OLEH
KELOMPOK :2
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada keluarganya, sahabatnya
dan kepada kita selaku umatnya semoga kita mendapat syafa’at darinya di akhirat
kelak.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang mendukung dalam penyusunan makalah ini. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka kami menerima kritik dan sarannya dari para pembaca,
karena kami telah berusaha melakukan semaksimal mungkin agar mencapai
tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................... 3
A. Dasar-dasar Qur’aniTentang Akhlak, Moral dan Etika ......... 3
B. Hadits nabi SAW Tentang Akhlak, moral dan Etika ............... 7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak, moral dan etika yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari.
Dalam pandangan islam, akhlak memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari pada
ilmu. Bahkan, nabi terakhir yang diutus oleh Allah Swt ke bumi adalah untuk
menyempurnakan akhlak umatnya. Pendidikam merupakan suatu aktifitas untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribaian manusia yang berjalan seumur hidup 1.
Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang memberikan penjelasan seputar akhlak,
moral dan etika sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna. Dengan akal
pikiran, tentunya kita dapat memahami sesuatu yang hak dan yang batil.
Dalam realitas kehidupan dapat diamati bahwa krisis yang paling menonjol
dari dunia pendidikan kita adalah krisis pendidikan akhlak. Titik berat pendidikan
masih lebih banyak pada malasah kognitif. Penentu kelulusan pun masih lebih
banyak pada prestasi akademik dan kurang memperhitungkan akhlak dan budi
pekerti siswa.
Upaya menanamkan kembali nilai-nilai akhlak yang terkandung di dalam
al-Qur’an menjadi sangat urgen dan keharusan. Salah satu cara untuk memiliki
dan senantiasa berakhlak mulia, yaitu dengan menjadikan pribadi Rasulullah
SAW. sebagai contoh yang baik (Uswah hasanah), karena dalam diri Rasulullah
SAW. terdapat sifat-sifat yang mulia danterpuji yang dapat dijadikan sebagai
pedoman bagi umatnya. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang menempatkan
akhlak yang baik sebagai pemelihara eksistensi diri manusia sebagai makhluk
yang paling mulia. Tanpa akhlak, manusia akan kehilangan derajat sebagai hamba
Allah paling terhormat2.
1
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 145.
2
M. dkk Sholihin, Akhlak Tasawuf, Manusia, Etika, Dan Makna Hidup (Bandung:
Nuansa, 2004), hlm. 70.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar-dasar Qur’ani tentang ajaran akhlak, moral, dan
etika?
2. Apa saja hadits Nabi Saw tentang akhlak, moral, dan etika?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dasar-dasar Qur’ani tentang ajaran akhlak, moral, dan
etika.
2. Mengetahui hadits Nabi Saw tentang akhlak, moral, dan etika.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 7 , Cet. Ke-2 (Singapura: Pustaka Nasional, 19993), hlm.
5567.
﴿ ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ِلَيْسَتْأِذ ْنُك ُم اَّل ِذ ْيَن َم َلَك ْت َاْيَم اُنُك ْم َو اَّل ِذ ْيَن َلْم َيْبُلُغ وا اْلُح ُلَم ِم ْنُك ْم َثٰل َث َم ّٰر ٍۗت ِم ْن
َقْبِل َص ٰل وِة اْلَفْج ِر َو ِح ْيَن َتَض ُعْو َن ِثَياَبُك ْم ِّم َن الَّظِهْيَرِة َوِم ْۢن َبْع ِد َص ٰل وِة اْلِع َش ۤا ِۗء َثٰل ُث َع ْو ٰر ٍت َّلُك ْۗم
َلْيَس َع َلْيُك ْم َو اَل َع َلْيِه ْم ُجَن اٌۢح َبْع َد ُهَّۗن َطَّواُف ْو َن َع َلْيُك ْم َبْع ُض ُك ْم َع ٰل ى َبْع ٍۗض َك ٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ُهّٰللا َلُك ُم
َو ِاَذ ا َبَلَغ اَاْلْطَفاُل ِم ْنُك ُم اْلُح ُلَم َفْلَيْسَتْأِذ ُنْو ا َك َم ا اْس َتْأَذ َن اَّل ِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلِه ْۗم٥٨ اٰاْل ٰي ِۗت َو ُهّٰللا َع ِلْيٌم َحِكْيٌم
ّٰل
َو اْلَقَو اِع ُد ِم َن الِّنَس ۤا ِء ا ِتْي اَل َيْر ُج ْو َن ِنَك اًح ا َفَلْيَس٥٩ َك ٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ُهّٰللا َلُك ْم ٰا ٰي ِت ٖۗه َو ُهّٰللا َع ِلْيٌم َحِكْيٌم
َع َلْيِهَّن ُجَناٌح َاْن َّيَض ْع َن ِثَياَبُهَّن َغْيَر ُم َتَب ِّر ٰج ٍۢت ِبِزْيَن ٍۗة َو َاْن َّيْس َتْع ِفْفَن َخْي ٌر َّلُهَّۗن َو ُهّٰللا َس ِم ْيٌع َع ِلْيٌم
﴾ ٦٠
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya
(laki-laki dan perempuan) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum
balig (dewasa) di antara kamu, meminta izin kepada kamu pada tiga kali
(kesempatan) yaitu, sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan
pakaian (luar)mu di tengah hari, dan setelah salat Isya. (Itulah) tiga aurat
(waktu) bagi kamu. Tidak ada dosa bagimu dan tidak (pula) bagi mereka
selain dari (tiga waktu) itu; mereka keluar masuk melayani kamu,
sebagian kamu atas sebagian yang lain. Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat itu kepadamu. Dan Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana(58). Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur dewasa,
maka hendaklah mereka (juga) meminta izin, seperti orang-orang yang
lebih dewasa meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-
Nya kepadamu. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana(59). Dan para
perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak
ingin menikah (lagi), maka tidak ada dosa menanggalkan pakaian (luar)
mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan; tetapi
memelihara kehormatan adalah lebih baik bagi mereka. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui(60). (QS. An-Nur : 58,59,60)
Selanjutnya pada ayat 61 Allah menerangkan hukum makan di rumah
sendiri dan di rumah kaum kerabat. Hal ini dibolehkan dalam Islam asal
tuan rumah tidak merasa keberatan sedikit pun, walaupun yang ikut
makan bersama itu orang cacat seperti pincang atau sakit (Departemen
Agama RI, 2009: 639).
ٰٓل
﴿ َلْيَس َع َلى اَاْلْع ٰم ى َحَر ٌج َّو اَل َع َلى اَاْلْع َر ِج َح َر ٌج َّو اَل َع َلى اْلَم ِر ْيِض َح َر ٌج َّو اَل َع ى َاْنُفِس ُك ْم
َاْن َتْأُك ُلْو ا ِم ْۢن ُبُيْو ِتُك ْم َاْو ُبُيْو ِت ٰا َبۤا ِٕىُك ْم َاْو ُبُي ْو ِت ُاَّم ٰه ِتُك ْم َاْو ُبُي ْو ِت ِاْخ َو اِنُك ْم َاْو ُبُي ْو ِت َاَخ ٰو ِتُك ْم َاْو
ُبُي ْو ِت َاْع َم اِم ُك ْم َاْو ُبُي ْو ِت َع ّٰم ِتُك ْم َاْو ُبُي ْو ِت َاْخ َو اِلُك ْم َاْو ُبُي ْو ِت ٰخ ٰل ِتُك ْم َاْو َم ا َم َلْكُتْم َّم َفاِتَح ٓٗه َاْو
َصِد ْيِقُك ْۗم َلْيَس َع َلْيُك ْم ُجَناٌح َاْن َتْأُك ُلْو ا َجِم ْيًعا َاْو َاْش َتاًتۗا َفِاَذ ا َد َخ ْلُتْم ُبُيْو ًتا َفَس ِّلُم ْو ا َع ٰٓلى َاْنُفِس ُك ْم َتِح َّي ًة
﴾ ٦١ ࣖ ِّم ْن ِع ْنِد ِهّٰللا ُم ٰب َر َك ًة َطِّيَبًةۗ َك ٰذ ِلَك ُيَبِّيُن ُهّٰللا َلُك ُم اٰاْل ٰي ِت َلَع َّلُك ْم َتْع ِقُلْو َن
Artinya : Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang
pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan
(bersama-sama mereka) di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di
rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah
saudara-saudaramu yang perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu
yang laki-laki, di rumah saudara-saudara bapakmu yang perempuan, di
rumah saudara-saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara
ibumu yang perempuan, (di rumah) yang kamu miliki kuncinya atau (di
rumah) kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-
sama mereka atau sendiri-sendiri. Apabila kamu memasuki rumah-rumah
hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti
memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah
dan baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(-Nya)
bagimu, agar kamu mengerti.
