Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“PERILAKU JUJUR”

Disusun Oleh :

Kelompok II / X – 2 ASKEP

1. TRIYA YUNA FADILLAH


2. IRMA
3. EGI JUNIA HARAHAP
4. USMAN HAKIM

SMK KESEHATAN IMELDA RITONGA


JL. Karya Bakti, Ujung Bandar, Rantau Selatan, Labuhanbatu
T.A 2023 - 2024

1
KATA PENGANTAR

Nabi Muhammad SAW. Diutus ke bumi untuk menyempurnakan ahlak manusia.


Keluruhan ahlak merupakan cermin kepribadian seseorang. Di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan
dalam ayat-ayat suci Allah SWT tentang ahlak-ahlak terpuji yang wajib dijalankan oleh setiap
mukmin yang beriman. Nabi Muhammad SAW. Bersabda “orang yang paling baik islamnya
dalah orang yang paling baik islamnya”, dengan kata lain hanya ahlak mulia yang dipenuhi
dengan sifat kasih sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan kebaikan ibadah.
Sifat jujur merupakan salah satu ahlak yang tepuji bahkan menjadi sifat wajib bagi setiap
nabi dan rasul. Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan,
seseorang yang jujur disebut al-Amin. Sifat jujur merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
segala aspek kehidupan, sehingga perilaku jujur harus senantiasa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari agar segala sesuatu yang dilaksanakan senantiasa memperoleh ridah dari Allah SWT.
Amin YaRabbal Alamin.

Rantauprapat, 28 Agustus 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A. Latar belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan masalah........................................................................................................3
C. Tujuan masalah ...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................

A. Pengertian Sifat Jujur...................................................................................................


B. Pembagian Sifat Jujur..................................................................................................
C. Manfaat Perfilaku Jujur ..............................................................................................
D. Pesan – Pesan Tauladan Nabi Muhammad SAW melalu Perilaku Jujur. ..................
E. Contoh Penerapan Perilaku Jujur dalam Kehidupan Sehari – hari ..............................

BAB III PENUTUP...............................................................................................................


A. Kesimpulan..................................................................................................................
B. Daftar pustaka..............................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penulis kitab al-Manazil mengatakan bahwa jujur adalah istilah untuk mengungkapkan
hakikat sesuatu yang berwujud kejadian yang sesuai dengan kenyataannya. Makna lain kejujuran
adalah tercapainya sesuatu dengan sempurna, beserta kekuatan dan seluruh elemennya.
Seorang hamba wajib berperilaku jujur ketika ia bermunajat kepada Tuhannya. Misalkan ketika
ia berikrar, “sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhan yang telah menciptakan langit dan
bumi,” tetapi ternyata hatinya tidak pernah mengingat Allah SWT, dan sibuk dengan kepentingan
duniawinya. Itu berarti dia telah mendustai Allah SWT. Kejujuran bergantung pada keikhlasan
seseorang. Jika amalannya tidak murni untuk Allah Swt., tetapi demi kepentingan nafsunya
berarti dia tidak jujur dalam berniat, bahkan bisa dikatakan telah berbohong. Ini adalah perkara
yang berkaitan dengan niat yang tulus adalah pondasi untuk setiap amal.
Namun jika kita melihat realita disekitar kita, kejujuran kini menjadi sesuatu yang langka.
Banyak sekali orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah dengan kebohongan yang
dilakukannya. Seperti para pejabat pemerintahan yang telah diberi kepercayaan menjadi Al-
Wakil bagi rakyat malah memanfaatkan amanat tersebut untuk kepentingan pribadinya.
Oleh karna itu, perlu pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat perilaku jujur.
Karna sesungguhnya dalam ayat-ayat Al-qur’an dan Hadis telah dijelaskan pula tentang sifat
jujur. Bahkan Nabi Muhammad SAW banyak memberikan pesan-pesan mulia melalui perilaku
jujur beliau.
Kejujuran seseorang akan mendatangkan banyak mudarat baik bagi dirinya, orang lain,
maupun lingkungan disekitarnya, bahkan kejujuran bisa menjadi cirri khas seseorang. Seperti
Nabi Muhammad yang diberi gelar Al-Amin karna kejujuran Beliau yang luar biasa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari makalah ini, rumusan masalah yang akan dikaji sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian perilaku jujur
2. Apa saja pembagian sifat jujur
3. Bagaiman Ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku Jujur
4. Apa saja manfaat dari perilaku jujur
5. Apa saja contoh pesan-pesan mulia Nabi Muhammad SAW melalui perilaku jujur
6. Apa saja contoh perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan perilaku jujur

3
C. Tujuan Penulisan
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan dari makalah ini antara lain:
1. Sebagai bahan diskusi
2. Mengkaji pengertian Ahlak mulia Jujur
3. Menguraikan pembagian perilaku sifat jujur
4. Memaparkan ayat Al-Qur’an dan Hadis tentang perilaku jujur
5. Menguraikan Manfaat Perilaku Jujur
6. Memberikan contoh pesan teladan Nabi Muhammad SAW melalui perilaku jujur
7. Menguraikan contoh perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sifat Jujur


Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya dengan “ash-shidqu” atau “shiddiq” yang
berarti nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-
kadzibu”. Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:
(1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;
(2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan;
(3) ketegasan dan kemantapan hati; dan
(4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan
apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia,
karna sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak seseorang. Bahkan jujur dapat
menjadi kepribadian sesorang atau bangsa, sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan
manusia.
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang menentukan status dan kemajuan
perseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran adalah salah satu sendi
kemaslahatan dalam hubungan antara manusia dengan manusia dan antara satu golongan dengan
golongan yang lain.
Dampak dari sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani, karena tidak ada orang yang
merasa tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa senang
dan percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada mengatakan “berani karena benar,
takut karena salah”.
Sifat Jujur tidak dapat dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna oleh orang
yang tidak kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, karena dorongan iman dan taqwanya itu
merasa diri wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur.
Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang. Karena
orang yang jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang penting. Hal ini
disebabkan orang yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan tenang.
Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih.
Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran sekarang
ini menjadi barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan yang jujur, teladan yang bisa diberi
amanah umat dan menjalankan amanah yang diberikan dengan jujur dan sebaik-baiknya. Dan
teladan yang paling baik, yang patut dicontoh kejujurannya adalah manusia paling utama yaitu
Rasulullah saw. Kejujuran adalah perhiasan Rasulullah saw. dan orang-orang yang berilmu.

5
B. Pembagian Sifat Jujur
Kejujuran menjadi buah bibir banyak orang. kejujuran hadir dengan gaung yang
membahana. Kita seakan baru mengenal kata dan sifat mulia, “jujur”. Entah karena seringnya ber
dusta dan kebohongan oleh perilaku kita sendiri ataukah karena seringnya kita dibohongi
sehingga kita menjadi heboh dengan “kejujuran.” Padahal, melakukan dan mengucapkan
kebenaran telah diajarakan dalam Al-qur'an. Melaksanakan dan melafalkan dengan penuh
kejujuran telah diungkap oleh Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam. Padahal, mengamalkan
dan melontarkan kebenaran telah disinggung oleh para Ulama".
Para Ulama berkata, “Langkah awal kejujuran itu adalah menjauhi dusta di semua ucapan.
Kejujuran menjadi pintu masuk dalam perbuatan, niat, kenyataan hidup, dan di semua lini
kedudukan.”
Jujur bukan hanya dalam perkataan, namun kejujuran juga dinilai mulai dari niat seseorang,
perbuatan, bahkan pikiran seseorang.
Imam Al-Ghazali menyebut ada Lima Bentuk Kejujuran. Yaitu :
1. Jujur dalam ucapan
2. Jujur dalam berniat
3. Jujur dalam kemauan dan merealisasikannnya
4. Jujur dalam menepati janji
5. Jujur dalam perbuatan
Sebagaimana Al-Ghazali menyatakan makna jujur dalam niat dan perkataan, pada traktak
bentuk kejujuran yang kelima ini, Ghazali menggaris bawahi agar kita melengkapi diri dengan
jujur dalam perbuatan.
Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada wujud amal dalam
kenyataan. Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-adanya. Tidak berbasa-
basi. Tidak membuat-buat. Tidak menambah dan mengurangi. Apa yang ia yakini sebagai
kejujuran dan kebenaran, ia jalan dengan keyakinan kuat bahwa Allah Subhannahu wa Ta'ala
bersama orang-orang yang benar-benar sebenar-benarnya.

C. Manfaat Perilaku Jujur


Sikap dan perilaku jujur membawa banyak manfaat bagi orang yan melaksanakannya,
diantaranya yaitu:
1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena ia
tidak takut akan diketahui kebohongannya. Baginda Rasul SAW bersabda, ‘’Tinggalkanlah apa
yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu, sesungguhnya jujur adalah
ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali).

6
2. Mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW
bersabda, ‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan mengantarkannya
ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas kasurnya.’’ (HR Muslim) .
3. Selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi
pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda,
‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka
pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin
Mu’tamir).
4. Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, ‘’Berikanlah
kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika engkau bicara,
tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau diberi amanat, jagalah kemaluanmu,
tundukkan pandanganmu, dan jagalah tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-
Shamit).
5. Dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau ingin dicintai
oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau
bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah,
jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan
dusta. Di manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme
kerja dan inti dari kebaikan hati nurani seseorang.
6. Dampak sikap jujur dalam keluarga tentunya membuat anggota keluarga tersebut menjadi
nyaman, karena antar keluarga dapat berinteraksi tanpa beban dan saling membantu apabila ada
maslah dalam satu pihak keluarga.
7. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari tak merasa di bebani. Maksudnya bila kita jujur
tentunya tidak ada kebohongan yang harus di tutup-tutupi. Dalam hal lisan secara otomatis dapat
berbicara tanpa ada larangan atau pantangan yang harus dibicarakan dan bisa mengungkapkan
kata-kata secara leluasa dan mencritakan segala yang terjadi. Sedangkan dalam hal perbuatan
tidak ada yang harus disembunyi-sembunyikan. Secara leluasa dapat bebas melakukan sesuatu
tanpa takut ketahuan oleh siapapun.
8. Timbul rasa percaya diri pada diri sendiri. Merasa optimis mampu melakukan sesuatunya
tanpa ada rasa ragu dalam benak dengan dasar-dasar yang kuat walaupun hasil yang tidak
memuaskan. Segala apapun, apabila dilakukan dengan rasa percaya diri akan terasa senang
karena dapat sebagai ukuran kemampuaannya. Tentunya dimasa yang akan datang akan sangat
mempengaruhi dalam kehidupan di dalam banyak hal, mulai dari pekerjaan, hubungan keluarga,
hubungan masyarakat, hubungan pertemanan dan banyak lagi.
9. Bersikap jujur dalam kehidupan masyarakat tentunya akan banyak membawa dampak
positif. Misal saja jika kita jujur dalam hal pemilu pasti akan tidak ada lagi yang suap menyuap.
Fakta dalam masyarakat kalau ada pemilihan pemimpin baru, entah itu Presiden atau Gubernur

7
atau Bupati hingga sampai pemilihan ketua RTpun banyak yang melakukan suap agar
memenangkan dalam pemilihan. Bahkan yang menerima itu termasuk sama dengan yang
menyuap. Karena dengan menerima suap tadi, maka dengan terpaksa harus memilih yang sudah
diperintahkan orang yang meyuap, dan bukan dari hati nurani sendiri.
10. Bagi seorang pelajar tentunya mempunyai angan-angan untuk mendapatkan sebuah
pekerjaan yang enak tetepi dapat menghasilkan uang banyak. Nah, dengan mempunyai perilaku
yang jujur tentunya akan mempermudah untuk mendapatkan dan lebih-lebih menciptakan sebuah
pekerjaan yang di inginkan. Hal ini dikarenakan seseorang yang mempunyai sikap jujur maka ia
akan mudah mengerti jika diberikan sebuah persoalan-persolan yang ditugaskannya kepada
seseorang tersebut. Kemungkinan besar akan mempermudah menyelesaikan tugas-tugasnya dan
cepat tanggap dengan segala masalah-masalah yang menghadang.

D. Pesan-Pesan Teladan Nabi Muhammad SAW Melalui Perilaku Jujur


Seperti dikatakan pada awal pembahasan, bahwa Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan
perilaku Jujur dalam kehidupan sehari-hari melalui kisah-kisah teladan yang memberikan pesan-
pesan mulia bagi umatnya. Berikut beberapa kisah-kisah teladan tentang perilaku jujur:

1. Kisah Teladan kejujuran Nabi Muhammad SAW


Pada masa sebelum kenabian Rasulullah Muhammad SAW, terjadi banjir di Makkah yang
mengakibatkan Baitullah Ka'bah rusak total. Penduduk Quraisy di Makkah sepakat untuk
merenovasi Ka'bah bersama-sama. Ketika renovasi sampai ke tahap akhir, terjadi perselisihan
dalam menentukan siapa yang akan meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Setiap kabilah yang
terlibat masing-masing merasa bahwa golongan mereka paling pantas dan paling terhormat untuk
melakukan tugas tersebut. Perselisihan nyaris berlanjut ke arah baku hantam antar kabilah.
Untunglah ada seorang tua yang bijak yang mengusulkan agar masalah tersebut diselesaikan oleh
orang yang muncul pertama kali di pintu masjid. Mereka pun akhirnya sepakat. Dengan berdebar-
debar mereka pun menunggu.
Tak lama kemudian muncullah Muhammad di pintu itu. Setiap orang yang di tempat itu
pun akhirnya bernapas lega karena Muhammad terkenal dengan panggilan Al-Amin karena ia
selalu berkata jujur dan menjaga amanah dengan baik. Dan memang setelah itu Muhammad
membuat keputusan yang sangat adil yang mencakup setiap keinginan para kabilah. Sifat jujur
yang dimiliki Muhammad (sebelum kenabian) membuat ia disenangi oleh kaumnya dan
dipercaya dalam setiap urusan. Hal yang sama juga terjadi setelah kenabian.

2. Kisah Teladan Tsabit Bin Ibrahim


Suatu hari, Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba ia melihat
sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu

8
tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas menyengat dan
tengah kehausan. Maka tanpa berpikir panjang buah apel itu dipungut dan dimakannya. Rasanya
begitu lezat! Akan tetapi baru sertengahnya dimakan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya
dan dia belum mendapat izin dari pemiliknya.
Tsabit segera pergi ke kebun itu. Ia menemui seseorang di sana. Tsabit berkata, "Aku telah
makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap anda menghalalkannya". Orang itu menjawab,
"Aku bukan pemilik. Aku hanya tukang kebun di sini". Dengan nada menyesal Tsabit bertanya,
"Di mana rumah pemiliknya? Aku akan datang menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang
telah kumakan ini". Tukang kebun itu berkata, "Apabila engkau ingin pergi ke sana maka engkau
harus menempuh perjalanan sehari semalam". "Tidak mengapa. Walaupun jauh aku akan tetap ke
sana. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seizin pemiliknya. Padahal
Rasulullah penah bersabda : 'Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia layak
menjadi umpan api neraka', " jawab Tsabit yang tekadnya sudah kuat.
Kemudian Tsabit pergi ke rumah pemilik kebun. Setiba di sana dia langsung mengetuk
pintu dan akhirnya ia berhasil bertemu langsung dengan sang pemilik kebun yang umurnya sudah
tua. Setelah memberi salam dengan sopan Tsabit berkata, "Wahai tuan yang pemurah, saya sudah
terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh keluar kebun tuan. Karena itu, maukah
tuan menghalalkan yang sudah kumakan itu ?". lelaki tua yang ada di hadapan Tsabit
mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata, "Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya, kecuali
dengan satu syarat !". Tsabit merasa khawatir tidak dapat memenuhi syarat itu, maka ia segera
bertanya, "Apa syarat itu tuan ?". orang itu menjawab, "Engkau harus mau menikahi puteriku !".
Tsabit tidak memahami maksud lelaki itu, dia berkata, "Apakah karena hanya makan setengah
buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus menikahi puterimu ?". Pemilik kebun itu tidak
menggubris pertanyaan Tsabit, ia malah menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai
engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan puteriku. Dia seorang yang buta, bisu dan tuli.
Lebih dari itu ia adalah seorang yang lumpuh!".
Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya,
apakah perempuan seperti itu patut dia persunting gara-gara setengah buah apel yang tidak
dihalalkan kepadanya? Kemudian si pemilik kebun berkata, "Selain syarat itu, aku tidak bisa
menghalalkan apa yang telah kau makan". Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap,
"Aku akan menerima pinangan dan pernikahan tersebut. Aku telah bertekad untuk bertransaksi
dengan Allah. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepada-Nya
karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan
kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala".
Maka pernikahan pun dilaksanakan beberapa hari setelah itu. Ketika bertemu dengan istri
baru itu, Tsabit terkejut. Ternyata ia memperoleh istri yang begitu cantik. Istrinya tidak buta,
tidak bisu, tidak tuli dan tidak lumpuh. Akhirnya ia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku

9
bahwa engkau buta. Mengapa?". Istrinya menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah
melihat apa-apa yang diharamkan Allah". Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa
engkau tuli. Mengapa ?". Sang istri menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau
mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah". "Ayahku juga mengatakan
bahwa aku ini bisu dan lumpuh, bukan?" tanya wanita itu. Tsabit pun mengangguk. Istri Tsabit
berkata, "Aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk
menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku dikatakan lumpuh karena tidak pernah pergi ke tempat
yang dapat menimbulkan kegusaran Allah". Tsabit sangat bahagia setelah mendengar semua itu.
Nah ketahuilah bahwa di kemudian harinya, wanita inilah yang melahirkan seorang ahli fiqh
Islam yang terkenal yaitu Abu Hanifah.
Kejujuran yang terpancar dari pribadi Tsabit bin Ibrahim membuat sang pemilik kebun
memandang Tsabit memiliki nilai lebih di hadapannya. Ia merasa bahwa lelaki seperti ini yang
memiliki iman yang kuat jarang sekali dan sedikit jumlahnya. Oleh sebab itu, sang pemilik
berusaha agar Tsabit mau menikahi puterinya yang juga shalehah.

3. Kisah Teladan Imam Syafi'i rahimahullah


Imam Syafi'i rahimahullah adalah salah seorang ahli fiqh di dunia Islam. Ketika ia masih
muda, suatu hari ia akan berangkat meninggalkan kampung halamannya untuk belajar kepada
seorang ulama besar di kota. Ibu Syafi'i kecil memberikan bekal uang sebagai bekal untuk
putranya di kota. Jumlah uang itu cukup banyak ! (Jika dihitung Dengan kurs rupiah bisa sampai
jutaan) Uang tersebut disimpan di saku baju Syafi'i kecil yang sengaja dijahit di bagian dalam
bajunya. Sang ibu pun berpesan agar Syafi'i kecil senantiasa berkata jujur.
Syafi'i kecil berangkat bersama-sama dengan sebuah rombongan kabilah. Tiba-tiba di
tengah jalan, rombongan itu dicegat oleh gerombolan perampok. Semua harta yang dibawa oleh
rombongan kafilah tersebut dirampas habis. Akhirnya tibalah giliran Syafi'i kecil digeledah.
Ternyata perampok itu tidak berhasil menemukan apa-apa. "Hei anak kecil, kamu bawa harta
atau tidak ?" Tanya perampok. "Ya, aku bawa di saku baju di balik bajuku !" jawab Syafi'i kecil
dengan polosnya sambil menyebutkan jumlah uang yang dibawanya. "Ah, mana mungkin anak
kecil seperti kamu membawa uang sebanyak itu !" tukas si perampok. "Sini biar aku geledah
anak ini !" kata pimpinan perampok. Betapa terkejutnya mereka ketika ternyata apa yang
dikatakan Syafi'i kecil itu benar. Uang tersebut akhirnya dirampas dan para perampok pun pergi.
Di tengah perjalanan, sang pimpinan perampok tampak gundah. Ia jadi tersentuh hatinya
ketika tadi menyaksikan kejujuran Syafi'i kecil. Ia mulai berpikir bahwa sebenarnya yang ia dan
teman-temannya lakukan adalah salah. Tak lama kemudian para perampok pun kembali ke
rombongan kabilah tadi. Setiap orang yang ada di rombongan itu kaget ketika melihat rombongan
perampok itu kembali. (Mereka pikir akan dirampok lagi…….tapi, apa yang mau dirampok ?)
Mereka sangat terkejut ketika menyaksikan bahwa para perampok itu mengembalikan harta yang

10
mereka rampok tadi. Rupanya pimpinan perampok itu menjadi insyaf lalu ia mengajak kawan-
kawannya untuk insyaf juga. Subhanallah!
Kejujuran yang muncul dari Syafi'i kecil ternyata mampu meluluhkan hati para perampok yang
hatinya kriminal. Padahal bermula dari keimanan Syafi'i kecil kepada Allah.

E. Contoh Penerapan Perilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Perilaku jujur bukan hanya dijadikan teori, namun harus dipahami dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari kita. Penerapan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari baik di
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat misalnya sebagai berikut:
1. Meminta izin atau berpamitan kepada orang tua ketika akan pergi kemanapun, sehingga
orang tua kita akan percaya dan yakin bahwa kita pergi ketujuan yang baik.
2. Tidak meminta sesuatu diluar kesanggupan orang tua kita agar orang tua tidak terbebani.
3. Mengembalikan uang sisa belanja meskipun kedua orang tua tidak mengetahuinya,
sehingga orang tua akan percaya dan kadang memberi kita uang yang lebih lagi.
4. Melaporkan hasil belajar meskipun dengan nilai yang kurang memuaskan.
5. Tidak memberi atau meminta jawaban kepada teman ketika sedang ulangan atau ujian
sekolah meskipun teman akrab.
6. Mengatakan dengan sejujurnya alasan keterlambatan datang atau ketidakhadiran ke
sekolah, bukan dengan mengarang alasan.
7. Mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari teman atau orang lain meskipun barang
tersebut tampak tidak begitu berharga.
8. Memenuhi undangan orang lain ketika tidak ada hal yang menghalangi.
9. Tidak menjanjikan sesuatu yang tidak dapat kita penuhi.
10. Mengembalikan barang temuan kepada pemiliknya atau melalui pihak yang bertanggung
jawab.
11. Membayar sesuatu sesuai dengan harga yang telah disepakati. Misalnya ketika membayar
makanan yang diambil tanpa mengurangi meskpiun si penjual tidak mengetahui.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan
apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia,
karna sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak seseorang. Bahkan jujur dapat
menjadi kepribadian sesorang atau bangsa, sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan
manusia.
Perilaku jujur mendatangkan banyak manfaat bagi kita yang melaksanaknnnya. Dan Allah
Swt. Pun telah menjelaskan kewajiban berperilaku jujur dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an maupun
dalam Hadis Rasulullah Saw. Rasulullah telah banyak mencontohkan sikap-sikap teladan melalui
perbuatannya. Sehingga kita sebagai umatnya harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
kita juga.

B. Saran
Perilaku jujur sangat penting bagi kehidupan kita dalam berbagai aspek sehingga perilaku
jujur wajib menjadi sikap setiap orang. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, kita dapat
membuat beberapa solusi sebagai perubahan perilaku kita, diantaranya:
1. Menanamkan pentingnya perilaku jujur
2. Senantiasa melaksanakan kejujuran dimanapun dan kapanpun
3. Mempertahankan kejujuran dalam keadaan apapun
Dengan melaksanakan Kejujuran kita akan merasakan kasih dan Ridha Allah Swt. karna
sesungguhnya Allah Swt. Mencintai orang-orang yang jujur.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://detakberita.com/pengertian-dan-hakikat-jujur-menurut-islam/
https://www.facebook.com/Kaze.Kate/posts/491625004212737
http://norhaya-jujur.blogspot.co.id/2011/08/c-macam-macam-kejujuran-dan-makna.html
https://elhubeyyublog.wordpress.com/tag/manfaat-jujur/
http://tipstriksib.blogspot.co.id/2013/07/cerita-kisah-teladan-Nabi-Muhammad-Rasulullah-SAW-
dan-pemuda-yang-bertaubat.html

13

Anda mungkin juga menyukai