“KEJUJURAN”
Di Susun Oleh:
SYAWAL
18. 3877
XI NKPI
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, semoga sholawat dan
salam dilimpahkan kepada Hamba dan Rosull-Nya Muhammad SAW juga
kepada keluarga dan segenap sahabatnya.
Atas berkat Rahmat, dan karunia-Nya serta dan pertolongan Allah SWT,
sehingga Makalah ini bisa kami selesaikan, dan Makalah ini hanyalah sebagai
pengantar bagi Siswa yang ingin mempelajari Tentang Kejujuran secara
mendalam sehingga karena baru sebagai Pengantar maka diharapkan siswa
membaca Makalah atau buku-buku lain untuk melengkapi pengalamannya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian jujur ?
2. Bagaimana urgensi sifat jujur dalam pendidikan Islam?
3. Apa manfaat dan keutamaan sifat jujur?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN JUJUR
Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang
artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan
perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji
(mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan.
Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta.
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan
sebenarnya.[1] Adapula yang berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara
menyembunyikan dan terus terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan
antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu berita sesuai
dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak
maka dikatakan dusta.
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana
seseorang yang melaksanakan sesuatu perbuatan, tentu sesuai dengan apa yang
ada pada batinnya. Seseorang yang berbuat riya’ tidaklah dikataka sebagai orang
yang jujur karena dia telah menampakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang
dia sembunyikan (didalam batinnya). Begitu pula orang yang munafik tidaklah
dikatakan sebagai seorang yang jujur karena ia menampakan dirinya sebagai
seorang yang bertauhid, padahal sebaliknya. Hal yang sama juga berlaku pada
pelaku bid’ah; secara lahirlah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tapi
hakikatnya dia berbeda dengan Nabi. Jelasnya, kejujuran merupakan sifat seorang
beriman, sedangkan lawannya dusta, merupakan sifat orang yang munafik.
ْض
ِ ت فِ ْي َرب ٍ ا زَ ِع ْي ٌم بِبَ ْيRRَ أَن: لَّ َمR ِه َو َسRصلَى هللاُ َعلَ ْي َ ُ قَا َل َرسُوْ ُل هللا:ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل ِ َو ع َْن أَبِ ْي أُ َما َمةَ البَا ِهلِ ْي َر
ٍRٍُ ا َو بِبَ ْيRRاز ًح
ُت فِ ْي ِ انَ َمRR َوإِ ْن َك ب َ ِذRك ْال َك ٍ ا َوبِبَ ْيRRًك ال ِم َرا َء َوإِ ْن َكانَ ُم ِحق
َ َرRَ ِط ال َجنَّ ِة لِ َم ْن تRت فِ ْي َو َس َ ال َجنَّ ِة لِ َم ْن ت ََر
َ أَ ْعل َى
} {رواه أبو داود بإسناد صحيح.ُالجنَّ ِة لِ َم ْن َحسَّنَ ُخلُقَه
Artinya: “Abu Umamah Al-Bakhili r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Saya dapat menjamin suatu rumah dikebun surga untuk orang yang
meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. Dan menjamin suatu rumah
dipertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan
menjamin rumah disuatu bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi
pekertinya.”
(H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sohih)
Hadis diatas menerangkan tiga prilaku penting yang mendapatkan jaminan surga
dari Rasulullah bagi yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus
diiringi berbagai kewajiban lainnyayang telah ditentukan islam. Ketiga perilaku
tersebut adalah:
1. Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan
maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau
mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya
sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karena
kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya
sendiri sehingga ia beruasaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai
cara.
Sebenarnya tidak semua bentuk perdebatan dilarang, dalam islam
apalagi jikalau berdebat dalam mempertahnkan aqidah. Hanya saja,
perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebatannya
dilandasi oleh keegoan masing-masing, bukan dilandaskan untuk mencari
kebenaran.
Tidak sedikit orang memiliki ego sangat tinggi dan tidak mau
dikalahkan orang lain walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang
seperti itu biasanya, selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan
cara apapun. Kalaupun dilayani, yang terjadi bukan hanya adu mulut melainka
adu fisik. Oleh karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena berbahaya
dan dianggap salah satu perbuatan sesat. Rasulullah SAW bersabda:
} {رواه الترمذي عن أبي أمامة.ض َّل قَوْ ٌم بَ ْع َد ان هَداهُ ُم هللاُ االّ أوتُوا الجد َل
َ َما
Artinya: “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah,
kecuali kaum mendatangkan perdebatan.”.
(H.R. At-Tirmidzi, dari Abu Umammah)
.........:امR {األنع. َر ُكوْ نRوهُ ْم إنّكم ل ُم ِشRRادلُوكم وإن أَط ُعتُ ُمRائِ ِه ْم ليُجRوْ نَ الى أوليRRوإن ال ّشياط ْينَ لَيُوْ ُح
}121
Artinya: “Sesungguhnya setan itu membisikan kepada kawan-kawannya agar
mereka membantah kamu, dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya
kamu tentulah menjadi orang –orang yang musyrik”.
(Q.S. Al-An’Am: 121)
ُ دR ِذي ي َُحRّ ُل الR وي: قا ل رسو ُل هللا صلّى هللاِ علي ِه وسلّ َم:حكيم عن أبيه عن ج ِّد ِه قال
ُ ِذبRِّث فَي ْك ٍ ْهِْز ْب ِنRِ َع َْن ب
َ لِيَضْ َح
} وإسناده قوي: {أخرجه اللثالثة.ُك بِ ِه وي ٌل لهُ ث ّم وي ٌل له
Artinya:
“Dari Bahz Ibn Hakim dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Kecelakaanlah bagi orang-orang yang menceritakan, tetapi ia
berdusta untuk membuat orang-orang tertawa itu, Kecelakaanlah baginya!
Kemudian kecelakaanlah baginya!”.
(Dikeluarkan oleh tiga dan isnadnya kuat)
A. KESIMPULAN
Jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur
merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan
benar atau sesuai dengan kenyataan.
1. Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta.
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Ada tiga perilaku yang sangat penting untuk dilakukan dalam pergaula di
masyarakat, yaitu: meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, tidak
berdusta meskipun ia bergurau, dan baik budi pekertinya. Rasulullah
menjamin bahwa mereka memiliki tiga sifat tersebut akan mendapat surga,
maisng dalam tingkatan yang berbeda.
3. Jujur akan membawa kebajikan dan orang yang jujur akan mendapat
pertolongan Allah SWT.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Syafefe’i Rachmat, 2000. Al-Hadis Akidah Akhlak Sosial dan Hukum. Bandung..
CV PUSTAKA SETIA
Sunarto Ahmad dan Noor Muhammad, 2008. Himpunan Hadis Shahih Bukhari.
Jakarta, Annur Press
Ummatin Khoiro, 2011. 40 hadis shahih Mengintip Nabi Mendidik Buah Hati.
Yogyakarta, Pustaka Pesantren
Ukhuwahislah.blogspot.com/2013/ Makalah Jujur