Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penulis kitab al-Manazil mengatakan bahwa jujur adalah istilah untuk mengungkapkan
hakikat sesuatu yang berwujud kejadian yang sesuai dengan kenyataannya. Makna lain
kejujuran adalah tercapainya sesuatu dengan sempurna, beserta kekuatan dan seluruh
elemennya.
Seorang hamba wajib berperilaku jujur ketika ia bermunajat kepada Tuhannya. Misalkan
ketika ia berikrar, “sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhan yang telah menciptakan
langit dan bumi,” tetapi ternyata hatinya tidak pernah mengingat Allah SWT, dan sibuk
dengan kepentingan duniawinya. Itu berarti dia telah mendustai Allah SWT. Kejujuran
bergantung pada keikhlasan seseorang. Jika amalannya tidak murni untuk Allah Swt., tetapi
demi kepentingan nafsunya berarti dia tidak jujur dalam berniat, bahkan bisa dikatakan telah
berbohong. Ini adalah perkara yang berkaitan dengan niat yang tulus adalah pondasi untuk
setiap amal.

Namun jika kita melihat realita disekitar kita, kejujuran kini menjadi sesuatu yang langka.
Banyak sekali orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah dengan kebohongan yang
dilakukannya. Seperti para pejabat pemerintahan yang telah diberi kepercayaan menjadi Al-
Wakil bagi rakyat malah memanfaatkan amanat tersebut untuk kepentingan pribadinya.
Oleh karna itu, perlu pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat perilaku jujur. Karna
sesungguhnya dalam ayat-ayat Al-qur’an dan Hadis telah dijelaskan pula tentang sifat jujur.
Bahkan Nabi Muhammad SAW banyak memberikan pesan-pesan mulia melalui perilaku jujur
beliau.
Kejujuran seseorang akan mendatangkan banyak mudarat baik bagi dirinya, orang lain,
maupun lingkungan disekitarnya, bahkan kejujuran bisa menjadi cirri khas seseorang. Seperti
Nabi Muhammad yang diberi gelar Al-Amin karna kejujuran Beliau yang luar biasa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari makalah ini, rumusan masalah yang akan dikaji sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengertian perilaku jujur
2. Apa saja pembagian sifat jujur
3. Bagaiman Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku Jujur
4. Apa saja manfaat dari perilaku jujur
5. Apa saja contoh pesan-pesan mulia Nabi Muhammad SAW melalui perilaku jujur
6. Apa saja contoh perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan perilaku
jujur

1
C. Tujuan Penulisan

Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan dari makalah ini antara lain:
1. Sebagai bahan diskusi
2. Mengkaji pengertian Ahlak mulia Jujur
3. Menguraikan pembagian perilaku sifat jujur
4. Memaparkan ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku jujur
5. Menguraikan Manfaat Perilaku Jujur
6. Memberikan contoh pesan teladan Nabi Muhammad SAW melalui perilaku jujur
7. Menguraikan contoh perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sifat Jujur

Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya dengan “ash-shidqu” atau “shiddiq”
yang berarti nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa
Arab ”al-kadzibu”. Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:
(1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;
(2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan;
(3) ketegasan dan kemantapan hati; dan
(4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan
apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia,
karna sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak seseorang. Bahkan jujur dapat
menjadi kepribadian sesorang atau bangsa, sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan
manusia.
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan
perseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu sendi
kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan antara satu golongan
dengan golongan yang lain.
Dampak dari sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang yang merasa
tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa senang dan
percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada mengatakan “berani karena benar,
takut karena salah”.
Sifat Jujur tidak dapat dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna oleh orang yang
tidak kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, karena dorongan iman dan taqwanya itu
merasa diri wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur.
Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang. Karena orang
yang jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang penting. Hal ini disebabkan
orang yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan tenang.
Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih.
Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran sekarang
ini menjadi barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan yang jujur, teladan yang bisa
diberi amanah umat dan menjalankan amanah yang diberikan dengan jujur dan sebaik-
baiknya. Dan teladan yang paling baik, yang patut dicontoh kejujurannya adalah manusia
paling utama yaitu Rasulullah saw. Kejujuran adalah perhiasan Rasulullah saw. dan orang-
orang yang berilmu.

