Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU AKHLAK TASAWUF

Disusun dalam rangka memenuhi standar tugas mata kuliah Ilmu Akhlak Tasawuf pada akhir perkuliahan semester 2

Dosen : Dr. H. Ibdalsyah, MA.

Disusun oleh :
Kelompok 3 Afiyanti Fadilah Ina Siti Aminah

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR 2010/2011

KATA PENGANTAR


Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah. Kita memuji-Nya, kita meminta pertolongan kepada-Nya, dan kita memohon ampunan kepada-Nya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejelekan-kejelekan diri kita dan dari keburukan amal-amal kita. Barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka takkan ada yang mampu menyesatkannya. Dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka takkan ada yang mampu memberinya petunjuk. Alhamdulillah, atas izin Allah, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah yang berjudul Akhlak kepada Orang Tua ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Akhlak Tasawuf, untuk kemudian menjadi bahan presentasi kelas pada perkuliahan semester 2 (dua) yang telah ditentukan. Terimakasih tak lupa kami ucapkan kepada Bapak Dr. Ibdalsyah, MA. selaku dosen mata kuliah ini, yang telah membimbing dan membantu kami dalam banyak hal. Semoga dengan adanya penulisan makalah ini, kita dapat mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan kita, terlebih mengenai cara bersikap dan berakhlak yang baik kepada orang tua. Kesempurnaan hanya milik Allah Subhanallahu wa Taala semata. Kita sebagai manusia hanya dapat berusaha sebaik mungkin. Begitu pula dengan penulisan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih amat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari pihak manapun akan kami terima dengan lapang dada demi penyempurnaan makalah di waktu yang akan datang. Bogor, April 2011

Penyusun

Akhlak kepada Orang Tua | i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii BAB I...............................................................................................................................................1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................1 Latar Belakang...........................................................................................................................1 Tujuan........................................................................................................................................1 BAB II.............................................................................................................................................2 PEMBAHASAN..............................................................................................................................2 Birrul Walidain..........................................................................................................................2 Kedudukan Birrul Walidain.......................................................................................................2 Bentuk-bentuk Birrul Walidain.................................................................................................5 Durhaka kepada Orang Tua ('Uququl Walidain).......................................................................7 BAB III............................................................................................................................................8 PENUTUP.......................................................................................................................................8 Kesimpulan................................................................................................................................8 Saran..........................................................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................9

Akhlak kepada Orang Tua | ii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Agama Islam sangat memperhatikan, menghargai, dan menghormati hak-hak di antara umatnya. Hak yang sangat penting di antara sekian banyak hak tersebut ialah hak orang tua, karena dengan perantaraan mereka kita hadir di dunia, mengasuh, mendidik, dan membesarkan, hingga kita menjadi manusia yang berguna. Oleh sebab itu, kita wajib menyayangi, menghormati, dan membahagiakan keduanya, serta mendoakan kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. Pada makalah ini akan dibahas bagaimana memperlakukan orang tua dengan akhlak yang baik, karena pada zaman sekarang sudah banyak anak yang melupakan hak-hak orang tuanya. Oleh karena itu, makalah ini perlu kita baca dan renungkan, serta kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari bahwa betapa mulia dan sangat besar pahalanya berbakti kepada kedua orang tua. Tujuan Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat menerapkan sikap dan akhlak yang baik terhadap orang tua, mampu memahami kedudukan dan hak-hak kedua orang tua, serta mengetahui balasan-balasan yang akan diterima jika berbakti kepada orang tua dan mendurhakainya.

Akhlak kepada Orang Tua | 1

BAB II PEMBAHASAN Birrul Walidain Istilah birrul walidain terdiri dari kata al-birrru dan al-walidain. Al-birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya dua orang tua atau ibu dan bapak. Jadi, birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Semakna dengan birrul walidain, AlQur'an menggunakan istilah ihsan, seperti yang terdapat dalam surat Al-Isra' ayat 23 :


"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra' : 23) Kedudukan Birrul Walidain Birrul Walidain menempati kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Ada beberapa alasan yang membuktikan hal tersebut, antara lain : 1) Perintah ihsan kepada ibu dan bapak diletakkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an langsung sesudah perintah beribadah hanya kepada-Nya semata-mata atau sesudah larangan mempersekutukan-Nya. Allah berfirman :

...
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu-bapak..." (QS. AlBaqarah : 83)


Akhlak kepada Orang Tua | 2

...
"Katakanlah: 'Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak...." (QS. Al-Maidah : 151) 2) Allah mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada ibu dan bapak. Allah berfirman dalam surat Al-'Ankabut ayat 8, yakni :


"Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. pengetahuanmu dan Aku tentang jika itu, keduanya sesuatu maka memaksamu yang kamu tidak untuk ada mengikuti kabarkan mempersekutukan dengan

janganlah

keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku

kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-'Ankabut : 8) 3) Allah meletakkan perintah berterima kasih kepada orang tua langsung sesudah perintah bersyukur kepada Allah.


"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu." (QS. Luqman : 14) 4) Rasulullah SAW. meletakkan birrul walidain sebagai amalan kedua yang terbaik setelah shalat tepat pada waktunya.

Akhlak kepada Orang Tua | 3

: : : . : : . : ) )
"Diriwayatkan dari Abu 'Abdurrrahman 'Abdullah ibn Mas'ud ra., dia berkata : Aku bertanya kepada Nabi SAW. : 'Apa amalan yang paling disukai oleh Allah?' Beliau menjawab : 'Shalat tepat pada waktunya.' Aku bertanya lagi : Kemudian apa?' Beliau menjawab : 'Birrul walidain.' Kemudian aku bertanya lagi : 'Seterusnya apa?' Beliau menjawab : 'Jihad fii Sabilillah' ." (HR. Muttafaqun 'Alaih) 5) Rasulullah SAW. meletakkan 'uququl walidain (durhaka kepada kedua orang tua) "Diriwayatkan oleh Abu Bakrah Nufa'I ibn al-Harits ra., dia berkata : "Rasulullah SAW. bersabda : 'Tidakkah akan aku beritahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?' Beliau mengulangi lagi pertanyaan tersebut tiga kali. Kemudian para sahabat mengiyakan. Lalu Rasulullah menyebutkan : 'Yaitu mempersekutukan Allah dan durhaka kepada ibu dan bapak.' Kemudian beliau merubah posisi duduknya yang semula bersitelekan menjadi duduk bisaa dan berkata lagi : 'Begitu juga perkataan dan sumpah palsu.' Beliau mengulang lagi hal tersebut hingga kami mengharap semoga beliau tidak menambahnya lagi." (HR. Muttafaqun 'Alaih) 6) Rasulullah SAW. mengaitkan keridhaan dan kemarahan Allah dengan keridhaan dan kemarahan orang tua. Beliau bersabda : sebagai dosa besar kedua setelah syirik. Rasulullah SAW. bersabda :

) )
"Keridhaan Allah ada pada keridhaan orang tua dan kemarahan Allah ada pada kemarahan orang tua." (HR. Tirmidzi) Demikianlah Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik kepada keduanya menempati posisi yang sangat mulia. Sebaliknya, durhaka kepada keduanya juga menempati posisi yang sangat hina. Secara khusus Allah mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat, dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak mengandung dan melahirkan, tetapi ia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan, dan mendidik anaknya hingga mampu mandiri, bahkan sampai waktu yang tidak terbatas.

Akhlak kepada Orang Tua | 4

Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar, normal, dan logis kalau seorang anak dituntut untuk berbuat kebaikan sebaik-baiknya kepada kedua orang tua dan dilarang keras untuk mendurhakai keduanya. Bentuk-bentuk Birrul Walidain Banyak cara bagi seorang anak untuk dapat mewujudkan birrul walidain tersebut, di antaranya : Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, maupun jodoh, selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam. Apabila bertentangan dengan ajaran Islam, seorang anak tidak memiliki kewajiban untuk mematuhinya. Sebagaimana firman Allah :

...
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik..." (QS. Luqman : 15) Juga sesuai dengan penegasan Rasulullah SAW. bahwa :

) )
"Tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah, ketaatan hanyalah semata-mata dalam hal yang ma'ruf." (HR. Muslim) Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh terima kasih dan rasa kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun. Banyak cara untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tua, antara lain memanggilnya dengan panggilan yang menunjukkan hormat, berbicara dengan lemah lembut, tidak mengucapkan kata-kata kasar (apalagi jika keduanya telah berusia lanjut), berpamitan ketika hendak keluar rumah, memberi kabar tentang keadaan kita dan menanyakan keadaan keduanya ketika berjauhan. Allah berfirman :


Akhlak kepada Orang Tua | 5

"... Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra : 23) Membantu ibu bapak secara fisik dan materiil (finansial). Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa betapapun banyaknya seorang anak mengeluarkan uang untuk membantu orang tua tidak akan sebanding dengan jasa yang telah diberikan orang tua.

) )
"Tidak dapat seorang anak membalas budi kebaikan ayahnya, kecuali jika mendapatkan ayahnya tertawan menjadi hamba sahaya, kemudian ditebus dan dimerdekakannya." (HR. Muslim) Rasulullah SAW. juga menjelaskan bahwa orang tua (terlebih ibu) harus menjadi prioritas utama untuk dibantu dibandingkan dengan orang lain. Hal tersebut diungkapkan beliau saat menjawab pertanyaan seorang sahabat :

: : : : : : ) : )
"Siapakah yang paling berhak dibantu dengan sebaik-baiknya? Jawab Nabi : 'Ibumu.' Kemudian siapa? Jawab Nabi : 'Ibumu.' Kemudian siapa? Jawab Nabi : 'Ibumu.' Lalu siapa lagi? Jawab Nabi : 'Bapakmu.'" (HR. Bukhari Muslim) Mendoakan ibu dan bapak semoga diberi ampunan dan rahmat oleh Allah. Doa Nabi Nuh as. dalam surat Nuh ayat 28, yaitu : ... "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan ibu bapakku" (QS. Nuh : 28)


"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil'." (QS. Al-Isra : 24) Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa diteruskan dengan cara : Mengurus jenazah keduanya dengan sebaik-baiknya. Melunasi hutang-hutangnya. Melaksanakan wasiatnya. Akhlak kepada Orang Tua | 6

Meneruskan silaturrahim yang dibinanya di waktu keduanya hidup. Memuliakan sahabat-sahabatnya. Selalu mendoakan dan memohonkan ampunan baginya. Durhaka kepada Orang Tua ('Uququl Walidain) 'Uququl walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah, sehingga azabnya disegerakan Allah di dunia. Hal ini dinyatakan oleh Rasulullah SAW. :

) )
"Semua dosa-dosa diundurkan oleh Allah (azabnya) sampai waktu yang dikehendakiNya, kecuali durhaka kepada orang tua, maka sesungguhnya Allah menyegerakan (azabnya) untuk pelakunya di waktu hidup di dunia ini sebelum dia meninggal." (HR. Thabrani) Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkattingkat, mulai dari mendurhakai di dalam hati, mengomel, mengatakan ah, berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak berpamitan, tidak patuh, dan bermacam-macam tindakan lainnya yang mengecewakan atau bahkan menyakiti hati keduanya.

Akhlak kepada Orang Tua | 7

BAB III PENUTUP Kesimpulan Islam telah mengajarkan bagaimana memperlakukan kedua orang tua dengan sangat baik dan benar-benar memberikan kedudukan yang sangat mulia terhadap orang tua, sehingga perintah berbakti kepada orang tua berada di tingkatan kedua setelah perintah mentaati Allah dan durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar kedua setelah dosa syirik. Berbagai cara yang bisa dilakukan oleh seorang anak untuk dapat berbakti kepada ibu dan bapaknya, di antaranya mentaati perintahnya (selama perintahnya masih sesuai dengan ajaran Islam), menghormati dan memuliakannya, mendoakannya, membantu secara fisik dan finansial, serta tetap berbakti ketika keduanya telah meninggal dunia. Saran Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan ampunan-Nya kepada kedua orang tua kita, dan menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang selalu berbakti dan memuliakan orang tua.


"Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa-dosa ibu-bapakku, dan kasihilah keduanya sebagaimana mereka mengasihiku di waktu aku masih kecil."

Akhlak kepada Orang Tua | 8

DAFTAR PUSTAKA Asyur Ahmad Isa. 2004. Berbakti kepada Ibu-Bapak. Jakarta: Gema Insani. Ilyas Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Akhlak kepada Orang Tua | 9

Anda mungkin juga menyukai