Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kelompok Kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah berjudul "
BERLAKU JUJUR " ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu media pembelajaran.
Harapan Kami semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga Kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini Kami akui masih banyak kekurangan karena . Oleh kerena itu Kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan Makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................................
Daftar isi........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
A.    Latar Belakang......................................................................................................................
B.     Rumusan Masalah................................................................................................................
C.     Tujuan Penulisan..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................
A.    Pengertian Perilaku Jujur......................................................................................................
B.     Pembagian Perilaku Jujur.....................................................................................................
C.     Ayat Dan Hadis Tentang Perilaku Jujur...............................................................................
D.    Manfaat Perilaku Jujur..........................................................................................................
E.     Pesan Teladan Rasulullah Tentang Perilaku Jujur................................................................
F.      Contoh Perilaku Jujur..........................................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
A.    Kesimpulan...........................................................................................................................
B.     Saran.....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penulis kitab al-Manazil mengatakan bahwa jujur adalah istilah untuk mengungkapkan hakikat
sesuatu yang berwujud kejadian yang sesuai dengan kenyataannya. Makna lain kejujuran adalah
tercapainya sesuatu dengan sempurna, beserta kekuatan dan seluruh elemennya.
Seorang hamba wajib berperilaku jujur ketika ia bermunajat kepada Tuhannya. Misalkan ketika
ia berikrar, “sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi,”
tetapi ternyata hatinya tidak pernah mengingat Allah SWT, dan sibuk dengan kepentingan duniawinya.
Itu berarti dia telah mendustai Allah SWT. Kejujuran bergantung pada keikhlasan seseorang. Jika
amalannya tidak murni untuk Allah Swt., tetapi demi kepentingan nafsunya berarti dia tidak jujur
dalam berniat, bahkan bisa dikatakan telah berbohong. Ini adalah perkara yang berkaitan dengan niat
yang tulus adalah pondasi untuk setiap amal.
Namun jika kita melihat realita disekitar kita, kejujuran kini menjadi sesuatu yang langka.
Banyak sekali orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah dengan kebohongan yang dilakukannya.
Seperti para pejabat pemerintahan yang telah diberi kepercayaan menjadi Al-Wakil bagi rakyat malah
memanfaatkan amanat tersebut untuk kepentingan pribadinya.
Oleh karna itu, perlu pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat perilaku jujur. Karna
sesungguhnya dalam ayat-ayat Al-qur’an dan Hadis telah dijelaskan pula tentang sifat jujur. Bahkan
Nabi Muhammad SAW banyak memberikan pesan-pesan mulia melalui perilaku jujur beliau.
Kejujuran seseorang akan mendatangkan banyak mudarat baik bagi dirinya, orang lain, maupun
lingkungan disekitarnya, bahkan kejujuran bisa menjadi cirri khas seseorang. Seperti Nabi Muhammad
yang diberi gelar Al-Amin karna kejujuran Beliau yang luar biasa.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari makalah ini, rumusan masalah yang akan dikaji sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengertian perilaku jujur
2.      Apa saja pembagian sifat jujur
3.      Bagaiman Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku Jujur
4.      Apa saja manfaat dari perilaku jujur
5.      Apa saja contoh pesan-pesan mulia Nabi Muhammad SAW melalui perilaku jujur
6.      Apa saja contoh perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan perilaku jujur

C.    Tujuan Penulisan
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan dari makalah ini antara lain:
1.      Sebagai bahan diskusi
2.      Mengkaji pengertian Ahlak mulia Jujur
3.      Menguraikan pembagian perilaku sifat jujur
4.      Memaparkan ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku jujur

4
5.      Menguraikan Manfaat Perilaku Jujur
6.      Memberikan contoh pesan teladan Nabi Muhammad SAW melalui perilaku jujur
7.      Menguraikan contoh perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sifat Jujur
Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya dengan “ash-shidqu” atau “shiddiq” yang berarti
nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kadzibu”.
Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:
(1)   kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;
(2)   kesesuaian antara informasi dan kenyataan;
(3)   ketegasan dan kemantapan hati; dan
(4)   sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.

Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa
adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia, karna sifat
ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak seseorang. Bahkan jujur dapat menjadi kepribadian
sesorang atau bangsa, sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan perseorangan
dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam hubungan
antara manusia dengan manusia dan antara satu golongan dengan golongan yang lain.
Dampak dari sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang yang merasa
tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa senang dan percaya
terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada mengatakan “berani karena benar, takut karena salah”.
Sifat Jujur tidak dapat dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna oleh orang yang
tidak kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, karena dorongan iman dan taqwanya itu merasa diri
wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur.
Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang. Karena orang
yang jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang penting. Hal ini disebabkan orang
yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan tenang.
Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih. Namun
sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran sekarang ini menjadi
barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan yang jujur, teladan yang bisa diberi amanah umat
dan menjalankan amanah yang diberikan dengan jujur dan sebaik-baiknya. Dan teladan yang paling
baik, yang patut dicontoh kejujurannya adalah manusia paling utama yaitu Rasulullah saw. Kejujuran
adalah perhiasan Rasulullah saw. dan orang-orang yang berilmu.

5
B.     Pembagian Sifat Jujur
Kejujuran menjadi buah bibir banyak orang. kejujuran hadir dengan gaung yang membahana.
Kita seakan baru mengenal kata dan sifat mulia, “jujur”. Entah karena seringnya ber dusta dan
kebohongan oleh perilaku kita sendiri ataukah karena seringnya kita dibohongi sehingga kita menjadi
heboh dengan “kejujuran.” Padahal, melakukan dan mengucapkan kebenaran telah diajarakan dalam
Al-qur'an. Melaksanakan dan melafalkan dengan penuh kejujuran telah diungkap oleh Rasulullah
Shallallahu'Alaihi Wasallam. Padahal, mengamalkan dan melontarkan kebenaran telah disinggung oleh
para Ulama".
Para Ulama berkata, “Langkah awal kejujuran itu adalah menjauhi dusta di semua ucapan.
Kejujuran menjadi pintu masuk dalam perbuatan, niat, kenyataan hidup, dan di semua lini kedudukan.”
Jujur bukan hanya dalam perkataan, namun kejujuran juga dinilai mulai dari niat seseorang, perbuatan,
bahkan pikiran seseorang.
Imam Al-Ghazali menyebut ada Lima Bentuk Kejujuran. Yaitu :

1. Jujur dalam ucapan


Tiap kata yang meluncur dari bibir dan lisan seseorang wajib memuat dan mengandung
kebenaran. Bukan gunjingan, gosip, dan fitnah.
Jujur dalam perkataan adalah bentuk kejmasyhur. Setiap hamba berkewajiban menjaga
lisannya, yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karna hal itu sepadan
dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu.
Jujur dalam perkataan hanya boleh dilanggar dalam 3 hal, yakni ketika Istri memuji suaminya
atau sebaliknya, ketika mengatakan orang yang dicari tidak ada ketika orang tersebut hendak dihakimi
namun tidak bersalah, dan ketika menyalahi kejujuran untuk mendamaikan orang yang sedang
berselisih hingga damai kembali.
Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim)

2. Jujur dalam berniat


Tanda niat yang benar, salah satu tandanya, berbanding lurus dengan perbuatan di lapangan
kehidupan. Niat saja belum cukup jika tidak diiringi dengan kemauan dan kejujuran bahwa dirinya
akan berupaya sekuat tenaga mewujudkan niatnya tersebut.
Allah Swt. Mengingatkan orang-orang yang berjihad di jalan-Nya bahwa jika mereka berniat
mendapatkan Ridha-Nya, mengorbankan harta dan jiwanya demi tegaknya Agama Islam berarti dia
telah mempersembahkan yang terbaik bagi agama, dunia, dan akhirat mereka.

Misalnya jika seseorang telah berniat dan berikrar bahwa ia senantiasa menyembah kepada
Allah SWT., namun ternyata ia jarang mengingat Allah karna kepentingan Duniawinya maka dikatakan
orang tersebut tidak jujur dalam niatnya.

6
3. Jujur dalam kemauan dan merealisasikannnya
Jujur dalam kemauan merupakan usaha agar terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam
menyampaikan kebenaran. Berpikir masak-masak sebelum bertindak, menimbang baik-buruk dengan
‘kacamata’ Allah adalah tanda jujur dalam kemauan ini. 
Pada saat seseorang telah jujur dalam kemauan, tidak ada hal yang ingin ia gapai selain
melakukan perkara yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Kemauan atau tekad yang dimaksudkan adalah seperti perkataan seseorang, “jika Allah
memberiku harta, aku akan menginfakkan semuanya”. Keinginan seperti ini adakalanya benar-benar
jujur dan ada kalanya pula masih diselimuti kebimbangan. Kejujuran dalam merealisasikan keinginan,
seperti apabila seseorang bertekad dengan jujur untuk bersedekah. Tekad tersebut bisa terlaksana juga
bisa tidak karna tiba-tiba ia memiliki kebutuhan mendesak, sehingga tekadnya hilang. Atau lebih
mengedepankan kepentingan nafsunya. Berkaitan dengan hal ini Allah Swt. Berfirman:
”Di antara orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada
Allah Swt. Dan diantara itu ada yang gugur, dan ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka tidak
sedikitpun mengubah (janjinya).”  (Al-Ahzab 33/23.

4. Jujur dalam menepati janji


Janji adalah hutang, demikian kalimat yang sering terngiang. Karena hutang, maka wajib untuk
dibayar sesuai dengan nilainya. Menepati janji bukan sembarang sikap. Menepati janji berarti
mempertaruhkan harkat dan martabat dirinya di hadapan orang lain demi memberi keyakinan pada
orang tersebut bahwa ia sanggup untuk membayarnya. Dengan sikap jujur, janji akan tertunai dan
amanah akan dijalankan.

5. Jujur dalam perbuatan


Sebagaimana Al-Ghazali menyatakan makna jujur dalam niat dan perkataan, pada traktak
bentuk kejujuran yang kelima ini, Ghazali menggaris bawahi agar kita melengkapi diri dengan jujur
dalam perbuatan.
Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada wujud amal dalam
kenyataan. Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-adanya. Tidak berbasa-basi.
Tidak membuat-buat. Tidak menambah dan mengurangi. Apa yang ia yakini sebagai kejujuran dan
kebenaran, ia jalan dengan keyakinan kuat bahwa Allah Subhannahu wa Ta'ala bersama orang-orang
yang benar-benar sebenar-benarnya.

C.    Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku jujur


Perilaku jujur bukan hanya diatur oleh aturan duniawi, namun di dalam Al-Qur’an Allah Swt. Sudah
secara khusus berfirman tentang kewajiban untuk berperilaku jujur. Nabi Muhammad SAW. Juga
mengungapkan perilaku jujur dalam Ucapan-ucapan dan perbuatannya dalam bentuk Hadis.
Diantaranya sebagai berikut :

7
D.    Manfaat Perilaku Jujur
Sikap dan perilaku jujur membawa banyak manfaat bagi orang yan melaksanakannya,
diantaranya yaitu:
1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena ia tidak
takut akan diketahui kebohongannya. Baginda Rasul SAW bersabda, ‘’Tinggalkanlah apa yang
meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu, sesungguhnya jujur adalah
ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali).
2. Mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan mengantarkannya ke dalam
golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas kasurnya.’’ (HR Muslim) .
3. Selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi pada
akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda,
‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka
pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur
bin Mu’tamir).
4. Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, ‘’Berikanlah kepadaku
enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika engkau bicara,
tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau diberi amanat, jagalah kemaluanmu,
tundukkan pandanganmu, dan jagalah tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-
Shamit).
5. Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau ingin dicintai oleh
Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau bicara,
dan berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur
penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta.
Di manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme
kerja dan inti dari kebaikan hati nurani seseorang.
6. Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keluarga tersebut menjadi
nyaman, karena antar keluarga dapat berinteraksi tanpa beban dan saling membantu apabila ada
maslah dalam satu pihak keluarga.
7. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tak merasa di bebani. Maksudnya bila kita jujur
tentunya tidak ada kebohongan yang harus di tutup-tutupi. Dalam hal lisan secara otomatis
dapat berbicara tanpa ada larangan atau pantangan yang harus dibicarakan dan bisa
mengungkapkan kata-kata secara leluasa dan mencritakan segala yang terjadi. Sedangkan dalam
hal perbuatan tidak ada yang harus disembunyi-sembunyikan. Secara leluasa dapat bebas
melakukan sesuatu tanpa takut ketahuan oleh siapapun.
8. Timbul rasa percaya diri pada diri sendiri. Merasa optimis mampu melakukan sesuatunya tanpa
ada rasa ragu dalam benak dengan dasar-dasar yang kuat walaupun hasil yang tidak
memuaskan. Segala apapun, apabila dilakukan dengan rasa percaya diri akan terasa senang
karena dapat sebagai ukuran kemampuaannya. Tentunya dimasa yang akan datang akan sangat

8
mempengaruhi dalam kehidupan di dalam banyak hal, mulai dari pekerjaan, hubungan keluarga,
hubungan masyarakat, hubungan pertemanan dan banyak lagi.
9. Bersikap jujur dalam kehidupan masyarakat tentunya akan banyak membawa dampak positif.
Misal saja jika kita jujur dalam hal pemilu pasti akan tidak ada lagi yang suap menyuap. Fakta
dalam masyarakat kalau ada pemilihan pemimpin baru, entah itu Presiden atau Gubernur atau
Bupati hingga sampai pemilihan ketua RTpun banyak yang melakukan suap agar memenangkan
dalam pemilihan. Bahkan yang menerima itu termasuk sama dengan yang menyuap. Karena
dengan menerima suap tadi, maka dengan terpaksa harus memilih yang sudah diperintahkan
orang yang meyuap, dan bukan dari hati nurani sendiri.
10. Bagi seorang pelajar tentunya mempunyai angan-angan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan
yang enak tetepi dapat menghasilkan uang banyak. Nah, dengan mempunyai perilaku yang jujur
tentunya akan mempermudah untuk mendapatkan dan lebih-lebih menciptakan sebuah
pekerjaan yang di inginkan. Hal ini dikarenakan seseorang yang mempunyai sikap jujur maka ia
akan mudah mengerti jika diberikan sebuah persoalan-persolan yang ditugaskannya kepada
seseorang tersebut. Kemungkinan besar akan mempermudah menyelesaikan tugas-tugasnya dan
cepat tanggap dengan segala masalah-masalah yang menghadang.

E.     Pesan-Pesan Teladan Nabi Muhammad SAW Melalui Perilaku Jujur


Seperti dikatakan pada awal pembahasan, bahwa Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan
perilaku Jujur dalam kehidupan sehari-hari melalui kisah-kisah teladan yang memberikan pesan-pesan
mulia bagi umatnya. Berikut beberapa kisah-kisah teladan tentang perilaku jujur:

1.      Kisah Teladan kejujuran Nabi Muhammad SAW


            Pada masa sebelum kenabian Rasulullah Muhammad SAW, terjadi banjir di Makkah yang
mengakibatkan Baitullah Ka'bah rusak total. Penduduk Quraisy di Makkah sepakat untuk merenovasi
Ka'bah bersama-sama. Ketika renovasi sampai ke tahap akhir, terjadi perselisihan dalam menentukan
siapa yang akan meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Setiap kabilah yang terlibat masing-masing
merasa bahwa golongan mereka paling pantas dan paling terhormat untuk melakukan tugas tersebut.
Perselisihan nyaris berlanjut ke arah baku hantam antar kabilah. Untunglah ada seorang tua yang bijak
yang mengusulkan agar masalah tersebut diselesaikan oleh orang yang muncul pertama kali di pintu
masjid. Mereka pun akhirnya sepakat. Dengan berdebar-debar mereka pun menunggu. 
Tak lama kemudian muncullah Muhammad di pintu itu. Setiap orang yang di tempat itu pun
akhirnya bernapas lega karena Muhammad terkenal dengan panggilan Al-Amin karena ia selalu berkata
jujur dan menjaga amanah dengan baik. Dan memang setelah itu Muhammad membuat keputusan yang
sangat adil yang mencakup setiap keinginan para kabilah. Sifat jujur yang dimiliki Muhammad
(sebelum kenabian) membuat ia disenangi oleh kaumnya dan dipercaya dalam setiap urusan. Hal yang
sama juga terjadi setelah kenabian. 

9
2.      Kisah Teladan Tsabit Bin Ibrahim
Suatu hari, Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba ia melihat
sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu
tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas menyengat dan tengah
kehausan. Maka tanpa berpikir panjang buah apel itu dipungut dan dimakannya. Rasanya begitu lezat!
Akan tetapi baru sertengahnya dimakan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum
mendapat izin dari pemiliknya.
Tsabit segera pergi ke kebun itu. Ia menemui seseorang di sana. Tsabit berkata, "Aku telah
makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap anda menghalalkannya". Orang itu menjawab, "Aku
bukan pemilik. Aku hanya tukang kebun di sini". Dengan nada menyesal Tsabit bertanya, "Di mana
rumah pemiliknya? Aku akan datang menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan
ini". Tukang kebun itu berkata, "Apabila engkau ingin pergi ke sana maka engkau harus menempuh
perjalanan sehari semalam". "Tidak mengapa. Walaupun jauh aku akan tetap ke sana. Aku telah
memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seizin pemiliknya. Padahal Rasulullah penah
bersabda : 'Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia layak menjadi umpan api neraka', "
jawab Tsabit yang tekadnya sudah kuat.
Kemudian Tsabit pergi ke rumah pemilik kebun. Setiba di sana dia langsung mengetuk pintu
dan akhirnya ia berhasil bertemu langsung dengan sang pemilik kebun yang umurnya sudah tua.
Setelah memberi salam dengan sopan Tsabit berkata, "Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur
makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh keluar kebun tuan. Karena itu, maukah tuan
menghalalkan yang sudah kumakan itu ?". lelaki tua yang ada di hadapan Tsabit mengamatinya dengan
cermat. Lalu dia berkata, "Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya, kecuali dengan satu syarat !". Tsabit
merasa khawatir tidak dapat memenuhi syarat itu, maka ia segera bertanya, "Apa syarat itu tuan ?".
orang itu menjawab, "Engkau harus mau menikahi puteriku !". Tsabit tidak memahami maksud lelaki
itu, dia berkata, "Apakah karena hanya makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku
harus menikahi puterimu ?". Pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit, ia malah
menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan
puteriku. Dia seorang yang buta, bisu dan tuli. Lebih dari itu ia adalah seorang yang lumpuh!". 
Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah
perempuan seperti itu patut dia persunting gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan
kepadanya? Kemudian si pemilik kebun berkata, "Selain syarat itu, aku tidak bisa menghalalkan apa
yang telah kau makan". Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, "Aku akan menerima
pinangan dan pernikahan tersebut. Aku telah bertekad untuk bertransaksi dengan Allah. Untuk itu aku
akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepada-Nya karena aku amat berharap Allah
selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah
Ta'ala".
Maka pernikahan pun dilaksanakan beberapa hari setelah itu. Ketika bertemu dengan istri baru
itu, Tsabit terkejut. Ternyata ia memperoleh istri yang begitu cantik. Istrinya tidak buta, tidak bisu,
tidak tuli dan tidak lumpuh. Akhirnya ia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta.
Mengapa?". Istrinya menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang

10
diharamkan Allah". Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa ?".
Sang istri menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang
yang tidak membuat ridha Allah". "Ayahku juga mengatakan bahwa aku ini bisu dan lumpuh, bukan?"
tanya wanita itu. Tsabit pun mengangguk. Istri Tsabit berkata, "Aku dikatakan bisu karena dalam
banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku dikatakan
lumpuh karena tidak pernah pergi ke tempat yang dapat menimbulkan kegusaran Allah". Tsabit sangat
bahagia setelah mendengar semua itu. Nah ketahuilah bahwa di kemudian harinya, wanita inilah yang
melahirkan seorang ahli fiqh Islam yang terkenal yaitu Abu Hanifah.
   Kejujuran yang terpancar dari pribadi Tsabit bin Ibrahim membuat sang pemilik kebun memandang
Tsabit memiliki nilai lebih di hadapannya. Ia merasa bahwa lelaki seperti ini yang memiliki iman yang
kuat jarang sekali dan sedikit jumlahnya. Oleh sebab itu, sang pemilik berusaha agar Tsabit mau
menikahi puterinya yang juga shalehah. 