3
B. Pembagian Sifat Jujur

Kejujuran menjadi buah bibir banyak orang. kejujuran hadir dengan gaung yang
membahana. Kita seakan baru mengenal kata dan sifat mulia, “jujur”. Entah karena seringnya
ber dusta dan kebohongan oleh perilaku kita sendiri ataukah karena seringnya kita dibohongi
sehingga kita menjadi heboh dengan “kejujuran.” Padahal, melakukan dan mengucapkan
kebenaran telah diajarakan dalam Al-qur'an. Melaksanakan dan melafalkan dengan penuh
kejujuran telah diungkap oleh Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam. Padahal, mengamalkan
dan melontarkan kebenaran telah disinggung oleh para Ulama".
Para Ulama berkata, “Langkah awal kejujuran itu adalah menjauhi dusta di semua ucapan.
Kejujuran menjadi pintu masuk dalam perbuatan, niat, kenyataan hidup, dan di semua lini
kedudukan.”
Jujur bukan hanya dalam perkataan, namun kejujuran juga dinilai mulai dari niat seseorang,
perbuatan, bahkan pikiran seseorang.

Imam Al-Ghazali menyebut ada Lima Bentuk Kejujuran. Yaitu :

1. Jujur dalam ucapan


Tiap kata yang meluncur dari bibir dan lisan seseorang wajib memuat dan
mengandung kebenaran. Bukan gunjingan, gosip, dan fitnah.
Jujur dalam perkataan adalah bentuk kejmasyhur. Setiap hamba berkewajiban menjaga
lisannya, yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karna hal itu
sepadan dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada
saat-saat tertentu.
Jujur dalam perkataan hanya boleh dilanggar dalam 3 hal, yakni ketika Istri memuji suaminya
atau sebaliknya, ketika mengatakan orang yang dicari tidak ada ketika orang tersebut hendak
dihakimi namun tidak bersalah, dan ketika menyalahi kejujuran untuk mendamaikan orang
yang sedang berselisih hingga damai kembali.
Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim)

2. Jujur dalam berniat


Tanda niat yang benar, salah satu tandanya, berbanding lurus dengan perbuatan di
lapangan kehidupan. Niat saja belum cukup jika tidak diiringi dengan kemauan dan kejujuran
bahwa dirinya akan berupaya sekuat tenaga mewujudkan niatnya tersebut.
Allah Swt. Mengingatkan orang-orang yang berjihad di jalan-Nya bahwa jika mereka berniat
mendapatkan Ridha-Nya, mengorbankan harta dan jiwanya demi tegaknya Agama Islam
berarti dia telah mempersembahkan yang terbaik bagi agama, dunia, dan akhirat mereka.
Misalnya jika seseorang telah berniat dan berikrar bahwa ia senantiasa menyembah
kepada Allah SWT., namun ternyata ia jarang mengingat Allah karna kepentingan
Duniawinya maka dikatakan orang tersebut tidak jujur dalam niatnya.

4
3. Jujur dalam kemauan dan merealisasikannnya
Jujur dalam kemauan merupakan usaha agar terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam
menyampaikan kebenaran. Berpikir masak-masak sebelum bertindak, menimbang baik-buruk
dengan ‘kacamata’ Allah adalah tanda jujur dalam kemauan ini.
Pada saat seseorang telah jujur dalam kemauan, tidak ada hal yang ingin ia gapai selain
melakukan perkara yang dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Kemauan atau tekad yang dimaksudkan adalah seperti perkataan seseorang, “jika Allah
memberiku harta, aku akan menginfakkan semuanya”. Keinginan seperti ini adakalanya
benar-benar jujur dan ada kalanya pula masih diselimuti kebimbangan. Kejujuran dalam
merealisasikan keinginan, seperti apabila seseorang bertekad dengan jujur untuk bersedekah.
Tekad tersebut bisa terlaksana juga bisa tidak karna tiba-tiba ia memiliki kebutuhan mendesak,
sehingga tekadnya hilang. Atau lebih mengedepankan kepentingan nafsunya. Berkaitan
dengan hal ini Allah Swt. Berfirman:
”Di antara orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan
kepada Allah Swt. Dan diantara itu ada yang gugur, dan ada pula yang menunggu-nunggu dan
mereka tidak sedikitpun mengubah (janjinya).” (Al-Ahzab 33/23.

4. Jujur dalam menepati janji


Janji adalah hutang, demikian kalimat yang sering terngiang. Karena hutang, maka
wajib untuk dibayar sesuai dengan nilainya. Menepati janji bukan sembarang sikap. Menepati
janji berarti mempertaruhkan harkat dan martabat dirinya di hadapan orang lain demi memberi
keyakinan pada orang tersebut bahwa ia sanggup untuk membayarnya. Dengan sikap jujur,
janji akan tertunai dan amanah akan dijalankan.

5. Jujur dalam perbuatan


Sebagaimana Al-Ghazali menyatakan makna jujur dalam niat dan perkataan, pada
traktak bentuk kejujuran yang kelima ini, Ghazali menggaris bawahi agar kita melengkapi diri
dengan jujur dalam perbuatan.
Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada wujud amal dalam
kenyataan. Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-adanya. Tidak berbasa-
basi. Tidak membuat-buat. Tidak menambah dan mengurangi. Apa yang ia yakini sebagai
kejujuran dan kebenaran, ia jalan dengan keyakinan kuat bahwa Allah Subhannahu wa Ta'ala
bersama orang-orang yang benar-benar sebenar-benarnya.

C. Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku jujur


Perilaku jujur bukan hanya diatur oleh aturan duniawi, namun di dalam Al-Qur’an
Allah Swt. Sudah secara khusus berfirman tentang kewajiban untuk berperilaku jujur. Nabi
Muhammad SAW. Juga mengungapkan perilaku jujur dalam Ucapan-ucapan dan
perbuatannya dalam bentuk Hadis. Diantaranya ebagai berikut :

5
D. Manfaat Perilaku Jujur

Sikap dan perilaku jujur membawa banyak manfaat bagi orang yan melaksanakannya,
diantaranya yaitu:

1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena
ia tidak takut akan diketahui kebohongannya. Baginda Rasul SAW bersabda,
‘’Tinggalkanlah apa yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu,
sesungguhnya jujur adalah ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR
Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali).
2. Mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW
bersabda, ‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan
mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas
kasurnya.’’ (HR Muslim) .
3. Selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan
tetapi pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah
bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu
mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi
Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir).
4. Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW,
‘’Berikanlah kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga:
jujurlah jika engkau bicara, tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau
diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah
tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-Shamit).
5. Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau ingin
dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah,
jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR
Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala
aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di manapun berada, kejujuran harus
di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme kerja dan inti dari kebaikan
hati nurani seseorang.
6. Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keluarga tersebut
menjadi nyaman, karena antar keluarga dapat berinteraksi tanpa beban dan saling
membantu apabila ada maslah dalam satu pihak keluarga.
7. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tak merasa di bebani. Maksudnya bila kita
jujur tentunya tidak ada kebohongan yang harus di tutup-tutupi. Dalam hal lisan
secara otomatis dapat berbicara tanpa ada larangan atau pantangan yang harus
dibicarakan dan bisa mengungkapkan kata-kata secara leluasa dan mencritakan
segala yang terjadi. Sedangkan dalam hal perbuatan tidak ada yang harus
disembunyi-sembunyikan. Secara leluasa dapat bebas melakukan sesuatu tanpa takut
ketahuan oleh siapapun.
8. Timbul rasa percaya diri pada diri sendiri. Merasa optimis mampu melakukan
sesuatunya tanpa ada rasa ragu dalam benak dengan dasar-dasar yang kuat walaupun
hasil yang tidak memuaskan. Segala apapun, apabila dilakukan dengan rasa percaya

6
diri akan terasa senang karena dapat sebagai ukuran kemampuaannya. Tentunya
dimasa yang akan datang akan sangat mempengaruhi dalam kehidupan di dalam
banyak hal, mulai dari pekerjaan, hubungan keluarga, hubungan masyarakat,
hubungan pertemanan dan banyak lagi.
9. Bersikap jujur dalam kehidupan masyarakat tentunya akan banyak membawa
dampak positif. Misal saja jika kita jujur dalam hal pemilu pasti akan tidak ada lagi
yang suap menyuap. Fakta dalam masyarakat kalau ada pemilihan pemimpin baru,
entah itu Presiden atau Gubernur atau Bupati hingga sampai pemilihan ketua RTpun
banyak yang melakukan suap agar memenangkan dalam pemilihan. Bahkan yang
menerima itu termasuk sama dengan yang menyuap. Karena dengan menerima suap
tadi, maka dengan terpaksa harus memilih yang sudah diperintahkan orang yang
meyuap, dan bukan dari hati nurani sendiri.
10. Bagi seorang pelajar tentunya mempunyai angan-angan untuk mendapatkan sebuah
pekerjaan yang enak tetepi dapat menghasilkan uang banyak. Nah, dengan
mempunyai perilaku yang jujur tentunya akan mempermudah untuk mendapatkan
dan lebih-lebih menciptakan sebuah pekerjaan yang di inginkan. Hal ini dikarenakan
seseorang yang mempunyai sikap jujur maka ia akan mudah mengerti jika diberikan
sebuah persoalan-persolan yang ditugaskannya kepada seseorang tersebut.
Kemungkinan besar akan mempermudah menyelesaikan tugas-tugasnya dan cepat
tanggap dengan segala masalah-masalah yang menghadang.

E. Pesan-Pesan Teladan Nabi Muhammad SAW Melalui Perilaku Jujur

Seperti dikatakan pada awal pembahasan, bahwa Nabi Muhammad SAW telah
mencontohkan perilaku Jujur dalam kehidupan sehari-hari melalui kisah-kisah teladan yang
memberikan pesan-pesan mulia bagi umatnya. Berikut beberapa kisah-kisah teladan tentang
perilaku jujur:

1. Kisah Teladan kejujuran Nabi Muhammad SAW


Pada masa sebelum kenabian Rasulullah Muhammad SAW, terjadi banjir di Makkah
yang mengakibatkan Baitullah Ka'bah rusak total. Penduduk Quraisy di Makkah sepakat untuk
merenovasi Ka'bah bersama-sama. Ketika renovasi sampai ke tahap akhir, terjadi perselisihan
dalam menentukan siapa yang akan meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Setiap kabilah
yang terlibat masing-masing merasa bahwa golongan mereka paling pantas dan paling
terhormat untuk melakukan tugas tersebut. Perselisihan nyaris berlanjut ke arah baku hantam
antar kabilah. Untunglah ada seorang tua yang bijak yang mengusulkan agar masalah tersebut
diselesaikan oleh orang yang muncul pertama kali di pintu masjid. Mereka pun akhirnya
sepakat. Dengan berdebar-debar mereka pun menunggu.
Tak lama kemudian muncullah Muhammad di pintu itu. Setiap orang yang di tempat itu pun
akhirnya bernapas lega karena Muhammad terkenal dengan panggilan Al-Amin karena ia
selalu berkata jujur dan menjaga amanah dengan baik. Dan memang setelah itu Muhammad
membuat keputusan yang sangat adil yang mencakup setiap keinginan para kabilah. Sifat jujur
yang dimiliki Muhammad (sebelum kenabian) membuat ia disenangi oleh kaumnya dan
dipercaya dalam setiap urusan. Hal yang sama juga terjadi setelah kenabian.

7
2. Kisah Teladan Tsabit Bin Ibrahim
Suatu hari, Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba ia
melihat sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah
ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas
menyengat dan tengah kehausan. Maka tanpa berpikir panjang buah apel itu dipungut dan
dimakannya. Rasanya begitu lezat! Akan tetapi baru sertengahnya dimakan dia teringat bahwa
buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat izin dari pemiliknya.
Tsabit segera pergi ke kebun itu. Ia menemui seseorang di sana. Tsabit berkata, "Aku
telah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap anda menghalalkannya". Orang itu
menjawab, "Aku bukan pemilik. Aku hanya tukang kebun di sini". Dengan nada menyesal
Tsabit bertanya, "Di mana rumah pemiliknya? Aku akan datang menemuinya dan minta agar
dihalalkan apel yang telah kumakan ini". Tukang kebun itu berkata, "Apabila engkau ingin
pergi ke sana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam". "Tidak mengapa.
Walaupun jauh aku akan tetap ke sana. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku
karena tanpa seizin pemiliknya. Padahal Rasulullah penah bersabda : 'Siapa yang tubuhnya
tumbuh dari yang haram, maka ia layak menjadi umpan api neraka', " jawab Tsabit yang
tekadnya sudah kuat.
Kemudian Tsabit pergi ke rumah pemilik kebun. Setiba di sana dia langsung mengetuk
pintu dan akhirnya ia berhasil bertemu langsung dengan sang pemilik kebun yang umurnya
sudah tua. Setelah memberi salam dengan sopan Tsabit berkata, "Wahai tuan yang pemurah,
saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh keluar kebun tuan. Karena
itu, maukah tuan menghalalkan yang sudah kumakan itu ?". lelaki tua yang ada di hadapan
Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata, "Tidak, aku tidak bisa
menghalalkannya, kecuali dengan satu syarat !". Tsabit merasa khawatir tidak dapat
memenuhi syarat itu, maka ia segera bertanya, "Apa syarat itu tuan ?". orang itu menjawab,
"Engkau harus mau menikahi puteriku !". Tsabit tidak memahami maksud lelaki itu, dia
berkata, "Apakah karena hanya makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku
harus menikahi puterimu ?". Pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit, ia malah
menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-
kekurangan puteriku. Dia seorang yang buta, bisu dan tuli. Lebih dari itu ia adalah seorang
yang lumpuh!".
Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya,
apakah perempuan seperti itu patut dia persunting gara-gara setengah buah apel yang tidak
dihalalkan kepadanya? Kemudian si pemilik kebun berkata, "Selain syarat itu, aku tidak bisa
menghalalkan apa yang telah kau makan". Namun Tsabit kemudian menjawab dengan
mantap, "Aku akan menerima pinangan dan pernikahan tersebut. Aku telah bertekad untuk
bertransaksi dengan Allah. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-
hakku kepada-Nya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan
aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala".
Maka pernikahan pun dilaksanakan beberapa hari setelah itu. Ketika bertemu dengan istri baru
itu, Tsabit terkejut. Ternyata ia memperoleh istri yang begitu cantik. Istrinya tidak buta, tidak
bisu, tidak tuli dan tidak lumpuh. Akhirnya ia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku
bahwa engkau buta. Mengapa?". Istrinya menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah
melihat apa-apa yang diharamkan Allah". Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan

8
bahwa engkau tuli. Mengapa ?". Sang istri menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah
mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah". "Ayahku juga
mengatakan bahwa aku ini bisu dan lumpuh, bukan?" tanya wanita itu. Tsabit pun
mengangguk. Istri Tsabit berkata, "Aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya
menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku dikatakan lumpuh karena
tidak pernah pergi ke tempat yang dapat menimbulkan kegusaran Allah". Tsabit sangat
bahagia setelah mendengar semua itu. Nah ketahuilah bahwa di kemudian harinya, wanita
inilah yang melahirkan seorang ahli fiqh Islam yang terkenal yaitu Abu Hanifah.
Kejujuran yang terpancar dari pribadi Tsabit bin Ibrahim membuat sang pemilik kebun
memandang Tsabit memiliki nilai lebih di hadapannya. Ia merasa bahwa lelaki seperti ini yang
memiliki iman yang kuat jarang sekali dan sedikit jumlahnya. Oleh sebab itu, sang pemilik
berusaha agar Tsabit mau menikahi puterinya yang juga shalehah.

3. Kisah Teladan Imam Syafi'i rahimahullah


Imam Syafi'i rahimahullah adalah salah seorang ahli fiqh di dunia Islam. Ketika ia
masih muda, suatu hari ia akan berangkat meninggalkan kampung halamannya untuk belajar
kepada seorang ulama besar di kota. Ibu Syafi'i kecil memberikan bekal uang sebagai bekal
untuk putranya di kota. Jumlah uang itu cukup banyak ! (Jika dihitung Dengan kurs rupiah
bisa sampai jutaan) Uang tersebut disimpan di saku baju Syafi'i kecil yang sengaja dijahit di
bagian dalam bajunya. Sang ibu pun berpesan agar Syafi'i kecil senantiasa berkata jujur.
Syafi'i kecil berangkat bersama-sama dengan sebuah rombongan kabilah. Tiba-tiba di tengah
jalan, rombongan itu dicegat oleh gerombolan perampok. Semua harta yang dibawa oleh
rombongan kafilah tersebut dirampas habis. Akhirnya tibalah giliran Syafi'i kecil digeledah.
Ternyata perampok itu tidak berhasil menemukan apa-apa. "Hei anak kecil, kamu bawa harta
atau tidak ?" Tanya perampok. "Ya, aku bawa di saku baju di balik bajuku !" jawab Syafi'i
kecil dengan polosnya sambil menyebutkan jumlah uang yang dibawanya. "Ah, mana
mungkin anak kecil seperti kamu membawa uang sebanyak itu !" tukas si perampok. "Sini biar
aku geledah anak ini !" kata pimpinan perampok. Betapa terkejutnya mereka ketika ternyata
apa yang dikatakan Syafi'i kecil itu benar. Uang tersebut akhirnya dirampas dan para
perampok pun pergi.
Di tengah perjalanan, sang pimpinan perampok tampak gundah. Ia jadi tersentuh
hatinya ketika tadi menyaksikan kejujuran Syafi'i kecil. Ia mulai berpikir bahwa sebenarnya
yang ia dan teman-temannya lakukan adalah salah. Tak lama kemudian para perampok pun
kembali ke rombongan kabilah tadi. Setiap orang yang ada di rombongan itu kaget ketika
melihat rombongan perampok itu kembali. (Mereka pikir akan dirampok lagi…….tapi, apa
yang mau dirampok ?) Mereka sangat terkejut ketika menyaksikan bahwa para perampok itu
mengembalikan harta yang mereka rampok tadi. Rupanya pimpinan perampok itu menjadi
insyaf lalu ia mengajak kawan-kawannya untuk insyaf juga. Subhanallah!
Kejujuran yang muncul dari Syafi'i kecil ternyata mampu meluluhkan hati para perampok
yang hatinya kriminal. Padahal bermula dari keimanan Syafi'i kecil kepada Allah.

9
4. Kisah Teladan George Washington
Kalian pernah dengar George Washington ? Itulah orang yang mukanya ada di uang
dolar Amerika. Nah pada waktu kecil, George dihadiahi kapak kecil oleh ayahnya. Saking
gembira, George bermain di kebun rumahnya dan berbuat iseng pada pohon-pohon di kebun,
termasuk juga pada pohon kesayangan ayahnya. Tanpa diduga, pohon kesayangan ayah
George roboh. George terkejut dan amat ketakutan. Ia membayangkan bahwa akan betapa
marahnya sang ayah kalau tahu. Ia bingung, lebih baik pura-pura tidak tahu atau jujur saja.
Akhirnya dia berpikir bahwa mau tidak mau ayahnya pasti akan tahu. Akhirnya George
menemui sang ayah dan mengakui kesalahannya. Tahukah kalian apa reaksi sang ayah ? Ia
malah tersenyum dan berkata, "George, ayah lebih baik kehilangan pohon kesayangan
daripada harus mempunyai anak yang tidak jujur." George pun bernagas lega.
Dari kisah ini kita mengetahui bahwa orang yang jujur dianggap sangat berharga sekalipun
dipandang dari kacamata orang tidak beriman. Setiap Orang Suka Orang yang Jujur

5. Kisah Teladan Rasulullah dan kaum Quraisy


Pada saat Rasullullah hijrah bersama Abu Bakar Ash Shiddiq Ra., beliau sengaja
menyuruh Ali bin Abi Thalib ra untuk tetap tinggal di Makkah untuk menyelesaikan amanah
yang belum diselesaikan. Tahukah kalian amanah apakah itu ? Ternyata Rasulullah selama ini
masih dipercaya untuk menjaga barang-barang titipan dari sejumlah penduduk di Makkah
padahal saat itu Rasulullah sangat ditekan dan dimusuhi. Hal ini memang wajar karena
kebanyakan penduduk Mekkah adalah orang-orang yang masih musyrik dan tentu saja tidak
bisa dipercaya.
Sifat jujur yang dimiliki Rasulullah membuat orang Quraisy -mau tidak mau-
mempercayakan barang-barangnya sekalipun mereka tidak suka terhadap ajaran yang dibawa
oleh Muhammad.

6. Kisah Teladan Ammar Bin Yasir Ra.


Ammar bin Yasir Ra. adalah salah seorang shahabat Rasul yang dijamin masuk surga,
beserta ayah dan ibunya. Pada periode makkiyah, Ammar beserta kedua orang tuanya
mengalami penyiksaan yang sangat berat yang dilakukan oleh para musyrikin quraisy. Ammar
sampai harus menyaksikan ayah dan ibunya mati syahid dihadapannya akibat siksaan yang
dilakukan oleh orang-orang musyrik itu. Ammar juga ikut disiksa. Ia disuruh menyembah
kepada berhala-berhala mereka yaitu Latta dan Uzza. Tanpa sadar, Ammar pun mengikuti apa
yang mereka suruh.
Setelah dilepaskan, Ammar pun segera pergi menghadap Rasulullah dan ia menyatakan
penyesalannya karena telah menyembah berhala ketika disiksa. Kemudian turun firman Allah
kepada Rasulullah yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Ammar bin Yasir
dimaafkan oleh Allah, karena ia melakukan itu karena terpaksa dan hatinya masih tetap
beriman.
Kita mengetahui bahwa Allah mengetahui isi hati kita. Kita juga mengetahui bahwa
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Itulah sebabnya mengapa perbuatan yang
dilakukan Ammar bin Yasir dimaafkan. Dia melakukan maksiat karena terpaksa padahal
hatinya tidak mau. Tapi sekali lagi jangan lupa kalau hal ini hanya terjadi pada keadaan yang
benar-benar darurat. Apalagi saat itu Ammar terancam nyawa dan aqidahnya. Sekalipun kalau

10
sekiranya ia sampai harus mati, ia tetap mati dalam keadaan syahid seperti yang dialami oleh
kedua ibu bapaknya. Sedangkan orang yang mati syahid itu akan masuk surga tanpa hisab.

7. Kisah Teladan Rasulullah


Ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash Shiddiq sedang hijrah ke Madinah,
mereka bertemu dengan seseorang yang sedang berjalan menuju Mekkah. Pada waktu itu
mereka berdua sedang dikejar-kejar oleh musyrikin Mekkah untuk dibunuh. Untunglah orang
yang di depan mereka tidak mengenal siapa mereka. Orang yang di depan mereka bertanya,
"Kalian berasal dari mana?". "Kami berasal dari air!" jawab Rasulullah. "Oh, sungai Tigris!
Mereka berasal dari Persia" gumam orang itu sambil melanjutkan perjalanan.
Tahukah kalian jawaban Rasulullah tadi dapat diartikan macam-macam. Bisa jadi dari air itu
berarti dari tempat yang banyak airnya, misal : sungai, danau atau mata air. Padahal maksud
Rasulullah adalah ia berasal dari air mani. Bukankah setiap manusia mula-mula diciptakan
dari air mani yang hina. Jadi, Rasulullah menyembunyikan keberadaan dirinya dan Abu Bakar
agar tidak ketahuan dengan cara yang tetap jujur. Coba kalau misalnya orang tadi bertemu
dengan orang ynag mengejar Rasulullah, lalu ditanya, "Apakah kamu bertemu dengan dua
orang yang datang dari Makkah?". Sudah pasti jawaban orang itu : "Tidak!"

8. Kisah Teladan Rasulullah sebagai penunjuk jalan


Masih ketika hijrahnya Rasulullah SAW bersama Abu Bakar. Rasulullah dan Abu
Bakar biasa bertukar tempat untuk duduk di atas unta selama perjalanan. Kali ini giliran Abu
Bakar yang duduk di unta dan Rasulullah yang berjalan menuntun unta.
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seseorang. Orang itu bertanya kepada Abu
Bakar, "Siapakah dia?" sambil menunjukkan tangannya ke arah Rasulullah. Abu Bakar
menjawab, "Ia adalah penunjuk jalanku."
Dengan cerdik Abu Bakar memberitahukan identitas Rasulullah sebagai sang penunjuk jalan.
Orang yang bertanya tentu saja berpikir bahwa ia adalah penunjuk jalan biasa karena saat itu
Abu Bakar sedang dalam perjalanan menuju Madinah. Padahal sebenarnya bagi Abu Bakar,
Rasulullah adalah penunjuk jalan yang selama ini telah menunjukinya ke jalan yang lurus
yaitu Islam.

F. Contoh Penerapan Perilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Perilaku jujur bukan hanya dijadikan teori, namun harus dipahami dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari kita. Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari baik di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat misalnya sebagai berikut:
1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi kemanapun,
sehingga orang tua kita akan percaya dan yakin bahwa kita pergi ketujuan yang baik.
2. Tidak meminta sesuatu diluar kesanggupan orang tua kita agar orang tua tidak
terbebani.
3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak mengetahuinya,
sehingga orang tua akan percaya dan kadang memberi kita uang yang lebih lagi.
4. Melaporkan hasil belajar meskipun dengan nilai yang kurang memuaskan.

11
5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau
ujian sekolah meskipun teman akrab.
6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran ke
sekolah, bukan dengan mengarang alasan.
7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain meskipun
barang tersebut tampak tidak begitu berharga.
8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang menghalangi.
9. Tidak menjanjikan sesuatu yang tidak dapat kita penuhi
10. Mengembalikan barang temuan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang
bertanggung jawab.
11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati. Misalnya ketika
membayar makanan yang diambil tanpa mengurangi meskpiun si penjual tidak
mengetahui.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan
apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia,
karna sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak seseorang. Bahkan jujur dapat
menjadi kepribadian sesorang atau bangsa, sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan
manusia.
Perilaku jujur mendatangkan banyak manfaat bagi kita yang melaksanaknnnya. Dan
Allah Swt. Pun telah menjelaskan kewajiban berperilaku jujur dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an
maupun dalam Hadis Rasulullah Saw.
Rasulullah telah banyak mencontohkan sikap-sikap teladan melalui perbuatannya.
Sehingga kita sebagai umatnya harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari kita juga.

B. Saran

Perilaku jujur sangat penting bagi kehidupan kita dalam berbagai aspek sehingga perilaku
jujur wajib menjadi sikap setiap orang. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, kita dapat
membuat beberapa solusi sebagai perubahan perilaku kita, diantaranya:
1. Menanamkan pentingnya perilaku jujur
2. Senantiasa melaksanakan kejujuran dimanapun dan kapanpun
3. Mempertahankan kejujuran dalam keadaan apapun

Dengan melaksanakan Kejujuran kita akan merasakan kasih dan Ridha Allah Swt. karna
sesungguhnya Allah Swt. Mencintai orang-orang yang jujur.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. http://detakberita.com/pengertian-dan-hakikat-jujur-menurut-islam/
2. https://www.facebook.com/Kaze.Kate/posts/491625004212737
3. http://norhaya-jujur.blogspot.co.id/2011/08/c-macam-macam-kejujuran-dan-
makna.html
4. https://elhubeyyublog.wordpress.com/tag/manfaat-jujur/
5. http://tipstriksib.blogspot.co.id/2013/07/cerita-kisah-teladan-Nabi-Muhammad-
Rasulullah-SAW-dan-pemuda-yang-bertaubat.html

14
MAKALAH
MANFAAT KEJUJURAN

OLEH :

KELAS : X

SEKOLAH SMA NEGERI 1 SINGKEP

TAHUN PELAJARAN

2020-2021

15
16

Anda mungkin juga menyukai