Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kelompok Kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah berjudul "
BERLAKU JUJUR " ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu media pembelajaran.
Harapan Kami semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga Kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini Kami akui masih banyak kekurangan karena . Oleh kerena itu Kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan Makalah ini.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................................
Daftar isi........................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................
A. Pengertian Perilaku Jujur......................................................................................................
B. Pembagian Perilaku Jujur.....................................................................................................
C. Ayat Dan Hadis Tentang Perilaku Jujur...............................................................................
D. Manfaat Perilaku Jujur..........................................................................................................
E. Pesan Teladan Rasulullah Tentang Perilaku Jujur................................................................
F. Contoh Perilaku Jujur..........................................................................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulis kitab al-Manazil mengatakan bahwa jujur adalah istilah untuk mengungkapkan hakikat
sesuatu yang berwujud kejadian yang sesuai dengan kenyataannya. Makna lain kejujuran adalah
tercapainya sesuatu dengan sempurna, beserta kekuatan dan seluruh elemennya.
Seorang hamba wajib berperilaku jujur ketika ia bermunajat kepada Tuhannya. Misalkan ketika
ia berikrar, “sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi,”
tetapi ternyata hatinya tidak pernah mengingat Allah SWT, dan sibuk dengan kepentingan duniawinya.
Itu berarti dia telah mendustai Allah SWT. Kejujuran bergantung pada keikhlasan seseorang. Jika
amalannya tidak murni untuk Allah Swt., tetapi demi kepentingan nafsunya berarti dia tidak jujur
dalam berniat, bahkan bisa dikatakan telah berbohong. Ini adalah perkara yang berkaitan dengan niat
yang tulus adalah pondasi untuk setiap amal.
Namun jika kita melihat realita disekitar kita, kejujuran kini menjadi sesuatu yang langka.
Banyak sekali orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah dengan kebohongan yang dilakukannya.
Seperti para pejabat pemerintahan yang telah diberi kepercayaan menjadi Al-Wakil bagi rakyat malah
memanfaatkan amanat tersebut untuk kepentingan pribadinya.
Oleh karna itu, perlu pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat perilaku jujur. Karna
sesungguhnya dalam ayat-ayat Al-qur’an dan Hadis telah dijelaskan pula tentang sifat jujur. Bahkan
Nabi Muhammad SAW banyak memberikan pesan-pesan mulia melalui perilaku jujur beliau.
Kejujuran seseorang akan mendatangkan banyak mudarat baik bagi dirinya, orang lain, maupun
lingkungan disekitarnya, bahkan kejujuran bisa menjadi cirri khas seseorang. Seperti Nabi Muhammad
yang diberi gelar Al-Amin karna kejujuran Beliau yang luar biasa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari makalah ini, rumusan masalah yang akan dikaji sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian perilaku jujur
2. Apa saja pembagian sifat jujur
3. Bagaiman Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku Jujur
4. Apa saja manfaat dari perilaku jujur
5. Apa saja contoh pesan-pesan mulia Nabi Muhammad SAW melalui perilaku jujur
6. Apa saja contoh perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan perilaku jujur
C. Tujuan Penulisan
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan dari makalah ini antara lain:
1. Sebagai bahan diskusi
2. Mengkaji pengertian Ahlak mulia Jujur
3. Menguraikan pembagian perilaku sifat jujur
4. Memaparkan ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku jujur
4
5. Menguraikan Manfaat Perilaku Jujur
6. Memberikan contoh pesan teladan Nabi Muhammad SAW melalui perilaku jujur
7. Menguraikan contoh perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sifat Jujur
Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya dengan “ash-shidqu” atau “shiddiq” yang berarti
nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kadzibu”.
Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:
(1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;
(2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan;
(3) ketegasan dan kemantapan hati; dan
(4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa
adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia, karna sifat
ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak seseorang. Bahkan jujur dapat menjadi kepribadian
sesorang atau bangsa, sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan perseorangan
dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam hubungan
antara manusia dengan manusia dan antara satu golongan dengan golongan yang lain.
Dampak dari sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang yang merasa
tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa senang dan percaya
terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada mengatakan “berani karena benar, takut karena salah”.
Sifat Jujur tidak dapat dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna oleh orang yang
tidak kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, karena dorongan iman dan taqwanya itu merasa diri
wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur.
Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang. Karena orang
yang jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang penting. Hal ini disebabkan orang
yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan tenang.
Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih. Namun
sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran sekarang ini menjadi
barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan yang jujur, teladan yang bisa diberi amanah umat
dan menjalankan amanah yang diberikan dengan jujur dan sebaik-baiknya. Dan teladan yang paling
baik, yang patut dicontoh kejujurannya adalah manusia paling utama yaitu Rasulullah saw. Kejujuran
adalah perhiasan Rasulullah saw. dan orang-orang yang berilmu.
5
B. Pembagian Sifat Jujur
Kejujuran menjadi buah bibir banyak orang. kejujuran hadir dengan gaung yang membahana.
Kita seakan baru mengenal kata dan sifat mulia, “jujur”. Entah karena seringnya ber dusta dan
kebohongan oleh perilaku kita sendiri ataukah karena seringnya kita dibohongi sehingga kita menjadi
heboh dengan “kejujuran.” Padahal, melakukan dan mengucapkan kebenaran telah diajarakan dalam
Al-qur'an. Melaksanakan dan melafalkan dengan penuh kejujuran telah diungkap oleh Rasulullah
Shallallahu'Alaihi Wasallam. Padahal, mengamalkan dan melontarkan kebenaran telah disinggung oleh
para Ulama".
Para Ulama berkata, “Langkah awal kejujuran itu adalah menjauhi dusta di semua ucapan.
Kejujuran menjadi pintu masuk dalam perbuatan, niat, kenyataan hidup, dan di semua lini kedudukan.”
Jujur bukan hanya dalam perkataan, namun kejujuran juga dinilai mulai dari niat seseorang, perbuatan,
bahkan pikiran seseorang.
Imam Al-Ghazali menyebut ada Lima Bentuk Kejujuran. Yaitu :
Misalnya jika seseorang telah berniat dan berikrar bahwa ia senantiasa menyembah kepada
Allah SWT., namun ternyata ia jarang mengingat Allah karna kepentingan Duniawinya maka dikatakan
orang tersebut tidak jujur dalam niatnya.
6
3. Jujur dalam kemauan dan merealisasikannnya
Jujur dalam kemauan merupakan usaha agar terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam
menyampaikan kebenaran. Berpikir masak-masak sebelum bertindak, menimbang baik-buruk dengan
‘kacamata’ Allah adalah tanda jujur dalam kemauan ini.
Pada saat seseorang telah jujur dalam kemauan, tidak ada hal yang ingin ia gapai selain
melakukan perkara yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Kemauan atau tekad yang dimaksudkan adalah seperti perkataan seseorang, “jika Allah
memberiku harta, aku akan menginfakkan semuanya”. Keinginan seperti ini adakalanya benar-benar
jujur dan ada kalanya pula masih diselimuti kebimbangan. Kejujuran dalam merealisasikan keinginan,
seperti apabila seseorang bertekad dengan jujur untuk bersedekah. Tekad tersebut bisa terlaksana juga
bisa tidak karna tiba-tiba ia memiliki kebutuhan mendesak, sehingga tekadnya hilang. Atau lebih
mengedepankan kepentingan nafsunya. Berkaitan dengan hal ini Allah Swt. Berfirman:
”Di antara orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada
Allah Swt. Dan diantara itu ada yang gugur, dan ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka tidak
sedikitpun mengubah (janjinya).” (Al-Ahzab 33/23.
7
D. Manfaat Perilaku Jujur
Sikap dan perilaku jujur membawa banyak manfaat bagi orang yan melaksanakannya,
diantaranya yaitu:
1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena ia tidak
takut akan diketahui kebohongannya. Baginda Rasul SAW bersabda, ‘’Tinggalkanlah apa yang
meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu, sesungguhnya jujur adalah
ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali).
2. Mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan mengantarkannya ke dalam
golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas kasurnya.’’ (HR Muslim) .
3. Selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi pada
akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda,
‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka
pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur
bin Mu’tamir).
4. Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, ‘’Berikanlah kepadaku
enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika engkau bicara,
tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau diberi amanat, jagalah kemaluanmu,
tundukkan pandanganmu, dan jagalah tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-
Shamit).
5. Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau ingin dicintai oleh
Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau bicara,
dan berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur
penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta.
Di manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme
kerja dan inti dari kebaikan hati nurani seseorang.
6. Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keluarga tersebut menjadi
nyaman, karena antar keluarga dapat berinteraksi tanpa beban dan saling membantu apabila ada
maslah dalam satu pihak keluarga.
7. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tak merasa di bebani. Maksudnya bila kita jujur
tentunya tidak ada kebohongan yang harus di tutup-tutupi. Dalam hal lisan secara otomatis
dapat berbicara tanpa ada larangan atau pantangan yang harus dibicarakan dan bisa
mengungkapkan kata-kata secara leluasa dan mencritakan segala yang terjadi. Sedangkan dalam
hal perbuatan tidak ada yang harus disembunyi-sembunyikan. Secara leluasa dapat bebas
melakukan sesuatu tanpa takut ketahuan oleh siapapun.
8. Timbul rasa percaya diri pada diri sendiri. Merasa optimis mampu melakukan sesuatunya tanpa
ada rasa ragu dalam benak dengan dasar-dasar yang kuat walaupun hasil yang tidak
memuaskan. Segala apapun, apabila dilakukan dengan rasa percaya diri akan terasa senang
karena dapat sebagai ukuran kemampuaannya. Tentunya dimasa yang akan datang akan sangat
8
mempengaruhi dalam kehidupan di dalam banyak hal, mulai dari pekerjaan, hubungan keluarga,
hubungan masyarakat, hubungan pertemanan dan banyak lagi.
9. Bersikap jujur dalam kehidupan masyarakat tentunya akan banyak membawa dampak positif.
Misal saja jika kita jujur dalam hal pemilu pasti akan tidak ada lagi yang suap menyuap. Fakta
dalam masyarakat kalau ada pemilihan pemimpin baru, entah itu Presiden atau Gubernur atau
Bupati hingga sampai pemilihan ketua RTpun banyak yang melakukan suap agar memenangkan
dalam pemilihan. Bahkan yang menerima itu termasuk sama dengan yang menyuap. Karena
dengan menerima suap tadi, maka dengan terpaksa harus memilih yang sudah diperintahkan
orang yang meyuap, dan bukan dari hati nurani sendiri.
10. Bagi seorang pelajar tentunya mempunyai angan-angan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan
yang enak tetepi dapat menghasilkan uang banyak. Nah, dengan mempunyai perilaku yang jujur
tentunya akan mempermudah untuk mendapatkan dan lebih-lebih menciptakan sebuah
pekerjaan yang di inginkan. Hal ini dikarenakan seseorang yang mempunyai sikap jujur maka ia
akan mudah mengerti jika diberikan sebuah persoalan-persolan yang ditugaskannya kepada
seseorang tersebut. Kemungkinan besar akan mempermudah menyelesaikan tugas-tugasnya dan
cepat tanggap dengan segala masalah-masalah yang menghadang.
9
2. Kisah Teladan Tsabit Bin Ibrahim
Suatu hari, Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba ia melihat
sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu
tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas menyengat dan tengah
kehausan. Maka tanpa berpikir panjang buah apel itu dipungut dan dimakannya. Rasanya begitu lezat!
Akan tetapi baru sertengahnya dimakan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum
mendapat izin dari pemiliknya.
Tsabit segera pergi ke kebun itu. Ia menemui seseorang di sana. Tsabit berkata, "Aku telah
makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap anda menghalalkannya". Orang itu menjawab, "Aku
bukan pemilik. Aku hanya tukang kebun di sini". Dengan nada menyesal Tsabit bertanya, "Di mana
rumah pemiliknya? Aku akan datang menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan
ini". Tukang kebun itu berkata, "Apabila engkau ingin pergi ke sana maka engkau harus menempuh
perjalanan sehari semalam". "Tidak mengapa. Walaupun jauh aku akan tetap ke sana. Aku telah
memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seizin pemiliknya. Padahal Rasulullah penah
bersabda : 'Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia layak menjadi umpan api neraka', "
jawab Tsabit yang tekadnya sudah kuat.
Kemudian Tsabit pergi ke rumah pemilik kebun. Setiba di sana dia langsung mengetuk pintu
dan akhirnya ia berhasil bertemu langsung dengan sang pemilik kebun yang umurnya sudah tua.
Setelah memberi salam dengan sopan Tsabit berkata, "Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur
makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh keluar kebun tuan. Karena itu, maukah tuan
menghalalkan yang sudah kumakan itu ?". lelaki tua yang ada di hadapan Tsabit mengamatinya dengan
cermat. Lalu dia berkata, "Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya, kecuali dengan satu syarat !". Tsabit
merasa khawatir tidak dapat memenuhi syarat itu, maka ia segera bertanya, "Apa syarat itu tuan ?".
orang itu menjawab, "Engkau harus mau menikahi puteriku !". Tsabit tidak memahami maksud lelaki
itu, dia berkata, "Apakah karena hanya makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku
harus menikahi puterimu ?". Pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit, ia malah
menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan
puteriku. Dia seorang yang buta, bisu dan tuli. Lebih dari itu ia adalah seorang yang lumpuh!".
Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah
perempuan seperti itu patut dia persunting gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan
kepadanya? Kemudian si pemilik kebun berkata, "Selain syarat itu, aku tidak bisa menghalalkan apa
yang telah kau makan". Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, "Aku akan menerima
pinangan dan pernikahan tersebut. Aku telah bertekad untuk bertransaksi dengan Allah. Untuk itu aku
akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepada-Nya karena aku amat berharap Allah
selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah
Ta'ala".
Maka pernikahan pun dilaksanakan beberapa hari setelah itu. Ketika bertemu dengan istri baru
itu, Tsabit terkejut. Ternyata ia memperoleh istri yang begitu cantik. Istrinya tidak buta, tidak bisu,
tidak tuli dan tidak lumpuh. Akhirnya ia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta.
Mengapa?". Istrinya menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang
10
diharamkan Allah". Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa ?".
Sang istri menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang
yang tidak membuat ridha Allah". "Ayahku juga mengatakan bahwa aku ini bisu dan lumpuh, bukan?"
tanya wanita itu. Tsabit pun mengangguk. Istri Tsabit berkata, "Aku dikatakan bisu karena dalam
banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku dikatakan
lumpuh karena tidak pernah pergi ke tempat yang dapat menimbulkan kegusaran Allah". Tsabit sangat
bahagia setelah mendengar semua itu. Nah ketahuilah bahwa di kemudian harinya, wanita inilah yang
melahirkan seorang ahli fiqh Islam yang terkenal yaitu Abu Hanifah.
Kejujuran yang terpancar dari pribadi Tsabit bin Ibrahim membuat sang pemilik kebun memandang
Tsabit memiliki nilai lebih di hadapannya. Ia merasa bahwa lelaki seperti ini yang memiliki iman yang
kuat jarang sekali dan sedikit jumlahnya. Oleh sebab itu, sang pemilik berusaha agar Tsabit mau
menikahi puterinya yang juga shalehah.
11
4. Kisah Teladan George Washington
Kalian pernah dengar George Washington ? Itulah orang yang mukanya ada di uang dolar
Amerika. Nah pada waktu kecil, George dihadiahi kapak kecil oleh ayahnya. Saking gembira, George
bermain di kebun rumahnya dan berbuat iseng pada pohon-pohon di kebun, termasuk juga pada pohon
kesayangan ayahnya. Tanpa diduga, pohon kesayangan ayah George roboh. George terkejut dan amat
ketakutan. Ia membayangkan bahwa akan betapa marahnya sang ayah kalau tahu. Ia bingung, lebih
baik pura-pura tidak tahu atau jujur saja. Akhirnya dia berpikir bahwa mau tidak mau ayahnya pasti
akan tahu. Akhirnya George menemui sang ayah dan mengakui kesalahannya. Tahukah kalian apa
reaksi sang ayah ? Ia malah tersenyum dan berkata, "George, ayah lebih baik kehilangan pohon
kesayangan daripada harus mempunyai anak yang tidak jujur." George pun bernagas lega.
Dari kisah ini kita mengetahui bahwa orang yang jujur dianggap sangat berharga sekalipun
dipandang dari kacamata orang tidak beriman. Setiap Orang Suka Orang yang Jujur
12
keadaan syahid seperti yang dialami oleh kedua ibu bapaknya. Sedangkan orang yang mati syahid itu
akan masuk surga tanpa hisab.
13
5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau ujian sekolah
meskipun teman akrab.
6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran ke sekolah,
bukan dengan mengarang alasan.
7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain meskipun barang
tersebut tampak tidak begitu berharga.
8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang menghalangi.
9. Tidak menjanjikan sesuatu yang tidak dapat kita penuhi.
10. Mengembalikan barang temuan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang bertanggung jawab.
11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati. Misalnya ketika membayar
makanan yang diambil tanpa mengurangi meskpiun si penjual tidak mengetahui.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa
adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia, karna sifat
ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak seseorang. Bahkan jujur dapat menjadi kepribadian
sesorang atau bangsa, sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Perilaku jujur mendatangkan banyak manfaat bagi kita yang melaksanaknnnya. Dan Allah Swt.
Pun telah menjelaskan kewajiban berperilaku jujur dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an maupun dalam Hadis
Rasulullah Saw.
Rasulullah telah banyak mencontohkan sikap-sikap teladan melalui perbuatannya. Sehingga kita
sebagai umatnya harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari kita juga.
B. SARAN
Perilaku jujur sangat penting bagi kehidupan kita dalam berbagai aspek sehingga perilaku jujur
wajib menjadi sikap setiap orang. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, kita dapat membuat beberapa
solusi sebagai perubahan perilaku kita, diantaranya:
1. Menanamkan pentingnya perilaku jujur
2. Senantiasa melaksanakan kejujuran dimanapun dan kapanpun
3. Mempertahankan kejujuran dalam keadaan apapun
Dengan melaksanakan Kejujuran kita akan merasakan kasih dan Ridha Allah Swt. karna sesungguhnya
Allah Swt. Mencintai orang-orang yang jujur.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. http://detakberita.com/pengertian-dan-hakikat-jujur-menurut-islam/
2. https://www.facebook.com/Kaze.Kate/posts/491625004212737
3. http://norhaya-jujur.blogspot.co.id/2011/08/c-macam-macam-kejujuran-dan-makna.html
4. https://elhubeyyublog.wordpress.com/tag/manfaat-jujur/
5. http://tipstriksib.blogspot.co.id/2013/07/cerita-kisah-teladan-Nabi-Muhammad-Rasulullah-
SAW-dan-pemuda-yang-bertaubat.html
6. http://arianivelofa.blogspot.com/2015/12/makalah-pendidikan-agam-islam.html
15