3.      Kisah Teladan Imam Syafi'i rahimahullah


Imam Syafi'i rahimahullah adalah salah seorang ahli fiqh di dunia Islam. Ketika ia masih muda,
suatu hari ia akan berangkat meninggalkan kampung halamannya untuk belajar kepada seorang ulama
besar di kota. Ibu Syafi'i kecil memberikan bekal uang sebagai bekal untuk putranya di kota. Jumlah
uang itu cukup banyak ! (Jika dihitung Dengan kurs rupiah bisa sampai jutaan) Uang tersebut disimpan
di saku baju Syafi'i kecil yang sengaja dijahit di bagian dalam bajunya. Sang ibu pun berpesan agar
Syafi'i kecil senantiasa berkata jujur.
Syafi'i kecil berangkat bersama-sama dengan sebuah rombongan kabilah. Tiba-tiba di tengah
jalan, rombongan itu dicegat oleh gerombolan perampok. Semua harta yang dibawa oleh rombongan
kafilah tersebut dirampas habis. Akhirnya tibalah giliran Syafi'i kecil digeledah. Ternyata perampok itu
tidak berhasil menemukan apa-apa. "Hei anak kecil, kamu bawa harta atau tidak ?" Tanya perampok.
"Ya, aku bawa di saku baju di balik bajuku !" jawab Syafi'i kecil dengan polosnya sambil menyebutkan
jumlah uang yang dibawanya. "Ah, mana mungkin anak kecil seperti kamu membawa uang sebanyak
itu !" tukas si perampok. "Sini biar aku geledah anak ini !" kata pimpinan perampok. Betapa
terkejutnya mereka ketika ternyata apa yang dikatakan Syafi'i kecil itu benar. Uang tersebut akhirnya
dirampas dan para perampok pun pergi.
Di tengah perjalanan, sang pimpinan perampok tampak gundah. Ia jadi tersentuh hatinya ketika
tadi menyaksikan kejujuran Syafi'i kecil. Ia mulai berpikir bahwa sebenarnya yang ia dan teman-
temannya lakukan adalah salah. Tak lama kemudian para perampok pun kembali ke rombongan kabilah
tadi. Setiap orang yang ada di rombongan itu kaget ketika melihat rombongan perampok itu kembali.
(Mereka pikir akan dirampok lagi…….tapi, apa yang mau dirampok ?) Mereka sangat terkejut ketika
menyaksikan bahwa para perampok itu mengembalikan harta yang mereka rampok tadi. Rupanya
pimpinan perampok itu menjadi insyaf lalu ia mengajak kawan-kawannya untuk insyaf juga.
Subhanallah! 
Kejujuran yang muncul dari Syafi'i kecil ternyata mampu meluluhkan hati para perampok yang
hatinya kriminal. Padahal bermula dari keimanan Syafi'i kecil kepada Allah.

11
4.      Kisah Teladan George Washington
Kalian pernah dengar George Washington ? Itulah orang yang mukanya ada di uang dolar
Amerika. Nah pada waktu kecil, George dihadiahi kapak kecil oleh ayahnya. Saking gembira, George
bermain di kebun rumahnya dan berbuat iseng pada pohon-pohon di kebun, termasuk juga pada pohon
kesayangan ayahnya. Tanpa diduga, pohon kesayangan ayah George roboh. George terkejut dan amat
ketakutan. Ia membayangkan bahwa akan betapa marahnya sang ayah kalau tahu. Ia bingung, lebih
baik pura-pura tidak tahu atau jujur saja. Akhirnya dia berpikir bahwa mau tidak mau ayahnya pasti
akan tahu. Akhirnya George menemui sang ayah dan mengakui kesalahannya. Tahukah kalian apa
reaksi sang ayah ? Ia malah tersenyum dan berkata, "George, ayah lebih baik kehilangan pohon
kesayangan daripada harus mempunyai anak yang tidak jujur." George pun bernagas lega.
Dari kisah ini kita mengetahui bahwa orang yang jujur dianggap sangat berharga sekalipun
dipandang dari kacamata orang tidak beriman. Setiap Orang Suka Orang yang Jujur 

5.      Kisah Teladan Rasulullah dan kaum Quraisy


            Pada saat Rasullullah hijrah bersama Abu Bakar Ash Shiddiq Ra., beliau sengaja menyuruh Ali
bin Abi Thalib ra untuk tetap tinggal di Makkah untuk menyelesaikan amanah yang belum
diselesaikan. Tahukah kalian amanah apakah itu ? Ternyata Rasulullah selama ini masih dipercaya
untuk menjaga barang-barang titipan dari sejumlah penduduk di Makkah padahal saat itu Rasulullah
sangat ditekan dan dimusuhi. Hal ini memang wajar karena kebanyakan penduduk Mekkah adalah
orang-orang yang masih musyrik dan tentu saja tidak bisa dipercaya.
            Sifat jujur yang dimiliki Rasulullah membuat orang Quraisy -mau tidak mau- mempercayakan
barang-barangnya sekalipun mereka tidak suka terhadap ajaran yang dibawa oleh Muhammad.

6.      Kisah Teladan Ammar Bin Yasir Ra.


Ammar bin Yasir Ra.  adalah salah seorang shahabat Rasul yang dijamin masuk surga, beserta
ayah dan ibunya. Pada periode makkiyah, Ammar beserta kedua orang tuanya mengalami penyiksaan
yang sangat berat yang dilakukan oleh para musyrikin quraisy. Ammar sampai harus menyaksikan ayah
dan ibunya mati syahid dihadapannya akibat siksaan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik itu.
Ammar juga ikut disiksa. Ia disuruh menyembah kepada berhala-berhala mereka yaitu Latta dan Uzza.
Tanpa sadar, Ammar pun mengikuti apa yang mereka suruh.
Setelah dilepaskan, Ammar pun segera pergi menghadap Rasulullah dan ia menyatakan
penyesalannya karena telah menyembah berhala ketika disiksa. Kemudian turun firman Allah kepada
Rasulullah yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Ammar bin Yasir dimaafkan oleh Allah,
karena ia melakukan itu karena terpaksa dan hatinya masih tetap beriman. 
            Kita mengetahui bahwa Allah mengetahui isi hati kita. Kita juga mengetahui bahwa Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Itulah sebabnya mengapa perbuatan yang dilakukan Ammar bin
Yasir dimaafkan. Dia melakukan maksiat karena terpaksa padahal hatinya tidak mau. Tapi sekali lagi
jangan lupa kalau hal ini hanya terjadi pada keadaan yang benar-benar darurat. Apalagi saat itu Ammar
terancam nyawa dan aqidahnya. Sekalipun kalau sekiranya ia sampai harus mati, ia tetap mati dalam

12
keadaan syahid seperti yang dialami oleh kedua ibu bapaknya. Sedangkan orang yang mati syahid itu
akan masuk surga tanpa hisab.

7.      Kisah Teladan Rasulullah


Ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash Shiddiq sedang hijrah ke Madinah, mereka
bertemu dengan seseorang yang sedang berjalan menuju Mekkah. Pada waktu itu mereka berdua
sedang dikejar-kejar oleh musyrikin Mekkah untuk dibunuh. Untunglah orang yang di depan mereka
tidak mengenal siapa mereka. Orang yang di depan mereka bertanya, "Kalian berasal dari mana?".
"Kami berasal dari air!" jawab Rasulullah. "Oh, sungai Tigris! Mereka berasal dari Persia" gumam
orang itu sambil melanjutkan perjalanan. 
Tahukah kalian jawaban Rasulullah tadi dapat diartikan macam-macam. Bisa jadi dari air itu
berarti dari tempat yang banyak airnya, misal : sungai, danau atau mata air. Padahal maksud Rasulullah
adalah ia berasal dari air mani. Bukankah setiap manusia mula-mula diciptakan dari air mani yang hina.
Jadi, Rasulullah menyembunyikan keberadaan dirinya dan Abu Bakar agar tidak ketahuan dengan cara
yang tetap jujur. Coba kalau misalnya orang tadi bertemu dengan orang ynag mengejar Rasulullah, lalu
ditanya, "Apakah kamu bertemu dengan dua orang yang datang dari Makkah?". Sudah pasti jawaban
orang itu : "Tidak!" 

