Disusun oleh:
Kelompok 2
Asiah
Asmiati
Denda Sukma
Dewi Yul
Meli
Putri Nurhayati
Ria Resti
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Menghormati dan
Menyayangi Orang Tua dan Guru”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini agar kami bisa membuat yang lebih baik ke depan nya.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang Tua
B. Hormat dan Patuh kepada Orang Tua
C. Cara Berbakti kepada Guru
D. Cara Berbakti kepada Orang Tua
E. Menerapkan Perilaku Mulia
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas sekolah mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Tugas ini disusun dengan mempelajari materi tentang “Sayangi dan
Hormati Orang Tua dan Guru” dimana materi ini akan menjadi pembelajaran kepada kita untuk
memahami kewajiban kita sebagai anak sekaligus murid untuk selalu taat, hormat, dan sayang
kepada orang tua maupun guru, yang merupakan perintah Allah SWT, dan Rasul-Nya.
B.Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan mendapatkan nilai pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
C.Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah semoga kita dapat lebih mudah
mempelajari tentang apa saja
seharusnya dilakukan oleh kita sebaga anak sekaligus murid terhadap orang tua dan guru serta
dapat menerapkannya dalam kehiduan sehari-hari.
BAB 2
PEMBAHASAN
َ ك اَاَّل تَ ْعبُد ُْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن اِحْ ٰسنً ۗا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد
ٍّك ْال ِكبَ َر اَ َح ُدهُ َمٓا اَوْ ِك ٰلهُ َما فَاَل تَقُلْ لَّهُ َمٓا اُف ٰ ََوق
َ ُّضى َرب
َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِر ْي ًما
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat baiK kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.(Q.S.Al-Isra', 17:23)
Dalam setiap kegiatan, terutama perihal penting, seperti bepergian menuntut ilmu,
mohon rida orang tua terlebih dahulu. Hal ini disebabkan berkah Allah SWT beriringan dan
rida orang tua, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW
َو َس َخطُ هَّللَا ِ فِي َس َخ ِط,ضا اَ ْل َوالِ َد ْي ِن
َ ضا هَّللَا ِ فِي ِر
َ
ْ
ال َوالِ َدي ِْنَ
Artinya: "Ridho Allah SWT bergantung dari ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT
bergantung dari kemurkaan orang tua." (HR. Tirmidzi)
Dari Ibnu Mas'ud, dia berkata: Aku berkata, "Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling
utama?" Beliau menjawab, " Shalat pada waktunya ." Aku berkata, "Lalu apa?" Beliau
menjawab, " Berbakti kepada kedua orang tua .” Aku berkata, "Lalu apa?" Beliau menjawab, "
Berjihad di jalan Allah ." (Shahih: Al Bukhari no.527 dan Muslim no.85).
Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua), tidak
hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu
pun bukanlah balasan yang setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan
orang tua. Namun setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang
yang bersyukur.
Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul wālidain, yaitu berbuat baik terhadap kedua
orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat
membantunya.”
Imam Adz-Dzahabi menjelaskan, bahwa birrul walidain atau bakti kepada orang tua hanya
dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban:
Tentu saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukan tanpa
alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua
orang tua dan guru.
ِ ي ْال َم
}ص َّ َ{َأ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْيكَ ِإل
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(Luqman: 14).
Muslim dianjurkan bersyukur kepada Allah SWT dan kedua orang tua yang telah melahirkan,
mendidik dan mengasuhnya semenjak kecil hingga dewasa. Salah satu tanda bersyukur
kepada mereka yakni memuliakannya selagi masih hidup.
3. Tidak Berkata Ah atau kasar
ّ ك ْال ِكبَ َر َأ َح ُدهُ َما َأوْ ِكالهُ َما فَال تَقُلْ لَهُ َما ُأ
}ف َ {ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan 'ah' kepada keduanya (Al-Isra:
23)
Artinya, janganlah kamu mengeluarkan kata-kata yang buruk kepada keduanya, sehingga kata
'ah' pun yang merupakan kata-kata buruk yang paling ringan tidak diperbolehkan.
4. Jangan Membentak
{}وال تَ ْنهَرْ هُ َما
َ
Dan janganlah kamu membentak mereka. (Al-Isra: 23)
Yakni janganlah kamu bersikap buruk kepada keduanya, seperti apa yang dikatakan oleh Ata
ibnu Abu Rabah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan janganlah kamu membentak
mereka. (Al-Isra: 23) Maksudnya, janganlah kamu menolakkan kedua tanganmu terhadap
keduanya.
5. Bertutur Kata yang Baik dan Sopan
Setelah melarang mengeluarkan perkataan dan perbuatan buruk terhadap kedua orang tua,
Allah memerintahkan untuk berbuat baik dan bertutur sapa yang baik kepada kedua. Allah
SWT berfirman:
Kesimpulan