KELOMPOK 1
- JESIKA MILA .K
- PETY
- AL-FANDI
1. LATAR BELAKANG
Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah hal yang diperintahkan dalam agama.
Oleh karena itu bagi seorang muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua bukan sekedar
memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun juga memenuhi norma agama,
atau dengan kata lain dalam rangka menaati perintah AllahTa‟ala dan Rasul Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari
sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai-nilai
tambah yang semakin „melejitkan‟ makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah „bakti‟.
Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara untuk dapat mengimbangi
kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang
yang bersyukur. Orang tua kita adalah manusia yang paling berhak mendapatkan dan merasakan
„budi baik‟ seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang
orang lain. Ada beragam cara yang bisa dilakukan seorang muslim, untuk “mengejawantahkan‟
perbuatan baiknya kepada kedua orang tuanya secara optimal
2. RUMUSAN MASALAH
2.1 Apa definisi hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan guru
2.2 Apa saja dalil tentang hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan guru
2.3 Mengtahui kisah teladan tentang hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan guru
2.4 Hikmah tentang hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan guru
3. TUJUAN DAN FUNGSI
3.1 Pembaca dapat memahami tentang hormat dan patuh kepada kedua orang tua
3.2 Pendorong timbulnya perbuatan baik kepada kedua orang tua
3.3 Dapat mengambil hikmah dari kisah teladan kepada kedua orang tua dan guru
BAB II
PEMBAHASAN
Seorang anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap
keinginan dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak
yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.
Apalagi seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari
ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu kedua orang
tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan
murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)
Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling
dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian
apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau
menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
Kaitan dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali,
bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan
(baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan
balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun
setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.
Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat baik kepada kedua orang
tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang menggembirakan mereka,
serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah
tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua
orang tua dan guru.
4. KISAH TELADAN HORMAT DAN PATUH KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN
GURU
Dahulu dimasa Bani Isra’ il ada seorang shaleh yang mempunyai anak kecil dan pedet
( anak lembu ). Kemudian pedet itu dibawanya ke hutan sembari berdo’ a,
“Ya Allah saya titipkan lembu ini kepada- Mu untuk putraku hingga ia besar.”
Kemudian orang tersebut meninggal, sedangkan lembu itu hidup sendiri di dalam hutan
tanpa penggembala, bahkan bila melihat orang akan segera lari seperti seakan- akan liar.
Singkat cerita, anak dari orang shaleh itu telah dewasa. Ia sangatlah berbakti kepada
ibunya, sehingga ia membagi waktu malam menjadi tiga bagian:
1. Sepertiga untuk sembahyang
2. Sepertiga untuk tidur
3. Sepertiga untuk menjaga ibunya
Dan apabila pagi telah tiba, ia akan pergi untuk mencari kayu, kemudian dibawa kepasar
untuk dijual. Hasil dari penjualannya pun dibagi menjadi tiga bagian:
1. Sepertiga untuk sedekah
2. Sepertiga untuk makan
3. Sepertiga untuk ibunya
Pada suatu hari ibunya berkata, “Ayahmu telah mewariskan untukmu seekor lembu yang
dititipkan kepada Allah di hutan, maka pergilah engkau ke sana dan berdo’ alah pada Tuhannya
Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub semoga mengembalikannya kepadamu. Tanda lembu itu
adalah kulitnya berwarna kuning berkilauan bagaikan emas, terutama jika terkena oleh sinar
matahari”
Kemudian pergilah ia ke hutan, dan ketika telah melihat lembu seperti yang dimaksudkan
ibunya ia berdo’ a,
“Aku panggil engkau demi Tuhan- nya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub.
Segeralah datang kemari.”
Maka larilah lembu itu sehingga berdiri tegak di depannya. Lalu ia pegang lembu itu
untuk dituntun menuju rumahnya, namun tiba- tiba lembu itu berkata,
“Wahai pemuda yang taat kepada ibunya, naiklah ke atas punggungku untuk
memudahkanmu”
Jawab pemuda, “Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi ia berpesan agar aku
memegang lehermu dan menuntunmu pulang”
Lembu itu kemudian berkata, “Demi Tuhannya Bani Isra’ il, jika engkau tidak dapat
mengendaraiku maka berjalanlah. Hai Pemuda sekiranya Anda perintahkan kepada bukit untuk
berpindah tempat pasti akan benar- benar berpindah semua bukit itu karena ketaatan dan baktimu
terhadap ibumu.”