3. Akhlak kepada Diri Sendiri
﴿ ٰيُبَنَّي ِاَّنَهٓا ِاْن َتُك ِم ْثَقاَل َح َّبٍة ِّم ْن َخْر َد ٍل َفَتُك ْن ِفْي َص ْخ َرٍة َاْو ِفى الَّس ٰم ٰو ِت َاْو ِفى اَاْلْر ِض َي ْأِت
﴾ ١٦ ِبَها ُهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َلِط ْيٌف َخ ِبْيٌر
Artinya : (Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah
Mahahalus, Mahateliti. (Q. S. Luqman/31: 16)
﴿ ٰيُبَنَّي َاِقِم الَّص ٰل وَة َو ْأُم ْر ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو اْنَه َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو اْص ِبْر َع ٰل ى َم ٓا َاَص اَبَۗك ِاَّن ٰذ ِلَك ِم ْن َع ْز ِم
﴾ ١٧ اُاْلُم ْو ِر
Artinya : Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian
itu termasuk perkara yang penting. (Q. S. Luqman/31: 17)
Menurut Hamka kandungan modal hidup diberikan Luqman kepada
anaknya dan dibawakan menjadi modal pula bagi kita semua,
disampaikan oleh Muhammad kepada Umatnya5. (Hamka, 1993: 5570)
4. Akhlak kepada Manusia
﴾ ١٨ ﴿ َو اَل ُتَص ِّعْر َخَّد َك ِللَّناِس َو اَل َتْم ِش ِفى اَاْلْر ِض َم َر ًح ۗا ِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل ُم ْخ َتاٍل َفُخ ْو ٍۚر
Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.
S. Luqman/31: 18)
﴾١٩ ࣖ ﴿ َو اْقِص ْد ِفْي َم ْش ِيَك َو اْغ ُضْض ِم ْن َص ْو ِتَۗك ِاَّن َاْنَك َر اَاْلْص َو اِت َلَص ْو ُت اْلَحِم ْيِر
Artinya : “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q. S.
Luqman/31: 19)
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Luqman menjelaskan kepada anaknya
tentang bersosial/muamalah antas sesama, yaitu: hubungan dengan
manusia dan lingkungan. Nasehat Luqman berkaitan dengan akhlak dan
sopan santun dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Banyak rincian
yang dijelaskan oleh al-Qur’an yang berkaitan dengan perlakukan
terhadap sesama manusia, baik dalam bentuk berita/khabar,
perintah/amar, maupun larangan/nahi. Menurut al-Qur’an, setiap orang
sebaiknya didudukkan secara wajar karena semua manusia pada
hakikatnya sama dan setara, hanya iman dan takwalah yang membedakan
derajat manusia di sisi Allah6.
6
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 194.
