JUJUR,AMANAH &TAWADUH
OLEH
JUMADIL AWAL
17021014045
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK INDUSTRI
1
2019/2020
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Akhlak
Kepada Allah SWT. dan Manusia”.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
1
2
DAFTAR ISI
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian jujur 3
B. Pengutamaan jujur 4
C. Cahaya dusta 7
D. Urgensi jujur 8
E. Pengertian amanah 10
F. Ruang lingkup amanah 11
G. Keutamaan amanah 13
H. Bahaya juka tidak amanah 14
I. Urgensi amanah 15
J. Menanamkan amanah dalam diri 16
K. Pengertian tawadu 18
Kesimpulan 24
2
DAFTAR PUSTAK 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan
dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak diatas
kebohongan, penghianatan serta perbuatan curang.
Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang amat erat dengan
para Rasul dan orang-orang yang beriman. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam
surat Az-Zumar ayat 33-34 berikut artinya:
“dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah
orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi
Tuhan mereka. Demikianlah Balasan orang-orang yang berbuat baik“
1
lainnya. Sehingganya orang yang melaksanan amanah ini juga di tegaskan Allah
dalam Al-Qur’an surat an-nisa ayat 58 berikut artinya:
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian jujur?
2. Apa keutamaan dari jujur?
3. Apa bahaya dari dusta?
4. Bagaimana urgensi jujur dan menanamkan kejujuran dalam diri?
5. Apa yang dimaksud dengan pengertian amanah ?
6. Apa saja ruang lingkup amanah ?
7. Apa keutamaan dari amanah?
8. Apa bahaya jika tidak amanah ?
9. Bagaimana urgensi dari amanah ?
10. Bagaimana menanamkan amanah dalam diri ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian jujur.
2. Untuk mengetahui keutamaan dari jujur.
3. Untuk mengetahui bahaya dari dusta.
4. Untuk mengetahui urgensi jujur dan cara menanamkan kejujuran dalam diri.
5. Untuk mengetahui pengertian amanah.
2
6. Untuk mengetahui ruang lingkup amanah.
7. Untuk mengetahui keutamaan dari amanah.
8. Untuk mengetahui bahaya jika tidak amanah.
9. Untuk mengetahui urgensi dari amanah.
10. Untuk mengetahui cara menanamkan amanah dalam diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jujur
Benar atau jujur terjemahan dari bahasa Arab Ash-Shidqu y aitu orang yang
selalu berkata benar atau jujur ialah orang yang perkataan dan pemikirannya bertolak
dan berlandaskan kebenaran itu sendiri, sehingga tidak ada lagi perilaku yang
bertentangan dengan kebenaran itu. Selalu berkata benar (sidik) adalah salah satu
sifat Rasul saw. yang sangat masyhur sehingga mengantarkan beliau memperoleh
sebutan Al-Amin.[1]
Perilaku jujur merupakan sesuatur yang penting di antara ahlak islam.
Untuk memfokuskan dan meneguhkan hal ini jelas dibutuhkan kerja keras.
Rasulullah SAW
sendiri memberikan perhatian untuk menanamkan perangai itu pada diri anak. Beliau
juga memberikan pengarahan kepada kedua orang tua agar membiasakan diri
berperilaku jujur, ini dengan maksud agar mereka tidak terperosok kedalam ketidak
jujuran yang tercela itu, lalu berbuat bohohong kepada anak yang padaakhirnya nanti
akanditiru si anak tersebut.[2]
Jadi, jujur adalah suatu sikap yang mencerminkan adanya kesesuaian antara
hati, perkataan dan perbuatan. Apa yang diniatkan oleh hati, diucapkan oleh
lisan atau mulut dan ditampilkan dalam perbuatan memang itulah yang sesungguhnya
3
terjadi dan sebenarnya. Kejujuran sangat erat kaitannya dengan hati nurani. Hati
nurani senantiasa mengajak manusia kepada kebaikan dan kejujuran.
B. Keutamaan jujur
Sifat shidiq merupakan sifat yang dijunjung tinggi oleh para Nabi dan Rosul
Karena keutamaan-keutamaan yang terkandung dalam sifat shidiq tersebut.[3]
``di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di
antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[1208] dan mereka tidak merobah
(janjinya)``( QS. Al-Ahzab: 23)
2. Shidiq merupakan salah satu sifat yang mulia, karena jujur adalah sifat para Nabi
dan Rasul. Sebagaimana firman Allah swt. QS. Maryam ayat 41, 54 dan 56 berikut:
4
41. Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (Al Quran) ini.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan[905] lagi seorang Nabi.
[905] Maksudnya: ialah Ibrahim a.s. adalah seorang Nabi yang Amat cepat
membenarkan semua hal yang ghaib yang datang dari Allah.
54. dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut)
di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan Dia
adalah seorang Rasul dan Nabi.
56. dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di
dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan
seorang Nabi.
5
Seseorang sungguh berdusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang
ahli berdusta." (Muttafaq 'alaih)
ebagaimana hadis di atas, kejujuran adala suatu kebaikan, dan kebaikan itu
S
menghantarkan sesorangke surga. Sebaliknya, siapa yangberdusta atau tidak berlaku
jujur, maka orang tersebut telah berbuat keburukan. Dan keburukan itu
menghantarkan pelakunya ke neraka.
5. Seorang yang jujur berarti dia telah menjadi orang yang sebaik-baiknya teman.
Firman Allah SWT :
ﯿﻦ َو ﱡ ُﱠ َ َ ﻮل َﻓﺄُوﻟَﺌِ َﻚ َﻣ َﻊ اﻟﱠ ِﺬ ُﻄﻊ ﱠ
ﯿﻦ َو َﺣ ُﺴ َﻦ
َ اﻟﺼﺎﻟِ ِﺤ
اﻟﺸ َﻬﺪَا ِء َو ﱠ َ اﻟﺼ ﱢﺪﯾ ِﻘ
ﱢﯿﻦ َو ﱢ ِ ﯾﻦ أ ْﻧ َﻌ َﻢ اﷲ َﻋﻠَﯿ
َ ْﻬ ْﻢ ِﻣ َﻦ اﻟﻨﱠﺒِﯿ َ اﻟﺮ ُﺳ
اﷲَ َو ﱠ ِ ِ َو َﻣ ْﻦ ﯾ
ً أُوﻟَﺌِ َﻚ َر ِﻓ
ﯿﻘﺎ
Artinya: Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu:
Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh.
dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa’ : 69).
Tidakada seorang pun di dunia ini yang tidak menyukai orang yang
jujur. Seorang yang jujur pastilah akan dicintai manusia, Rasul dan pastinya Allah
swt. maka dari itu, marilah kita berlaku jujur dimanapun dan kapanpun.
6. Orang yang mempunyai sifat shidiq akan mendapatkan ketenangan hati dan
ketentraman jiwa. Sabda Rasulullah saw :
ٌ ِب رﯾﺒ ٌ ْ ُﻚ َﻓﺈِ ﱠن ﱢ
َﺔ ِ َ اﻟﺼ ْﺪ َق ُﻃﻤَﺄﻧِﯿ َﻨﺔ َوإِ ﱠن ْاﻟ َﻜﺬ َ َﺮﯾﺒ
ِ ُﻚ إِﻟَﻰ ﻣَﺎ َﻻ ﯾ
َ َﺮﯾﺒ
ِ َد ْع ﻣَﺎ ﯾ
Artinya: Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang
tidak meragukanmu. Karena kejujuran itu merupakan ketenangan dan dusta itu
keragu-raguan. (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
7. Orang yang shidiq akan mendapatkan keberkahan dalam berusaha. Sabda
Rasulullah saw.
6
ِﻬﻤَﺎ َوإِ ْن َﻛ َﺘﻤَﺎ َو َﻛ َﺬﺑَﺎ
ِ ُﻮر َك ﻟَ ُﻬﻤَﺎ ﻓِﻲ َﺑ ْﯿﻌ
َ َ ﱠﻗﺎ َﻓﺈ ْن
ِ ﺻ َﺪﻗﺎ َو َﺑ ﱠﯿ َﻨﺎ ﺑ
َ َ ﱠﻗﺎ أَ ْو َﻗ
ِ ﺎل َﺣ ﱠﺘﻰ َﯾ َﺘ َﻔﺮ
َ ْاﻟ َﺒ ﱢﯿﻌَﺎن ﺑ ْﺎﻟ ِﺨﯿَﺎر ﻣَﺎ ﻟَ ْﻢ َﯾ َﺘ َﻔﺮ
ِ ِ ِ
ُ
ِﻬﻤَﺎ ِ ُﺤ َﻘ ْﺖ َﺑ َﺮ َﻛﺔ َﺑ ْﯿﻌ
ِﻣ
Artinya: “Dua orang yang melakukan jual beli bisa dengan khiyar selama keduanya
belum berpisah, jika keduanya jujur dan terus terang, maka keduanya akan diberikan
keberkahan, dan jika keduanya tidak terus terang dan dusta, maka keberkahan jual
beli.
Perilaku jujur merupakan satu pilar penting diantara pilar-pilar akhlak Islam.
Untuk memfokuskan dan meneguhkan hal ini jelas dibutuhkan kerja
keras.[6] Rasulullah saw. sendiri memberikan perhatian pengarahan kepada kedua
orang tua agar membiasakan diri berperilaku jujur. Ini dengan maksud agar mereka
tidak terperosok ke dalam ketidak-jujuran yang tercela itu, lalu berbuat bohong
kepada anak yang pada akhirnya nanti akan ditiru si anak tersebut.
C. Bahaya Dusta
Dusta yaitu suatu sifat seseorang yang berkata tidak sesuai dengan fakta-fakta
yang ada.[7] Artinya, seseorangtersebutberkata dengan kebatilannya atau ketidak
tahuannya, bukan berdasarkan informasi yang ada dan logis.
Dusta adalah memberikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kebenaran, baik
dengan ucapan lisan secara tegas maupun isyarat seperti menggelengkan kepala atau
mengangguk. Dan hukum asal berdusta adalah haram bahkan ia termasuk dosa yang
paling keji dan aib yang paling buruk.[8]
Sebagaimana yang Allah swt. katakan dalam firman-nya QS. Al-Ankabut ayat
3, karena aib tersebut Allah menguji orang-orang terdahulu. Allah menimpakan
teguran dan musibah dengan kekuasaan-Nya kepada orang-orang yang berdusta
(pendusta).
7
dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.
8
Begitu tercelanya perbuatan bohong atau dusta, maka janganlah melakukan
kebohongan sekecil apapun. [10] Karena itu, tidak ada jalan lain bahwa hidup tenang,
bahagia, terhormat, dipercaya, dan sukses dunia akhirat hanya bisa didapat dengan
kejujuran. Kejujuran adalah modal dasar orang-orang istimewa.
9
Salah satu contoh adalah kejujuran Nabi Muhammad sebelum menjadi nabi,
ketika beliau diamanahi tugas oleh Siti Khodijah untuk berdagang, karena kejujuran
beliau tersebutlah usaha Khodijah semakin maju dan berhasil merauk keuntungan
yang besar, kemudian setelah itu pun Khodijah pun jatuh hati pada Muhammad
karena kejujurannya itu, hingga akhirnya Muhammad menikah dengan Khodijah
janda yang kaya raya itu.
Selain itu kejujuran adalah sikap yang perlu ditanamkan dihati anak-anak kita
sejak awal dan harus dipantau setiap waktu pengamalannya setiap waktu dan
kesempatan. Dengan mentradisikan sikap bisa dipercaya dan jujur disetiap urusan
dilingkungan keluarga, lambat laun seorang anak akan membawa
kebiasaan-kebiasaan baik itu pada system baru dimana anak-anak kita akan
berinteraksi.
Pola pendidikan yang dilakukan orang tua dampaknya sungguh luarbiasa pada
anak-anak kita. Sebaliknya tradisi berbohong, curang, dan tidak jujur disetiap urusan
(apalagi didalam keluarga) akan mudah berkembang dalam diri anak-anak. Konsisten
dalam ucapan dan perbuatan menjadi perbuatan kepribadian sesorang.
Oleh karena itu, penanaman sikap konsisten ini juga tidak boleh diabaikan
oleh orang tua kepada anak-anaknya agar kelak setelah dewasa, anak kita menjadi
orang yang bertanggung jawab, tegas dalam mengemban amanah, santun dalam
perbuatan dan kuat dalam pendirian.
E. Pengertian amanah
Secara Bahasa amanah berarti titipan seseorang kepada orang lain. Ketika
seseorang dititipi maka harus dapat memelihara dengan baik. Artinya orang memiliki
sifat amanah adalah orang yang mempunyai sikap mental yang jujur, lurus hati dan
dipercaya, jika ada sesuatu dititipkan kepadanya dia bisa menjaga, baik berupa harta
10
benda, rahasia atau berupa tugas dan kewajiban lainnya.[12] Sehingganya orang yang
melaksanan amanah ini juga di tegaskan Allah dalam Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 58
berikut:
*
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha melihat.
Amanah merupakan ahlak mendasar yang menjadi karakter Nabi SAW
sejak beliau kecil hingga menjadi seorang Nabi.
Sampai-sampai kaum musyrikin sendiri menyebut beliau sebagai “orang yang
selalu jujur dan terpercaya”. Kemudian pengertian lain adalah ”sesuatu yang
dipercayakan kepada seseorang, baik harta, ilmu, rahasia, atau yang lainnya yang
wajib dipelihara dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya”.
Menurut bahasa Arab amanah b erarti kejujuran, kesetiaan, dan ketulusan hati.
Menurut Bey Arifin dan H. Abdullah Said pengertian amanah sebagai berikut:
Dari kitab-kitab tafsir yang terkenal dapat diambil kesimpulan bahwa kata
amanah itu salah satu pertanggung jawaban yang hanya dapat dibebankan atas
manusia. Dengan demikian maka tampaklah selalu amanah bergandengan dengan
hikmat, kebijaksanaan, dan kemanusiaan, amanat adalah suatu tanggungjawab
terhadap terlaksananya seluruh kewajiban sosial dan akhlak.[ 13]
Salah satu contoh perilaku amanah yaitu:
Seprang bendaharawan dipercayakan memegang sejumlah harta benda milik
suatu badan atau organisasi. Jika tugas tersebut dilaksanakan dengan jujur dan setia
maka dia melaksanakan amanah itu dengan baik dan dapat dikatakan dia sebagai
al-amin. Tapi jika ia curang dipandanglah ia khianat atau al-khain.[14]
11
Sebagai realisasi akhlakul karimah adalah hartawan hendaknya memberikan
hak orang lain yang dipercayakan kepadanya, penuh tanggung jawab, ilmuan
hendaknya memberikan ilmunya kepada orang yang memerlukan, orang yang diberi
rahasia hendaknya menyimpan, memelihara rahasia itu sesuai dengan kehendak yang
mempercayakan kepadanya, pemerintah hendaknya berlaku dan bertindak sesuai
dengan tugas kewajibannya, seseorang mukmin hendaknya berlaku amanah, jujur
atas semua anugrah yang Allah SWT berikan dirinya, menjaga anggota lahir dan
anggota batin dari segala maksiat dan wajib mengerjakan perintah-perintah Allah
SWT.
Amanah merupakan tanda dari keimanan seseorang. Lawan dari sifat amanah
adalah munafik. Seperti kita ketahui bahwa sifat munafik memiliki ciri-ciri jika ia
bicara maka ia berdusta, bila berjanji ia ingkar, jika dipercaya ia berkhianat dan bila
ia berseteru ia akan jahat.
Sebagai seorang muslim, tentunya kita ingin menjadi seorang yang amanah
yang jauh dari sifat munafik.
Untuk memiliki keutamaan sifat amanah maka kita harus mengethaui ruang lingkup d
ari sifat amanah.
Berikut adalah ruang lingkup amanah:
1. Amanah fitrah adalah amanah yang sudah ada sejak kita berada dalam kandungan ,
yaitu mengakui ke-esaan Allah SWT.
2. Amanah dakwah maksudnya setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjadi
seorang khalifah di dunia.
12
3. Amanah anggota badan, dalam surat An-Nur : 30-31 dijelaskan
tentang kewajiban setiap muslim untuk menjaga kemaluan dan tubuh mereka agar
terhindar dari ketidak taatan pada Allah SWT (bermaksiat).
4. Amanah dalam menunaikan hak :
a. Hak pada Allah yaitu hak tauhid yang berarti hak untuk mengesakan Allah.
b. Hak pada makhluk Allah, seperti menjaga barang sewaan atau barang titipan,
membayar hutang, menjaga silaturahmi dan hak pada tetangga.
5. Amanah majelis
Semua majelis adalah amanah kecuali 3 hal yaitu: majelis pertumpahan
darah (namun dalam perang diperbolehkan mengambil hak musuh dan
membunuhnya), kemudian majelis hubungan badan yang diharamkan dan majelis
perlanggaran terhadap harta orang lain.
6. Amanah keluarga
Menunaikan semua amanah atau kewajiban terhadap semua anggota keluarga,
contohnya :hak istri terhadap suami, hak suami terhadap istri, hak anak terhadap
orang tua, hak orang tua terhadap anak.
7. Amanah kerja profesional
Menuntut setiap muslim untuk bekerja secara ikhsan.
Yaitu bekerja sebaik-baiknya dengan atau tanpa diawasi oleh atasan kita.
8. Amanah kepemimpinan
Amanah ini ditunjukan dengan sikap
: Tidak fanatisme golongan dan memberi kepemimpinan pada ahlinya.
G. Keutamaan Amanah
13
a. Amanah jalan menuju kesuksesan.
Allah SWT berfirman:
b. Merupakan sifat para Rasul, Para Nabi, Orang-orang Mukmin dan para
malaikat.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu,…” (QS. Asy-Syu’araa’: 107)
“Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak bertaq
wa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu,” (QS. Asy-Syu’araa’: 124-125)
14
H. Bahaya jika Tidak Amanah
إ
ﺎﻋ َﺔ ْﺮ أَ ْﻫﻠِ ِﻪ َﻓﺎ ْﻧﺘَ ِﻈ ِﺮ ﱠ
َ اﻟﺴ َ َ إ َذا و ﱢ:ﺎل
ِ ُﺳ َﺪ اﻷ ْﻣ ُﺮ إِﻟﻰ َﻏﯿ
َ
ِ ﺎﻋﺘُ َﻬﺎ َﻗ
َ ﺿ َ َﻗ.ﺎﻋ َﺔ
َ ﺎل َﻛﯿ
َ ِْﻒ إ َ اﻟﺴ َ ﺿﯿﱢ َﻌ ِﺖ
اﻷ َﻣﺎﻧَ ُﺔ َﻓﺎ ْﻧﺘَ ِﻈ ِﺮ ﱠ ُ َِذا
“Jika amanah telah disia-siakan, tunggulah saat-saat kehancuran.” Orang Arab
Baduwi itu berkata, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?” Beliau bersabda, “Jika
urusan diserahkan kepada selain ahlinya, tunggulah saat-saat kehancuran.” (HR
al-Bukhari dan Ahmad).
Imam Ahmad mengeluarkan hadis ini dari Yunus dan Suraij. Imam al-Bukhari
mengeluarkannya dari Muhammad bin Sinan dan dari Ibrahim bin al-Mundzir, dari
Muhammad bin Fulaih; Yunus, Suraij, Muhammad bin Sinan dan Muhammad bin
Fulaih dari Fulaih bin Sulaiman, dari Hilal bin Ali dari Atha’ bin Yasar, dari Abu
Hurairah. Abu Hurairah berkata,
“Ketika Rasulullah saw. berada di suatu majelis dan Beliau sedang berbicara
kepada satu kaum, datang kepada Beliau seorang Arab Baduwi dan berkata,
“Kapan kiamat?”
Rasulullah saw. terus saja berbicara. Sebagian orang berkata bahwa Beliau
mendengar apa yang dikatakan orang itu, tetapi tidak suka dengan perkataannya.
Sebagian yang lain berkata, Beliau tidak mendengar. Hingga saat Beliau selesai
berbicara, Beliau bertanya,
“Di mana orang yang bertanya tentang kiamat?” Orang itu menjawab “Saya,
ya Rasulullah.” Rasul lalu mengucapkan hadis di atas.
Allah berfirman:
15
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” ( QS Al-Anfaal [8]: 27)
I. Urgensi Amanah
Diantara sifat para Rasul yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sebutkan di dalam
Al- Qur'an bahwasanya mereka adalah pemberi Nasihat dan orang-orang yang
amanah.
Seseorang yang amanah pasti sangat disenangi oleh Allah dan Rasul-Nya,
tentunya akan di senang juga olek makhluk-Nya. Eseorang yang amanahakan selalu
dipercaya oleh oranglain. Seseorang yang amanah pasti akan selalu dicari oleh orang
lain. Seseorang yang amanah pasti akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Diantara sifat generasi terbaik umat ini adalah orang-orang yang menjaga
amanah, karena akan datang generasi sesudah mereka yang berkhianat dan tidak
amanah sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di
dalam hadist Imron bin Husain rodhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh al- Imam
al-Bukhori dan Imam Muslim di dalam kedua shohihnya.
Adapun di zaman akhir ini jadilah amanah sebagai sesuatu
yang langka, sekalipun dikalangan kaum muslimin.Sulit sekali dijumpai pada hari ini
orang-orang yang benar dalam amanah. Banyak manusia yang tergiur dengan dunia
sehingga lalai dari kewajiban menunaikan amanah. Hal ini terjadi pada semua bidang
kehidupan tidak terkecuali bidang ilmu Syar'I yang pada hari-hari ini banyak
dimasuki oleh orang –orang yang bukan ahlinya, tidak dari segi kapasitas keilmuan
dan tidak juga dari segi adab-adab seorang pengemban ilmu.
16
J. Menanamkan amanah dalam diri
17
Oleh karena itu, kepercayaan tersebut harus kamu jaga dan laksanakan dengan
baik. Memelihara dan memanfaatkan nikmat yang dikaruniakan Allah Swt. dengan
baik seperti umur, kesehatan, harta benda, ilmu, lingkungan sekitar, dan anggota
tubuh.
Melaksanakan tugas dengan baik. Tugas yang kita emban harus kita
laksanakan dengan baik. Kita tidak hanya melaksanakan dengan baik tugas dari
Bapak/lbu Guru. Kita juga melaksanakan dengan baik tugas dari orang lain. Apa pun
tugas atau amanah yang kita emban, kamu berusaha melaksanakannya dengan baik.
Menjadi pemimpin yang memperhafikan kepentingan orang yang kita pimpin.
Mungkin kita menjabat sebagai ketua kelas atau ketua organisasi.Tugas atau jabatan
tersebut merupakan amanah. Kita dipercaya oleh teman-teman kita di kelas atau
organisasi untuk menjadi pemimpin bagi mereka. Kamu harus melaksanakan tugas
tersebut dengan baik. Kita harus dapat memimpin teman-teman kita dengan adil,
rendah hati, dan selalu berusaha memahami serta melaksanakan aspirasi mereka.
Bersikap atau berperilaku jujur. Kadang kita menerima amanah berupa berita
yang harus kamu sampaikan kepada orang lain. Pada saat menyampaikan amanah
berupa berita hendaknya kita sampaikan dengan jujur. Kamu tidak menambahi atau
mengurangi berita yang harus kita sampaikan.
Demikianlah beberapa cara menerapkan perilaku amanah dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, agar amanah dapat tumbuh dalam diri orang yang
memilikinya, ada beberapa cara yang dapat ditempuh sebagai berikut.
Berperilaku amanah dalam kehidupan sehari-hari memperkuat diri dengan
belajar ilmu agama. Hal ini dapat kita lakukan melalui beberapa cara seperti mengaji,
mengikuti kajian-kajian agama, dan membaca buku-buku agama. Berbekal ilmu
pengetahuan akan memudahkanmu membedakan perilaku yang amanah dan perilaku
tidak amanah. Dengan demikian, kita dapat dengan mudah menghindari perilaku
tidak amanah.
18
Menyadari bahwa amanah merupakan fitrah manusia. Setiap manusia dikaruniai
perilaku amanah. Mengap ada manusia yang tidak amanah? Hal ini karena manusia
tersebut telah dipengaruhi oleh hal-hal yark ada di luar fitrahnya. Selain itu, setiap
orang akan merasa senang melihat seseorang yang berperilaki amanah dan tidak
menyukai orang yang khianat. Menjernihkan hati dan jiwa dengan zikir. Saat berzikir
kita mengingat Allah Swt. dan berusalk mendekatkan diri kepada-Nya
K Pengertian tawadhu
Tawadhu’ adalah sifat yang amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Ketika orang
sudah memiliki gelar yang mentereng, berilmu tinggi, memiliki harta yang mulia, sedikit
yang memiliki sifat kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti ilmu
padi, yaitu “kian berisi, kian merunduk” .
Memahami Tawadhu’
Tawadhu’ adalah ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang
sepantasnya. Tawadhu’ merupakan sikap pertengahan antara sombong dan
melecehkan diri. Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari
yang semestinya. Sedangkan melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri
terlalu rendah sehingga sampai pada pelecehan hak (Lihat Adz Dzari’ah ila Makarim
Asy Syari’ah, Ar Roghib Al Ash-fahani, 299). Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah
menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula
yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yang lebih mulia
darinya. ” (Fathul Bari, 11: 341)
19
Pertama: Sebab mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اﺿ َﻊ أَ َﺣ ٌﺪ ِﱠﷲِ إ ﱠ
ُﻻ َر َﻓ َﻌ ُﻪ اﷲﱠ ﺎل َو َﻣﺎ َزا َد اﷲﱠُ َﻋ ْﺒ ًﺪا ﺑِ َﻌ ْﻔ ٍﻮ إ ﱠ
َ ﺰا َو َﻣﺎ ﺗَ َﻮ ﻻ ِﻋ ٍ ﺻ َﺪ َﻗ ٌﺔ ِﻣ ْﻦ َﻣ
َ ﺼ ْﺖ
َ َﻣﺎ ﻧَ َﻘ
ِ ِ
Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi ‘alaihimush sholaatu wa
salaam. Lihatlah Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, memantu
memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang
ayahnya sudah tua renta. Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja
keras tangannya sendiri. Nabi Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu’
Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya,
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong
lagi celaka.” (QS. Maryam: 32). Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat
tawadhu’, mereka menjadi mulia di dunia dan di akhirat.
20
Kedua: Sebab adil, disayangi, dicintai di tengah-tengah manusia.
Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak
menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
ً ِاﷲَ َﻛﺜ
ﯿﺮا َ ْ َﻮ َم
اﻵ ِﺧ َﺮ َو َذ َﻛ َﺮ ﱠ ْ اﷲَ َو ْاﻟﯿ
َﺮ ُﺟﻮ ﱠ َ اﷲِ أُ ْﺳ َﻮٌة َﺣ َﺴﻨَ ٌﺔ ﻟِ َﻤ ْﻦ َﻛ
ْ ﺎن ﯾ ﻮل ﱠ
ِ ﺎن ﻟَ ُﻜ ْﻢ ِﻓﻲ َر ُﺳ
َ ﻟَ َﻘ ْﺪ َﻛ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)
أن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ و ﺳﻠﻢ ﻛﺎن ﯾﺰور اﻷﻧﺼﺎر وﯾﺴﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺻﺒﯿﺎﻧﻬﻢ وﯾﻤﺴﺢ رؤوﺳﻬﻢ
21
“Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang
Anshor. Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap
kepala mereka. ” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 459. Sanad hadits
ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth) Subhanallah … Ini sifat yang sungguh
mulia yang jarang kita temukan saat ini. Sangat sedikit orang yang mau memberi
salam kepada orang yang lebih rendah derajatnya dari dirinya. Boleh jadi orang
tersebut lebih mulia di sisi Allah karena takwa yang ia miliki.
Coba lihat lagi bagaimana keseharian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di
rumahnya. Beliau membantu istrinya. Bahkan jika sendalnya putus atau bajunya
sobek, beliau menjahit dan memperbaikinya sendiri. Ini beliau lakukan di balik
kesibukan beliau untuk berdakwah dan mengurus umat.
َك؟ ِ ﺎن ِﻋ ْﻨﺪ َ َﺼﻨَ ُﻊ َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲِ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ إِ َذا َﻛ ْ ﺎن ﯾ َ ْﻦ أي َﺷ ْﻲ ٌء َﻛ ْ ﺎل ُﻗ ْﻠ ُﺖ ﻟِ َﻌﺎﺋِ َﺸ َﺔ ﯾَﺎ أُ ﱠم ْاﻟﻤ
َ ُﺆ ِﻣﻨِﯿ َ َﻋ ْﻦ ُﻋ ْﺮ َو َة َﻗ
Urwah bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah
menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian
jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan
mengangkat air di ember.” (HR. Ahmad 6: 167 dan Ibnu Hibban dalam kitab
shahihnya no. 5676. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).
Lihatlah beda dengan kita yang lebih senang menunggu istri untuk memperbaiki atau
memerintahkan pembantu untuk mengerjakannya.
22
اﻟﺼ َﻼ ُة َﺧ َﺮ َج إِﻟَﻰ ﱠ
اﻟﺼ َﻼ ِة َ ﻮن ِﻓﻲ ِﻣ ْﻬﻨَ ِﺔ أَ ْﻫﻠِ ِﻪ ﺗَ ْﻌﻨِﻲ ِﺧ ْﺪ َﻣ َﺔ أَ ْﻫﻠِ ِﻪ َﻓﺈِ َذا َﺣ
ﻀ َﺮ ْت ﱠ ُ ﺎن ﯾ
ُ َﻜ َ َﻛ
“Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka
beliau keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari no. 676). Beda dengan kita
yang mungkin agak sungkan membersihkan popok anak, menemani anak ketika istri
sibuk di dapur, atau mungkin membantu mencuci pakaian.
أن ﺗﺨﺮج ﻣﻦ ﻣﻨﺰﻟﻚ ﻓﻼ ﺗﻠﻘﻰ ﻣﺴﻠﻤﺎً إﻻ رأﯾﺖ ﻟﻪ ﻋﻠﯿﻚ: ﻫﻞ ﺗﺪرون ﻣﺎ اﻟﺘﻮاﺿﻊ؟ اﻟﺘﻮاﺿﻊ:ﻗﺎل اﻟﺤﺴﻦ رﺣﻤﻪ اﷲ
ً
ﻓﻀﻼ .
Al Hasan Al Bashri berkata, “Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah
engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian
engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”
ﻣﻦ ﻻ ﯾﺮى ﻓﻀﻠﻪ: وأﻛﺒﺮ اﻟﻨﺎس ﻓﻀﻼ، ﻣﻦ ﻻ ﯾﺮى ﻗﺪره: » أرﻓﻊ اﻟﻨﺎس ﻗﺪرا:» ﯾﻘﻮل اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ
Imam Asy Syafi’i berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang
yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah
orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi,
6: 304)
Basyr bin Al Harits berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di
tengah-tengah orang fakir.” Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat
tawadhu’.
23
ﻧﻔﺴﻚ ﻋﻨﺪ ﻣﻦ ﻫﻮ دوﻧﻚ ﻓﻲ ﻧﻌﻤ ِﺔ اﷲ ﺣﺘﻰ ﺗﻌﻠِ َﻤﻪ أن ﻟﯿﺲ ﻟﻚ َ اﻟﺘﻮاﺿﻊ أن
َ ﺗﻀﻊ ِ “رأس
ُ :ﻗﺎل ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ اﻟﻤﺒﺎرك
6/298) ])ﺑﺪﻧﯿﺎك ﻋﻠﯿﻪ ﻓﻀﻞ ]أﺧﺮﺟﻪ اﻟﺒﯿﻬﻘﻲ ﻓﻲ اﻟﺸﻌﺐ.