Setelah sampai di rumahnya, diserahkanlah lembu itu kepada ibunya. Ibunya kemudian
erkata, “Hai anakku, engkau miskin dan tidak berkecukupan. Dan tentu sangat berat bagimu
mencari kayu di waktu siang dan bangun ketika malam, karena itu lebih baik kamu jual saja
lembu ini”
Ia kemudian bertanya kepada ibunya, “Harus kujual dengan harga berapakah, Ibu?”
“Tiga dinar”, jawab ibunya, “Dan jangan dijual terlebih dahulu sebelum bermusyawarah
denganku”
Pada masa itu harga lembu memang sebesar tiga dinar. Lalu dibawalah lembu itu kepasar,
dan tanpa sepengetahuannya Allah telah mengutus seorang Malaikat untuk menguji ketaatan
pemuda itu terhadap ibunya. Kemudian datanglah Malaikat ( yang menjelma menjadi seorang
manusia ) menemui pemuda tersebut dan bertanya kepadanya,
“Dengan harga berapakah Anda akan menjual lembu ini?”
“Tiga dinar dengan rela ibuku”, jawab pemuda itu.
“Bagaimana jika saya beli dengan enam dinar dengan syarat tanpamemberitahu ibumu?”
Jawab pemuda, “Andaikan Anda memberi padaku seberat lembu ini uang emas, maka
aku tetap tidak akan menerimanya jika tanpa ridha dari ibuku”
Kemudian ia pulang untuk memberitahu apa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya berkata,
“Kini engkau boleh menjualnya sebesar enam dinar dengar ridhaku”
Maka kembalilah ia ke pasar dan berkata kepada Malaikat yang telah menjelma menjadi
manusia itu, “Ibuku telah ridha apabila aku menjualnya dengan harga enam dinar, dan tolong
jangan dikurangi dari harga itu”
Jawab Malaikat, “Kini akan saya bayar kepadamu sebesar duabelas dinar dengan syarat
tanpa memberitahu kepada ibumu”
Maka kembali lagilah ia kepada ibunya untuk memberitahukan akan hal itu. Lalu ibunya
berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah seorang Malaikat yang akan mengujimu. Maka bila
ia datang kembali tanyakanlah kepadanya ‘apakah lembu ini boleh dijual atau tidak?’”
Kemudian ia kembali lagi ke pasar dan menanyakan hal yang sama seperti yang
diperintahkan ibunya. Ketika ditanyakan hal itu, Malaikat tersebut berkata, “Pulanglah Anda dan
katakan kepada ibumu agar mempertahankan dahulu lembu ini sebab Nabi Musa bin Imran a.s.
yang akan datang untuk membeli lembu ini. Maka jangan dijual kecuali jika dengan harga uang
emas seberat lembu ini.”
Maka ditahanlah terlebih dahulu lembu itu sehingga terjadi perintah dari Allah kepada
Bani Isra’ il untuk menyembelih lembu. Dan ketika dicari lembu yang memenuhi syarat, maka
tidak ada yang lain kecuali lembu milik pemuda itu. Kemudian akhirnya dibelilah lembu itu
dengan harga uang emas seberat badan lembu tersebut.
Ini sebagai karunia dan rahmat dari Allah swt. Karena ketaatan dan baktinya pemuda itu
terhadap ibunya.
Kisah Imam Syafi’i Hormat kepada Gurunya
Dikisahkan, Imam Syafi’i yang sedang mengajar para santrinya di kelas, tiba-tiba mereka
dikejutkan dengan kedatangan seseorang berpakaian lusuh, kumal dan kotor. Akan tetapi Imam
Syafi’i langsung mendekati dan memeluknya. Para santri kaget dan heran melihat perilaku
gurunya itu. Mereka bertanya: “Siapa dia wahai Guru, sampai engkau memeluknya erat-erat.
Padahal ia seorang kumuh, kotor, dan menjijikkan?”
Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang perbedaan antara
anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku
bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua
guru-gurunya, meskipun dari masyarakat biasa.
5. HIKMAH PATUH DAN HORMAT KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN GURU
Kita telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah
yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti berikut.
1. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
2. Apabila kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan
cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
4. Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1) Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru sesama
anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat ditujukan dengan berbakti
kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak kepada orang tua
2) Perilaku hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik dilakukan oleh seorang muslim. Oleh
karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah
contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga
3) Taat dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana
yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk
menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah
Al-Isra':
2. SARAN
Sesuai dengan Pembahasan dan kesimpulan di atas, Kami menyarankan untuk dapat
memahami konsep pemikiran atau mindset yang baik akan sikap dan tindakan yang benar dalam
Menghormati dan Mematuhi kedua Orangtua dan Guru.