BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam telah mengajarkan kepada kita agar berbakti kepada orang tua, mengingat
banyak dan besarnya pengorbanan serta kebaikan orang tua terhadap anak, yaitu memelihara
dan mendidik kita dejak kecil tanpa perhitungan biaya yang sudah dikeluarkan dan tidak
mengharapkan balasan sedikit pun dari anak, meskipun anak sudah mandiri dan bercukupan
tetapi orang tua tetap memperlihatkan kasih sayangnya, oleh karena itu seorang anak
memiliki macam-macam kewajiban terhadap orang tuanya menempati urutan kedua setelah
Allah Swt, dan kita juga dilarang durhaka kepada orang tua. Dalam makalah ini, pemakalah
akan memaparkan tentang birrul walidain dan ‘uququl walidain.
B. Rumusan Penulisan
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan, Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.”(QS.al_Israa’[17]:23)
Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
ًّ ع َْن اَبِي هُ َري َرةَ رضي هللا عنه قال َجا َء َر ُج ٌل الى رسو ِل هللا صلى هللا عليه وسلم فقال يَا رسو َل هللا َم ْن اَ َح
ق
ثم من؟ قال:ثم ا ُّمك قال: ثم من؟ قال: ثُ َّم اُ ُّمك قال: ثُ َّم َم ْن؟ قال: اُ ُّمك قال:ص َحابَتِي؟ قال ِ ّالن
َ اس بِ ُحس ِْن
َ ْ ثم اَبُو:
)ك (اخرجه البخاري
1
M. Ainur Rasyid, Hadits-Hadits Tarbawi, (diva press, Yogyakarta, 2017) hal. 100
4
Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang
berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa?
Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali
lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “
Bapakmu!”(H.R.Bukhari).2
Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua
orang tua hukumnya adalah ajib hanya saja mereka berselisih tentang ibarat-ibarat
(contoh pengalaman) nya.
Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) yang merka gunakan banyak sekali, diantaranya:
1. Firman Allah Swt, Artinya: “Sembahlah Allah dan jangan kamu menyekutukan –
Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu
Bapak.”(An-Nisa’:36).
Dalam ayat ini berbuat baik kepada kepada Ibu Bapak meru[akan perintah, dan
perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah
perintah untuk beribadah dan meng-Esakan (tidak mempersekutukan) Allah.
2. Firman Allah Swt, Artinya: “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya”. (QS. Al-Isra’:23)
3. Firman Allah Swt, artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang Ibu-Bapaknya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah dan menyampihnya dalam dua tahun. Maka
bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku lah
kalian kembalimu.” (QS. Luqman:14)
2
Imam nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin juz I, (Jakarta: Pustaka Amani,cet IV,1999),hlm.327.
5
4. Hadits Al Mughirah bin Syu’bah, dari Nabi Saw beliau bersabda, artinya:
“Sesungguhnya Allah mengharmkan atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur
hidup-hidup anak perempuanya, dan tidak mau memberi tetapi meminta-minta
(bakhil) dan Allah membenci atas kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si
fulan berkata begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak
bermanfaat), dan membuang-buang harta.” (Diriayatkan oleh Imam Muslim dalam
Shahihnya No.1757)
C. ‘Uququl Walidain
‘Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua
orang tua adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya
disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat betapa istimewanya kedudukan
kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat betapa besarnya jasa kedua
orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun.
Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan
bertingkat-tingkat, mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan “ah”
( uffin, berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit,
tidak patuh dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan
menyakitkan hati orang tua.) di dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh Allah dua
contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin” dan
menghardik ( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia lanjut).3
Dari Abdulullah bin Mas’ud dia berkarta: Saya bertanya kepada Rasulullah
Saw: Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?. Bersabda Rasulullah Saw:
Solat pada waktunya, saya bertanya: kemudian apa lagi?., Bersabda Rasulullah Saw,
3
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,...hlm,157-159
6
berbuat baik kepada kedua orang tua”, Saya bertanya lagi, lalu apa lagi?, maka
Rasulullah Saw bersabda, berjihad di jalan Allah”.
Diantaranya hadits yang diriayakan oleh Anas bin Malik, dia berkata:
Rasulullah Saw bersabda:” Barang siapa yang suka Allah besarkan rizkinya dan Allah
panjangkan umurnya, maka hendaklah dia menyumbang silaturahmi”.
Kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri
seseorang. Allah Swt telah memerintahkan dalam berbagai tempat di dalam Al-
Qur’an agar berbakti kepada kedua orang tua. Allah menyebutkan berbarengan
dengan pentauhidan-Nya Azza wa Jalla dan memerintahkan para hamba-Nya untuk
melaksanakan sebagaimana akan disebutkan kemudian.
Hak kedua orang tua merupakan hak terbesar yang harus di laksanakan oleh
setiap Muslim/ Disini akan dicatumkan beberapa adab yang berkaitan dengan masalah
ini. Antara lain hak yang ajib dilakukan semasa kedua orang tua hidup dan setelah
meninggal. Dengan pertolongan Allah saya akan sebutkan beberapa adab tersebut,
antara lain:
Hak-Hak Yang Wajib Dilaksanakan Semasa Orang Tua Masih Hidup Adalah:
Menati kedua oraang tua hukumnya ajib atas setiap Muslim. Haram hukumnya
mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka
berdua kecuali mereka menyuruh menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya.
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usaha kedua orang tua semakin tua
dan lanjut hingga kondisi mereka mereka melemah dan sangat membutuhkan
bantuan dan perhatian dari anaknya. Dianatara bakti terhadap kedua orang tua
adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti kedua orang tua,
alaupun dengan isyarat atau dengan ucapan ‘ah’, Termasuk berbakti kepada kedua
8
orang tuanya ialah senantiasa membuat mereka ridha dengan melakukan apa yang
yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah Swt.
Berbicara lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua orang tua dan
merndahkan diri di hadapan mereka, sebagaimana firman Allah Swt: “Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan ‘ah’ dan janganlah kamu membentuk
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”(QS.Al-Israa:23)
4. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum di tentukan. Seorang
laki-laki datang mmenghadap Rasulullah Saw dan bertanya:”Ya Rasulullah,
apakah aku boleh ikut berjihad?,beliau balik bertanya:, apakah engaku masih
mempunyai kedua orang tua? Laki-laki itu menjaab:”Masih,”Beliau
bersabda:’Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada kedua orang tua.
1. Menshalati Keduanya
Orang tua adalah orang yang paling mulia bagi seorang Muslim untuk
didoakan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikab mereka karena
9
kebaikan mereka yang besar. Allah Swt menceritakan kisah Ibrahim As dalam Al-
Qur’an:
“Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku.”(QS.Ibrahim:41)
Qamah ini penting direnungkan, terutama bagi para pelajar yang bercita-cita besar
ingin mencari ilmu yang berkah.
Alkisah, suatu ketika dengan tergopoh-gopoh, istri Al-Qamah menghadap
Rasulullah Saw menggambarkan suamninya yang sakit keras. Beberapa hari
mengalami naza’, tetapi tak juga Al-Qamah sembuh. :Aku sangat kasihan
terhadapnya, ya, Rasululklah,”ratap perempuan itu. Mendengar pengaduan anita itu,
Rasulullah Saw merasa iba.Beliau lalu mengutus sahabat Bilal, Shuaib, dan Ammar
untuk menjenguk keadaan Al-Qamah. Keadaan Al-Qamah memang sudah koma.
Sahabat Bilal lalu menuntun dengan bacaan tahlil yang ia bisiskan ke telinga Al-
Qmah. Anehnya, seakan-akan mulut Al-Qamah rapat terkunci, berulang kali dicoba,
mulu itu tidak sudi membuka sedikit pun.
Tiga sahabat itu lalu bergegas pulang melapor kepada Rasulullah Saw, tentang
keadaan Al-Qamah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA