Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDAIS

“KEJUJURAN”

Di Susun Oleh:

SYAWAL
18. 3877
XI NKPI

NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN


SMK NEGERI 1 TAKALAR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, semoga sholawat dan
salam dilimpahkan kepada Hamba dan Rosull-Nya Muhammad SAW juga
kepada keluarga dan segenap sahabatnya.

Atas berkat Rahmat, dan karunia-Nya serta dan pertolongan Allah SWT,
sehingga Makalah ini bisa kami selesaikan, dan Makalah ini hanyalah sebagai
pengantar bagi Siswa yang ingin mempelajari Tentang Kejujuran secara
mendalam sehingga karena baru sebagai Pengantar maka diharapkan siswa
membaca Makalah atau buku-buku lain untuk melengkapi pengalamannya.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari banyak kesalahan dan


kekurangan-kekurangan yang telah kami sampaikan dalam penulisan makalah ini,
oleh karena itu kami mohon maaf yang seikhlas-ikhlasnya

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................2


A. PENGERTIAN JUJUR.................................................................................2
B. URGENSI SIFAT JUJUR DALAM PENDIDIKAN ISLAM......................2
C. MANFAAT DAN KEUTAMAAN SIFAT JUJUR....................................10

BAB III. PENUTUP.............................................................................................12


A. KESIMPULAN...........................................................................................12
B. SARAN.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama
dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak
diatas kebohongan, penghianatan serta perbuatan curang.
Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang amat erat
dengan para rosul dan orang-orang yang beriman. Sebagaimana Allah telah
berfirman dalam surat Az-zumar ayat 33-34 yang artinya: “Dan orang yang
membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka memperoleh
apa yang mereka kehendaki pada sisi tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-
orang yang berbuat baik,”
Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah SWT diatas
bahwasannya jujur mempunyai kedudukan yang amat tinggi dimata Allah SWT,
juga dalam pandangan islam juga dalam pandangan islam serta dalam pandangan
orang-orang beradab dan juga akibatnya yang baik, serta betapa bahayanya
berbohong dan mendustakan kebenaran.
Akan tetapi jikalau kita lihat dan perhatikan tentang kehidupan sosial
sekarang bahwa kejujuran sudah jarang ditanamkan pada jiwa dan karakter
seseorang, sudah jarang kejujuran diaplikasikan dan diterapkan pada kehidupan
keseharian seseorang. Bahkan sekarang kebohongan, lawan dari kejujuran malah
secara tidak langsung diajarkan kepada anak-anak.  Karena itu dalam makalah ini
saya akan mencoba membahs tentang kejujuran.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian jujur ?
2. Bagaimana urgensi sifat jujur dalam pendidikan Islam?
3. Apa manfaat dan keutamaan sifat jujur?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN JUJUR
Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang
artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan
perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji
(mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan.
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta.
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan
sebenarnya.[1] Adapula yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara
menyembunyikan dan terus terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan
antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu berita  sesuai
dengan  keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak
maka dikatakan dusta.
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana
seseorang yang melaksanakan sesuatu perbuatan, tentu sesuai dengan apa yang
ada pada batinnya. Seseorang yang berbuat riya’ tidaklah dikataka sebagai orang
yang jujur karena dia telah menampakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang
dia sembunyikan (didalam batinnya). Begitu pula orang yang munafik tidaklah
dikatakan sebagai seorang yang jujur karena ia menampakan dirinya sebagai
seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama juga berlaku pada
pelaku bid’ah; secara lahirlah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tapi
hakikatnya dia berbeda dengan Nabi. Jelasnya, kejujuran merupakan sifat seorang
beriman, sedangkan lawannya dusta, merupakan sifat orang yang munafik.

B. URGENSI SIFAT JUJUR DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Kejujuran merupakan sifat terpuji dan kunci sukses dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak contoh yang menunjukan bahwa orang jujur selalu disenangi
orang lain. Bahkan orang jujur dengan mudah dapat meningkatkan kedudukan dan
martabatnya. Salah satu contoh adalah kejujuran Nabi Muhammad sebelum
menjadi nabi, ketika beliau diamanati tugas oleh Siti Khodijah untuk berdagang,
karena kejujuran beliau tersebutlah usaha Khodijah semakin maju dan berhasil
merauk keuntungan yang besar, kemudian setelah itupun Khodijahpun jatuh hati
pada Muhammad karena kejujurannya itu, hingga akhirnya Muhammad menikah
dengan Khodijah janda yang kaya raya itu.
Selain itu kejujuran adalah sikap yang perlu ditanamkan dihati anak-anak
kita sejak awal dan harus dipantau setiap waktu pengamalannya setiap waktu dan
kesempatan. Dengan mentradisikan sikap bisa dipercaya dan jujur disetiap urusan
dilingkungan keluarga, lambat laun seorang anak akan membawa kebiasaan-
kebiasaan baik itu pada system baru dimana anak-anak kita akan berinteraksi.
Pola pendidikan yang dilakukan orang tua dampaknya sungguh luarbiasa pada
anak-anak kita. Sebaliknya tradisi berbohong, curang, dan tidak jujur disetiap
urusan (apalagi didalam keluarga) akan mudah berkembang dalam diri anak-
anak.Konsisten dalam ucapan dan perbuatan menjadi perbuatan kepribadian
sesorang. Oleh karena itu, penanaman sikap konsisten ini juga tidak boleh
diabaikan oleh orang tua kepada anak-anaknya agar kelak setelah dewasa, anak
kita menjadi orang yang bertanggung jawab, tegas dalam mengemban amanah,
santun dalam perbuatan dan kuat dalam pendirian [2]

‫ْض‬
ِ ‫ت فِ ْي َرب‬ ٍ ‫ا زَ ِع ْي ٌم بِبَ ْي‬RRَ‫ أَن‬: ‫لَّ َم‬R‫ ِه َو َس‬R‫صلَى هللاُ َعلَ ْي‬ َ ُ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫َو ع َْن أَبِ ْي أُ َما َمةَ البَا ِهلِ ْي َر‬
ٍRٍُ ‫ا َو بِبَ ْي‬RR‫از ًح‬
‫ُت فِ ْي‬ ِ ‫انَ َم‬RR‫ َوإِ ْن َك‬  ‫ب‬ َ ‫ ِذ‬R‫ك ْال َك‬ ٍ ‫ا َوبِبَ ْي‬RRً‫ك ال ِم َرا َء َوإِ ْن َكانَ ُم ِحق‬
َ ‫ َر‬Rَ‫ ِط ال َجنَّ ِة لِ َم ْن ت‬R‫ت فِ ْي َو َس‬ َ ‫ال َجنَّ ِة لِ َم ْن ت ََر‬
َ ‫أَ ْعل َى‬
}‫ {رواه أبو داود بإسناد صحيح‬.ُ‫الجنَّ ِة لِ َم ْن َحسَّنَ ُخلُقَه‬

Artinya: “Abu Umamah Al-Bakhili r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Saya dapat menjamin suatu rumah dikebun surga untuk orang yang
meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. Dan menjamin suatu rumah
dipertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan
menjamin rumah disuatu bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi
pekertinya.”
(H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sohih)
Hadis diatas menerangkan tiga prilaku penting yang mendapatkan jaminan surga
dari Rasulullah bagi yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus
diiringi berbagai kewajiban lainnyayang telah ditentukan islam. Ketiga perilaku
tersebut adalah:
1. Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan
maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau
mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya
sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karena
kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya
sendiri sehingga ia beruasaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai
cara.
Sebenarnya tidak semua bentuk perdebatan dilarang, dalam islam
apalagi jikalau berdebat dalam mempertahnkan aqidah. Hanya saja,
perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebatannya
dilandasi oleh keegoan masing-masing, bukan dilandaskan untuk mencari
kebenaran.
Tidak sedikit orang memiliki ego sangat tinggi dan tidak mau
dikalahkan orang lain walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang
seperti itu biasanya, selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan
cara apapun. Kalaupun dilayani, yang terjadi bukan hanya adu mulut melainka
adu fisik. Oleh karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena berbahaya
dan dianggap salah satu perbuatan sesat. Rasulullah SAW bersabda:

}‫ {رواه الترمذي عن أبي أمامة‬.‫ض َّل قَوْ ٌم بَ ْع َد ان هَداهُ ُم هللاُ االّ أوتُوا الجد َل‬
َ ‫َما‬
Artinya:  “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah,
kecuali kaum mendatangkan perdebatan.”.
(H.R. At-Tirmidzi, dari Abu Umammah)

Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam


setiap perdebatan, Nabi menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan
membiarkannya beranggapan bahwa dia menang dalam perdebatan tersebut.
Dengan berperilaku seperti itu, buka berarti kalah dalam perdebatan teersebut,
melainkan menang  disisi Allah dan mendapat pahala yang besar, sebagaimana
Nabi menyatakan bahwa dijaminkan surge baginya.
Akan tetapi dalam hal-hal tertentu, seperti ketika berdebat dengan
orang-orang yang kafir tentang aqidah, kita harus mempertahankan pendapat
kita dengan menggunakan berbagai cara supaya mereka menyadari bahwa
aqidah kita memang benar dan mereka salah. Kalau mereka tidak mengerti
juga, serahkan kepada Allah agar mereka diberi petunjuk, tetapi kita harus
tetap berusaha untuk tidak mengalah dan menuruti pendapat mereka.

       .........:‫ام‬R‫ {األنع‬. َ‫ر ُكوْ ن‬R‫وهُ ْم إنّكم ل ُم ِش‬RR‫ادلُوكم وإن أَط ُعتُ ُم‬R‫ائِ ِه ْم ليُج‬R‫وْ نَ الى أولي‬RR‫وإن ال ّشياط ْينَ لَيُوْ ُح‬
}121
Artinya: “Sesungguhnya setan itu membisikan kepada kawan-kawannya agar
mereka membantah kamu, dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya
kamu tentulah menjadi orang –orang yang musyrik”.
(Q.S. Al-An’Am: 121)

Dengan demikian, kapan seorang harus meninnggalkan


suatu  perdebatan dan kapan ia harus mempertahankannya sangat bergantung
pada kondisi. Akan tetapi hadis diatas menekankan kemaslahatan bagi
semuanya. Janganlah karena sama-sama bersikeras mempertahankan pendapat
dan masing-masing merasa paling besar sehingga saling menghina dan
melecehkan, bahkan tidak tidak menutup  kemungkinan berlanjut pada
timbulnya keributan atau perkelahian.
Dalam berdebat hendaklah mengetahui dengan jelas motivasi dan
tujuannya, apakah mencari kebenaran atau mencari prestise semata. Kalau
sama-sama mencari kebenaran , diyakini bahwa mereka yang berdebat tidak
akan mempertahankan pendapatnya yang salah dan tidak akaan salin
menjatuhkan satu sama lain. Namu demikian  meninggalkan perdebatan
adalah paling utama dan pelakunya akan diberi pahala oleh Allah SWT,
dengan menempatkannya disurga.

2. Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau


Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam islam. Karena selain
merugikan orang lain, juga merugikan diri sendiri. Banyak ayat Al-Qur’an
yang mencela orang yang suka berdusta, apalagi terhadap mereka yang
mendustakan Allah. Seperti firman-Nya:

ََّ ‫ويوم القيامة ترى اّلذيْن‬


َ‫ْس فِ ْى َجهَنّ َم َم ْث ًوى ِلل ُمتكب ِِّر ْين‬
َ ‫كذبُوا على هللاِ ُوجُوهُهُ ْم ُم ْس َو َّدةٌ أَلَي‬ ِ َ ِ َ
 {60 : ‫}الزمر‬
Artinya: Pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta
terhadap Allah, mukanya mukanya hitam. Bukankah didalam neraka
Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri”.

Sebaliknya, Islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur


walaupun dalam bercanda. Orang-orang yang selalu jujur walaupun dalam
bercanda sebagaimana disebutkan dalam hadis diatas dijaminkan oleh
Rasulullah SAW satu tempat disurga.
Dalam bercanda seseorang biasanya suka melebih-lebihkan
candaannya untuk mengundang tawa orang yang diajak bercanda. Hal ini
membuatnya merasa puas. Maka dibuatlah gurauan dengan berbagai cara
walaupun harus berbohong. Hal seperti itu, tidaklah dibenarkan dalam Islam
karena apapun alasannya berbohong merupakan perbuatan yang dilarang.
Rasulullaw SAW bersabda :

ُ ‫ د‬R‫ ِذي ي َُح‬Rّ‫ ُل ال‬R‫ وي‬: ‫ قا ل رسو ُل هللا صلّى هللاِ علي ِه وسلّ َم‬:‫حكيم عن أبيه عن ج ِّد ِه قال‬
ُ‫ ِذب‬R‫ِّث فَي ْك‬ ٍ ‫ْهِْز ْب ِن‬Rِ َ‫ع َْن ب‬
َ ‫لِيَضْ َح‬
}‫ وإسناده قوي‬:‫ {أخرجه اللثالثة‬.ُ‫ك بِ ِه وي ٌل لهُ ث ّم وي ٌل له‬
Artinya:
“Dari Bahz Ibn Hakim dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Kecelakaanlah bagi orang-orang yang menceritakan, tetapi ia
berdusta untuk membuat orang-orang tertawa itu, Kecelakaanlah baginya!
Kemudian kecelakaanlah baginya!”.
(Dikeluarkan oleh tiga dan isnadnya kuat)

Rasulullah memberikan contoh tentang bercanda yang tidak dicampuri


bohong. Ketika beliau didatangi seorang nenek apakah ia akan masuk surga,
Nabi menjawab bahwa nenek itu tidak aka nada disurga. Hal itu membuat
sinenek menangis sehingga Siti Aisyah merasa iba kepadanya. Kemudian  ia
menanyakan kepada Rasulullah SAW tentang jawaban yang diberikan kepada
nenek tersebut. Rasulullah SAW, menjelaskan bahwa disurga tidak akan ada
nenek-nenek atau kakek-kakek. Mereka yang ketika didunia sudah tua, kalau
masuk kesurga, mereka akan muda kembali, Siti Aisyah pun mengerti dan
tertawa.
Kejujuran juga harus selalu dipegang teguh oleh para ahli ilmu jika ia
menghadapi sesuatu yang belum ia ketahui. Secara jujur ia harus mengatakan
bahwa ia tidak tahu. Bahkan para ilmuwan salaf setiap selesai menulis karya
mereka, selalu menulis wallahu a’lam (Allah lebih Mengetahui). Pernyataan
seperti itu adalah kejujuran sangat tinggi dari seorang ilmuwan tentang
kebodohan dirinya dan kemahatauan Allah SWT.
Menurut M. Quraish Shihab seseorang yang disodori prtanyaan
mengenai sesuatu yang belum ia ketahui jawabannya mempunyai tiga pilihan:
pertama, menjawab dengan membohongi dirinya sendiri dan sipenanya;
kedua, beruasaha meyakinka dirinya dan penanya dengan memberikan
jawaban yang tidak pasti berdasarkan dugaan, sedangkan dugaan menurut Al-
Qur’an tidak bermanfaat sedikitpun terhadap kebenaran (Q.S. 53:28); ketiga,
bersikap jujur dengan berkata, “Saya tidak tahu.” Jawaban seperti itulah yang
selalu diberikan Nabi SAW, setiap kali beliau diajukan pertanyaan yang tidak
diketahui duduk perkaranya. Nabi bahkan bersabda , “ Bukti pengetahuan
seseorang adalah menjawab (dengan jawaban) ‘saya tidak tahu’.”
Adapun salah satu cara untuk menjadi orang yang jujur adalah dengan
cara bergaul dengan orang-orang yang dikenal sebagai orang yang jujur, hal
ini karena pergaula sangat berpengaruh terhadap watak dan kepribadian
seseorang. Allah SWT berfirman:
}119 :‫يا ايُّها اّل ِذيْن أمنُوا اتَّقُوا هللاَ و ُكوْ نُوْ ا مع الصا ِدقِيْن {التوبة‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar.” (Q.S. At-Taubah: 119)

Selain itu, melatuh diri dari berbagai kondisi, seperti dicontohkan


dalam hadis sekalipun ketika bergurau. Orang seperti itulah yang dijamin
mendapat tempat disurga. Namum perhatikanlah hadits berikut:
}‫اس فَيَ ْن ِمى خَ ْيرًا أوْ يَقَُوْ َل خَ ْي ًرا {رواه بخاري‬
ِ َّ‫ْس ْال َك ّذابُ الّ ِذيْ يُصْ لِحْ ب ْينَ الن‬
َ ‫لَي‬
Artinya:
“Bukanlah disebut pembohong, orang yang mendamaikan/merukunkan
manusia. Ia mendatangkan apa yang menyebabkan kebaikan, atau
mengucapkan perkataan yang membawa kebaikan. (H.R. Bukhori)[3]

Berdasarkan hadits diatas diterangkan bahwa berbohong demi


mendatangkan kebaikan dan mendamaikan sebuah permusuhan tidak bisa
disebut berbohong, karna manfaatnya yang baik bagi manusia.

3. Orang yang baik budi pekertinya


Sifat lainnya yang meningkatkan derajat seseorang disisi Allah SWT,
dan juga dalam pandangan manusia adalah akhlak terpuji.
Salah satu risalah Rasulullah SAW, adalah menyempurnakan akhlak
manusia. Dalam menyempurnakana akhlak terpuji, Rasulullah SAW
memebrikan suri teladan bukan sekedar memberikan anjuran atau perintah
kepada umatnya. Itulah salah satu sebab keberhasilan dakwah Rasulullah
SAW. Beliau memiliki akhlak yang sangat terpuji yang dikagumi kawan
maupun lawannya. Hal itu dijelaskan dalam Al-Qur’an:
}4 :‫عظي ٍْم {القلم‬
ِ ‫ق‬ٍ ُ‫وإنّكَ لَ َعلَى ُخل‬
Artinya:
“Sungguh engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang luhur”
(Q.S. Al-Qalam: 4)

Barang siapa yang berakhlak mulia, ia harus berusaha meniru akhlak


Rasulullah SAW, yakni menuruti segala petunjuk yang terdapat didalam Al-
Qur’an dan sunnahnya. Ketika Siti Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah
SAW dia berkata bahwa akhlak Rasulullah SAW adalah akhlak Al-Qur’an.
Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis,
berusaha untuk membantub orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga
dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu, selain dijanjikan
surge sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas, juga dianggap sebagai
orang yang paling baik diantara sesama manusia lain. Rasulullah SAW
bersabda:
ِ .‫ م‬.‫ ل َْم ي ُك ْن رسو ُل هللاِ ص‬: ‫رض َي هللاَ ع ْنهُ َما قال‬
‫ا‬R ‫ا والَ ُمتَفَ ِّح ًش‬R ‫فاح ًش‬ ِ ‫العاص‬
ِ ْ ‫َو‬
‫عن ع ْب ِد هللاِ ْب ِن َع ْم ِر و ْب ِن‬
}‫ {متفق عليه‬.‫أخالَ قًا‬
ْ ‫ار ُك ْم أحْ َسنَ ُك ْم‬ َّ : ‫وكان يقُو ُل‬
ِ َ‫إن ِم ْن ِخي‬ َ
Artinya:
“Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a berkata, “Rasulullah SAW bukan
yang  Memiliki perilaku dan perkataan yang keji. Nabi SAW bersabda,
“Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak (budi pekertinya).” (H.R.
Bukhari dan Muslim)
C. MANFAAT DAN KEUTAMAAN SIFAT JUJUR
Diantara beberapa manfaat dan keutamaan dari sifat jujur adalah sebagai
berikut:
1. Membawa kebajikan
َ ‫ص ْد‬
ّ ِّ‫ر‬RRِ‫ ِدي الى الب‬R‫ق يَ ْه‬
‫وإن‬ ّ   :‫رض َي هللاُ ع ْنهُ ع ِن النّبِ ّي ِصلّى هللاُ عل ْي ِه وسلّ َم قال‬
ِ ‫إن ال‬ ُ ‫َح ِدي‬
ِ ‫ْث ع ْب ِد هللاِ ب ِن م ْسعُو ٍد‬
‫ ِدي‬RRْ‫وإن الفُجُو َر يَه‬ ِ ‫ب يَ ْه ِديْ الى الفُج‬
ّ ‫ُور‬ ّ .‫صديقًا‬
َ ‫وإن الك ِذ‬ ِ َ‫ق حتّى يكون‬ ّ ‫البِ َّر يَ ْه ِدي الى الجنّ ِة‬
ُ ‫وإن ال َّر ُج َل لَيَصْ ُد‬
ّ ِ‫َب عن َد هللا‬
‫كذابًا‬ َ ‫وإن ال ّرجُل لَيَ ْك ِذبُ حتي يُكت‬
ّ ‫ار‬ِ ّ‫الى الن‬.
{ ‫ع‬RR‫وا م‬RR‫وا هللا كون‬RR‫وا اتق‬RR‫ذين أمن‬RR‫ا ال‬RR‫ا أيه‬RR‫ ي‬:‫الى‬RR‫ه تع‬RR‫اب قول‬RR‫ ب‬69:‫اب األدب‬RR‫كت‬-78 :‫اري في‬RR‫ه البخ‬RR‫أخرج‬
‫}الصادقين‬
Artinya:
Abdullah  Ibnu Mas’ud  berkata bahwa Nabi SAW bersabda, Sesungguhnya benar
(jujur) itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun kesurga, dan
dan seseorang itu berlaku benar sehingga tercatat disisi Allah sebagai seorang
yang shiddiq (yang sangat jujur dan benar). Dan dusta menuntun kepada curang,
dan curang itu menuntun kedalam neraka. Dan seorang yang berdusta sehingga
tercatat disisi Allah sebagai pendusta.”
(Dikeluarkan oleh Imam Bukhori dalam kitab “Tatakrama” bab: firman Allah
Ta’ala: Hai oramg-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan jadilah
kamu semua bersama orang-orang yang benar.”)

Sebagaimana diterangkan hadis diatas bahwa berbagai kebaikan dan


pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik didunia maupun kelak
diakhirat. Ia akan dimasukan kedalam surga dan mendapatkan gelar yang sangat
terhormat, yaitu shiddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar. Bahkan dalam
Al-Qur’an dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan
kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertakwa.  
}33 :‫ق به اُوْ لئِك هُ ُم المتّقُونَ {الزمر‬ ِ ‫والّ ِذي جا َء بالص‬
َ ‫ّدق وص َّد‬
Artinya:
“Orang-orang yang yang datang menyampaikan dan melakukannya (kebenaran
itu), mereka itulah orang-orang yang takwa.”
(Q.S. Az-Zumar:33)
2. Mendapat pertolongan Allah
Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam
uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya.
Hal itu itu dibolehkan dalam islam dan Allah SWT aka  menolang mereka jikalau
mereka berniat utuk digunakan sebagai penunjang usahanaya dan berniat untuk
dikembalikan kepada pemiliknya.
Peminjam tidak berniat menipu pemilik modal denag  mengguanakan iang
yang dipinjamnya untuk berfoya-foya sehingga uang itu habis begitu saja dan ia
tidak memiliki uang untuk menggantinya. Hal itu merugikan pemilik modal
hendaknya ingat bahwa harta tersebut adalah amanat yang dipercayakan pemilik
kepadanya. Dalam Islam Umatnya selalu diingatkan untuk menjaga amanat yang
dipercayakan kepadanya dan mengembalikan amanat tersebut kepada pemiliknya
“Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu semua agar memenuhi amanat
kepada yang brhak menerimanya.” (Q.S. An-Nisa: 58)
Begitu seorang peminjam modal, ia harus harus berusaha sekuat tenaga
untuk menjaga kepercayaan yang diraihnya tersebut dengan cara mengembalikan
modal yang dipinjamnya pada waktu yang telah disepakati. Jika ia berbuat
demikian, pemilik modal akan semaki  mempercayainya. Ini berarti, jika ia
memerlukan modal lagi, ia tidak akan mengalami kesulitan.
Selain akan mendapatkan predikat shiddiq, sebagaiman dijelaskan dalam
pembahasan dahulu, ia juga akan dimudahkan oleh Allah SWT dalam setiap
usahanya, terutama dalam usahanya untuk mengembalikan modal yang
diamanatkan kepadanya.
}4:‫َََََِ ِس ْيرًا{الطالق‬R‫ق هللاَ يجْ علْ لهُ ِم ْن أََ ْم ِر ِه ِي‬
ِ َّ‫َومن يت‬
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah SWT, Dia akan menjadikan dari
urusannya mudah.”
(Q.S. At-Thalaq: 4)
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur
merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan
benar atau sesuai dengan kenyataan.
1. Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta.
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Ada tiga perilaku yang sangat penting untuk dilakukan dalam pergaula di
masyarakat, yaitu: meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, tidak
berdusta meskipun ia bergurau, dan baik budi pekertinya. Rasulullah
menjamin bahwa mereka memiliki tiga sifat tersebut akan mendapat surga,
maisng dalam tingkatan yang berbeda.
3. Jujur akan membawa kebajikan dan orang yang jujur akan mendapat
pertolongan Allah SWT.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Syafefe’i Rachmat, 2000. Al-Hadis Akidah Akhlak Sosial dan Hukum. Bandung..
CV PUSTAKA SETIA
Sunarto Ahmad dan Noor Muhammad, 2008. Himpunan Hadis Shahih Bukhari.
Jakarta, Annur Press
Ummatin Khoiro, 2011. 40 hadis shahih Mengintip Nabi Mendidik Buah Hati.
Yogyakarta, Pustaka Pesantren
Ukhuwahislah.blogspot.com/2013/ Makalah Jujur

Anda mungkin juga menyukai