai
dukungan untuk bisnis mereka dengan tujuan mengembalikannya kepada pemiliknya.
Peminjam tidak ada niat untuk menghambur-hamburkan uang pinjamannya
sehingga dananya habis dan dia tidak punya uang untuk diganti, yang tidak baik bagi
pemilik modal karena akan menghentikan usahanya yang sangat penting untuk
menghidupi keluarga. Oleh karena itu, setiap peminjam harus ingat bahwa harta itu
adalah surat kuasa yang dipercayakan kepadanya oleh pemiliknya. Dalam Islam,
orang selalu di ingatkan untuk menjaga amanah yang di percaya kepadanya dan
mengembalikan amanah tersebut kepada pemiliknya.
Jabir Al-Jazara’iri, Abu Bakar. pedoman hidup muslim. litera Antarnusa : Madinah
Al-Munawarah
Khalil, Amru Muhammad, Indah Dan Mulia. Serambi Ilmu Semesta: Mesir