1. Mempunyai akhlak, moral, dan etika yang baik dapat mendekatkan
kita dengan Rasulullah Saw di hari kiamat kelak
ِإَّن ِم ْن َأِح ِّبُك ْم ِإَلَّي َو َأْقَر ِبُك ْم ِم ِّني َم ْج ِلًسا َيْو َم اْلِقَياَم ِة َأْح َس ُنُك ْم َأْخ اَل ًقا
Artinya : “Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai
dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat denganku yaitu
orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)
Salah satu keutamaan jika memiliki akhlak yang baik adalah pada hari
kiamat kelak, seseorang yang mempunyai akhlak mulia akan duduk
dekat dengan nabi. Yang dimaksud dekat dengan nabi berarti pasti
akan berbahagia sebab akan dijauhkan dari siksa neraka.
2. Dijamin masuk surga
َأَنا َز ِع يٌم ِبَبْيٍت ِفي َرَبِض اْلَج َّنِة ِلَم ْن َتَر َك اْلِمَر اَء َوِإْن َك اَن ُمِح ًّقا َو ِبَبْيٍت ِفي َوَسِط اْلَج َّنِة ِلَم ْن َتَر ك
اْلَك ِذَب َو ِإْن َك اَن َم اِز ًحا َو ِبَبْيٍت ِفي َأْعَلى اْلَج َّنِة ِلَم ْن َح َّسَن ُخ ُلَقُه
Artinya : “Aku adalah penjamin sebuah rumah di sekitar taman
(Surga) bagi seseorang yang meniggalkan perdebatan walaupun ia
benar, penjamin rumah ditengah Surga bagi orang yang meninggalkan
dusta walaupun ia bercanda, juga menjadi penjamin sebuah rumah di
Surga paling atas bagi orang yang memiliki akhlak yang baik.” (HR.
Abu Dawud)
Seseorang yang memiliki akhlak yang baik dijamin oleh Rasulullah
Saw masuk surga, bahkan mereka akan memiliki sebuah rumah yang
indah disurga kelak. Dengan begitu, orang berakhlak mulia akan
mempunyai derajat yang tinggi pula disisi Allah Swt.
3. Menjadi sebaik-baik umat
Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ashz meriwayatkan bahwa Rasululullah saw
pernah bersabda:
“ Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik
akhlaknya”(HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321)
Dalam hadits lain, Rasulullah berpesan kepada Abu Dzar al-Ghifari
dan Mu’adz bin Jabal untuk bergaul dengan manusia dengan akhlak
yang baik dalam sabda beliau yang artinya :
“Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada. Iringilah
kesalahanmu dengan kebaikan, niscaya ia dapat menghapusnya. Dan
pergaulilah semua manusia dengan akhlak (budi pekerti) yang baik.”
(HR. at-Tirmidzi no. 1987, beliau mengatakan, “Hadits ini hasan”)
Pendidikan akhlak bermasyarakat dalam pandangan hadis bisa
memberikan inpirasi dan motivasi dalam menciptakan kehidupan yang
penuh dengan akhlak yang mulia. Ajaran pendidikan akhlak yang
disabdakan Nabi dalam kehidupan masyarakat mulai dari pendidikan
yang ruang lingkupnya sempit sampai kepada pendidikan yang luas7.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
7
“Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Hadis Nabi.Pdf,” n.d., hlm. 43.
Semua yang baik dan telah menjadi kebiasaan apabila dipelihara dan
diamalkan akan menghasilkan sesuatu yang baik. Semua yang buruk jika disadari
bisa untuk diperbaiki menjadi baik dan secepatnya di pelihara untuk menjadi baik,
maka hasilnya tetap menjadi baik. Akhlak yang baik adalah manifestasi dari iman
dan takwa yang terwujud dalam perilaku dan amal saleh. Oleh karenanya untuk
membangun akhlak yang terpuji diperlukan perangkat mental serta kesungguhan
dimulai dari diri sendiri, keluarga hingga kemudian lingkungan sosial. Akhlak
terpuji tercermin dalam seluruh tindakan, ucapan, perbuatan dan dapat memberi
mamfaat bagi sesama, memberi kedamaian bagi segenap makhluk bernyawa
maupun bendabenda tak bernyawa, serta senantiasa memelihara kondisi
lingkungan dari berbagai masalah atau penyakit
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Sebagai manusia biasa kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA