Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI


Tentang Adab Bermedia Sosial Menurut Islam

Di susun oleh :

MUCHAMAD DANUNG PRABOWO

KELAS : 11 TO 2

ABSEN : 31

SMKN 1 BLORA

Jl. Gatot Subroto, km 4, Maguan, Tamanrejo

Kec.Tunjungan, Kab.Blora, Jawa Tengah


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang implikasi nilai nilai ibadah dalam
kehidupan sehari hari Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang impilkasi nilai nilai
ibadah dalam kehidupan sehari hari dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

25 Februari 2023

DAFTAR ISI
Halaman judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................... ii

Daftar isi............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

Adab Bermedia Sosial........................................................................ 3


Etika Bermedia Sosial Saat Memosting........................................................ 4

Etika Media Sosial Saat Berkomentar.......................................................... 8

Etika Media Sosial saat Menyebarkan Informasi (Sharing)................. 10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan...................................................................................................... 12
Saran................................................................................................................... 12

PENDAHULUAN
Adab merupakan norma atau aturan mengenai kesopanan yang didasari oleh
aturan agama. Mengutip buku Adab Muslim Sehari Semalam oleh al-Qismul Ilmi
Bi Madarii, adab digunakan dalam interaksi antara manusia secara umum. Dalam
ajaran Islam, adab mencakup banyak hal, baik dalam ibadah maupun yang
sifatnya duniawi.

Adab dalam ajaran Islam bersifat fleksibel karena bisa diterapkan sesuai dengan
perkembangan teknologi, salah satunya adalah adab bersosial media. Ibarat
pedang bermata dua, kehadiran media sosial memiliki dampak positif sekaligus
negatif bagi manusia. Dalam buku The Dark Side of Social Media oleh Pavica
Sheldon, dijelaskan bahwa penggunaan sosial media telah meningkatkan jumlah
orang yang mengalami depresi dan penyakit mental lainnya.

Ada banyak media sosial yang digandrungi masyarakat saat ini. Mulai dari
Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, TikTok, dan lain-lain. Menggunakannya
secara berlebihan akan menimbulkan dampak yang tidak baik.

Itu mengapa seseorang Muslim harus mengikuti adab yang telah ditentukan
dalam ajaran Islam agar bisa menggunakan sosial dengan baik.

PEMBAHASAN

ADAB BERMEDIA SOSIAL


Mengutip dari jurnal Adab Bermedia Sosial dalam Pandangan Islam oleh Juminem,
seorang Muslim harus memenuhi sejumlah persyaratan untuk berinteraksi dalam
media sosial dengan menjunjung tinggi adab, yaitu:

Tidak Menyampaikan Informasi Palsu.


Umat Muslim harus menyampaikan informasi dengan benar serta memastikan
bahwa informasi tersebut kebenarannya sudah diketahui secara pasti. Orang yang
mempublikasikan informasi palsu disebut sebagai qaul zur yang berarti kesaksian
palsu. Perilaku ini harus dihindari karena orang yang berdusta termasuk golongan
munafik.

Menghindari Prasangka Buruk, Gibah, dan Fitnah.


Prasangka buruk dapat mencemari karakter seseorang yang mungkin tidak
bersalah. Prasangka tidak berdasar sangat berbahaya karena bisa memicu orang
untuk gibah, fitnah, dan saling menjatuhkan satu sama lain. Umat Muslim harus
menjauhi keinginan ikut campur dalam urusan orang lain dan secara sengaja
mencari keburukan.

Menghindari Konten Negatif.


Seorang Muslim sepatutnya menghindari konten yang berbau pornografi. Ketika
seseorang menyaksikan konten yang vulgar, artinya setan berhasil menggodanya
hingga seseorang mengikuti hawa nafsunya. Selain itu, konten yang
memaamerkan kesuksesan atau ketampanan/kecantikan yang berlebihan juga
harus dihindari karena dapat menimbulkan perasaan iri.

adab dan etika yang perlu kita implementasikan dalam bermedia sosial. Berikut
rangkumannya :

1. Etika Bermedia Sosial Saat Memosting


Pada hakikatnya memosting sebuah postingan adalah sama dengan
memberikan informasi kepada orang lain, entah itu berbentuk tulisan, gambar,
ataupun video. Maka dalam membuat postingan hendaknya kita benar-benar
memperhatikan karena setiap apa yang kita informasikan kepada orang lain
akan tercatat di dalam buku amal dan akan dipertanggung jawabkan besok di
hari kiamat. Allah ta’ala berfirman :

)12( َ‫) يَ ْعلَ ُمونَ َما تَ ْف َعلُون‬11( َ‫) ِك َرا ًما َكاتِبِين‬10( َ‫َوِإ َّن َعلَ ْي ُك ْم لَ َحافِ ِظين‬

"Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi


(pekerjaanmu), [10] yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-
pekerjaanmu itu), [11] mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. [12]
(Q.S Al-Infithor : 10 – 12)"
Semua postinganmu tercatat di dalam buku amalmu
Berikut ini beberapa adab yang berkaitan dengan postingan:

a. Berbicara dengan Kalimat yang Baik

Tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya pun kita dituntut untuk berbicara
dengan perkataan yang baik. Allah ta’ala berfirman :

‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا* قَوْ اًل َس ِديدًا‬

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan


katakanlah perkataan yang benar (Q.S Al-Ahzab : 70)"
Apabila kita perhatikan ayat tersebut maka kita akan mengetahui kalimat
“katakanlah perkataan yang benar” memiliki pengertian yang tegas dan
menyeluruh. Dalam penjelasan kitab-kitab tafsir dapat kita ambil bahwa inti
yang dimaksud mencakup dua hal, diantaranya :
Perkataan yang Jujur dan Tidak Dusta
Dalam memberikan informasi di media sosial seperti berita, artikel, kejadian,
tips dan apapun itu hendaknya kita berkata jujur dan hindarilah informasi
dusta (hoax).
Berhati-hatilah pada kalimat dusta (hoax) karena ia merupakan kalimat yang
menerjunkan kita ke dalam api neraka. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
berbsada :

‫ار‬ ِ ‫ب فَِإنَّهُ َم َع ْالفُج‬


ِ َّ‫ َوهُ َما فِي الن‬،‫ُور‬ َ ‫ َوِإيَّا ُك ْ*م َو ْال َك ِذ‬،‫ َوهُ َما فِي ْال َجنَّ ِة‬، ِّ‫ق فَِإنَّهُ َم َع ْالبِر‬ ِّ ‫َعلَ ْي ُك ْم بِال‬
*ِ ‫ص ْد‬
"Diwajibkan bagi kalian berkata jujur, sesungguhnya jujur bersama kebaikan
dan keduanya berada di surga. Dan takutlah kalian dengan dusta,
sesungguhnya dusta bersama kedurhakaan, dan keduanya berada di neraka.
(HR. Ahmad : 5)"
Perkataan yang Baik dan Tidak Buruk
Tahukah Anda? Bahwa kita diperintahkan untuk menjaga diri kita dari neraka
walapun dengan menyedekahkan sedekah biji kurma. Akan tetapi, ada yang
lebih ringan dari pada itu namun sungguh kebanyakan dari kita sulit sekali
mengamalkannya, yaitu sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam:

‫ار َولَوْ بِ ِشقَّ ِة تَ ْم َر ٍة فَ َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد ِشقَّةَ تَ ْم َر ٍة فَبِ َكلِ َم ٍة طَيِّبَ ٍة‬


َ َّ‫اتَّقُوا الن‬
"Jagalah diri kalian dari neraka walaupun dengan sedekah setengah biji kurma.
Jika tidak memilikinya maka dengan perkataan yang baik. (HR. Bukhari :
3595)".

b. Postingan Ketaatan dan Kemaksiatan

Apabila kita memosting sesuatu yang berkaitan dengan ketaatan kepada Allah
seperti nasehat, peringatan, kajian agama, dakwah, dan lain sebagainya maka
Allah akan memberikan pahala atas postingan tersebut selama postingan itu
ada. Jika ternyata ada orang yang berubah menjadi lebih baik karena sebab
postingan kita maka Allah akan memberikan kita pahala sebagaimana pahala
orang yang mengerjakan kebaikan yang kita sampaikan.
Kebalikan dari pada itu, apabila kita memosting hal-hal yang berkaitan dengan
kemaksiatan kepada Allah seperti, mengajak pada kemungkaran, ujaran
kebencian, mengolok-olok pihak lain, gambar atau video yang terbuka aurat,
dan lain sebagainya maka Allah akan memberikan dosa atas postingan
tersebut selama postingan itu ada.
Lebih dari itu, apabila ada orang yang berbuat kemaksiatan disebabkan
postingan kita maka Allah akan menambahkan dosa itu pada kita sebagaimana
dosa orang yang bermaksiat sebab apa yang kita postingan.
Lalu seberapa banyak dosa kita apabila ternyata postingan kita ditonton, dan
dicontoh oleh ribuan bahkan jutaan orang?
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
َ‫ َو َم ْن َس َّن ُسنَّة‬،‫ُور ِه ْ*م َش ْيًئا‬ ‫َم ْن َس َّن ُسنَّةَ خَ ي ٍْر فَاتُّبِ َع َعلَ ْيهَا فَلَهُ َأجْ ُرهُ َو ِم ْث ُل ُأجُور َم ْن اتَّبَ َعهُ َغ ْي َر َم ْنقُو ٍ ُأ‬
ِ ‫ص ِم ْن ج‬ ِ
‫زَار ِه ْم َش ْي اًئ‬ ‫َأ‬
ِ ْ‫ص ِم ْن و‬ ُ ْ َّ *ِ ‫َش ٍّر فَاتُّبِ َع َعلَ ْيهَا َكانَ َعلَ ْي ِه ِو ْز ُرهُ َو ِم ْث ُل َأوْ ز‬
ٍ ‫َار َم ْن اتبَ َعهُ َغ ْي َر َمنقو‬

"Barang siapa yang mencontohkan perbuatan yang baik lalu diikutilah


perbuatan itu maka ia mendapatkan pahala sebagaimana orang yang
mengikuti perbuatan itu tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun. Dan barang
siapa yang mencontohkan perbuatan yang buruk lalu diikutilah perbuatan itu
maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosanya orang yang mengikutinya
tanpa dikurangi dosanya sedikitpun. (HR. Tirmidzi : 2675)"
Maka janganlah sekali-kali memosting hal-hal yang berbau maksiat di media
sosial! Siapa yang memosting kebaikan, maka pahala berlipat baginya.Siapa
yang memosting keburukan, maka dosa berlipat baginya.

c. Perbanyak Postingan yang Bermanfaat

Betapa mirisnya saat ini mulai banyak timbul postingan-postingan yang tidak
bermanfaat; seperti candaan yang berlebihan, gambar meme yang tidak
bermanfaat, video tik tok yang menampilkan kemaksiatan, dan lain
sebagainya. Padahal banyaknya postingan yang berlebihan dalam bercanda
dan yang tidak bermanfaat itu membuat hati menjadi keras dan menunjukkan
buruknya keislaman seseorang.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

َ ‫يت ْالقَ ْل‬


‫ب‬ ُ ‫ك تُ ِم‬ َّ ‫ فَِإ َّن َك ْث َرةَ ال‬، َ‫ض ِحك‬
ِ ‫ض ِح‬ َّ ‫اَل تُ ْكثِرُوا ال‬

"Jangan memperbanyak tertawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu


mematikan hati. (HR. Ibnu Majah : 4193)"

‫ِإ َّن ِم ْن ُح ْس ِن ِإ ْساَل ِم ال َمرْ ِء تَرْ َكهُ َما اَل يَ ْعنِي ِه‬

"Sesungguhnya termasuk baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan


apa yang tidak bermanfaat baginya. (HR. Tirmidzi : 2318)". Maka dari itu,
perbanyaklah postingan yang bermanfaat untuk diri kita dan seluruh
masyarakat penghuni internet (netizen). Muslim sejati adalah muslim yang
meninggalkan hal yang tidak bermanfaat

2. Etika Media Sosial Saat Berkomentar


Sebenarnya ada kesamaan antara adab memosting dan adab berkomentar. Hal
ini dikarenakan memosting dan berkomentar sama-sama menunggah tulisan
ke media sosial yang tidak terlepas dari kalimat-kalimat yang perlu
diperhatikan; seperti berucap yang baik, tidak mengolok-olok, dan lain
sebagainya. Namun, antara memosting status dan komentar ini ada sedikit
perbedaan.

Berikut ini hal-hal yang hendaknya kita perhatikan sebelum berkomentar :

a. Lihatlah Konten Postingan Secara Menyeluruh

Kebanyakan dari kita mudah terkecoh dengan judul dan malas membaca atau
melihat postingan secara menyeluruh sehingga langsung menyimpulkan dan
berkomentar. Inilah perbuatan yang kurang bijak ketika berkomentar.
Selayaknya kita lihat terlebih dahulu konten postingan secara menyeluruh
sebelum memberikan komentar.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa orang yang
memberikan informasi hampir sama dengan orang yang berbicara. Ketika kita
memotong apa yang dibicarakan dengan mengomentarinya secara langsung
maka ini adalah hal kurang pantas.
Dari sisi syari’at memang tidak ada dalil yang secara eksplisit menyebutkan
tentang hal ini, tetapi ada kesamaan yang bisa kita ambil dibalik sabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berikut ini :

َ‫ فَقَ ْد َأ ْل َغيْتَ َعلَى نَ ْف ِسك‬، َ‫ َوهُ ْم يَتَ َكلَّ ُمون‬،‫صتُوا‬


ِ ‫ َأ ْن‬:‫اس‬
ِ َّ‫ِإ َذا قُ ْلتَ لِلن‬
"Ketika engkau katakan “Diamlah” pada orang yang sedang berbicara, maka
engkau telah mengecewakan dirimu sendiri. (HR. Ahmad : 8235, isnadnya
shahih berdasarkan syarat bukhari dan muslim)". Baca dulu, baru
komentar

b. Berdebat di Kolom Komentar

Secara umum debat bisa kita bagi menjadi dua: yaitu debat ilmiah dan debat
kusir. Perdebatan ilmiah atau diskusi ilmiah memang tidak dilarang dalam
syari’at. Akan tetapi kolom komentar bukanlah tempat untuk berdebat
walaupun bersifat ilmiah.

Ada beberapa sikap yangperlu kita perhatikan terkait perdebatan di kolom


komentar :
Jangan Menyengaja Membuat Komentar yang Memicu Perdebatan.
Perdebatan di kolom komentar adalah perbuatan yang kurang pantas. Hal ini
dikarenakan akan menimbulkan siapapun yang mau berdebat dalam komentar
itu bisa saling berdebat. Ingatlah, bahwa media sosial adalah media yang
sangat terbuka sehingga arus komentar akan susah di kontrol. Ketika satu
orang menyengaja berkomentar dengan komentar yang memicu perdebatan
maka siapapun yang mau berdebat bisa membuat suasana menjadi semakin
panas.
Diamlah Ketika Diajak Berdebat.
Tatkala kita sudah berusaha membuat komentar yang tidak menimbulkan
berdebatan kemudian ternyata terjadi perdebatan maka diam adalah yang
terbaik. Orang yang mengajak debat kusir di kolom komentar adalah orang
bodoh yang tidak mengerti etika.Meskipun kita tampaknya kalah dalam
perdebatan tersebut, namun sejatinya kitalah yang menang. Karena kita telah
mempraktekkan adab sedangkan mereka tidak.
Selayaknya kita diam sebagaimana salah satu sifat hamba-hambanya Allah
yang difirmankan oleh Allah ta’ala :

‫َوِإ َذا خَاطَبَهُ ُم ْال َجا ِهلُونَ قَالُوا* َساَل ًما‬


"dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, maka mereka mengucapkan
kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (Q.S Al-Furqon : 63)".

3. Etika Media Sosial saat Menyebarkan Informasi (Sharing)


Sebetulnya sharing ini juga bisa dikatakan menyebarkan informasi kepada
orang lain yang sumber informasinya berasal dari kita sendiri. Namun pada
umumnya sharing yang kita fahami adalah membagikan informasi kepada
orang lain yang informasi tersebut berasal dari pihak lain.
Berikut ini beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menyebarkan
informasi yang ada di internet maupun media sosial :

a. Asal Sharing

Gegabah dalam menyebarkan informasi adalah perbuatan yang buruk. Bahkan


ia cukup untuk dicap sebagai pendusta karena menyebarkan apa saja yang ia
dengar tanpa klarifikasi.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
َ ‫َكفَى بِ ْال َمرْ ِء َك ِذبًا َأ ْن يُ َحد‬
‫ِّث بِ ُك ِّل َما َس ِم َع‬

"Cukuplah seseorang dikatakan pendusta apabila ia menceritakan setiap apa


yang ia dengar (HR. Muslim : 5)"
Pendusta adalah mereka yang selalu menyebarkan postingan dimana ia jumpai

b. Konfirmasi Kebenaran Berita

Siapakah yang tidak tertarik untuk menyebarkan berita heboh yang


diterimanya? Bahkan banyak diantara kita yang terpengaruh pada berita yang
cukup menghebohkan sehingga terpancing untuk menyebarkannya keseluruh
akun media sosialnya. Inilah kurangnya etika yang sangat disayangkan karena
hampir sebagian besar penghuni internet pernah melakukannya.
Akibatnya, banyak kehormatan seseorang jatuh dan buruk nama baiknya
karena tersebarnya informasi-informasi miring yang sudah menyebar luas ke
mana-mana. Bahkan perbuatan ini juga dapat memecah belah persaudaraan
kita.
Di dalam Islam, kita diperintahkan untuk menjaga kehormatan seseorang. Kita
tidak diperkenankan untuk menyebarkan informasi yang menjatuhkan
kehormatan seseorang tanpa mengetahui kebenarannya terlebih dahulu.
Perhatikanlah firman Allah ta’ala berikut ini :

َ‫صيبُوا قَوْ ًما* بِ َجهَالَ ٍة فَتُصْ بِحُوا* َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِمين‬
ِ ُ‫ق بِنَبٍَإ فَتَبَيَّنُوا َأن ت‬
ٌ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإن َجا َء ُك ْم فَا ِس‬

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Q.S Al-Hujurat : 6)".

Demikianlah sedikit dari banyaknya adab bermedia sosial yang bisa kami
rangkum. Semoga artikel ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang mau
membaca, mengamalkan, dan menyebarkannya. Amiin.

PENUTUP

KESIMPULAN
Dari pembahasan ini bisa disimpulkan adab yang perlu dijaga dalam bermedsos
adalah: Pertama, tidak asal menyebar berita sebelum diseleksi dan diklarifikasi.
Kedua, bekali diri dengan keimanan dan ketakwaan sebelum mengakses atau
memposting tulisan. Ketiga, berjihad menebar kebaikan melalui media sosial.
Keempat, ekstra hati-hati menjaga tangan dan lisan dari segala sesuatu yang bisa
menyakiti orang lain. Kelima, meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat dari
media sosial.

SARAN
Kita harus bijaksana dalam bermedia sosial

Anda mungkin juga menyukai