8.      Kisah Teladan Rasulullah sebagai penunjuk jalan


Masih ketika hijrahnya Rasulullah SAW bersama Abu Bakar. Rasulullah dan Abu Bakar biasa
bertukar tempat untuk duduk di atas unta selama perjalanan. Kali ini giliran Abu Bakar yang duduk di
unta dan Rasulullah yang berjalan menuntun unta.
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seseorang. Orang itu bertanya kepada Abu
Bakar, "Siapakah dia?" sambil menunjukkan tangannya ke arah Rasulullah. Abu Bakar menjawab, "Ia
adalah penunjuk jalanku."
Dengan cerdik Abu Bakar memberitahukan identitas Rasulullah sebagai sang penunjuk jalan.
Orang yang bertanya tentu saja berpikir bahwa ia adalah penunjuk jalan biasa karena saat itu Abu
Bakar sedang dalam perjalanan menuju Madinah. Padahal sebenarnya bagi Abu Bakar, Rasulullah
adalah penunjuk jalan yang selama ini telah menunjukinya ke jalan yang lurus yaitu Islam.

F.     Contoh Penerapan Perilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Perilaku jujur bukan hanya dijadikan teori, namun harus dipahami dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari kita. Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat misalnya sebagai berikut:
1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi kemanapun, sehingga orang
tua kita akan percaya dan yakin bahwa kita pergi ketujuan yang baik.
2. Tidak meminta sesuatu diluar kesanggupan orang tua kita agar orang tua tidak terbebani.
3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak mengetahuinya, sehingga
orang tua akan percaya dan kadang memberi kita uang yang lebih lagi.
4. Melaporkan hasil belajar meskipun dengan nilai yang kurang memuaskan.

13
5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau ujian sekolah
meskipun teman akrab.
6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran ke sekolah,
bukan dengan mengarang alasan.
7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain meskipun barang
tersebut tampak tidak begitu berharga.
8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang menghalangi.
9. Tidak menjanjikan sesuatu yang tidak dapat kita penuhi.
10. Mengembalikan barang temuan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang bertanggung jawab.
11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati. Misalnya ketika membayar
makanan yang diambil tanpa mengurangi meskpiun si penjual tidak mengetahui.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa
adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia, karna sifat
ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak seseorang. Bahkan jujur dapat menjadi kepribadian
sesorang atau bangsa, sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Perilaku jujur mendatangkan banyak manfaat bagi kita yang melaksanaknnnya. Dan Allah Swt.
Pun telah menjelaskan kewajiban berperilaku jujur dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an maupun dalam Hadis
Rasulullah Saw.
      Rasulullah telah banyak mencontohkan sikap-sikap teladan melalui perbuatannya. Sehingga kita
sebagai umatnya harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari kita juga.

B.     SARAN
Perilaku jujur sangat penting bagi kehidupan kita dalam berbagai aspek sehingga perilaku jujur
wajib menjadi sikap setiap orang. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, kita dapat membuat beberapa
solusi sebagai perubahan perilaku kita, diantaranya:
1. Menanamkan pentingnya perilaku jujur
2. Senantiasa melaksanakan kejujuran dimanapun dan kapanpun
3. Mempertahankan kejujuran dalam keadaan apapun
Dengan melaksanakan Kejujuran kita akan merasakan kasih dan Ridha Allah Swt. karna sesungguhnya
Allah Swt. Mencintai orang-orang yang jujur.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. http://detakberita.com/pengertian-dan-hakikat-jujur-menurut-islam/
2. https://www.facebook.com/Kaze.Kate/posts/491625004212737
3. http://norhaya-jujur.blogspot.co.id/2011/08/c-macam-macam-kejujuran-dan-makna.html
4. https://elhubeyyublog.wordpress.com/tag/manfaat-jujur/
5. http://tipstriksib.blogspot.co.id/2013/07/cerita-kisah-teladan-Nabi-Muhammad-Rasulullah-
SAW-dan-pemuda-yang-bertaubat.html
6. http://arianivelofa.blogspot.com/2015/12/makalah-pendidikan-agam-islam.html

15

Anda mungkin juga menyukai