ﻣﻦ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻌﺼﯿﺘﻪ ﻓﻲ ﺷﻬﻮة ﻓﺎرج ﻟﻪ اﻟﺘﻮﺑﺔ ﻓﺈن آدم ﻋﻠﯿﻪ اﻟﺴﻼم ﻋﺼﻰ ﻣﺸﺘﻬﯿﺎً ﻓﺎﺳﺘﻐﻔﺮ:ﻗﺎل ﺳﻔﯿﺎن ﺑﻦ ﻋﯿﯿﻨﺔ
ﻓﺈن إﺑﻠﯿﺲ ﻋﺼﻰ ﻣﺴﺘﻜﺒﺮاً ﻓﻠﻌﻦ. ﻓﺈذا ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻌﺼﯿﺘﻪ ﻣﻦ ﻛﺒﺮ ﻓﺎﺧﺶ ﻋﻠﯿﻪ اﻟﻠﻌﻨﺔ،ﻓﻐﻔﺮ ﻟﻪ.
Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Siapa yang maksiatnya karena syahwat, maka taubat
akan membebaskan dirinya. Buktinya saja Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat
karena nafsu syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah
pun akhirnya mengampuninya. Namun, jika siapa yang maksiatnya karena sifat
sombong (lawan dari tawadhu’), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya.
Ingatlah bahwa Iblis itu bermaksiat karena sombong (takabbur), lantas Allah pun
melaknatnya.”
واﻟﺸﺮف ﻓﻲ اﻟﺘﻮاﺿﻊ، واﻟﻐﻨﻰ ﻓﻲ اﻟﯿﻘﯿﻦ، وﺟﺪﻧﺎ اﻟﻜﺮم ﻓﻲ اﻟﺘﻘﻮى:ﻗﺎل أﺑﻮ ﺑﻜﺮ اﻟﺼﺪﯾﻖ.
Abu Bakr Ash Shiddiq berkata, “Kami dapati kemuliaan itu datang dari
sifat takwa, qona’ah (merasa cukup) muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi
Allah), kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu’. ”
. وﻛﻞ ﻧﻌﻤﺔ ﻣﺤﺴﻮد ﻋﻠﯿﻬﺎ إﻻ اﻟﺘﻮاﺿﻊ،اﻟﺘﻮاﺿﻊ أﺣﺪ ﻣﺼﺎﺋﺪ اﻟﺸﺮف: ﻗﺎل ﻋﺮوة ﺑﻦ اﻟﻮرد
‘Urwah bin Al Warid berkata, “Tawadhu’ adalah salah satu jalan menuju kemuliaan.
Setiap nikmat pasti ada yang merasa iri kecuali pada sifat tawadhu’.”
24
ﻣﺎ رأﯾﺖ ﻣﺜﻞ أﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ!! ﺻﺤﺒﻨﺎه ﺧﻤﺴﯿﻦ ﺳﻨﺔ ﻣﺎ اﻓﺘﺨﺮ ﻋﻠﯿﻨﺎ ﺑﺸﻲء ﻣﻤﺎ ﻛﺎن ﻋﻠﯿﻪ ﻣﻦ: ﻗﺎل ﯾﺤﯿﻰ ﺑﻦ ﻣﻌﯿﻦ
اﻟﺼﻼح واﻟﺨﯿﺮ
Yahya bin Ma’in berkata, “Aku tidaklah pernah melihat orang semisal Imam Ahmad!
Aku telah bersahabat dengan beliau selama 50 tahun, namun beliau sama sekali tidak
pernah menyombongkan diri terhadap kebaikan yang ia miliki.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
25
mempengaruhi akhlak pribadi seseorang yaitu antara lain, faktor intern yaitu faktor
yang mempengaruhi dalam diri sendiri, faktor ekstern yaitu faktor dari luar baik dari
keluarga, kelpompok, sahabat ataupun masyarakat. Oleh karena itu agar sifat pribadi
seseorang muslim selalu terjaga dengan baik ada beberapa cara agar akhlak pribadi
seseorang terbentuk baik diantaranya sebagai berikut : Akidah (Keyakinan) Yang
Benar, Berdo’a kepada Allah SWT, Mujahadah (Perjuangan), Muhasabah (Intropeksi
Diri ), Tafakkur (Merenung) Dampak positif dari Akhlak Mulia, Melihat dampak
negatif dari akhlak tercela , Jangan Pernah Berputus asa, Bercita – cita yang
Tinggi,Berpaling dari orang-orang yang bodoh (Jahil) dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id/7870-hiasi-diri-dengan-sifat-tawadhu.html
http://hesdata.blogspot.com/2016/03/makalah-tentang-jujuramanahistiqomah.html
http://nellyagustin97education.blogspot.com/2017/09/makalah-ahlak-2-jujur-dan-amanah.
html
26