Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Berani Hidup Jujur

Disusun
O
L
E
H

Aldi
Nuraini
Royan
Welly
Zahkia

SMAN 1 KAMPAR KIRI


T.P 2023/2024
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul berahi hidup jujur.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW.
Yang mambawa ajarannya darizaman Zahiliyah sampai zaman terang bendeerang seperti ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
karena status kami yang masih dalam tahap belajar, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................1
C. tujuan............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
BAB III PENUTUP................................................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................................7
B. Saran ..........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia.
Kehidupan dunia akan hancur dan agama juga menjadi lemah di atas kebongan, khianat
serta perbuatan curang. Karena mulianya orang yang jujur, baik di sisi Allah maupun di
sisi manusia, kejujuran harus ditegakkan meskipun berat dan susah. Ungkapan tentang
“orang jujur akan hancur” merupakan keliru. Allah SWT menyifatkan diri-Nya dengan
kejujuran. Ini merupakan bukti kesktian jujur.
Keujuran dapat membuat hati kita nyaman dan tenteram. Ketika berkata jujur, tidak akan
ada ketakutan yang mengikuti atau bahkan kekhawatiran tentang terungkapnya sesuatu
yang tidak dikatakan. Akan tetapi, saat ini kejujuran dalam penerapan kehidupan sehari-
hari masih kurang seperti perilaku mencontek yang seolah lazim bagi anak-anak
dibangku sekolah.
Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya benar,
dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan
kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut
dengan benar atau sesuai dengan kenyataan. Jujur adalah mengatakan sesuatu apa
adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai
dengan kenyataan sebenarnya. Adapula yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah
antara menyembunyikan dan terus terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan
antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu berita sesuai dengan keadaan
yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak maka dikatakan dusta.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara hidup Jujur?

C. TUJUAN
Memberikan informasi kepada pembaca

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Memiliki Sifat Syaja'ah

Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar tidak menjadi penakut dan
pengecut. Karena rasa takut dan pengecut akan membawa kegagalan dan kekalahan. Keberanian
adalah tuntutan keimanan. Iman pada Allah Swt. mengajarkan kita menjadi orang-orang yang
berani menghadapi beragam tantangan dalam hidup ini. Tantangan utama yang kita hadapi
adalah memperjuangkan kebenaran, meskipun harus menghadapi berbagai rintangan. Rasulullah
saw. menjelaskan dalam sabdanya:

Artinya: "Katakanlah yang benar walaupun itu pahit" (H.R. Ahmad).

Islam tidak menyukai orang yang lemah/penakut. Orang yang lemah/penakut biasanya tidak
berani untuk mempertahankan hidup sehingga gampang putus asa. Ketakutan itu diantaranya
karena takut dikucilkan dari lingkungannya. Takut karena berlainan sikap dengan banyak orang
atau takut untuk membela sebuah kebenaran dan keadilan.

Keberanian dalam ajaran Islam disebut Syaja'ah. Syaja'ah menurut bahasa artinya berani.
Sedangkan menurut istilah syaja'ah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela
dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi syaja'ah dapat diartikan
keberanian yang berlandaskan kebenaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan dan
perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt.

Keberanian (syaja'ah) merupakan jalan untuk mewujudkan sebuah kemenang- an dalam


keimanan. Tidak boleh ada kata gentar dan takut bagi muslim saat mengemban tugas bila ingin
meraih kegemilangan. Semangat keimanan akan selalu menuntun mereka untuk tidak takut dan
gentar sedikit pun. Allah Swt. berfirman:

Artinya: "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman".
(QS. Ali Imran/3: 139

ii
B. Pentingnya Memiliki Sifat Jujur

Nabi menganjurkan kita sebagai umatnya untuk selalu jujur. Kejujuran merupakan akhlak mulia
yang akan mengarahkan pemiliknya kepada kebajikan, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi
Muhammad saw..

Artinya: "Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah:
"Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga...."
(HR. Muslim)

Sifat jujur merupakan tanda ke- islaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik
sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan
kejujurannya. seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari
segala keburukan.

Dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang yang jujur akan dipermudah
rezeki dan segala urusannya. Contoh yang perlu diteladani adalah kejujuran, Nabi Muhammad
saw. ketika belau dipercaya oleh Siti Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih banyak
lagi. Selama membawa barang dangan tersebut, beliau selalu menerapkan kejujuran. Kepada
para pembelinya, beliau selalu berkata jujur tentang kondisi barang dangan yang dijualnya. Sifat
jujur yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. selama berdagang mendatangkan kemudahan
dan keuntungan yang lebih besar. Apa yang dilakukan Nabi Muhammad saw, adalah contoh
dalam kehidupan sehari-hari tentang hikmah perilaku jujur. Kamu dapat mencari contoh lainnya.

Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau bohong akan dipersulit rezeki dan segala urusannya.
Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong karena untuk menutupi kebohongan yang
diperbuat, dia harus berbuat kebohongan lagi. Bersyukurlah bagi orang yang pernah berbohong
kemudian sadar dan mengakui kebohongannya itu sehingga terputusnya mata rantai kebohongan.

Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur
membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membuat hati menjadi was-was. Contoh
seorang siswa yang tidak jujur kepada orang tua dalam hal uang saku, pasti nuraninya tidak akan
tenang apabila bertemu.

Apabila orang tuanya mengetahui ketidakjujuran anaknya, runtuhlah kepercayaan terhadap anak
tersebut. Kegundahan hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-tumpuk berisiko menjadi penyakit.

Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu jujur dalam hati atau niat, jujur dalam
perkataan atau ucapan, dan jujur dalam perbuatan.

ii
1. Jujur dalam niat dan kehendak, yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang da-
lam rangka menaati perintah Allah Swt. dan ingin mencapai rida-Nya. Jujur sesungguhnya
berbeda dengan pura-pura jujur. Orang yang pura-pura jujur berarti tidak ikhlas dalam berbuat.

2. Jujur dalam ucapan, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan realitas yang terjadi. Untuk
kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari'at seperti dalam kondisi perang atau mendamaikan dua
orang yang bersengketa atau perkataan suami yang ingin menyenangkan istrinya, diperbolehkan
untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya,
yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan
dengan kebohongan. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak
dan terang di antara macam-macam kejujuran.

3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga tidaklah berbeda
antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga berarti melaksanakan suatu
pekerjaan sesuai dengan yang diridai Allah Swt. dan melaksanakannya secara terus-menerus dan
ikhlas.

Merealisasikan kejujuran, baik jujur dalam hati, jujur dalam perkataan, maupun jujur dalam
perbuatan membutuhkan kesungguhan. Adakalanya kehendak untuk jujur itu lemah, adakalanya
pula menjadi kuat.

C. Harus Berani Jujur

Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan mengenai arti sebuah kejujuran. Kejujuran akan
membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan dapat membawa ke surga. Sebaliknya, betapa
berbahayanya sebuah kebohongan. Kebohongan akan mengantarkan pelakunya tidak dipercaya
oleh orang lain. Ketika seseorang sudah berani menutupi kebenaran, bahkan menyelewengkan
kebenaran untuk tujuan jahat, ia telah melakukan kebohongan. Kebohongan yang

dilakukannya itu telah membawa kepada apa yang dikhianatinya itu.

Artinya: "... Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa
yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai
dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi." (QS. Ali Imrån/3: 161)

Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan
kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al- Jumahi menuturkan kepada kami dari
Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-, dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

ii
Artinya: "Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu
pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya,
sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu. Ruwaibidhah
berbicara. Ada sahabat yang bertanya, "Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?" Beliau menjawab.
"Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas." (H.R. Ibnu Majah).
Menjaga amanah ialah menunaikan dengan baik terhadap hak-hak Allah Swt. dan hak-hak
manusia tanpa terpengaruh oleh perubahan keadaan, baik susah maupun senang.

Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari perilaku jujur, antara lain sebagai berikut.

1. Perasaan enak dan hati tenang. Jujur akan membuat hati kita menjadi tenang, tidak takut akan
diketahui kebohongannya karena tidak berbohong.
2. Mendapatkan kemudahan dalam hidup.
3. Selamat dari azab dan bahaya.
4. Membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan menuntun kita ke surga.
5. Dicintai oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya.

Kejujuran untuk mengatakan yang benar pada saat ini tampaknya sudah menjadi barang langka
atau sulit sekali ditemukan. Kejujuran terlihat hanya mudah dikatakan di mulut, tetapi sulit
dalam praktiknya. Dengan berbagai dalih, kejujuran diabaikan bahkan disingkirkan laksana
sampah tak berharga. Padahal, seperti dikatakan Abu Dzar, “Kekasihku (Rasulullah),
memerintahkan tujuh hal kepadaku, di antaranya beliau memerintahkanku untuk mengatakan
yang benar walaupun itu pahit.” (HR Ahmad). Manusia sulit untuk bersikap jujur secara praktik
setidaknya karena dua hal. Pertama, tabiatnya memang sering tidak jujur. Kedua, ada
kepentingan tertentu yang harus dibela atau diselamatkan, meski itu harus merugikan orang lain
dan menyimpang dari kebenaran dan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.
Tentang tabiat tidak jujur, Rasulullah pernah mengatakan, “Seseorang membiasakan diri untuk
jujur, hingga ia ditetapkan di sisi Allah sebagai orang jujur. Dan, seseorang membiasakan diri
untuk berbohong, hingga ia ditetapkan di sisi Allah sebagai pembohong.” (HR al-Bukhari dan
Muslim). Artinya, kebiasaan tidak jujur sejatinya dibentuk oleh manusia itu sendiri. Ketika
merasa bahwa saat ia bersikap tak jujur tak ada masalah, ia kemudian melakukan hal itu lagi di
waktu lain. Sehingga, lama-lama ia menjadi terbiasa. Akhirnya itu menjadi karakter personalnya.
Ia lalu menganggap kejujuran sebagai sesuatu yang tak berharga. Padahal, belum tentu dengan
kebohongannya orang yang ingin ia dibela dan diselamatkan benar-benar akan selamat. Sering
kali ketakjujuran itu justru menjadi bumerang yang menyerang balik ketika yang benar
tersingkap terang-benderang.
Oleh karena itu, Rasulullah mengatakan, “Sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan,
dan kebaikan itu membawa pada surga.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Artinya, kejujuran adalah
sesuatu yang baik dan bakal membawa kebaikan, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi orang
lain. Semua orang akan merasakan efek positif dari kejujuran itu.
ii
Sebaliknya, ketidakjujuran atau kebohongan justru akan membawa petaka bagi banyak orang.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kebohongan itu membawa pada keburukan dan keburukan
itu membawa pada neraka.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Neraka di dunia berarti kehidupan
orang bersangkutan tak pernah tenang karena sejatinya dibebani kebohongan yang telah
dibuatnya, dan untuk menutupi kebohongan itu, dia membuat kebohongan berikutnya. Akhirnya,
kebohongan itu makin bertumpuk-tumpuk. Berani jujur itu hebat. Hebat karena seseorang yang
jujur berarti telah menyampaikan hal yang benar, apa adanya, dan melepaskan beban dan
masalahnya untuk bersama-sama dicarikan solusinya. Dan, orang yang jujur biasanya akan
banyak dibantu.
Sebaliknya, orang yang takut untuk bersikap jujur sejatinya ia adalah orang penakut yang tak
bernyali, meskipun ketika berbicara di hadapan publik ia tampak berwibawa dan mantap, yang
bisa jadi hanya dibuat-buat. Pada akhirnya, Allah selalu akan menyingkap kebohongan siapa pun
pada waktunya nanti, “Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.

ii
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian syajaah adalah benar atau gagah. Secara istilah, pengertian syajaah adalah
keteguhan hati kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran
secara bijaksana dan terpuji. Maka dari itu, pengertian syajaah adalah keberanian yang
berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan. Sisi positif dari
sikap berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan
mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya.
Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang
muslim kepada kehinaan. Pengertian syajaah dalam kamus bahasa Arab artinya
keberanian atau keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika
dalam jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam mengerjakan
sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar dan berani. Selain itu
Syajaah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga, melainkan suatu
sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat.lebih kurang kami mohon maaf.

DAFTAR PUSTAKA
ii
https://www.scribd.com/document/425754932/Bab-2-Berani-Hidup-Jujur-pdf

ii

Anda mungkin juga menyukai